BAB IV HASIL SIMULASI DAN PENGUKURAN 4.1 Hasil Simulasi Pada bab ini penulis akan memperlihatkan dimensi atau struktur antena yang disimulasikan dengan software WIPL-D, namun sebelumnya penulis akan mengulas sedikit mengenai Software WIPL – D terutama dalam mendesain antena horn, ada beberapa faktor atau parameter yang penting diantaranya : Struktur option (Metalic), Frekuensi, Struktur Geometri (nodes, wires, plates, dan junction). Untuk mengetahui besarnya radius, jumlah segmen pada kawat antenna maka dibutuhkan wires, untuk koordinat titik geometri dibutuh nodes, plates dibutuhkan untuk menghubungkan titik kooordinat nodes, sedangkan untuk sumber tegangan / arus ( Voltage / Current Sources ) menjelaskan lokasi sumber tegangan / arus ini terletak pada current nodes. Frekuensi digunakan dalam perhitungan untuk mengetahui perubahan – perubahan yang terjadi pada kawat antena seperti pada perubahan arus kawat antenna. Radiation pattern (pola pancaran) bias diketahui dari azimuth ataupun zenith. Gambar 4.1 Model Antena Horn 55 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 56 Salah satu performansi dari hasil desain antena yang baik yaitu mempunyai nilai gain yang tinggi. Sehingga perubahan panjang maupun luasan antena horn akan mempengaruhi hasil desain antena yang baik. 4.2 Struktur Antena Pada gambar 4.1 menunjukan struktur antenna yang akan dibahas oleh penulis pada tugas akhir ini. Sebuah antena Horn yang terbuat dari metal dengan beberapa plate. Struktur antenna horn yang terdapat pada gambar 4.1 terdiri dari 9 buah plate yaitu : plate horizontal sebanyak 4 buah, dan 5 buah plate vertikal. Ukuran plate , posisi wires serta panjangnya dapat di ubah – ubah agar dapat menghasilkan faktor refleksi di bawah -10 dB. Sehingga bisa didapatkan beberapa struktur antena yang beraneka ragam sebagai berikut : 1. Horn 1 dengan ukuran dimensi A = 7,2 cm; B = 4,8 cm; L = 13,4 cm 2. Horn 2 dengan ukuran dimensi A = 9,6 cm; B = 7,2 cm; L = 13,4 cm 3. Horn 3 dengan ukuran dimensi A = 7,2 cm; B = 4,8 cm; L = 16,4 cm Dengan A merupakan panjang luasan bidang aperture / lebar mulut antena horn ke arah medan magnet. Sedangkan B merupakan lebar luasan bidang aperture / lebar mulut antena horn ke arah medan listrik. L merupakan panjang antena horn. Dari tiga antena horn diatas menggunakan waveguide yang sama yaitu ɑ x b dengan ukuran ɑ = 2,4 cm dan b = 1,2 cm serta panjang waveguide 2,4 cm. 4.3 Simulasi Hasil Rancangan Antena Horn Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis ingin mendapatkan faktor refleksi yang kecil pada suatu interval frekuensi tertentu. Dalam aplikasi di teknik antena http://digilib.mercubuana.ac.id/ 57 seringkali digunakan batas faktor refleksi sebesar – 10 dB. Jadi jika faktor refleksinya -9 dB dianggap belum mencukupi, tetapi apabila nilai faktor refleksi -10,5 dB sudah baik. Semakin kecil nilai faktor refleksi misalnya -25 dB, performansi antena menjadi lebih baik. Selain faktor refleksi yang kecil, performansi antena yang baik juga ditentukan dengan nilai gain yang tinggi. 4.3.1 Faktor Refleksi Pada Antena Horn 1 Dengan Dimensi Awal Dimensi awal dari perancangan antena horn 1 adalah A = 7,2 cm; B = 4,8 cm; L = 13,4 cm A =7,2 cm B= 4,8 cm Gambar 4.2 Dimensi aperture horn 1 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 58 L= 13,4 cm 1,2 cm 2,4 cm 2,4 cm Gambar 4.3 Dimensi antena horn 1 Gambar 4.4 Grafik parameter S1-1 [dB] horn 1 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 59 4.3.2 Faktor Refleksi Pada Antena Horn 2 Pada perancangan antena horn 2 terdapat modifikasi pada luasan bidang aperture yaitu A = 9,6 cm; B = 7,2 cm; L = 13,4 cm. A= 9,6 cm B = 7,2 cm Gambar 4.5 Dimensi aperture horn 2 1,2 cm 2,4 cm L = 13,4 cm 2,4 cm Gambar 4.6 Dimensi antena horn 2 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 60 Gambar 4.7 Grafik parameter S1-1 [dB] horn 2 4.3.3 Faktor Refleksi Pada Antena Horn 3 Antena horn 3 memiliki luas bidang aperture yang sama dengan antena horn 1, tetapi memiliki panjang yang berbeda. Modifikasi dilakukan dengan menambah panjang antena horn dari 13,4 cm menjadi 16,4 cm. Dimensi antena horn 3 yaitu A = 7,2 cm; B = 4,8 cm; L = 16,4 cm. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 61 A= 7,2 cm B= 4,8 cm Gambar 4.8 Dimensi aperture horn 3 L= 16,4 cm 1,2 cm 2,4 cm 2,4 cm Gambar 4.9 Dimensi antena horn 3 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 62 Gambar 4.10 Grafik parameter S1-1 [dB] horn 3 4.3.4 Simulasi Nilai Gain. Performansi antena yang baik juga ditentukan dengan nilai gain yang tinggi. Gambar 4.11 Simulasi gain antena horn 1, horn 2 dan horn 3 Interval frekuensi pada simulasi gain diatas berbeda-beda karena adanya batasan memori pada software WIPL-D yang digunakan, sehingga antena horn 2 dan horn 3 hanya dapat di simulasikan sampai dengan frekuensi 10 GHz dan 11 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 63 GHz. Dari gambar 4.11 dapat diketahui bahwa gain pada antena horn 2 lebih tinggi dibandingkan dengan antena horn 1 dan horn 3, hal ini dikarenakan mulut bidang aperture antena horn 2 memiliki luas yang lebih dibandingkan 2 antena yang lain. Nilai gain antena horn 1 dan horn 3 hampir sama, akan tetapi antena horn 3 memiliki gain sedikit lebih tinggi karena ukuran antena horn 3 lebih panjang dibandingkan horn 1. 4.4 Fabrikasi Antena Horn Tahap selanjutnya setelah mendapatkan hasil simulasi adalah fabrikasi. Untuk bahan yang akan digunakan adalah bahan metal dengan jenis stainless steel. Fabrikasi dilakukan pada salah satu jasa las untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Hasil dari fabrikasi antena sebagai berikut : Gambar 4.12 Fabrikasi antena horn 1, horn 2 dan horn 3 4.5 Data Hasil Pengukuran Setelah antena horn selesai dibuat dengan menggunakan bahan metal, kemudian dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat ukur antenna site http://digilib.mercubuana.ac.id/ 64 master (Antenna Analyzer). Dari hasil pengukuran ketiga antena horn diperoleh data sebagai berikut : Gambar 4.13 Grafik pengukuran parameter S1-1 antena horn 1 Gambar 4.14 Grafik pengukuran parameter S1-1 antena horn 2 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 65 Gambar 4.15 Grafik pengukuran parameter S1-1 antena horn 3 Gambar 4.16 Grafik parameter S1-1 antena horn 1, horn 2 dan horn 3 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 66 Dari gambar 4.16 diatas terlihat bahwa pada antena horn 2 dengan bidang aperture yang lebih luas dibandingkan antena standar ( antena horn 1 ) serta pada antena horn 3 dengan ukuran lebih panjang dibandingkan antena standar memiliki nilai faktor refleksi yang baik yaitu < -10 dB. Dari gambar 4.13 terlihat bahwa di beberapa frekuensi terdapat beberapa nilai > -10 dB, hal ini disebabkan karena fabrikasi yang kurang sempurna yaitu sisi belakang dari antena horn dan waveguide memiliki perbedaan luas yang cukup besar sehingga mempengaruhi faktor refleksi dari antena horn 1 4.6 Pengukuran Gain Seperti yang sudah dijelaskan pada bab 2, pengukuran gain pada antena memiliki cara yang paling sederhana dengan metode dua antena. Dalam pengukuran ini digunakan dua antena yang memiliki nilai standard gain pada salah satu antena tersebut. Antena yang sudah memiliki standar yang digunakan adalah antena dipole ukuran 4 cm dengan nilai gain 1,5 dB. a. Pada antena horn 1 Gambar 4.17 Pengukuran gain antena horn 1 perbandingan dengan antena dipole http://digilib.mercubuana.ac.id/ 67 Gain maksimum pada antena horn 1 dapat dihitung dengan : Gt (dB) = Pt (dBm) – Ps (dBm) + Gs (dB) Diketahui : Pt (dBm) = -22 dBm Ps (dBm) = -36 dBm Gs (dB) = 1,5 dB Sehingga, Gt (dB) = (-22) – (-36) + 1,5 = 15,5 dB b. Pada antena horn 2 Gambar 4.18 Pengukuran gain antena horn 2 perbandingan dengan antena dipole Diketahui : Pt (dBm) = -21 dBm Ps (dBm) = -36 dBm Gs (dB) = 1,5 dB Sehingga, Gt (dB) = (-21) – (-36) + 1,5 = 16,5 dB http://digilib.mercubuana.ac.id/ 68 c. Pada antena horn 3 Gambar 4.19 Pengukuran gain antena horn 3 perbandingan dengan antena dipole Diketahui : Pt (dBm) = -22 dBm Ps (dBm) = -36 dBm Gs (dB) = 1,5 dB Sehingga, Gt (dB) = (-22) – (-36) + 1,5 = 15,5 dB Dari hasil perhitungan diatas terlihat bahwa antena horn 2 dengan bidang aperture yang paling luas dibandingkan antena horn 1 dan antena horn 3 memiliki gain yang terbesar yaitu 16,5 dB. Dengan membandingkan gain hasil simulasi dan perhitungan terdapat selisih nilai gain, hal ini disebabkan ukuran antena pada hasil fabrikasi kurang presisi dibandingkan dengan desain pada saat simulasi atau perancangan. http://digilib.mercubuana.ac.id/