Ringkasan Khotbah - 1 Feb'09 Mazmur 73:1-12 Pdt. Andi Halim, S.Th. Pengenalan akan Allah adalah prinsip yang mendasar. Pengenalan terhadap Allah yang keliru maka kita pun akan keliru di dalam segala hal yang kita lakukan di hadapan Allah. Doa kita keliru, kebaikan yang kita lakukan juga keliru, segala pelayanan yang kita lakukan juga keliru yang disebabkan pengenalan kita yang sudah keliru. Pengenalan terhadap Allah itu mempengaruhi setiap langkah hidup kita. John Calvin mengatakan bahwa jika kita tidak mengenal Allah dengan benar maka kita juga tidak mungkin dapat mengenal diri kita sendiri dengan benar. Pemazmur mempunyai konsep tentang Allah di dalam kehidupannya dimana dikatakannya bahwa Allah itu baik, baik bagi Israel, baik bagi orang yang dipilih, dan baik bagi yang bersih hatinya. Allah yang memberikan anugerah kepada pemazmur itu juga menuntut pemazmur untuk meresponi anugerah Allah supaya makin mengenal siapakah Allah yang baik itu. Kebaikan Allah yang bukan menurut konsep manusia melainkan konsep yang datang dari Allah sendiri. Allah yang baik itu tidak berarti Allah memberikan kelancaran, kenyamanan dan hidup sentosa senantiasa. Allah yang baik tidaklah seperti itu. Pemazmur ini mengalami didikan dari Allah dan hal yang sama terjadi pada setiap kita. Untuk mengerti Allah yang baik dengan benar itu harus berdasarkan firman Tuhan (Alkitab) bukan dari definisi-definisi yang berdasarkan riwayat hidup orang-orang Kristen yang mengalami kebaikan Tuhan. Bagi seorang yang menerima anugerah Allah adalah orang yang tidak malas terhadap belajar firman Tuhan melainkan dengan giat untuk mempelajarinya di dalam setiap kesempatan yang Allah berikan. Itulah seharusnya respons kita terhadap anugerah yang telah Allah berikan. Terlebih lagi karena pada zaman ini sudah banyak “hamba-hamba Tuhan” yang memperkenalkan Allah dengan sembarangan. Pemazmur mengatakan bahwa Allah itu baik, baik bagi Israel dimana Israel itu adalah umat 1/3 Ringkasan Khotbah - 1 Feb'09 yang dipilih oleh Allah. Allah itu baik terhadap umat pilihan-Nya yang artinya kebaikan Allah itu bukan disebabkan kondisi umat tersebut. Seolah-olah bagian ini bertentangan dengan ayat berikutnya yang tertulis “Allah itu baik bagi yang bersih hatinya”. Bagian ini seolah-olah mendukung tentang perilaku/sikap manusia yang bersih di hadapan Allah sebagai penyebab dari kebaikan Allah. Tentu tidak demikian. Kebaikan Allah kepada manusia itu tanpa syarat dan tanpa kondisi apa pun. Lalu apa yang dimaksud dengan ‘bersih hatinya’ ? Bagian ini tidak bertentangan dengan kalimat sebelumnya, maksud dari bagian ini ialah tidak ada satu pun manusia yang bersih hatinya namun prinsip Reformed menjelaskan dengan tegas bahwa hati manusia itu yang dibersihkan, itulah yang dimaksud dengan bersih hatinya. Tak ada satu orang pun yang bersih hatinya tetapi ada orang yang sudah dibersihkan hatinya oleh pekerjaan Roh Kudus. Orang yang dibersihkan hatinya itu tetap orang yang berdosa dan yang tetap memiliki kelemahan-kelemahan. Orang yang telah dibersihkan hatinya adalah orang yang mengarahkan hidupnya kepada Tuhan. Orientasi hidupnya ditujukan kepada Tuhan . Kita tetap adalah orang berdosa dengan segala kelemahan/keterbatasan tetapi hendaknya orientasi hidup kita tetap tertuju kepada Allah. Kita tidak mungkin bisa merubah hidup kita sendiri, hanya oleh pekerjaan dan kuasa Roh Kudus saja yang dapat merubahnya Allah yang baik itu juga sekaligus Allah yang mendidik setiap kita sebagai orang percaya dan Tuhan tidak memberikan hal-hal yang serba enak, nyaman, dan gampang. Kita dididik oleh Tuhan supaya makin dewasa, makin bertumbuh di dalam pengenalan akan firman-Nya, makin mengerti dan mengenal akan Allah yang benar. Sebab kita adalah anggota keluarga Kerajaan Allah maka Allah mendidik dan mendewasakan kita sehingga kebaikan Allah itu tidak boleh ditafsirkan dengan konsep kebaikan berdasarkan pikiran manusia. Pemazmur pada waktu menuliskan kalimat-kalimatnya itu melalui dua tahap. Pertama, tahap dimana pemazmur mengerti bahwa Allah itu baik sebelum pemazmur mengalami didikan dari Allah. Lalu tahap berikutnya ialah tahapan pemazmur mengerti bahwa Allah itu baik setelah mengalami didikan dan hajaran dari Tuhan sehingga pengertian tentang kebaikan Allah antara yang pertama dan yang kedua itu sudah berbeda. Hidup orang percaya tidak dipengaruhi oleh hal-hal kesementaraan, hidup orang percaya itu tidak dipengaruhi oleh apa pun yang terjadi di dalam kehidupan ini, oleh karena pandangan kita tertuju kepada hal-hal sorgawi dan Tuhan memakai hal-hal kesementaraan untuk membawa kita makin dekat kepada Dia. Biarlah pendidikan yang dari Tuhan tidak sekedar dilewati saja melainkan pendidikan yang membuat kita terus mau belajar dan mau bertumbuh makin lama makin mengenal Dia supaya makin dewasa dalam kehidupan kita masing-masing. 2/3 Ringkasan Khotbah - 1 Feb'09 *) Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah. 3/3