BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia industri manufaktur yang semakin maju menyebabkan iklim persaingan sangat ketat serta kompetitif. Perusahaan yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen adalah perusahan yang dapat bertahan. Dalam mewujudkan hal tersebut diperlukan koordinasi dan kolaborasi antara pihak-pihak dalam rantai supply PT. Florindo Makmur merupakan perusahaan yang mengolah ubi menjadi tepung tapioka sebagai produk jadi. Daerah pemasaran perusahaan ini umumnya pada daerah sumatera dan lebih berfokus di daerah Medan dan berkembang ke daerah Aceh, Padang, Jambi, Pekanbaru, serta Palembang Produk yang dihasilkan PT. Florindo Makmur adalah tepung tapioka. Gunung Agung adalah nama produk dari tepung tapioka yang paling banyak diproduksi dari jenis produk lainnya dan bersifat make to stock sehingga dapat menimbulkan penumpukan produk (over stock) ataupun kekurangan produk (stock out) apabila perencanaan tidak akurat. Data produksi produk tepung PT. Florindo Makmur tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Data Produksi Jenis Produk Tepung Tahun 2015 (pax) Bulan Gunung Rose Agung Brand Januari 1398 1206 Februari 1373 1218 Maret 1515 1069 April 1556 1071 Mei 1332 1094 Juni 1341 1007 Juli 1572 1122 Agustus 1360 1205 September 1528 1148 Oktober 1314 1002 Nopember 1455 1219 Desember 1156 1558 Universitas Sumatera Utara Total 17302 13517 Sumber: PT. Florindo Makmur Data permintaan dan penjualan produk Gunung Agung pada rantai supply distributor dan manufaktur tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2. Jumlah Permintaan dan Penjualan Produk Tepung Gunung Agung Tahun 2015 (pax) Permintaan Distributor Bulan Lotte Mart Berastagi Total Total Supply Permintaan yang Terpenuhi Supermarket Distributor Kekurangan Permintaan Januari 1477 1125 2602 2551 51 Februari 1443 1277 2720 2510 210 Maret 1502 1010 2512 2413 99 April 1323 1225 2548 2443 105 Mei 1500 1290 2790 2495 295 Juni 1489 1117 2606 2432 174 Juli 1546 1121 2667 2475 192 Agustus 1378 1068 2446 2463 -17 September 1585 1265 2850 2464 386 Oktober 1492 1177 2669 2543 126 November 1482 1073 2555 2424 131 Desember 1304 1154 2458 2389 69 Total 17521 13902 31423 29602 1821 Sumber: PT. Florindo Makmur Tabel 1.2. menunjukkan nilai yang variatif antara jumlah permintaan dengan jumlah penjualan yang menimbulkan kekurangan produk (stock out) sepanjang periode tahun 2015 sebanyak 1804 pax yang tidak dapat terpenuhi . Pada bulan Agustus 2015 terjadi penumpukkan inventori (over stock). Overstock dan stock out disebabkan oleh permintaan yang cenderung mengalami perubahan. Perubahan tersebut menyebabkan distorsi permintaan.. Distorsi tersebut mengakibatkan permintaan yang tidak akurat, sehingga terdapat selisih yang variatif antara jumlah permintaan dengan jumlah penjualan. Fenomena ini disebut sebagai bullwhip effect. Fenomena tersebut akan mengganggu sistem distribusi sehingga digunakan model Q melalui pendekatan Hadley – Within. Universitas Sumatera Utara Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa model probabilistik Q dengan pendekatan Hadley-Wihtin dapat digunakan sebagai solusi pemecahan masalah untuk mengurangi bullwhip effect. Nurul (2013) dalam penelitiannya menggunakan model probabilistik Q dengan metode Hadley-Wihtin untuk melakukan pengendalian persediaan barang. Model ini dapat membantu untuk menentukan jumlah safety stock setiap dilakukan pemesanan kepada distributor secara lebih optimal dengan meminimalkan total biaya pembelian. Fenny (2015) melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan Supply Chain Management guna menganalisis efektivitas sistem distribusi produk dan untuk meminimalisasi total biaya persediaan. Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi PT. Florindo Makmur, perlu dilakukan kebijakan pengendalian persediaan produk. Data tabel, 1.2. untuk jumlah permintaan setiap bulannya sangat berfluktuasi atau bersifat probabilistik, berbeda dengan model deterministik yang selalu diketahui dengan pasti permintaannya. Dalam menangani fenomena probabilistik ditempuh dengan model Q karena bersifat responsif bila terjadi kekurangan barang dibandingkan dengan model lainnya. Selain itu, besarnya cadangan pengaman lebih akurat sebab ditetapkan secara simultan dengan optimalitas ongkos. Kebijakan inventori model Q dengan pendekatan Haldey-Within mempunyai kelebihan dalam penentuan ukuran lot ekonomis dan cadangan pengaman, sebab mudah dipecahkan secara analitik dan pencarian solusinya dilakukan dengan cara iteratif. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dihasilkan, maka permasalahan yang terjadi di PT. Florindo Makmur adalah perencanaan yang tidak akurat sehingga terdapat kekurangan yang variatif antara jumlah permintaan dengan total supply terpenuhi , sehingga perlu dilakukan penelitian dengan perumusan masalah yaitu bagaimana menganalisis Bullwhip Effect pada rantai supply dengan menggunakan model Q melalui pendekatan Hadley-Within agar tidak mengganggu sistem distribusi produk di PT. Florindo Makmur. 1.3. Tujuan dan Manfaat Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh kebutuhan pengadaan inventori yang optimal dengan model Q menggunakan pendekatan Hadley-Within sehingga dapat mengatasi bullwhip effect yang terjadi pada rantai Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah: 1. Mengetahui apakah terjadi distorsi informasi terhadap permintaan produk dapat mengevaluasi adanya bullwhip effect pada rantai supply Universitas Sumatera Utara 2. Mengetahui besarnya bullwhip effect pada rantai supply distributor dan manufaktur 3. Memperoleh solusi untuk mengatasi bullwhip effect Manfaat dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat bagi mahasiswa Penelitian ini dapat menambah pengalaman dalam penerapan dan pengembangan ilmu yang didapat pada saat perkuliahan untuk penyelesaian masalah yang ada di perusahaan tempat dilakukannya penelitian ini. 2. Manfaat bagi perusahaan Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi perusahaan dalam membuat kebijakan untuk mengintegrasikan aliran informasi antara distributor dan manufaktur. 3. Bagi Departemen Teknik Industri USU Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam penerapan model Q dengan pendekatan Hadley-Within untuk analisis bullwhip effect pada rantai supply. 1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian Batasan-batasan dalam penelitian ini adalah : 1. Rantai supply yang di analisis pada PT. Florindo Makmur meliputi rantai distributor dan manufaktur 2. Produk yang diteliti adalah tepung yang berkemasan 500 gram ( Gunung Agung) 3. Distributor yang menjadi objek penelitian adalah Lotte Mart dan Berastagi Supermarket 4. Analisis bullwhip effect menggunakan data permintaan tahun 2015 dan tahun 2016 5. Kebijakan pengendalian persediaan menggunakan model Q melalui pendekatan HadleyWithin Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian adalah : 1. Sistem produksi dan pendistribusian produk berjalan dengan normal 2. Penelitian tidak mempertimbangkan kegagalan distribusi akibat kerusakan peralatan 3. Jumlah distributor tidak berubah selama penelitian 4. Tidak terjadi perubahan harga selama penelitian Universitas Sumatera Utara