ANALISIS BRAND EQUITY PADA THE BODY SHOP BOGOR ICA TRISNAWATI DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi berjudul Analisis Brand Equity Pada The Body Shop Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2016 Ica Trisnawati NIM H24100070 ABSTRAK ICA TRISNAWATI. Analisis Brand Equity pada The Body Shop Bogor. Dibimbing oleh JONO MUNANDAR. Dengan seiring berjalannya waktu, semakin berkembangnya pola hidup manusia dan semakin bertambahnya kebutuhan manusia yang perlu dipenuhi. Kosmetik dan produk perawatan tubuh sudah menjadi salah satu kebutuhan primer bagi wanita. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka muncul merekmerek yang menjual produk perawatan tubuh. Untuk dapat bersaing merek tersebut perlu adanya pembentukan merek yang kuat. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor brand equity dan korelasi antara karakteristik konsumen dengan faktor committed buyer pada The Body Shop sebagai suatu merek. Data yang diperoleh oleh peneliti adalah data primer yang didapat melalui kuesioner kepada 100 responden. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling dan menggunakan analisis brand equity dan uji chi square. Berdasarkan hasil penelitian, merek The body Shop sudah menempati posisi top of mind di analisis brand awareness, yang membuktikan bahwa The Body Shop sudah mempunyai kesan yang kuat pada responden. Dan hasil uji chi square yang membuktikan bahwa adanya korelasi antara atribut pengeluaran yang dikeluarkan untuk produk perawatan tubuh per bulan dan intensitas pembelian produk The Body Shop per bulan terhadap committed buyer. Kata Kunci: brand equity, chi square, The Body Shop ICA TRISNAWATI. The Analysis of Brand Equity on The Body Shop Bogor. Supervised by JONO MUNANDAR. As time goes by, there are growth on human lifestyle and the increase of human needs. Cosmetic and body care products became one of primary needs for women. To fulfill those needs there are brands that start to sell body care products. To be able to compete with other brands, they need to build strong image of their brand in people mind. The purpose of this research to analyze the impact of brand equity factors and correlation between customer‟s character with committed buyer factor for The Body Shop as brand. The data that have been collected are primary data through questionnaire of 100 respondents. The sampling technique used was purposive sampling and used analysis of brand equity also chi square. Based on the result, The Body Shop peaked top of mind in analysis of brand awareness, which prove The Body Shop already have strong image in respondents‟ mind. In chi square test which prove there are correlation between how much money they spent per month for body care products and how many times per month they usually buy The Body Shop products to committed buyer. Keyword: brand equity, chi square, The Body Shop ANALISIS BRAND EQUITY PADA THE BODY SHOP BOGOR ICA TRISNAWATI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2015 ini Analisis Brand Equity Pada The Body Shop Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Jono M. Munandar, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan dan arahannya dalam pelaksanaan penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah dan ibu, seluruh keluarga, serta teman-teman atas segala doa dan dukungan yang telah diberikannya dalam penyusunan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2016 Ica Trisnawati DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Merek (Brand) Ekuitas Merek (Brand Equity) Kesadaran Merek (Brand Awareness) Asosiasi Merek (Brand Association) Kesan Kualitas (Perceived Quality) Loyalitas Merek (Brand Loyalty) METODE Kerangka Pemikiran Lokasi dan Waktu Penelitian Pengumpulan Data Metode Pemilihan Sampel `Pengolahan dan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Analisis Brand Awareness Analisis Brand Loyalty Analisis Brand Association Analisis Perceived Quality Analisis Uji Chi Square SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran Implikasi Manajerial DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP vi vi vi 1 1 2 3 3 3 3 3 4 4 5 6 7 8 8 8 8 9 9 13 13 14 16 18 22 23 24 24 25 26 26 37 DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 Top Brand Body Mist 2015 Top Brand Body Butter 2015 Karakteristik Responden Top of Mind Analisis Brand Association Analisis Chi Square korelasi karakteristik konsumen dengan committed buyer 7 Korelasi karakteristik konsumen dengan committed buyer 1 2 13 14 19 23 24 DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Elemen Brand Equity (Tjiptono 2011) Piramida Brand Awareness (Aaker, 1991) Piramida Loyalitas (Durianto dkk 2004) Kerangka Pemikiran Brand Recall Analisis Piramida Brand Awareness Committed Buyer Liking the Brand Satisfied Buyer Habitual Buyer Switcher Buyer Analisis Piramida Brand Loyalty Skala Semantic Differential 4 4 7 8 15 15 16 16 16 17 17 18 22 DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 Validitas dan Reabilitas Tabel Perceived Quality Hasil Uji Cochran Tabel Brand Association Tabel Chi Square Tabel Top of Mind 29 30 31 33 34 36 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dengan seiring berjalannya waktu dan berkembangnya pola hidup manusia maka semakin bertambah kebutuhan manusia yang harus dipenuhi. Kosmetik dan produk perawatan tubuh merupakan kebutuhan yang sudah tidak bisa dipisahkan dari manusia. Sudah banyak manusia yang menjadikan kosmetik dan produk perawatan tubuh sebagai salah satu kebutuhan primer mereka. Indonesia pun tidak luput dari salah satu negara yang penduduknya mengalami penyesuaian pola hidup yang menggunakan kosmetik dan produk perawatan tubuh sebagai salah satu kebutuhan utamanya. Penggunaan perawatan tubuh di Indonesia meningkat pada setiap tahunnya, hal ini dibuktikan dari data penjualan produk perawatan tubuh di Indonesia yang sudah di data oleh Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, jumlah penjualan produk perawatan tubuh di Indonesia pada tahun 2011 sebesar 8.50 triliun rupiah dan meningkat menjadi 9.76 triliun rupiah pada tahun 2012. Dengan meningkatnya jumlah penggunaan produk perawatan tubuh di Indonesia, maka pangsa pasar perawatan tubuh semakin kompetitif. Kondisi tersebut membuat setiap perusahaan perawatan tubuh di Indonesia harus dapat bersaing untuk memenuhi kebutuhan konsumen. (Kemenperin 2013) Untuk memenuhi kebutuhan pola hidup masyarakat Indonesia yang lebih memilih untuk menggunakan produk perawatan tubuh yang menggunakan bahan alami, beberapa perusahaan lebih memilih untuk mendatangkan merek luar negeri yang sudah cukup terkenal untuk dapat bersaing di pasar Indonesia. The Body Shop merupakan salah satu perusahaan yang memanfaatkan kesempatan tersebut untuk memasarkan produk-produknya yang berbahan baku alami. The Body Shop didirikan pertama kali pada 26 Maret 1976 oleh Dame Anita Roddick di Brighton, Inggris. The Body Shop juga menjadi perusahaan perawatan tubuh internasional pertama yang memenuhi Humane Cosmetic Standard yang didukung oleh kelompok internasional perlindungan hewan. The Body Shop masuk ke Indonesia pada tahun 1992 dibawa oleh PT Monica Hijau Lestari. Setelah masuk ke Indonesia, The Body Shop mendapat tanggapan yang baik dai masyarakat Indonesia. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya 89 gerai yang tersebar di seluruh Indonesia sampai tahun 2013. (www.thebodyshopusa.com 2015) Tabel 1 Top Brand Body Mist 2015 BODY MIST MEREK TBI The Body Shop 32.0% Mustika Puteri 7.8% Victoria Secret 7.3% Eskulin 4.4% TOP TOP Sumber: Data Top Brand 2015 2 Tabel 2 Top Brand Body Butter 2015 BODY BUTTER/ BODY CREAM MEREK TBI TOP The Body Shop Oriflame Mustika Ratu Wardah 29.0% TOP 16.5% 11.7% 7.5% Sumber: Data Top Brand 2015 Tabel di atas menunjukan beberapa merek yang masuk ke kategori Top Brand sebagai kompetitor produk The Body Shop, Melihat banyaknya merek perawataan tubuh lain yang memanfaatkan bahan dasar organik sebagai keunggulan produk mereka dan munculnya produk perawatan tubuh sejenis, maka The Body Shop harus mempunyai strategi pemasaran yang tepat, hal ini dikarenakan lingkungan bisnis yang semakin dinamis dan juga lingkungan ritel modern telah berubah. Hal ini merupakan bahan sebagai indikator terhadap tingkat persaingan pada produk The Body Shop. Perumusan Masalah Pemberian merek pada produk spesifik memungkinkan konsumen menggunakan merek sebagai pedoman atau acuan tingkat dan konsistensi kualitas, serta memungkinkan para pemanufaktur untuk mengkomunikasikan citra spesifik dan aspek produk tertentu kepada para konsumen melalui kampanye periklanan massal. Kedua, perubahan signifikan terjadi dalam hal perspektif terhadap merek, dari yang semula product-plus perspective menjadi brand-as-a-concept approach. Dalam product-plus perspective, merek hanya dipandang sebagai tambahan komplemen terhadap sebuah produk. Sebaliknya, brand-as-a-concept approach memandang merek sebagai keseluruhan elemen bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, dan promosi). Perusahaan mulai dengan gagasan menarik yang berakar pada gaya hidup yang dikaitkan dengan merek spesifik dan pemanufakturannya ditentukan. Produk spesifik tersebut bisa berubah seiring perjalanan waktu, namun mereknya tetap abadi. Selain itu, merek dengan daya tarik gaya hidup yang sama bisa direpresentasikan dengan produk berbeda di negara dan budaya berbeda. Oleh sebab itu, brand-as-a-concept approach tampaknya lebih relevan untuk situasi masa kini (Tjiptono 2011) Melihat adanya permasalahan tersebut maka perlu diadakan penelitian mengenai brand equity produk perawatan tubuh The Body Shop. Oleh karena itu, permasalahan yang diidentifikasi dalam penelitian ini yaitu: (1) Bagaimana brand awareness konsumen produk perawatan tubuh The Body Shop di benak konsumen?; (2) Bagaimana brand association produk perawatan tubuh The Body Shop di benak konsumen?; (3)Bagaimana perceived quality produk perawatan tubuh The Body Shop di benak konsumen?; (4) Bagaimana brand loyalty konsumen terhadap produk perawatan tubuh The Body Shop di benak konsumen?; 3 (5) Bagaimana karakeristik konsumen terhadap brand loyalty produk perawatan tubuh The Body Shop? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor brand equity pada merek The Body Shop dengan rincian sebagai berikut: (1) Menganalisis brand awareness untuk mengetahui sejauh mana konsumen menyadari akan keberadaan terhadap produk perawatan tubuh The Body Shop; (2) Menganalisis brand association untuk mengetahui seberapa kuat asosiasi yang tertanam dibenak konsumen pada produk perawatan tubuh The Body Shop; (3) Menganalisis perceived quality untuk mengetahui bagaimana persepsi konsumen terhadap kualitas terhadap produk perawatan tubuh The Body Shop; (4) Menganalisis brand loyalty untuk mengetahui tingkat loyalitas konsumen terhadap produk perawatan tubuh The Body Shop; (5) Menganalisis karakteristik konsumen terhadap brand loyalty konsumen The Body Shop Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini: (1) Bagi perusahaan sebagai masukan mengenai selera konsumen dan rekomendasi alternatif kebijakan pemasaran untuk meningkatkan penjualan dalam usaha pengembangan produk perawatan tubuh; (2) Bagi akademisi diharapkan bermanfaat dalam ilmu kegiatan segmentasi berdasarkan gaya keputusaan konsumen; (3) Bagi peneliti lain diharapkan dapat menjadi referensi dan studi perbandingan untuk penelitian selanjutnya. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis elemen-elemen brand equity (brand awarenesss, brand association, perceived quality dan brand loyalty). Selain itu ruang lingkup penelitian ini juga meliputi responden dan banyaknya merek yang diteliti. Responden yang dipilih adalah pengunjung The Body Shop di Bogor. Produk yang dikaji pada penelitian ini adalah produk perawatan tubuh pada merek The Body Shop. TINJAUAN PUSTAKA Merek (Brand) Menurut UU merek No. 15 tahun 2001 pasal 1 ayat 1, merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa bentuk, suara, hologram, dan bahkan aroma juga dimasukkan dalam lingkup definisi merek (Tjiptono 2011) 4 Ekuitas Merek (Brand Equity) Dalam model Aaker, brand equity diformulasikan dari sudut pandang manajerial dan strategi korporat, meskipun landasan utamanya adalah perilaku konsumen. Aaker menjabarkan aset merek yang berkontribusi pada penciptaan brand equity ke dalam empat dimensi: brand awareness, brand association, perceived quality, dan brand loyalty. Brand Equity Brand Awareness Brand Association Perceived Quality Brand Loyalty Gambar 1 Elemen Brand Equity (Tjiptono 2011) Kesadaran Merek (Brand Awareness) Brand awareness adalah kemampuan calon pembeli untuk mengenali atau mengingat bahwa sebuah merek merupakan anggota dari kategori produk tertentu (Aaker 1991). Tingkat kesadaran merek dapat dilihat pada piramida berikut: Top of Mind Brand Recall Brand Recognition Brand Unware Gambar 2 Piramida Brand Awareness (Aaker 1991) 1. Unwareness of brand (tidak sadar merek), konsumen tidak menyadari akan adanya suatu merek baru. 2. Brand recognition (pengenalan merek), merupakan tingkat minimal dari kesadaran merek. Mungkin pembeli mengenal merek tersebut, tetapi tidak ingat, dan pembeli akan ingat setelah melihat atau diingatkan kembali merek tersebut. 5 3. Brand recall (mengingat ulang), konsumen perlu dibantu untuk mengingatkan kembali terhadap sebuah merek. Disini letak perlunya iklan dan pelayan (pada sebuah toko). 4. Top of mind (puncak pikiran), jika konsumen mengingat sebuah kategori produk, maka merek yang pertama muncul adalah merek yang ada dalam puncak pikirannya. Asosiasi Merek (Brand Association) Adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan merek dalam ingatan atau sekumpulan merek yang berasosiasi (memiliki hubungan) yang dibentuk oleh konsumen atau terbentuk dalam fikiran - benak nya. Kehebatan asosiasi merek adalah kemampuannya untuk membentuk sikap positif, dan persepsi yang kuat, serta alasan untuk membeli (Hasan 2009). Menurut Aaker dalam Sumarwan salah satu fungsi brand association adalah sebagai basis penentuan positioning merek. The body shop merupakan salah satu perusahaan manufaktur dan retail terbesar di dunia yang menghasilkan produk kecantikan dan kosmetik yang diproduksi dengan nilai etika. The body shop juga termasuk perusahaan yang besifat industri jasa karena memiliki sistem pelayanan oleh pramuniaga dan karyawan. Untuk melengkapi faktor – faktor dalam brand awareness maka the body shop memerlukan strategi pendukung yaitu dengan mengindikasikan strategi positioning, karakteristik jasa, dan terakhir strategi bauran pemasaran. Positioning Suatu perusahaan eceran yang telah memutuskan segmen mana yang dijadikan target market, mereka perlu menentukan bagaimana melayani atau memasuki pasar yang dituju itu dengan program pemasarannya. Positioning berkenaan dengan upaya menempatkan posisi perusahaan di benak masyarakat atau calon pembeli. Dengan demikian, positioning adalah membentuk citra perusahaan dan/atau citra produk dimata masyarakat (Ma‟ruf 2006). Karakteristik Jasa Jasa/layanan (service) adalah semua tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak kepada pihak lain yang pada intinya tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikian apapun. Produksinya dapat atau tidak terkait dengan produk fisik. Meskipun demikian, semakin banyak produsen, distributor, dan pengecer, yang menyediakan jasa bernilai tambah, atau layanan pelanggan yang sangat baik untuk mendiferensiasikan diri mereka (Kotler Keller 2009). Dan pekerja di sektor eceran, seperti kasir, pegawai toko, wiraniaga, dan perwakilan layanan pelaggan, juga menyediakan jasa. Maka dengan pernyataan tersebut ritel pun memiliki sifat jasa, oleh karena itu peneliti memutuskan pentingnya menggunakan bauran pemasaran 8P sebagai faktor-faktor dari asosiasi merek. 6 Bauran Pemasaran Menurut Alma (2011) Bauran pemasaran (marketing mix) adalah strategi mengkombinasikan kegiatan-kegiatan marketing, agar dicari kombinasi maksimal sehingga mendatangkan hasil paling memuaskan. Berikut pengertian 8P menurut Lovelock (2011): 1. Elemen Produk (Product) yaitu seluruh elemen kinerja layanan yang menciptakan nilai bagi pelanggan. 2. Tempat dan Waktu (Place and Time) yaitu keputusan dalam hal tempat dimana layanan dihantarkan dan dalam hal kapan layanan tersebut tersedia. 3. Proses (Process) yaitu strategi merancang dan mengelola proses jasa yang menjadi bagian sentral dalam menciptakan produk jasa dan membentuk pengalaman pelanggan secara signifikan. 4. Produktivitas dan Kualitas (Productivity and Quality) merupakan jalur kembar untuk menciptakan nilai tambah bagi pelanggan dan perusahaan. Kualitas terfokus pada manfaat yang diciptakan untuk pelanggan, dan produktivitas memengaruhui biaya keuangan perusahaan. 5. Orang (People) adalah kualitas personel perusahaan layanan terutama mereka yang berhadapan langsung dengan pelanggan serta memainkan peranan penting dalam menentukan kesuksesan pasar dan kinerja finansial. 6. Promosi dan Edukasi (Promotion and Education) merupakan menekankan petunjuk yang sifatnya berwujud bagi jasa yang sulit dievaluasi, menjelaskan sifat dan rentetan dari pelaksanaan layanan, menyoroti kinerja dari personel yang berhubungan dengan pelanggan, dan mengedukasi pelanggan mengenai bagaimana berpartisipasi secara efektif dalam penghantaran jasa. 7. Bukti Fisik (Physic) yaitu lingkungan layanan yang dirancang baik untuk membuat pelanggan merasa nyaman dan menambah kepuasan mereka. 8. Harga dan Biaya Jasa Lainnya (Price) yaitu berapa harga yang dikenakan atas unit jasa tertentu pada waktu tertentu. Kesan Kualitas (Perceived Quality) Menurut Tjiptono, perceived quality merupakan penilaian konsumen terhadap keunggulan atau superioritas produk secara keseluruhan. Oleh sebab itu, peceived quality didasarkan pada evaluasi didasarkan pada evaluasi subyektif konsumen (bukan manajer atau pakar) terhadap kualitas produk (Tjiptono 2011) Persepsi pelanggan akan melibatkan apa yang penting bagi pelanggan karena setiap pelanggan memiliki kepentingan (yang diukur secara relatif) yang berbeda-beda terhadap suatu produk atau jasa. Maka dapat dikatakan bahwa membahas perceived quality berarti akan membahas keterlibatan dan kepentingan pelanggan (Durianto 2004). Perceived quality yang tinggi bukan berarti harapan pelanggan rendah (pelanggan merasakan kepuasan yang tinggi jika harapannya jauh lebih rendah dari kinerja atau kenyataan). Perceived quality mencerminkan perasaan pelanggan secara menyeluruh mengenai suatu merek. Untuk memahami perceived quality suatu merek diperlukan pengukuran terhadap dimensi yang terkait dengan karakteristik produk (Durianto 2004). 7 Loyalitas Merek (Brand Loyalty) Loyalitas merek (brand loyalty) merupakan ukuran kedekatan pelanggan pada sebuah merek, dan perasaan positif pada suatu merek. Itulah sebabnya pelanggan akan cenderung menggunakan produk secara teratur. Pembelian ulang sangat dipengaruhi tingkat loyalitas merek yang dimiliki oleh pelanggan (Hasan 2009). David Aaker (1991), membuat urutan loyalitas merek dalam lima tingkatan, seperti dalam piramida berikut: Committed Buyer Liking the Brand Satisfied Buyer Habitual Buyer Switcher Gambar 3 Piramida Loyalitas (Durianto dkk 2004) 1. Switcher adalah pembeli yang sama sekali tidak loyal. Pembeli yang tidak mau terikat dengan merek apapun. Merek mempunyai peranan kecil dalam keputusan pembeli jenis ini. 2. Habitual buyer, pembeli ini adalah pembeli yang merasa puas dengan produk, atau paling tidak mereka tidak kecewa. Pembeli ini memilih merek, karena kebiasaan saja. 3. Satisfied buyer with switching cost, pembeli ini adalah mereka-mereka yang puas (satisfied buyer) dengan menanggung atau mengeluarkan biaya pengalihan (switching cost), sepeti biaya waktu, uang, dan mungkin risiko pemakaian karena pengalihan merek. 4. Liking the brand, pembeli sangat menyukai merek, pembeliannya berdasarkan asosiasi merek (mungkin simbol, atau karena rangkaian pengalaman menggunakan sudah lama). 5. Commit buyer, mereka adalah pembeli atau pelanggan yang setia, mereka sangat bangga menggunakan merek tertentu itu. Perusahaan telah mampu menjadikan brand nya sebagai brand advantage (merek unggul), sehingga mendorong banyaknya commited buyer (pembeli yang komitmen, tidak mau berpindah merek 8 METODE Kerangka Pemikiran Perkembangan Baru Bisnis Ritel Produk Organik The Body Shop Bogor Karakteristik konsumen Analisis Brand Equity Analisis Deskriptif Analisis Brand Awareness Analisis Deskriptif Analisis Brand Association Analisis Perceived Quality Tes Cochran Skala Semantic Differential Analisis Brand loyalty Analisis Deskriptif Korelasi Xi2 Brand Equity The Body Shop Bogor Rekomendasi Gambar 4 Kerangka Pemikiran Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada The Body Shop Botani Square Mall yang terletak di Kota Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2015 hingga bulan Januari 2016. Metode yang digunakan dalam menentukan lokasi adalah metode purposive. Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer yang digunakan adalah melalui wawancara dari instrumen kuesioner, dan wawancara langsung pada responden dan pihak manajemen The Body Shop dengan pertanyaan yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini merupakan data penunjang penelitian yang berkaitan dengan dengan masalah yang akan diteliti, seperti kumpulan data dari perusahaan, bahan pustaka, artikel, jurnal, maupun bahan dari internet. 9 Metode Pemilihan Sampel Populasi penelitian ini adalah konsumen The Body Shop yang telah membeli produk The Body Shop. Metode pengambilan contoh yang digunakan adalah metode non probability sampling dengan menggunakan teknik purposive sampling. Penentuan jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini mengikuti rumus Slovin (dalam Umar, 2005). Adapun rumus Slovin adalah sebagai berikut: .....................................................................................................................(1) Keterangan: n = Jumlah contoh yang diambil N = Jumlah populasi e = Error 10% (Umar, 2005) Diketahui bahwa jumlah penduduk Kota Bogor tahun 2014 (BPS 2014) sebanyak 1.030.720, sehingga diperoleh contoh sejumlah: ( ) ......................................................................................(2) Berdasarkan rumus Slovin tersebut maka jumlah responden pada penelitian ini jumlahnya dibulatkan ke atas menjadi 100 responden. Pengolahan dan Analisis Data Dalam penelitian ini, data yang diperoleh diolah dengan menggunakan metode komputer menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS for window. Hasil tersebut kemudian dianalisis menggunakan metode analisis brand equity. Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, skala likert dan nilai rata-rata, skala Semantic Differential, tes Cochran, serta uji Chi Square. Uji Validitas Sebelum kuesioner disebarkan kepada responden, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reabilitas. Validitas dalam penelitian dijelaskan sebagai suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur (Umar 2005). Untuk mengukur korelasi antar pertanyaan digunakan rumus korelasi product moment. ( ) ( ) ....................................................................................(3) √ –( ) ( ) Keterangan : r : Koefisien korelasi (indeks validitas) X : Skor tiap pertanyaan Y : Skor total n : Jumlah responden 10 Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas adalah uji keterandalan instrumen yang digunakan dalam riset. Instrumen riset yang terandal akan mampu mengungkap informasi yang sebenarnya di lapangan (Durianto 2004). Penelitian ini menggunakan metode Spearman-Brown dan Alpha Cronbach. Metode Spearman-Brown untuk uji reliabilitas brand associaton, dalam teknik ini skor yang diperoleh dikelompokkan menjadi dua, yaitu ganjil-genap serta awal-akhir, kemudian mengkorelasikan skor belahan pertama dengan skor belahan kedua sehingga diperoleh nilai rxy : ....................................................................................................... (4) √ ( ) √ ( ) Keterangan : ΣX : Total skor ya belahan ganjil ΣY : Total skor ya belahan genap ΣXY : Total skor hasil kali belahan ganjil dan genap rxy : Kolerasi antara dua belahan instrumen Selanjutnya nilai rxy tersebut dimasukkan kedalam rumus Spearman-Brown berikut: .............................................................................................................................. ............ (5) ( ) Keterangan : r11 : reabilitas instrument rxy : kolerasi antara dua belahan instrumen Nilai reabillitas yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan r product moment. Jika r11 > r product moment, maka instrumen yang diugunakan dapat diandalkan dan penelitian dengan menggunakan instrumen sama dapat dilanjutkan. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif adalah analisis yang menggambarkan data yang sudah didapatkan sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan secara umum (Sugiyono 2010). Peneliti menggunakan analisis deskriptif untuk menjelaskan dan menggambarkan hasil dari analisis karakterisitik responden, brand awareness dan brand loyalty. Tujuannya karena peneliti ingin melakukan uji presentase pada ketiga analisis tersebut (Durianto 2004). Skala Likert dan Rata-rata Skala pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah skala Likert sebagai alat untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Menurut Kinnear dalam Umar, skala likert ini berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu, misalnya setuju-tidak setuju, senang-tidak senang, dan baik-tidak baik (Umar 2005). Skala Likert memiliki kriteria sebagai berikut: Skala 1 = bobot 1 (Sangat tidak setuju) Skala 2 = bobot 2 (Tidak setuju) Skala 3 = bobot 3 (Biasa saja) Skala 4 = bobot 4 (Setuju) Skala 5 = bobot 5 (Sangat setuju) 11 Setelah data diperoleh, dicari nilai rata-ratanya dan simpangan bakunya untuk mengetahui ukuran pemusatan dan ukuran keragaman tanggapan responden digunakan rumus (Durianto, dkk., 2004) berikut : Rata-rata ( ) …………………………………….…………………..........…..(6) Hasil dari rata-rata tersebut kemudian dipetakan kerentang skala dengan mempertimbangkan informasi interval sebagai berikut : ...................................................(7) Rentang skala yang digunakan dalam analisis perceived quality adalah sebagai berikut : 1.00 - 1.80 = sangat buruk 1.80 - 2. 60 = buruk 2.60 - 3.40 = cukup 3.40 - 4.20 = baik 4.20 - 5.00 = sangat baik Skala Semantic Differential Skala semantic differential digunakan untuk menganalisis perceived quality. Metode ini menempatkan dua skala penilaian dalam titik-titik ekuivalen yang berlawanan yang disebut dengan bipolar. Biasanya diantara ekuivalen terdapat 5 atau 7 titik-titik baris skala dimana responden menilai suatu konsep. Oleh karena itu metode ini dipilih untuk analisis perceived quality karena peneliti ingin mengetahui psikologi responden terhadap kualitas yang ditawarkan oleh merek The Body Shop. Sebagai contoh butir-butir skala semantic differential: Baik :_____:_____:_____:_____:_____: Buruk Lambat :_____:_____:_____:_____:_____: Cepat Lemah :_____:_____:_____:_____:_____: Kuat Menarik :_____:_____:_____:_____:_____: Tidak menarik Uji Cohcran Uji Cochran digunakan untuk menguji signifikansi hubungan setiap asosiasi yang ada dalam suatu merek. Asosiasi yang saling berhubungan akan membentuk brand image dari merek tersebut (Durianto 2004). Oleh karena itu peneliti memilih uji cochran sebagai alat uji yang sesuai untuk mengolah data brand association. ( ) Keterangan: C : Banyaknya variabel (asosiasi) : Jumlah baris jawaban „ya‟ : Jumlah kolom barisan „ya‟ N : Total besar ( ) 12 Atas dasar hasil analisis dilakukan perbandingan antara nilai Q yang diperoleh dengan ( ) , jika hasil menunjukan Q < ( ) , pengujian dihentikan dan diterima, yang berarti semua asosiasi yang diuji saling berhubungan membentuk brand image dari suatu merek. Tetapi jika diperoleh nilai Q < belum bisa diterima sehingga pengujian terus ( ) , dilakukan. Pengujian tahap berikutnya dilakukan dengan cara yang sama namun mengeluarkan asosiasi yang paling sedikit mendapat jawaban „ya‟ sehingga N akan berkurang. Keterangan : : tingkat signifikan (5%) V : jumlah asosiasi (C) – 1 Uji Chi Square Menurut Sugiyono (2010), uji Chi Square termasuk dalam teknik statistika non parametris. Uji Chi Square ( ) satu sampel adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih klas dimana data berbentuk nominal dan sampelnya besar. Pengujian Chi Square data observasi terhadap frekuensi data observasi yang diharapkan (expected value). Berdasarkan sebaran data, dapat diketahui Uji Chi Square digunakan untuk mengetahui korelasi antara karakteristik pembeli produk perawatan tubuh The Body Shop dengan brand loyalty pembeli produk perawatan tubuh The Body Shop. Rumus Chi Square adalah sebagai berikut: ( – ) ..............................................................................................(8) Keterangan: :Chi Square : Frekuensi hasil obeservasi : Frekuensi yang diharapkan Hipotesis yang diajukan untuk uji Chi Square antara karakteristik pembeli produk The Body Shop dengan brand loyalty pembeli The Body Shop adalah sebagai berikut: Ho: Tidak terdapat hubungan antara karakteristik pembeli produk The Body Shop dengan brand loyalty pembeli The Body Shop Ha: Terdapat hubungan antara antara karakteristik pembeli produk The Body Shop dengan brand loyalty pembeli The Body Shop Dasar pengambilan keputusan adalah jika nilai hitung lebih kecil dari tabel ( ), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Tetapi sebaliknya bila hitung lebih besar dari tabel ( ) maka Ha diterima. 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Gambaran mengenai karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3 Karakteristik Responden Variabel Jenis Kelamin Usia Status Pekerjaan Karakteristik Konsumen Sub Variabel Laki-laki Perempuan < 19 20-24 25-29 30-34 35-39 > 40 Pegawai Negeri Pegawai Swasta Wiraswasta Pelajar/Mahasiswa Presentase (%) 15 85 2 78 10 4 3 3 7 47 17 29 Akuntan Analis Auditor Bankir Designer Dokter/Tenaga ahli medis Jurnalis Karyawan Konsultan Lainnnya Media Planner Pedagang Pengusaha Politikus Psikolog Sekretaris TNI/Polisi 3 1 1 24 1 4 1 27 1 1 1 6 21 1 1 1 1 Pendidikan Terakhir SMA Diploma 24 5 Status Perkawinan Sarjana Menikah Belum Menikah 71 12 84 Janda/Duda 4 kurang dari sama dengan Rp 1,000,000 Rp 1,000,001 s/d 2,000,000 Rp 2,000,001 s/d 3,000,000 Rp 3,000,001 s/d 5,000,000 5 18 18 34 Profesi Penerimaan sebulan 14 Variabel Penerimaan sebulan Pengeluaran sebulan Pengeluaran untuk pembelian produk perawatan tubuh per bulan Pembelian produk The Body Shop per bulan Variabel Pengeluaran untuk pembelian produk The Body Shop per pembelian Sumber Informasi Karakteristik Konsumen Sub Variabel Lebih dari Rp 5,000,000 kurang dari sama dengan Rp 1,000,000 Rp 1,000,001 s/d 2,000,000 Rp 2,000,001 s/d 3,000,000 Rp 3,000,001 s/d 5,000,000 Lebih dari Rp 5,000,000 kurang dari sama dengan Rp 500,000 Rp 500,001 s/d 1,000,000 Rp 1,000,001 s/d 2,000,000 Rp 2,000,001 s/d 3,000,000 Lebih dari Rp 3,000,000 1 kali 2 - 3 kali 4 - 5 kali > 7 kali Karakteristik Konsumen Sub Variabel kurang dari 100,000 Rp 100,001 - Rp 200,000 Rp 200,001 - Rp 350,000 Rp 350,001 - Rp 500,000 Lebih dari Rp500,000 Keluarga Teman Iklan Media Cetak Social Media Lainnya Banyak gerai di mall Presentase (%) 25 10 27 21 31 11 49 43 4 3 1 81 17 1 1 Presentase (%) 3 45 29 18 5 26 44 6 18 6 Analisis Brand Awareness Brand Awareness merupakan kesadaran konsumen terhadap suatu merek produk. Menurut Aaker (1991), Brand Awareness terbagi menjadi empat tingkatan yaitu top of mind, brand recall, brand recognition, dan brand unware. Pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut: Tabel 4 Top of Mind Merek Presentase Mustika Ratu 6% Nivea 4% Sari Ayu 2% The Body Shop 62% Vaseline 2% Merek Lainnya 24% 15 10% 10% 9% 6% 6% 6% 7% Wardah Victoria's… Sari Ayu Revlon Ponds Oriflame Olay Nivea 1% Mustika Ratu maybelline L'oreal La Tulipe 1% Garnier 7% 5% The Body Shop 5% 4% 10% 8% Sari Ratu 6% Citra 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% Gambar 5 Brand Recall Tabel 4 menunjukan bahwa The Body Shop (62%) berada pada tingkatan tertinggi Top of Mind dibandingkan dengan merek yang menjual produk perawatan tubuh lainnya. Beberapa merek yang masih dikenal oleh responden adalah Mustika Ratu (6%), Nivea (4%), diikuti Sari Ayu (2%) dan Vaseline (2%). Pada gambar 5 terlihat ada 3 merek yang menempati posisi tertinggi yaitu Nivea (10%), Garnier (10%), dan The Body Shop (10%). Hal membuktikan walaupun responden tidak langsung ingat dengan The Body Shop tapi mereka masih ingat mengenai produk-produknya setelah dipikirkan kembali. Untuk analisis Brand Recognition tidak dicantumkan karena semua responden sudah mengenal dan mengetahui merek The Body Shop tanpa perlu diingatkan kembali. Karena semua responden penelitian berikut telah membeli Produk The Body Shop maka tidak terdapat pengujian untuk indikator Brand Unware. Oleh karena itu banyak responden yang masih tidak mengenal produk The Body Shop adalah 0. Top of Mind 62% Brand Recall 10% Brand Recognition 100% Brand Unware 0% Gambar 6 piramida brand awareness 16 Analisis Brand Loyalty Analisis Brand Loyalty dilakukan untuk mengetahui sejauh mana loyalitas konsumen terhadap merek perawatan tubuh The Body Shop, dimana hasil analisis ini dapat menjadi indikator dalam penentuan kekuatan merek The Body Shop. 60 50 40 30 20 10 0 48 35 11 6 0 Tidak Pernah Jarang Kadang kadang Sering Selalu Gambar 7 Committed buyer 80 61 60 29 40 20 1 0 Sangat Tidak Suka Tidak Suka 9 0 Biasa Saja Suka Sangat Suka Gambar 8 Liking the brand 67 80 60 29 40 20 0 1 Sangat Tidak Puas Tidak Puas 3 0 Biasa Saja Puas Gambar 9 Satisfied buyer Sangatt Puas 17 44 50 40 31 30 21 20 10 3 1 0 Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu ragu Setuju Sangat Setuju Gambar 10 Habitual buyer 44 50 35 40 30 19 20 10 2 0 0 Tidak Pernah Jarang Kadang - Sering kadang Selalu Gambar 11 Switcher buyer Pada gambar 6 terlihat bahwa analisis Committed buyer untuk merek perawatan tubuh The Body Shop cukup baik yaitu 3,36 dengan mayoritas responden menjawab kadang-kadang dengan presentase 48%. Mayoritas responden yang masih menjawab kadang-kadang mengindikasikan bahwa masih kurangnya ikatan emosional terhadap merek tersebut. Pada gambar 7 memperlihatkan bahwa 9% responden sangat suka, 61% suka, dan 29% biasa saja sedangkan hanya 1% yang sangat tidak suka ini membuktikan bahwa 99% dari responden menyukai menggunakan produk perawatan tubuh merek The Body Shop. Hal ini dibuktikan dengan perhitungan indikator Liking the brand memperoleh nilai 3,77 yang berada pada kategori baik. Gambar 8 memperlihatkan indikator Satisfied buyer masuk ke dalam kategori baik dengan perhitungan sebesar 3,72. Mayoritas responden merasa puas dengan produk perawatan tubuh merek The Body Shop dengan persentase 67% dan 3% responden merasa sangat puas. Dengan hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas konsumen merasa puas dan akan sulit berpindah ke merek lain terkecuali terdapat alasan khusus. Berdasarkan perhitungan indikator Habitual buyer memperoleh hasil 3,17 yang berada pada kategori cukup baik. 44% dari responden setuju oleh alasan membeli produk perawatan tubuh The Body Shop karena terbiasa akan produk tersebut, hal ini berarti kualitas produk terjaga dengan baik sehingga konsumen akan kembali untuk melakukan pembelian. Berdasarkan perhitungan indikator switcher yaitu 2,8 yang masih termasuk ke dalam kategori cukup baik. Hasil ini membuktikan bahwa konsumen masih bisa beralih dari produk perawatan tubuh The Body Shop, terbukti juga dari gambar 10 yang menyatakan bahwa 19% responden masih menjawab sering 18 apabila ditanyakan apakah responden akan berpindahh ke merek lain selain menggunakan produk The Body Shop. Berdasarkan hasil analisis indikator-indikator brand loyalty di atas dapat kita simpulkan bahwa konsume produk perawatan tubuh merek The Body Shop lebih cenderung sebagai liking the brand dengan index responden 3,77. Hal ini membuktikan merek The Body Shop sudah diketahui dan disukai oleh para konsumen dan memilihnya karena kualitas yang disediakan. Committed Buyer 41% Liking the Brand 70% Satisfied Buyer 70% Habitual Buyer 47% Switcher 19% Gambar 12 Piramida Brand Loyalty Berdasarkan gambar 12 dapat dilihat bahwa mayoritas konsumen The Body Shop menyukai merek dan puas akan produk yang ditawarkan oleh The Body Shop. Terdapat kemungkinan dari hasil tersebut loyal terhadap The Body Shop tapi ada kemungkinan juga mereka tidak loyal, hal itu dapat dilihat dari presentase committed buyer yang hanya 41% tidak mencapai angka yang mendekati liking the brand dan satisfied buyer. Analisis Brand Association Menurut Aaker (1991) dalam Rangkuti (2004:43) asosiasi merek merupakan segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek. Merek harus memiliki identitas yang kuat, sehingga pelanggan dapat dengan mudah mengingat yang berkaitan dengan merek. Merek yang sudah mapan akan lebih menonjol di masyarakat jika didukung oleh berbagai asosiasi yang kuat sehingga menciptakan rangkaian yang disebut brand image. Brand association yang dihitung harus teruji dengan tepat menggunakan uji Cochran. Uji ini dilakukan untuk mengetahui asosiasi yang saling berhubungan dalam membangun brand image dan proses pengolahannya dilakukan berulang kali. Terdapat konsep data yang terdiri dari jawaban “Ya” yang dilambangkan dengan angka 1, dan jawaban “Tidak” yang dilambangkan dengan angka 0. Dalam hasil pengujian ulang asosiasi jika terdapat jawaban 19 “Tidak” terbanyak maka harus dihilangkan sampai didapatkan “Q” yang dihitung lebih kecil dari . Pada penelitian ini terdapat 32 asosiasi yang diuji dengan hasil jawaban dari para responden, dapat dilihat pada Tabel 5 (lampiran). Tabel 5 Analisis brand association No Keterangan Kesediaan pihak The Body Shop untuk membantu pelanggan dan 1 menyediakan pelayanan yang cepat 2 Kasir melayani pelanggan dengan baik saat melakukan pembayaran 3 Lokasi outlet dekat pusat keramaian 4 Kebersihan toko baik Karyawan mengucapkan terimakasih saat pelanggan meninggalkan 5 outlet The Body Shop 6 Produk aman untuk digunakan 7 Promosi yang diberikan sesuai dengan yang ditawarkan 8 Outlet The Body Shop buka tepat waktu 9 Produk memiliki banyak variasi 10 Pramusaji memahami produk The Body Shop 11 Aroma produk yang khas Pegawai The Body Shop berpenampilan menarik saat sedang 12 bertugas Pramuniaga menyambut pelanggan saat memasuki outlet The Body 13 Shop 14 Outlet The Body Shop mudah ditemukan 15 Penataan produk baik sehingga produk mudah ditemukan 16 Kesopanan dan perhatian pramusaji baik 17 Pramusaji bersikap ramah 18 Desain kemasan menarik 19 Pramuniaga menemani pelanggan saat sedang memilih produk Ya 99 99 99 99 98 98 97 97 97 96 96 94 94 94 94 94 93 93 89 Berdasarkan data pada tabel 5 (lampiran) dapat dilihat bahwa terdapat 14 atribut yang memiliki jawaban “Tidak” terbanyak. Keempat belas atribut tersebut dihilangkan secara bertahap dalam proses uji Cochran sehingga didapatkan Q hitung < . Produk tersebut antara lain adalah Promosi disampaikan menggunakan media yang mudah diterima oleh pelanggan, Tidak ada keraguan saat membeli produk The Body Shop, Pihak The Body Shop meminta pelanggan meninggalkan informasi data diri untuk dapat menyampaikan informasi jika produk yang diinginkan sudah tersedia, Promosi yang ditawarkan menarik, Pelayanan untuk memarkir kendaraan baik, Harga yang ditawarkan sesuai dengan gaya hidup, Harga yang ditawarkan dapat bersaing dengan kompetitor, Memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, Promosi yang ditawarkan berhubungan dengan potongan harga, Harga yang ditawarkan sesuai dengan kualitas, Pelayanan yang cepat, Desain interior toko menarik, The Body Shop selalu berupaya untuk mengenali pelanggan dan kebutuhan pelanggan, Pramuniaga menemani pelanggan saat sedang memilih produk. Faktor 1: Kesediaan pihak The Body Shop untuk membantu pelanggan dan menyediakan pelayanan yang cepat. Pelayanan yang cepat dan 20 sigap merupakan salah satu strategi bauran pemasaran yaitu strategi produktivitas dan kualitas yang dilakukan untuk memudahkan pelanggan dalam menunjukkan beberapa varian dari produknya Faktor 2: Kasir melayani pelanggan dengan baik saat melakukan pembayaran. Salah satu strategi pemasaran pada proses yaitu perusahaan mempertahankan bisnis dengan meningkatkan pelayanan. Diharapkan melalui upaya ini perusahaan dapat mempertahankan konsumen dan melatih pegawai agar melakukan service atau marketing untuk lebih ramah dan bersikap positif Faktor 3: Lokasi outlet dekat pusat keramaian. Outlet The Body Shop Bogor berada di pusat perbelanjaan Botani Square dan Lippo Plaza Bogor, lokasi tersebut merupakan lokasi yang sangat strategis pada pusat kota dan mudah dijangkau sehingga memudahkan konsumen untuk membeli produknya. Ini merupakan salah satu strategi tempat pada perusahaan The Body Shop. Faktor 4: Kebersihan toko baik. Perusahaan The Body Shop mempunyai standar dalam SOP (standard operating procedure) kebersihan seperti kebersihan display produk pada area penjualan, seluruh peralatan di dalam toko, lantai di dalam toko, dan kasir serta area gudang yang selalu di maintenance. Faktor 5: Karyawan mengucapkan terimakasih saat pelanggan meninggalkan outlet The Body Shop. Dalam hal ini perusahaan The Body Shop melatih karyawan agar selalu mengucapkan terima kasih dan selamat datang kembali kepada pelanggan agar menciptakan pengalaman berbelanja yang menyenangkan. Ini merupakan salah satu strategi proses. Faktor 6: Produk aman untuk digunakan. Salah satu keunggulan dari produk The Body Shop semua berasal dari bahan yang natural dan diproses dengan standar teknologi yang tinggi, sehingga produk sangat aman digunakan oleh konsumen. Faktor 7: Promosi yang diberikan sesuai dengan yang ditawarkan. Strategi pemasaran produktivitas dan kualitas pada perusahaan The Body Shop yang diterapkan adalah dengan melakukan promosi dengan konsep transparansi untuk membangun kepercayaan konsumen. Faktor 8: Outlet The Body Shop buka tepat waktu. Outlet The Body Shop Bogor buka tepat waktu yaitu pukul 10:00 setiap harinya. Hal ini memudahkan konsumen untuk datang Faktor 9: Produk memiliki banyak variasi. Salah satu keunggulan produk The Body Shop adalah banyaknya varian sesuai dengan jenis kulit dan kebutuhan nutrisi kulit konsumen. Mulai dari parfume, make up, perawatan tubuh dan aromatheraphy. Mulai dari yang beraroma buah-buahan dan tumbuhtumbuhan. Seperti perawatan wajah nutriganics yaitu salah satu serum perawatan wajah The Body Shop yang sudah tersertifikasi oleh ECOCERT karena bahan yang digunakan merupakan bahan organik sehingga 99% dinyatakan natural sehingga baik untuk kesehatan kulit kita. Faktor 10: Pramusaji memahami produk The Body Shop. Perusahaan The Body Shop merupakan perusahaan besar di Indonesia dengan produk yang sangat beragam dan juga keunggulan dari naturalnya. Sehingga pramusaji dituntut untuk memahami setip kandungan serta fungsi setiap produk untuk mempresentasikan kepada konsumen. Ini merupakan salah satu stategi pemasaran dalam strategi orang yang dilakukan oleh The Body Shop. 21 Faktor 11: Aroma produk yang khas. Keunggulan dan brand image yang diciptakan oleh The Body Shop salah satunya adalah dengan membuat produk dengan aroma yang khas dari tanaman organik sehingga membuat konsumen tertarik untuk membeli produk The Body Shop. Faktor 12: Pegawai The Body Shop berpenampilan menarik saat sedang bertugas. Para pegawai The Body Shop menggunakan seragam yang sesuai dengan aturan perusahaan, pegawai wanita menggunakan make up agar mencerminkan perusahaan, dan pegawai pria menjaga kebersihan tubuh dan berpenampilan rapi. Unsur-unsur ini sangat diperlukan untuk memajukan perusahaan, karena hal ini dapat mempengaruhi penilaian pelanggan terhadap jasa dan produk pada perusahaan The Body Shop. Faktor 13: Pramuniaga menyambut pelanggan saat memasuki outlet The Body Shop. Pramuniaga The Body Shop sudah dibekali dan dilatih dengan pengetahuan yang mendalam tentang dasar-dasar pelayanan dalam fungsinya sebagai frontliners. Seorang yang berada digaris depan dan berhubungan langsung dengan konsumen diwajibkan untuk menyapa konsumen karena biasanya penilaian terhadap suatu perusahaan seringkali hanya berdasarkan bagaimana karyawan itu melayani. Sehingga perusahan The Body Shop sangat memperhatikan stategi produktivitas dan kualitas. Faktor 14: Outlet The Body Shop mudah ditemukan. Salah satu strategi pemasaran pada tempat, The Body Shop memilih counter yang strategis di dalam mall, yaitu dengan memposisiskan counter di dekat pintu masuk mall dan dekat dengan escalator ataupun counter yang merupakan posisinya center dari mall tersebut. Sehingga memudahkan konsumen untuk menemukan counter The Body Shop. Faktor 15: Penataan produk baik sehingga produk mudah ditemukan. Laju pertumbuhan suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya konsep penjualan yaitu dengan memperhatikan tata letak produk dan memperhatikan unsur pengelompokan jenis dan kegunaan produk, kerapihan dan keindahan agar terkesan menarik dan mengarahkan konsumen untuk melihat, mendorong, dan memutuskan membeli. Ini merupakan salah satu strategi pemasaran dalam pysical evident pada perusahaan The Body Shop. Faktor 16: Kesopanan dan perhatian pramusaji baik. Kesopanan dan perhatian pramusaji yang baik merupakan salah satu strategi people yang dilakukan The Body Shop untuk meningkatkan kualitas pelayanan dengan tujuan untuk meningkatkan kepuasan konsumen. Faktor 17: Pramusaji bersikap ramah. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan, The Body Shop melatih pramusaji agar bersikap ramah terhadap konsumen. Hal ini merupakan salah satu strategi agar konsumen merasa senang dan nyaman saat berbelanja sehingga konsumen ingin kembali lagi. Faktor 18: Desain kemasan menarik. Desain kemasan produk The Body Shop dikemas dengan unik dan menarik serta kreatif sehingga konsumen tertarik untuk membeli. Karena kemasan sangat mempengaruhi penampilan produk dan mempengaruhi juga tingkat penjualan. Faktor 19: Pramuniaga menemani pelanggan saat sedang memilih produk. Pramuniaga yang melayani konsumen dengan baik merupakan keunggulan yang dimiliki oleh The Body Shop karena pramuniaga adalah seseorang yang merepresentasikan merek itu sendiri selain dari produk yang 22 ditawarkan. Semakin ramah pramuniaga makan konsumen akan semakin mengenal merek tersebut. Analisis Perceived Quality Menurut Fredy Rangkuti (2002), persepsi pelanggan terhadap kualitas merek disebut juga Perceived Quality. Perceived Quality ini akan membentuk persepsi kualitas dari suatu produk dimata pelanggan. Persepsi terhadap kualitas suatu merek produk ataupun jasa dapat menentukan nilai dari produk atau jasa tersebut dan berpengaruh secara langsung kepada keputusan pembelian konsumen dan loyalitas mereka terhadap merek. Dalam penelitian ini, perceived quality akan diukur menggunakan skala Semantic Differential yang diawali dengan mencari terlebih dahulu nilai rataan dari setiap atribut yang digunakan dalam penelitian. Adapun rentang skala yang digunakan dalam analisis perceived quality yaitu: 1,00-1,80 = sangat buruk 1,81-2,60 = buruk 2,61-3,40 = cukup 3,41-4,20 = baik 4,21-5,00 = sangat baik 4 3.9 3.8 3.7 3.94 3.85 3.8 3.82 3.81 3.75 3.66 3.66 3.6 3.66 3.64 3.65 3.62 3.5 3.51 3.62 3.55 3.48 3.39 3.4 3.3 3.94 3.35 3.78 3.73 3.58 3.66 3.43 3.38 3.44 3.37 3.28 3.2 3.1 3 Gambar 13 Skala Semantic Differential 23 Dari gambar 14 di atas dapat dilihat terdapat 5 atribut berada pada skala cukup (2,61-3,40) dan 23 atribut lainnya terdapat pada skala baik (3,41-4,20). Atribut The Body Shop yang memiliki nilai tertinggi terdapat pada variasi produk banyak dan aroma produk khas sedangkan atribut yang memiliki nilai terendah terdapat pada promosi yang ditawarkan banyak. Dan pada penlitian ini, peneliti menetapkan angka 3,5 sebagai nilai tengah, untuk atribut variasi produk yang banyak (3,94), aroma produk yang khas (3,94), lokasi outlet yang dekat pusat keramaian (3,85), kebersihan toko yang baik (3,82), produknya nyaman saat digunakan (3,81), outlet yang mudah ditemukan (3,8), dan kasir yang melayani pelanggan dengan baik (3,78) merupakan atribut-atribut yang sudah menjadi daya tarik merek The Body Shop untuk menarik pelanggan datang, baik pelanggan lama atau pelanggan baru. Sedangkan atribut harga yang ditawarkan bersaing (3,39), promosi yang ditawarkan menarik (3,38), promosi disampaikan oleh media yang mudah diterima oleh pelanggan (3,37), manfaat untuk kesehatan yang terasa (3,35), dan promosi yang ditawarkan banyak (3,28) merupakan atribut yang perlu dikaji kembali untuk menarik konsumen, karena respon dari konsumen yang kurang untuk atribut-atribut tersebut. Manajemen The Body Shop perlu meningkat kan atribut-atribut yang masih berada di skala cukup dengan signifikan untuk lebih dapat menarik konsumen baru dan atribut-atribut lainnya yang berada pada skala baik pun harus tetap ditingkatkan untuk mempertahankan konsumen lama yang sudah membeli produk-produk perawatan tubuh The Body Shop. Analisis Uji Chi Square Tabel 6 Analisis Chi Square korelasi karakteristik konsumen dengan committed buyer X2 Tabel Asymp. Sig Korelasi Karakteristik X2 Hitung (α = 0,1) (2-sided) Jenis kelamin 2,053 6,251 0,562 Usia 15,222 29,615 0,812 Pekerjaan 13,026 14,684 0,159 Profesi 32,096 40,256 0,363 Pendidikan terakhir 2,351 10,645 0,885 Status 5,120 10,645 0,528 Penerimaan per bulan 12,197 18,549 0,430 Pengeluaran per bulan 10,934 18,549 0,535 Pengeluaran untuk perawatan 18,784 18,549 0,094 tubuh per bulan Pembelian produk The Body Shop 23,209 14,684 0,006 per bulan Pengeluaran untuk pembelian 15,029 18,549 0,240 produk The Body Shop per bulan Tabel 6 memperlihatkan bahwa hampir semua atribut karakteristik responden memiliki nilai X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel yang berarti Ho diterima yaitu tidak ada hubungan atribut-atribut karakteristik responden terhadap Brand Loyalty. Sedangkan ada 2 atribut karakteristik responden yang memiliki 24 nilai X2 hitung lebih besar dari X2 tabel yang membuktikan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti atribut pengeluaran untuk pembelian produk perawatan tubuh per bulan (18,784 > 18,549) dan pembelian produk The Body Shop per bulan (23,209 > 14,684) memiliki pengaruh terhadap brand Loyalty. Tabel 7 Korelasi karakteristik konsumen dengan committed buyer Tingkat Loyalitas Merek Variabel Atribut KadangSering Selalu Jarang kadang 14 1 ≤ Rp 500.000 10 24 Pengeluaran 18 4 Rp 500.001 – 1.000.000 1 20 untuk 2 1 perawatan Rp 1.000.001 – 2.000.000 1 tubuh per Rp 2.000.001 – 3.000.000 3 bulan 1 ≥ Rp 3.000.000 26 3 1 kali 11 41 Pembelian 9 2 2 - 3 kali 6 produk The Body Shop 4 - 5 kali 1 per bulan 1 > 5 kali Berdasarkan tabel 6 dan tabel 7, dapat dilihat bahwa atribut yang memiliki korelasi dengan tingkat loyalitas merek adalah pengeluaran konsumen untuk pembelian produk perawatan tubuh per bulan dan pembelian produk The Body Shop per bulan. Di tabel 7 dapat dilihat untuk atribut pengeluaran konsumen untuk pembelian produk perawatan tubuh per bulannya cukup menyebar tapi terlihat juga konsumen yang memiliki pengeluaran untuk perawatan tubuh kurang dari Rp 500.000 cenderung lebih menjawab jarang dan kadang-kadang sedangkan yang memiliki pengeluaran untuk perawatan tubuh antara Rp 500.000 hingga Rp 1.000.000 lebih cenderung menjawab sering dan selalu, yang membuktikan bahwa responden yang memiliki pengeluaran untuk perawatan tubuh antara Rp 500.000 hingga Rp 1.000.000 lebih loyal atau komit terhadap merek The Body Shop. Dari tabel 7 kita bisa melihat bahwa intensitas pembelian produk The Body Shop memiliki korelasi terhadap faktor committed buyer, responden yang membeli produk The Body Shop sekali setiap bulannya lebih cenderung menjawab jarang dan kadang-kadang, sedangkan yang membeli 2 hingga 3 kali produk The Body Shop setiap bulannya cenderung menjawab sering dan selalu. Oleh karena itu konsumen yang membeli produk The Body Shop 2 hingga 3 kali setiap bulannya cenderung lebih komit terhadapat produk-produk merek The Body Shop. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Secara brand awareness merek The Body Shop menempati posisi top of mind (62%) dibanding merek produk perawatan tubuh lainnya. The Body Shop 25 sudah memiliki kesan yang kuat dibanding merek lain pada responden yang membuat The Body Shop menempati posisi top of mind. Hasil dari penelitian brand loyalty merek The Body Shop sudah memiliki konsumen yang menyukai merek The Body Shop dengan presentase liking the brand sebesar 70%. Mayoritas konsumen sangat terkesan oleh kualitas produk The Body Shop sehingga konsumen mulai menyukai merek produk The Body Shop, tapi karene belum ada ikatan emosional yang kuat maka konsumen belum komit atau loyal untuk selalu membeli produk The Body Shop. Berdasarkan analisis brand association membuktikan bahwa brand image The Body Shop terbentuk karena jasa yang diberikan oleh karyawan The Body Shop sangat baik dan tempat yang mendukung seperti ketersediaan pihak The Body Shop untuk membantu pelanggan dalam memilih produk dan keramahan kasir dalam melayani konsumen saat melakukan transaksi serta lokasi outlet yang dekat pusat keramaian dilengkapi dengan kondisi outlet yang menarik. Berdasarkan analisis perceived quality didapatkan atribut aroma produk yang khas dan produk yang bervariasi memiliki nilai tertinggi sebesar 3,94. Sedangkan atribut jumlah promosi yang ditawarka banyak memiliki nilai yang terendah dengan nilai 3,28. Secara keseluruhan konsumen The Body Shop berjenis kelamin perempuan (85%) memiliki usia dengan rentan 20-24 tahun (78%) yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta (47%) walaupun mayoritas konsumen memiliki profesi sebagai karyawan (27%), memiliki pendidikan terakhir sarjana (71%) dan berstatus belum menikah (84%), memiliki penerimaan per bulan dengan rentan Rp 3.000.001 hingga Rp 5.000.000 (34%) yang memiliki rentan pengeluaran per bulan yang sama Rp 3.000.001 hingga Rp 5.000.000 (31%), pengeluaran per bulan untuk membeli produk perawatan tubuh kurang dari Rp 500.000 per bulan (49%), melakukan pembelian di The Body Shop sebanyak sekali selama satu bulan (81%) dengan jumlah Rp 100.001 hingga Rp 200.000. Untuk korelasi antara karakteristik konsumen terhadap brand loyalty hanya pengeluaran untuk pembelian produk perawatan tubuh dan intensitas pembelian produk The Body Shop tiap bulannya yang memiliki korelasi terhadap tingkat loyalitas pelanggan sedangkan karakteristik konsumen lainnya tidak memiliki korelasi atau hubungan terhadap tingkat loyalitas konsumen. Saran Pihak manajemen The Body Shop perlu mempertahankan posisi top of mind yang sudah dimiliki oleh The Body Shop. Namun walaupun merek The Body Shop sudah disukai oleh para konsumen tapi manajemen perlu tetap meningkatkan kembali strategi untuk mempertahankan konsumen yang sudah ada karena dari presentase committed buyer yang masih cukup rendah sehingga masih ada kemungkinan konsumen untuk berpindah ke merek lain. Manajemen perlu meningkatkan strategi customer relation management (CRM) untuk mempertahankan para konsumen yang sudah menyukai merek The Body Shop. Untuk peneliti selanjutnya perlu melakukan penelitian mendalam mengenai hubungan antara brand equity dengan keputusan pembelian dengan atribut yang lebih lengkap. Dan membandingkan atribut brand equity dengan 26 strategi customer relation management (CRM) atau strategi pemasaran lainnya untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Implikasi Manajerial Penelitian ini dilakukan untuk membantu manajemen The Body Shop menemukan strategi pemasaran yang sesuai sehingga dapat meningkatkan penjualan The Body Shop. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa The Body Shop sudah mempunya posisi top of mind tetapi masih kesulitan untuk mendapatkan konsumen yang loyal. Harga yang cukup mahal dan kurangnya promosi yang menarik menjadi kekurangan The Body Shop untuk dapat bersaing dengan merek lainnya. Manajemen The Body Shop perlu lebih fokus dalam menentukan promosi apa yang akan ditawarkan ke konsumen, baik sistem promosinya maupun media untuk mencapaikan promosi tersebut. Pihak The Body Shop perlu membuat promosi yang langsung berhubungan dengan potongan harga seperti diskon 17% pada hari kemerdekaan, promo beli 1 gratis 1 untuk promo pada saat ulang tahun atau potongan harga 10% apabila pembeli sudah terdaftar sebagai anggota Membership The Body Shop. Setelah itu perlu adanya media yang tepat untuk menyampaikan promosi tersebut kepada konsumen agar konsumen lebih mudah menerima informasi mengenai promosi yang ditawarkan tersebut. Dengan berkembangnya teknologi, pihak The Body Shop dapat memanfaatkan internet dan media sosial sebagai wadah untuk memberikan informasi mengenai promosi yang sedang berlangsung maupun yang akan diadakan oleh pihak The Body Shop. Selain promosi harga, pihak The Body Shop dapat mengadakan acara seperti seminar tentang kecantikan dengan mengundang ahli-ahli kecantikan sebagai salah satu promosi yang dapat menarik para konsumen baru untuk dapat menggunakan produk The Body Shop yang ditawarkan atau direkomendasikan oleh para ahli dalam seminar tersebut. DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2014. Kota Bogor Dalam Angka. Bogor (ID): BPS Kota Bogor. Aaker, D. A. 1991. Managing Brand Equity: Capitalizing on the Value of a Brand name. New York (US): The Free Press. Afifah, W. 2014. Analisis Brand Equity Produk Susu Pasteurisasi Momomilk di Bogor Junction dan Kantin Sapta FATETA IPB. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Alma, B. 2011. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung (ID): Alfabeta. 27 Ania H. 2015. Analisis Brand Awareness dan Brand Association Calon Presiden Pada Pemilihan Umum 2014 dalam Sektor Pertanian di Jawa Timur. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Durianto D. 2004. Strategi Menaklukan Pasar : melalui riset ekuitas dan perilaku merek. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. Foster B. 2008. Manajemen Ritel. Bandung (ID): Alfabeta. Hasan A. 2013. Marketing dan Kasus-Kasus Pilihan. Yogyakarta (ID): Center of Academic Publishing Service. Lovelock C, Writz J, Mussry J. 2011. Pemasaran Jasa (Terjemahan, Jilid 1). Jakarta (ID): Erlangga. Lovelock C, Writz J, Mussry J. 2011. Pemasaran Jasa (Terjemahan, Jilid 2). Jakarta (ID): Erlangga. Kotler P, Keller KL. 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi ketiga belas jilid 2. Jakarta (ID): Erlangga. Mahrinasari. 2008. Analisis Faktor Penentu Ekuitas Merek (Studi Pada Produk Tabungan, Tiga Bank Umum Terbesar di Provinsi Lampung). Jurnal Bisnis dan Manajemen 2(3) Ma‟ruf H. 2006. Pemasaran Ritel. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Pane dan Rini. 2011. Pengaruh Brand Equity Flash Disk Merek Kingston Terhadap Keputusan Pembelian Pada Mahasiswa AMIK MBP Medan. Jurnal Ekonomi 14(3) Pratama dan Munandar. 2010. Analisis Brand Equity Pocari Sweat dalam Persaingan Industri Minuman (Studi Kasus: Mahasiswa di Bogor). Jurnal Manajemen dan Organisasi 1(1) Pratiwi W. 2013. Analisis Brand Equity Pada Serambi Botani Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Putri MD. 2013. Analisis Brand Equity Beras Aromatik (Studi Kasus Pengunjung Giant Taman Yasmin Bogor). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Setiawan dan Sugiharto. 2014. Pengaruh Marketing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Toyota Avanza Tipe G di Surabaya. Jurnal Manajemen Pemasaran 2(1) Stephani, Indarini, dan Christina Rahardja Hanantha. 2008. Pengaruh Brand Association terhadap Consumer Responses Pada Produk Louis Vuitton di Surabaya. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan 1(3) Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung (ID): Alfabetha. Sumarwan U. 2013. Pemasaran Strategik: Perspektif Value-Based Marketing dan Pengukuran Kinerja. Bogor (ID): PT Penerbit IPB Press. TheBodyShop-USA. 2015. About The Body Shop[internet]. [diunduh pada April 2015] tersedia pada http://www.thebodyshop-usa.com/aboutus/about_thebodyshop.aspx. Tjiptono, F. 2011. Manajemen & Strategi Merek. Jogjakarta (ID): Andi Yogyakarta. Top Brand. 2015. Top Brand Index 2013. Retrieved from Top Brand Award: http://www.topbrand-award.com/top-brand-survey/survey-result/topbrand-index-2015/ 28 Umar H. 2005. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama Uyanto S. 2006. Pedoman Analisis Data SPSS. Jakarta (ID) : Graha Ilmu. Yoz. 2009. Uji Q Chocran [Internet]. [diunduh 2014 Maret 4]. Tersedia pada www.statistik4life.blogspot.com/2009/11/uji-q-cochran.html 29 Lampiran 1 Validitas dan Reabilitas Case Processing Summary N C Valid 30 ases Exclu ded 0 a Total 30 % 10 0,0 ,0 10 0,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach 's Alpha N of Items ,763 29 Case Processing Summary N C Valid 30 ases Exclu ded 0 a Total 30 % 10 0,0 ,0 10 0,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach 's Alpha N of Items ,471 32 30 Lampiran 2 Tabel Perceived Quality Atribut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Deskripsi Nyaman saat digunakan Manfaat untuk kesehatan terasa Jaminan keamanan produk baik (halal/izin depkes) Produk mencerminkan gaya hidup sehat Desain kemasan menarik Aroma produk khas Variasi produk banyak Keramahan peramusaji baik Kecepatan pramusaji dalam melayani pelanggan baik Pengetahuan pramusaji tentang produk baik Kesopanan dan perhatian pramusaji baik Desain interior toko menarik Penataan produk baik sehingga produk mudah ditemukan Kebersihan toko baik Harga yang ditawarkan sesuai sesuai dengan kualitas Harga yang ditawarkan sesuai dengan gaya hidup Harga yang ditawarkan bersaing dengan kompetitor Promosi yang ditawarkan banyak Promosi yang ditawarkan berhubungan dengan potongan harga Promosi yang ditawarkan menarik Promosi disampaikan menggunakan media yang mudah diterima oleh pelanggan Outlet The Body Shop mudah ditemukan Lokasi outlet dekat dari pusat keramaian Pramuniaga menyambut pelanggan dengan ramah saat memasuki outlet The Body Shop Pramuniaga menemani pelanggan dengan ramah saat sedang memilih produk Kasir melayani pelanggan dengan baik saat melakukan pembayaran Kasir tersedia dengan jumlah cukup sehingga pelanggan tidak perlu mengantri Jumlah pramuniaga cukup untuk memberikan pelayanan yang baik untuk pelanggan Nilai Rataan 3.81 3.35 3.66 3.51 3.66 3.94 3.94 3.62 3.64 3.66 3.65 3.62 3.75 3.82 3.55 3.48 3.39 3.28 3.43 3.38 3.37 3.80 3.85 3.66 3.73 3.78 3.44 3.58 31 Lampiran 3 Hasil Uji Cochran Tahap 1 N 100 Cochran's Q Test Statistics 48,421 Df N 100 Cochran's Q 87,325 Df a 31 Asymp. Sig. a 27 Asymp. Sig. ,007 a. 1 is treated as a success. ,000 a. 1 is treated as a success. Tahap 6 Test Statistics Tahap 2 N Test Statistics N Cochran's Q 100 Cochran's Q 73,652 Df 100 a 45,241 Df a 26 Asymp. Sig. ,011 30 Asymp. Sig. ,000 a. 1 is treated as a success. a. 1 is treated as a success. Tahap 7 Test Statistics Tahap 3 N Test Statistics 100 Cochran's Q N 100 Cochran's Q 58,312 Df a 41,479 Df a 25 Asymp. Sig. ,020 29 Asymp. Sig. ,001 a. 1 is treated as a success. a. 1 is treated as a success. Tahap 8 Tahap 4 Test Statistics Test Statistics N N 100 Cochran's Q 53,532 Df a 28 Asymp. Sig. Cochran's Q Df Asymp. Sig. 100 39,448 a 24 ,024 ,003 a. 1 is treated as a success. a. 1 is treated as a success. Tahap 5 Test Statistics 32 Tahap 9 Tahap 11 Test Statistics N Test Statistics 100 Cochran's Q 36,988 Df a 100 Cochran's Q 23 Asymp. Sig. N ,033 a. 1 is treated as a success. 32,956 df a 21 Asymp. Sig. ,047 a. 1 is treated as a success. Tahap 10 Test Statistics N Cochran's Q Df Asymp. Sig. Tahap 12 100 35,109 Test Statistics a 22 ,038 a. 1 is treated as a success. N 100 Cochran's Q 31,348 df a 20 Asymp. Sig. ,051 a. 1 is treated as a success. Tahap 13 Test Statistics N Cochran's Q df Asymp. Sig. 100 31,348 a 20 ,051 a. 1 is treated as a success. 33 Lampiran 4 Tabel Brand Association Tabel 5 Analisis brand association No Keterangan Promosi disampaikan menggunakan media yang mudah diterima oleh 1 pelanggan 2 Tidak ada keraguan saat membeli produk The Body Shop Pihak The Body Shop menimnta pelanggan meninggalkan informasi data 3 diri untuk dapat menyampaikan informasi jika produk yang diinginkan sudah tersedia 4 Promosi yang ditawarkan menarik 5 Pelayanan untuk memarkir kendaraan baik 6 Harga yang ditawarkan sesuai dengan gaya hidup 7 Harga yang ditawarkan dapat bersaing dengan kompetitor 8 Memiliki banyak manfaat bagi kesehatan 9 Promosi yang ditawarkan berhubungan dengan potongan harga 10 Harga yang ditawarkan sesuai dengan kualitas 11 Pelayanan yang cepat 12 Desain interior toko menarik The Body Shop selalu berupaya untuk mengenali pelanggan dan 13 kebutuhan pelanggan 14 Pramuniaga menemani pelanggan saat sedang memilih produk 15 Desain kemasan menarik 16 Pramusaji bersikap ramah 17 Kesopanan dan perhatian pramusaji baik 18 Penataan produk baik sehingga produk mudah ditemukan 19 Outlet The Body Shop mudah ditemukan 20 Pramuniaga menyambut pelanggan saat memasuki outlet The Body Shop 21 Pegawai The Body Shop berpenampilan menarik saat sedang bertugas 22 Aroma produk yang khas 23 Pramusaji memahami produk The Body Shop 24 Produk memiliki banyak variasi 25 Outlet The Body Shop buka tepat waktu 26 Promosi yang diberikan sesuai dengan yang ditawarkan 27 Produk aman untuk digunakan Karyawan mengucapkan terimakasih saat pelanggan meninggalkan 28 outlet The Body Shop 29 Kebersihan toko baik 30 Lokasi outlet dekat pusat keramaian 31 Kasir melayani pelanggan dengan baik saat melakukan pembayaran Kesediaan pihak The Body Shop untuk membantu pelanggan dan 32 menyediakan pelayanan yang cepat Ya 65 70 72 77 77 78 79 81 83 86 87 88 88 89 93 93 94 94 94 94 94 96 96 97 97 97 98 98 99 99 99 99 34 Lampiran 5 Tabel Chi Square Tabel 7 Korelasi karakteristik konsumen dengan committed buyer Tingkat Loyalitas Merek Variabel Atribut KadangSering Selalu Jarang kadang 7 Laki-laki 1 7 Jenis Kelamin 28 6 Perempuan 10 41 1 kurang dari sama dengan19 1 28 4 20-24 9 37 4 25-29 1 5 1 1 30-34 2 Usia 1 1 35-39 1 40-44 1 45-49 1 50-54 1 6 Pegawai Negeri 1 15 3 Pegawai Swasta 7 22 Pekerjaan 11 1 Pelajar/Mahasiswa 3 14 3 2 Wiraswasta 1 11 1 Profesi Akuntan 1 Analis 1 1 Auditor 8 Bankir 1 8 Designer 1 1 Dokter/Tenaga ahli medis 2 1 Jurnalis 6 2 Karyawan 2 9 Konsultan 1 11 1 Mahasiswa 3 14 Media Planner 1 1 Pedagang 3 Pegawai swasta 1 3 2 Pengusaha 1 9 1 Politikus 1 Psikolog 1 Sekretaris TNI/Polisi 1 3 Diploma 2 Pendidikan 25 4 Sarjana 8 34 Terakhir 7 2 SMA 3 12 31 4 Belum Menikah 10 39 2 Status Janda/Duda 2 2 2 Menikah 1 7 35 Penerimaan per bulan Pengeluaran per bulan Pengeluaran untuk perawatan tubuh per bulan Pembelian produk The Body Shop per bulan Pengeluaran untuk pembelian produk The Body Shop Kurang dari sama dengan Rp 1.000.000 Rp 1.000.001 s/d 2.000.000 Rp 2.000.001 s/d 3.000.000 Rp 3.000.001 s/d 5.000.000 Lebih dari Rp 5.000.000 Kurang dari sama dengan Rp 1,000,000 Rp 1,000,001 s/d 2,000,000 Rp 2,000,001 s/d 3,000,000 Rp 3,000,001 s/d 5,000,000 Lebih dari Rp 5.000.000 Kurang dari sama dengan Rp 500,000 Rp 500,001 s/d 1,000,000 Rp 1,000,001 s/d 2,000,000 Rp 2,000,001 s/d 3,000,000 Lebih dari Rp 3,000,000 1 kali 2 - 3 kali 4 - 5 kali > 5 kali Kurang dari sama dengan Rp 100,000 Rp 100,001 s/d 200,000 Rp 201,000 s/d 350,000 Rp 350,001 s/d 500,000 Lebih dari Rp 500,000 1 2 2 2 12 3 1 8 9 1 7 15 10 2 1 11 11 2 3 4 3 2 17 7 1 1 9 9 2 5 13 11 2 5 5 1 10 24 14 1 1 20 18 4 1 2 1 1 26 9 3 2 3 11 41 6 1 1 1 1 1 8 2 25 12 7 3 11 13 9 1 1 2 2 1 36 Lampiran 6 Tabel Top of Mind Tabel Top of Mind Merek Presentase Bath & Body Works 1% Citra 1% Clinique 1% Dove 1% Erha 1% Estee Lauder 1% Frank 1% Garnier 1% Hadalabo 1% Lux 1% Martha tilaar 1% Mustika Ratu 6% Nivea 4% Peter thomas roth 1% Ponds 1% Rexona 1% Sari Ayu 2% Skin care 1% The Bath Box 1% The Body Shop 62% The Face Shop 1% Tiff 1% Vaseline 2% Victoria's Secret 1% Viva 1% Wardah 1% Lainnnya 3% 37 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Ica Trisnawati lahir di Bogor pada tanggal 16 November 1992. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Herli dan Saimanah. Hingga saat ini tinggal di daerah Bogor, Jawa Barat. Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Bojong Rangkas 1 Kabupaten Bogor, dilanjutkan dengan Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Bogor dengan tahun kelulusan 2007. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan ke jenjang Sekolah Menangah Atas, yakni SMA Negeri 2 Bogor, dan berhasil menamatkan jenjang tersebut di tahun 2010. Penulis diterima sebagai mahasiswi di Institut Pertanian Bogor tahun 2010 pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor). Selama di IPB penulis banyak mengikuti berbagai yang diselenggarakan serta mengikuti kepanitiaan yang dilaksanakan oleh beberapa organisasi di IPB.