RINGKASAN Sistem hemostasis merupakan mekanisme tubuh

advertisement
RINGKASAN
Sistem hemostasis merupakan mekanisme tubuh dalam mengontrol respon
terhadap perdarahan atau terjadinya trombosis yang berlebihan sehingga proses
trombogenesis dan proses fibrinolisis dalam keadaan seimbang. Proses hemostasis
pada keadaan normal membantu menghentikan perdarahan dan bila berlebihan
akan menimbulkan oklusi trombotik dan infark sistemik. Trombosis terjadi bila ada
ketidakseimbangan antara faktor trombogenik dan mekanisme proteksi.
Yang termasuk dalam faktor-faktor trombogenik adalah kerusakan dinding
pembuluh darah, rangsangan agregasi trombosit, aktivasi koagulasi darah dan
stasis, sedangkan keadaan-keadaan yang berpengaruh dalam mekanisme proteksi
adalah endotel yang utuh, inhibitor protease dari sistem koagulasi, inaktivasi
koagulasi oleh hati dan sistem fibrinolitik
Sindroma Koroner Akut merupakan istilah terhadap sekumpulan penyakit
arteri koroner yang bersifat trombotik. Sebagai kelainan dasar adalah atersklerosis
yang menyebabkan terbentuknya plak aterom. SKA mencakup angina pectoris tak
stabil (APTS), infark miokard (non ST elevasi miokard infark dan ST elevasi miokard
infark).
Banyak peneliti melaporkan bahwa penyumbatan pembuluh darah otak dan
jantung sering terjadi akibat hiperaktivitas fungsi trombosit. Hiperaktivitas trombosit
dapat meningkatkan agregasi trombosit yang menimbulkan thrombosis, akibatnya
pembuluh darah menjadi tersumbat. Salah satu cara untuk menilai fungsi trombosit
dengan memeriksa agregasi trombosit
Pemeriksaan agregasi trombosit bertujuan mendeteksi abnormalitas fungsi
trombosit. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti makroskopik,
Universitas Sumatera Utara
mikroskopik dan menggunakan analyzer, tetapi yang paling sering dikerjakan
menggunakan analyzer berdasarkan perubahan transmisi cahaya.
Selama periode Oktober sampai Desember 2010 telah dilakukan
suatu penelitian Cross Sectional Study di Departemen Patologi Klinik dan bekerja
sama dengan Departemen Kardiologi dan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK
USU/RSUP.H.Adam Malik Medan. Kelompok kasus adalah pasien sindroma
koroner akut yang memenuhi kriteria inklusi; sebagai kontrol diambil orang normal.
Darah diambil dari vena cubiti dengan Dysposible Syringe 15 cc yang dibagi atas 3
bagian yaitu : 3 cc darah tanpa antikoagulan untuk mendapatkan serum dilakukan
untuk pemeriksaan profil lipid, enzim jantung, kadar gula darah sewaktu. 2 cc
darah EDTA untuk pemeriksaan darah lengkap dan 3,6 cc darah dengan 0,4 cc
antikoagulan Na-Citrat 3,8% untuk mendapatkan plasma kaya trombosit dan
plasma miskin trombosit untuk pemeriksaan agregasi trombosit, dengan memakai
agonis ADP konsentrasi 1, 5 dan 10 µM dan epinefrin dengan konsentrasi 5 dan 10
µM.
Dari penelitian ini didapatkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara
nilai agregasi trombosit pada kelompok Sindroma Koroner Akut dibandingkan
dengan kelompok normal, dengan memakai agonis ADP 1 dan 5 µM (p<0,05).
Juga dijumpai adanya perbedaan bermakna agregasi trombosit dengan agonis
ADP 10 µM pada kelompok pasien Sindroma Koroner Akut dengan usia > 50
tahun.
Orang berusia diatas 50 tahun yang memiliki faktor resiko, sebaiknya
dilakukan pemeriksaan agregasi trombosit.
Universitas Sumatera Utara
Download