POSISI LEMBAGA PERADILAN DALAM SISTEM PENGEMBANGAN HUKUM ISLAM Oleh: A. Saiful Aziz Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Wahid Hasyim Semarang Email: [email protected] Abstrak Pengadilan sebagai “institusi hukum” yang menegakkan kepastian hukum dan keadilan juga sebagai “institusi sosial” yang dinamis, yaitu senantiasa menjalankan pertukaran dengan lingkungannya yang lebih besar, dalam upaya menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat, menginterpretasikan teks undang-undang dalam konteks masyarakat serta perubahan-perubahannya. di negara-negara Islam dan di negara-negara yang mayoritas penduduknya Islam seperti Indonesia mengalami perkembangan. Dengan demikian terjadi pula perkembangan studi hukum Islam di Indonesia untuk memperoleh eksistensi hukum islam dalam pengembangan sistem hukum Islam. hukum Islam merupakan salah satu unsur agama Islam yang terkait erat dengan akidah dan syariah. Akidah adalah sesuatu keyakinan (iman) tumbuh dari jiwa yang mendalam yang harus lalui oleh setiap orang untuk menjadi muslim. Sedangkan syariah adalah mencakup segala sesuatu yang membawa seseorang untuk menjadi muslim yang sebenar-benarnya. Jadi syariah pada mulanya memiliki pengertian yang lebih luas. Bagi seorang hakim dalam melaksanakan profesinya harus taat pada prinsip-prinsip peradilan yang telah yang telah digariskan oleh al-Qur'an, sebagai pertimbangan dalam menjalani profesinya, karena ketaatan terhadap prinsip-prinsip akan memberikan jaminan terhadap terlaksananya tujuan hukum. Dalam lintasan sejarah peradailan Islam, Umar Bin Khattab mengatakan ada sepuluh macam prinsip peradilan yang harus dijadikan pedoman pelaksanaan peradilan. Kata kunci : Lembaga, Sistem, Peradilan, Hukum Islam A. Pendahuluan agama, mendapat perhatian dari kalangan Salah satu bidang ilmu agama Islam yang dikembangkan dalam lingkungan pakar hukum Islam, hukum tata negara, sejarah, politik, antropologi dan sosiologi. perguruan tinggi ialah hukum Islam dan Ia menjadi sasaran pengkajian, pranata sosial. Ia terdiri atas berbagai kemudian ditulis dalam bentuk laporan bidang studi, di antaranya peradilan Islam penelitian, (al-Qaḍâ` fî al-Islâm) yang mendapat disertasi perhatian cukup besar di kalangan fuqaha pengkajian itu, sebagian diterbitkan dan dan para pakar di bidang lain. Demikian disebarluaskan. halnya peradilan Islam di Indonesia, yang secara resmi dikenal sebagai peradilan Di menjadi monografi, dan samping bahan buku itu, yang skripsi, tesis, daras. Hasil peradilan pengkajian Islam dalam Vol. II No. 02, November 2016 berbagia pertemuan ilmiah, baik yang ini, istilah syariah dalam perkembangan diselenggarakan terminologinsya maupun oleh perguruan tinggi di kalangan pembina badan peradilan dan organisasi profesi di dipahami oleh banyak orang dalam arti yang luas, bahkan ia sudah menjadi istilah identik dengan bidang itu. Publikasi hasil pengkajian itu fikih atau hukum Islam yang sifatnya dapat berbeda ditemukan dalam berbagai dari akidah. kumpulan karangan dan dalam jurnal. Ia demikian, akan dipisahkan antara satu dengan lainnya. tetap menarik pengkajian, karena khususnya memiliki Indonesia, keunikan tersendiri institusi keislaman menjadi penyelenggaraan Dengan bagian dari muncul wilayah tidak dapat B. Hasil Temuan dan Pembahasan 1. Peradilan dan Pengadilan Peradilan menurut bahasa adalah negara. segala sesuatu yang mengenai perkara tuntutan peradilan, para ahli hukum memberikan kekuasaan sendirinya, pemetaan sasaran di sebagi satu-satunya yang sebagi keduanya Meskipun pengkajian dan pengertian yang bermcam macam namun metode yang tepat untuk digunakan. dapat Bahkan, perumusan adalah kewenangan suatu lembaga untuk membutuhkan disimpulkan bahwa peradilan agar menyelesaikan perkara dan untuk atas dapat nama hukum demi tegaknya hukum dan dilakukan secara berkesinambungan dan keadilan atau suatu proses yang berakhir produknya dengan model pengkajian pengkajian yang peradilan jelas, Islam mendekati gambaran yang memberikan suatu putusan dengan tata cara tertentu yang diatur sebenarnya. Hukum Islam merupakan salah satu unsur agama Islam yang terkait erat dengan peraturan hukum acara (Abdullah, 2004: 1 ) Akidah Menurut ilmu bahasa arti qaḍâ` adalah sesuatu keyakinan (iman) tumbuh antara lain: menyelesaikan, menunaikan, dari jiwa yang mendalam yang harus dan memutuskan hukum atau membuat lalui oleh setiap orang untuk menjadi suatu ketetapan. Makna yang terakhir muslim. dengan akidah dan Sedangkan syariah. syariah adalah inilah yang digunakan dalam konteks yang ini.Sedangkan dari segi istilah ahli fiqih, mencakup segala sesuatu membawa seseorang untuk muslim syariah yang pada menjadi sebenar-benarnya. mulanya Jadi memiliki pengertian yang lebih luas. Dalam hal 286 qaḍâ` berarti Lembaga Hukum dan perkataan yang harus dituruti yang di ucapkan mempunyai oleh seseorang wilayah umum yang atau Posisi Lembaga Peradilan Vol. II No. 02, November 2016 menerangkan hukum agama atas dasar politik hukum di berbagai kawasan dan mengharuskan beraneka Menurut orang Muhammad qaḍâ` disebut mengikutinya Salam Madkur, hakim karena dia melarang pelaku dari perbuatan tidak adil. Karena adanya berbagai pengertian qaḍâ` itu, dari kata maka ia bisa digunakan dalam arti memutuskan perselisihan oleh hakim. Orang yang melakukannya disebut qadhi. ragam sehingga sruktur budayanya, pengorganisasiannya lembaga peradialan islam pun berbeda (Abdul Manan, 2010: 254) 2. Kedudukan Peradilan Islam Sejarah dikenal adanya sejak peradilan masa islam, telah karena didorong oleh kebutuhan kemakmuran Menurut hidup dan kejadian manusia itu sendiri, para ahli fiqih, terminologi syariat dari oleh karena itu, peradilan telah dikenal kata memutuskan sejak masa-masa pertama, dan tidak menghindarkan mungkin suatu pemerintahan di dunia perbedaan serta konflik-konflik. Dengan ini, apapun bentuknya, yang akan dapat definisi tersebut di atas dapat dikatakan berdiri tanpa menegakan bahwa tugas qaḍâ` (Lembaga Peradilan) karena tidak mungkinya adalah manusia dapat bukan menetapkan suatu hukum, karena persengketaan, Oleh karena itu pula hukum yang maka peradilan di pandang suci oleh hanya semua bangsa, dalam berbagai tingkat qaḍâ` adalah perselisihan dan menampakkan telah dihadapi ada oleh hukum dalam hakim. agama, hal Hakim menerapkannya ke alam nyata, bukan kemajuannya. menetapkan sesuatu yang belum ada. peradilan Secara historis bahwa peradilan kebaikan dan masyarakat menghindari Karena berarti peradilan, manegakkan memerintahkan mencegah bahaya agama salah satu mata rantai peradilan kedzhaliman, menyampaikan hak kepada Islam yang yang berkesinambungan sejak punya, mencegah tindakan masa Rasulullah, Khulafâ` ar-Râsyidîn, kedzaliman, khilafah antara manusia, menyelamatkan sebaian Bani Umayah, Dinasti mengusahakan islah di Abbasyiyah dan negara negara yang mereka mayoritas sebagian yang lain,karena manusia tidak islam pasang agamanya ini islam, mengalami surut, peradialn perkembangan kesewenangan–wenangan mungkin memperoleh kestabilan urusan perkembanagan mereka tanpa adanya peradilan. Dengan islam di berbagai negara. Sedangkan adanya peradilan ,maka darah manusia islam merupakan dilindungi, dan pada suatu saat terpaksa melakukan sejalan dari basis artikulasi Posisi Lembaga Peradilan utama dan salam perumusan ditumpahkan, dan dengan peradilan 287 Vol. II No. 02, November 2016 manusia diperjodohkan,dan perzinaan di yang telah ditentukan (Abdul Manan, harampan,dan 2010: 256) pemiliknya, harta dan benda ditetapkan juga suatu ketika Kehidupan manusia pada dicabut hak pemilikan itu,dan muamalat masanya dapat di ketahui mana yang boleh ,mana peradilan,sebab yang di larang,mana yang makruh dan kehidupan mereka akan menjadi liar,dan mana yang disunnatkan (Salam Madkur, kalau telah di maklumi perlunya undang- 1993: 23) undang bagi sedang sekedar Menurut Cik Hasan Bisri apakah selalu setiap membutuhka kalau tidak kehidupan ,maka masyarakat, menetapkan susunan lembaga Peradilan agama di Indonesia undang-undang belumlah sama dengan lembaga peradilan islam menyelamatkan kehidupan (al qaḍâ` fî al-Islâm), maka perlu menertibkannya, dibutuhkan kadang-kadang berselisih tentang makna landasan yang logis dan cukup sosial karena dan manusia ditunjang data empiris, secara sederhana serta ada kadang-kadang perselisihan mereka itu beberapa digunakan landasan dalam yang dapat mengidentifikasi kewajiban untuk terletak pada menghormatinya,dan penerapan rumusan peradilan agama sebagai peradilan islam, undang-undang itu terhadap kasus yang diantaranya adalah: terjadi,baik merupakan pencari beragama perdata islam peradilan mengenai tertentu, merupakan keadilan peradilan penyelesaian para agama yang perkara agama pencari yang menyangkut makna undang-undang itu sendiri maupun segi lainya,dan secara kadang-kadang ada terang-terangan rumusan yang menentang undang,itu atau keadilan yang memeriksa, mengadili dan memungkirinya. Maka peradilanlah yang memutuskan perkara orang orang islam akan dalm undang-undang bidang wakaf, perkawinan, berperan menentukan dengan makna secara kewarisan, hibah dll. Selanjutnya putusan sempurna,karena menentukan yang lebih dalam peradilan agama mencantumkan nyata “Bismillhirrahmanarrahim” dan ”demi rumusan keadilan berdasarkan tuhan yang maha termasuk sifat suatu penetapan. esa”. Selanjutnya hakim yang bekerja di Mengingat pentingnya lingkungan agama kekhususan-kekhususan undang-undang adalah kedudukan harus lembaga peradilan dalam masyarakat atau beragama islam dan diangkat oleh kepala negara Allah Swt. berfirman dalam Surat negara dengan prosedur dan ketentuan Al-Baqarah [2]: 251 sebagai berikut: 288 peradilan dari Posisi Lembaga Peradilan Vol. II No. 02, November 2016 ﮰﮱﯓﯔ ﯕ ﯖﯗ ﯘ ﯙ ﯚ ﯛ ﯜ ﯝ ﯞ “Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.” Allah Allah Swt, menolak Menandaskan keganasan bahwa si dhalim dengan kejam dengan kekuatan yang ada pada hakim, dengan undang-undang yang dilaksanakan dengan seksama oleh penguasa yang adil, supaya ketrentaman hidup dan berwujud kesentosaan masyarakat di tengah-tengah pergolakan dunia. Oleh karena itu syari’at Islam memandang tugas Qaḍâ`, suatu tugas yang pokok dan berkedudukan tinggi. Untuk mengembangkan keadilan dan mengendalikan lembaga keadilan Allah SWT mengutus menugaskan para mereka Rasul dan menyelesaikan Khuṣûmât-khuṣûmât yang terjadi di antara masyarakat ummat. Hal ini di tunjukan oleh Q.S. al-Anbiya [21]: 78 surat dan Q.S. Shad [38]: 26; sebagai berikut: ﮗ ﮘﮙﮚ ﮛﮜﮝ ﮞ ﮟﮠ ﮡ ﮢﮣﮤ “Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan Keputusan mengenai tanaman, Karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan Posisi Lembaga Peradilan kaumnya. dan adalah kami menyaksikan Keputusan yang diberikan oleh mereka itu,” ﯷ ﯸ ﯹﯺﯻﯼ ﯽﯾﯿ ﰀ ﰁ ﰂ ﰃ ﰄ ﰅ ﰆ ﰇﰈ ﰉ ﰊ ﰋ ﰌ ﰍ ﰎ ﰏ ﰐ ﰑ ﰒ ﰓﰔ ﰕ “Hai Daud, Sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka berilah Keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, Karena mereka melupakan hari perhitungan” (Hasbi Al- Shiddieqy, 1970: 65) 3. Fungsi Peradilan Islam Fungsi Peradilan Sebagai lembaga negara yang ditugasi untuk menyelasaikan dan memutuskan setiap perkara dengan adil, maka peradilan berfungsi untuk menciptakan ketertiban dan ketentraman masyarakat yang dibina melalui tegaknya hukum. Peradilan Islam bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan umat dngan tetap tegaknya hukum Islam. Karena itu peradilan Islam mempunyai tugas pokok: a. Mendamaikan kedua belah pihak yang bersengketa. b. Menetapkan sanksi dan menerapkan kepada para pelaku perbuatan yang melanggar hukum. 289 Vol. II No. 02, November 2016 Hikmah PeradilanSesuai dengan bagi seluruh rakyat. Artinya hak-hak fungsi dan tujuan peradilan sebagaimana setiap dijelaskan di atas, maka dengan adanya teraniaya.Firman Allah dalam Al-Quran peradilan akan diperoleh himak yang :Artinya : Dan (menyuruh kamu apabila besar bagi kehidupan rang dihargai dan tidak umet, yaitu menetapkan hukum di antara manusia masyarakat yang supaya menetapkan dengan adil (Q.S. bersih, karena hak setiap orang terutama An-Nisa: 58) Dengan masyarakat yang hak bersih, :Terwujudnya suatu asasinya dapat dilindungi dan pemerintah dipenuhi sesuai dengan peraturan dan berwibawa perundangan maka yang berlaku. Hal ini sejalan dengan hadis Nabi SAW :Artinya “Dari Jabir katanya : Saya dengar : Rasulullah SAW bersabda : Tidak serta akan kedamaian yang bersih tegaknya terwujud dan dan keadilan, ketentraman, keamanan dalam masyarakat.Dapat mewujudkan suasana yang mendorong untuk meningkatkan (dinilai) bersih suatu masyarakat dimana ketaqwaan kepada Allah SWT, bagi hak orang yang lemah diambil oleh yang semua kuat (H.R. Ibnu Hiban) :Artinya : Berlaku adillah, karena adil itu Selanjutnya daalam konsep pihak. Allah SWT lebih dekat kepada taqwa (Q.S. Al- kenegaraa UU di Indonesia pada pasal Maidah : 8) 22 dalam Undang-Undang Dasar 1945 Dan berbunyi : Firman setelah fungsi peradilan memiliki peranan yang sangat penting 1) Segala warga negara bersamaaan penting,maka sunnah Nabi SAW. kedudukannya di dalam hukum dan menampilkan hadist-hadist yang banyak pemerintahan dan wajib memalingkan menjunjung orang dari Qadla’dan hukum dan pemerintahan itu dengan menjauhkan dari padanya ,dengan tujuan tidak ada kecualinya. menjauhkan 2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan layak dan bagi pemerintah penghidupan kemanusiaan. yang orang-orang menginginkan mencampuri yang urusan ini yang ,padahal ia bukan ahlinya ,baik itu orang Aparatur alim yang menyelewengkan atau orang bersih dan bodoh yang tidak memiliki kemampuan berwibawa dapat terwujud di tengah- secara tengah mansayarakat yang bersih. keputusan hukumnya atas kasus-kasus Dengan demikian pada gilirannya baik menerapkan keputusan- yang terjadi. Bahwa sayyidah Aisyah “Aku negara akan semakin kuat sejalan dengan berkata: tegaknya Rasulullah SAW. bersabda: ”Pada hari 290 hukum.Terwujudnya keadilan pernah mendengar Posisi Lembaga Peradilan Vol. II No. 02, November 2016 kiamat nanti, Qâḍi (hakim) yang adil c. Kekuasaan kehakiman atau as-sulṭah akan di bawa, kemudian karena beratnya al-qâḍ’iyyah pemeriksaan, (alangkah menerapkan ia menyelesaikan baiknya ia kalau menghayal, seandainya) tidak pernah memutuskan hukum diantara dua menegakkan orang (yang berselisih) tentang sebiji manusia. buah sama sekali”, dan lain sebagainya Kita yang berwenang undang-undang untuk perselisihan dan keadilan lihat di bahwa antara kekuasaan dari hadits-hadits dan aṡar-aṡar yang peradilan atau kehakiman itu terpisah menakutkan dari dua kekuasaan yang lain. Ini berarti didalam) (orang peradilan” berkecimpung (Salam Madkur, 1993: 67). bahwa kedua kekuasaan atau lembaga lainnya Oleh karena merupakan itu perbuatan tidak peradilan mengintervensi atau ikut campur dalam agung perkara-perkara atau urusan peradilan. yang nilainya, dan karena kekuasaan peradilan Teori itu memunculkan luas bidangnya diperkenankan menyangkut jiwa pemisahan kekuasaan prinsip-prinsip ini penting manusia, barang-barang dan harta benda dalam peradilan Islam yang jumlahnya mereka, ada delapan (8), yaitu: gesa sedang orang-orang menduduki Rasulullah fungsi SAW tergesa- ini, maka bermaksud selalu mengarahkan pandangan kepada akibat yang akan menyimpang manakala terjadi, atau qadli’ menyeleweng dari garis yang lurus. Kekuasaan kehakiman merdeka/berdiri kekuasaan (kemerdekaan sebagai tersendiri. itu lembaga Tujuannya adalah untuk menjaga peradilan agar 4. Prinsip – Prinsip Peradilan Negara-negara modern melaksanakan kepentingannya a. Istiqlâl al-qaḍâ` kehakiman) dengan menggunakan tiga kekuasaan, yaitu; yang berwenang membuat undangundang. b. Kekuasaan eksekutif atau as-sulṭah yang melaksanakan undang-undang. Posisi Lembaga Peradilan kata lain untuk menghindari adanya turut campur dua kekuasaan lain; legislatif dan eksekutif. Ini adalah hal yang a. Kekuasaan perundang-undangan atau at-tanfîżiyyah tidak terkena pengaruh atau dengan bertugas bagus dan rasional dalam tatanan hukum. Prinsip ini sudah ada sejak masa Rasulullah SAW hidup. b. Al-musâwah amâma al-qaḍâ` (kesamaan di hadapan hukum) Kebanyakan orang beranggapan bahwa prinsip kemerdekaan, 291 Vol. II No. 02, November 2016 persaudaraan, dan persamaan itu tidak revolusi Prancis. Akan tetapi, dengan dikenal sebelum meletusnya revolusi adanya prinsip ini bukan berarti orang Prancis pada akhir abad ke-18 M. yang berperkara tidak menyerahkan Padahal sebenarnya prinsip itu telah uang dikemukakan baik dalam al-qur’an, Undang-undang positif mengharuskan hadits, penyerahan dan ucapan Khulafa’ur sama sekali ke sedikit pengadilan. biaya untuk Rosyidin sejak abad ke-7 masehi. mengurus (administrasi) perkara yang Dalam diajukan. mengadili, Rasulullah SAW selalu bersikap sama di antara pihak yang berselisih. dilakukan Begitu oleh juga para yang khulafa’ur d. At-taqâḍi ‘alâ darâjatain au alisti`nâf (upaya hukum naik banding). rosyidin. Amirul mu’minin Umar ibn al-Khatthab nasehat pernah kepada memberikan seorang qodli: Berdasarkan di hadapanmu dalam pernyataan dan mengajukan keputusan. pengadilan mulia perkara tidak berharap dalam yang kemenangan keculasanmu, dan orang keputusan hukum atas suatu kasus di pengadilan orang ini, berperkara yang telah mendapatkan “bersikaplah sama di antara manusia Sehingga prinsip naik tingkat kasus yang banding keputusan pertama, itu lebih untuk boleh lagi ke tinggi alias mendapatkan hukum lagi atas kasus orang yang lemah tidak putus asa dari tersebut. Pengadilan yang lebih tinggi keadilanmu.” ini c. Majjâniyat gratis) al-qaḍâ` (peradilan mempunyai kemerdekaan atau kebebasan untuk menentukan, apakah keputusan pertama atas kasus itu Di negara-negara Islam, sejak (hasil pengadilan sebelumnya) dulu tidak pernah ada qodli yang dikukuhkan , diganti, atau dibatalkan. boleh memungut biaya dari orang Prinsip ini telah dikenal luas dalam yang berperkara ke pengadilan. Hal semua undang-undang positif. Prinsip ini ini mempunyai faedah yang penting. untuk kedermawanan sikap tamak Hakim/qodli. menunjukkan dan tidak dalam adanya diri Pemerintahan sang Islamlah Ia mendorong qodli/hakim untuk berhati-hati dan mengerahkan usaha maksimal dalam yang Prinsip seperti ini tidak dikenal oleh hakim tersebut tahu bahwa hukum negara-negara eropa kecuali setelah yang ia kepadanya. kasus yang menggaji mereka (para qodli). 292 diajukan menangani putuskan akan Karena mungkin Posisi Lembaga Peradilan Vol. II No. 02, November 2016 ditampakkan/diperlihatkan kemudian hari lagi (di di pengadilan banding), jika ternyata ada kekeliruan dalam keputusannya itu. Sehingga hal ini mendorong sang hakim untuk berijtihad dan melakukan penelitian terbuka. menyelenggarakan e. Al-qaḍâ` fî al-Islâm yaqûmu ‘alâ niẓâm al-qâḍi al-fard (kehakiman Islam menerapkan aturan hakim tunggal). Dalam sistem peradilan Islam, yang memutuskan perkara di antara manusia adalah seorang qodli saja. Dalam kondisi Fuqoha’ ada sang hakim didampingi beberapa Ulama’ pendamping yang Keputusan mengetahui dan bisa Mengenai (saling didengarkan pendapatnya masing-masing). pihak berperkara yang ghaib (tidak hadir dalam persidangan), ada kaedah-kaedah tersendiri yang mengaturnya, sehingga hak masing- masing pihak tetap terjaga. h. Sulthotul qodli fil fiqhi al-islamiy (kekuasaan kehakiman dalam fikih Islam) pendapat kehakiman, pada Akan tetapi mereka tidak tidak dipertemukan Dalam sumbangan (ulama’) hukum dijatuhkan sebelum kedua belah pihak akan memberikan hakim. di kebutuhan, memperbolehkan sebagai persidangan g. Huṣûl al ijra`ât fi muwâjahat alkhuṣûm (mempertemukan pihak yang berselisih) terkait (Muhammmad, 2000: 32). Rasulullah masjid. secara mendalam agar hukum yang ia putuskan tidak diganti atau dianulir Sebagaimana pelaksanaan walaupun undang-undang kekuasaan sudah positif ada yang boleh ikut campur diterapkan, fikih (hukum Islam) tetap dalam memutuskan hukum atas kasus menjadi pijakan dalam menetapkan, yang disidangkan. Pendapat mereka mengganti hanya sebagai (Oyo Sunaryo, 2011:65) seperlunya bagi hakim. memutuskan hukum pertimbangan Jadi yang tetap sang hakim/qodli itu sendiri. Fuqahâ` bersepakat Setidaknya atas menganulir dalam ijtihad hukum. mencari dasar hukum para hakim, ada empat karakteristik f. ‘Alâniyat majlis al-qaḍâ` (sidang peradilan yang terbuka) atau pemikiran yang hukum menjadi Islam. produk Keempatnya juga memiliki otoritas penerapan yang dalam hal ini disebut fikih, fatwa, terbukanya pengadilan. Bahwa yurisprudensi, dan perundang-undangan. pengadilan dilaksanakan secara Yaitu : Posisi Lembaga Peradilan 293 Vol. II No. 02, November 2016 1) Fiqih tersebut Fikih dari etimologis-terminologis ditulis belum sekompleks permasalahan hukum umat pada masa sedikit telah disinggung dalam uraian sesudahnya. sebelumnya. Dirumuskan bahwa fikih belakang adalah pemahaman terhadap syariat berbeda dengan kodisi umat pada menangkut amal perbuatan manusia. masa itu. Karenanya, sangat dilematis Pemahaman bila dalil- tersebut diambil dari dalil terinci melalui kaidah- kaidah ushulu. Dari pula latar sosiokultural umat jauh diktum-diktum yang terdapat dalam kitab- kitab fikih tersebut harus lahirlah diberlakukan pada masa dan tempat konsep-konsep fikih yang terhimpun yang berbeda. Dengan uraian di atas, dalam kitab-kitab yang masing-masing dipahami bahwa fikih dalam konteks memiliki tertentu memiliki hak otoritas untuk ciri sini Demikian dan karakteristik tersendiri berdasarkan metode ijtihad diberlakukan, penyusunnya. yang Dalam konteks bila dihadapi masalah hukum memiliki kesesuaian Indonesia, fikih dapat berarti hasil dengan produk hukum dalam fikih ijtihad tersebut, yang dalam konteks negara para ulama yang kemudian disetujui secara bersama (ijtihad Republik Indonesia, kitab fikih yang jamai), misalnya Kompilasi Hukum selalu memiliki Islam (KHI). Dalam impelementasinya, yang bersumber fikih Bilamana suatu masalah tidak sesuai merupakan problematika yang responsi bagi hukum secara umum berkembang diktum fikih kitab-kitab itu fikih ketika ditulis. dari fikih dan adalah Syafii. setelah dicari diktum- ketentuan hukumnya yang qat'iy dari Biasanya kitab-kitab fikih lain belum ditemukan meliputi seluruh aspek hokum Islam. Ia tidak memiliki ketentuan tentang masa dan wilayah berlakunya. dengannya, kesesuaian Keaadaannyna yang juga, maka diperlukan fatwa. 2) Fatwa Fatwa adalah hasil ijtihad seorang mufti sehubungan dengan peristiwa demikian menjadikan kitab-kitab fikih hukum yang diajukan cenderung dianggap harus (Rofiq, 1999: 8). diberlakukan sepanjang masa. dinamis, karena merupakan respon resisten terhadap perkembangan baru yang Masalahnya dihadapi masyarakat. Karenanya, terhadap adalah, dihadapi 294 fikih menjadi perubahan. problematika umat ketika hukum kepadanya Fatwa bersifat Karena itu, yang setiap muncul persoalan yang sifatnya kitab-kitab asing dan ia merupakan aktivitas baru Posisi Lembaga Peradilan Vol. II No. 02, November 2016 yang belum jelas kedudukan proses dan telah hukumnya, diperlukan fatwa. Fatwa kekuatan dapat diberikan oleh ulama secara dipergunakan oleh hakim-hakim lain individual untuk Hingga maupun permulaan secara abad kolektif. hukum memperoleh tetap, memutuskan ia suatu dapat perkara ke-20 sama meski berada pada tempat dan beberapa fatwa telah mulai diberikan masa berbeda. Hanya saja, dengan oleh ulama secara kolektif, catatan bahwa kondisi sosial budaya 3) Yurisprudensi masyarakat belum banyak berubah. Yurisprudensi adalah putusan 4) Perundang-undangan hakim atau Pengadilan Agama, yang merupakan salah karakteristik produk Putusan hadkim, satu dari Undang-undang atau perundang-undangan peraturan adalah suatu hukum Islam. peraturan yang dbuat warga negara diambil di atau mana undang-undang itu ditetapkan berdasarkan pemeriksaan diberlakukan perkara di depan sidang pengadilan, Pelanggaran atau undang akan mendatangkan sanksi. ketetapan disampaikan hukum syari yang melalui seorang qadhi (Sauf al-Din adanya sebuah terhadap undang- al-Amidi, t.t: 7). atau seorang hakim yang diangkat Dengan demikian daya ikat undang- untuk undang itu. Berbeda dengan fatwa, putusan-putusan pengadilan agama lembaga, yang dalam Sampai tingkat luas dari keputusan pengadilan. Karena diputuskan oleh bersifat mengikat kepada pihak-pihak berperkara. lebih maka orang ang terlibat perumusannya tidaklah tertentu, ia bersifat dinamis karena terbatas pada fuqaha atau ulama, merupakan usaha pemberian jawaban tetapi atau penyelesaian suatu perkara yang cendikiawan lainnya Sebagai produk diajukan ke pengadilan pada suatu kolektif (ijtihad kolektif), undang- masa tertentu. Bila dilihat dari sudut undang relative memiliki kualitas masa dan tempat berlakunya suatu yang putusan pengadilan, maka dikatakan mencerminkan bahwa putusan pengadilan berpeluang masyarakat. untuk karena dapat dipergunakan dalam juga lebih ia sejumlah masa dan tempat tertentu. pertimbangan Hal komprehensif, ini pengadilan, dikarenakan, apabila Posisi Lembaga Peradilan telah putusan melalui para politisi tinggi dan kesadaran Hal ini disebabkan dengan yang kedinamisan,perundang lebih hukum dirumuskan Namun dan lebih di sisi undangan 295 Vol. II No. 02, November 2016 cenderung karena lambat untuk undang-undang dinamikanya, mengubah suatu memerlukan waktu, biaya dan persiapan yang matang. Prinsip-prinsip Nilai Etika landasan Peradilan dan Fungsi peradilan menyangkut hukum taklîfi dan juga hukum takhyîri. Kedudukannya adalah di pandang suci Dalam Islam Setelah C. Simpulan dijelaskan hubungan etika agama dan agung nilainya, karena di dalamnya ada kekuasaan bidangnya peradilan menyangkut yang jiwa luas manusia, dalam peneglam dunia peradilan dalam properti dan harta kekayaan mereka. penegakan nilai dan norma Karena suatu konsep dari suatu hukum, paradigma kedudukan peradilan ini di pandang suci dan agung nilainya, dan segala etika yang berkaitan dan yang banyak dikontruksi dari nilai-nilai atau prinsip- menduduki fungsi ini, maka Rasululloh prinsip etika profesi hakim dari lintasan SAW, selalu mengarahkan kepada akibat sejarah yang akan terjadi nantinya, manakala secara normatif. Seperti orang-orang dikatakan A. Hanafi, sistem etika Islam Qâḍi selalu tercermin dalam konsep tauhid. dan tidak berdasarkan Al-Qur`an dan Oleh karena itu bagi seorang hakim Sunnah. Unsur terakhir dalam peradilan dalam melaksanakan adalah sumber hukum (putusan) dalam profesinya harus menyimpang menyeleweng taat pada prinsip-prinsip peradilan yang suatu telah yang telah digariskan oleh al- keterangan Qur'an, memutuskan perkara hanya dalam suatu sebagai pertimbangan menjalani profesinya, terhadap karena prinsip-prinsip memberikan terhadap hukum. Dari ini jelaslah kejadian yang seseorang terhadap mengemukakan keterangan- diperkarakan lawannya, gugatan-gugatan bahwa oleh dengan yang Dalam dapat diterima. Oleh karena itu sesuatu lintasan sejarah peradailan Islam, Umar yang bukan merupakan satu peristiwa Bin Khattab mengatakan ada sepuluh atau macam prinsip yang harus masuk ke dalam bidang ibadah, tidak pelaksanaan dimasukkan ke dalam bidang peradilan. dijadikan tujuan ketaatan akan jaminan terlaksananya dalam perkara. atau tergesa-gesa peradilan pedoman kejadian, dan hal-hal itu yang peradilan (Sumaryono, 1995: 65). *** 296 Posisi Lembaga Peradilan Vol. II No. 02, November 2016 DAFTAR PUSTAKA Daud, Muhammad Ali. 2000. Hukum Islam dan Peradilan Agama. Cet. III; Jakarta: Raja Grafindo Persada. Rofiq, Ahmad. 1999. Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Madkur, Muhammad Salam. 1993. Peradilan dalam Islam, alih bahasa Imron A.M, cet. Ke-4 Surabaya: PT Bina Ilmu. al-Amidiy, Sauf al-Din. Tt. Al-Ihkam fi Ushul al-Ahkam, Jilid I. Mesir: Dar al-Hadits. Manan, Abdul. 2010. Etika Hakim Dalam Penyelenggaraan Peradilan Suatu Kajian Dalam Sistem Peradilan Islam ,cet-1. Jakarta: Kencana. Mukhlas, Oyo Sunaryo. 2011. Perkembangan Peradilan Islam. Bandung: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati. Posisi Lembaga Peradilan ash-Shiddieqy, Hasbi. 1970. Sejarah Peradilan Islam, cet-3. Jakarta: Bulan Bintang. Sumaryono, E., 1995. Etika Profesi: Norma-norma Bagi Penegak Hukum, cet. ke-1. Yogyakarta: Kanisius. Wahyudi, Abdullah Tri. 2004. Peradilan Agama di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 297 Vol. II No. 02, November 2016 298 Posisi Lembaga Peradilan