PDF - Jurnal UNESA

advertisement
DRAMA ANAK-ANAK REKETEK-REKETEK KARYA RUDOLF PUSPA
(KAJIAN PENYUTRADARAAN)
Nama
: Jamil Nofita Puspasari
Nama Pembimbing
: Autar Abdillah, S.Sn, M.Si
ABSTRAK
Melihat anak-anak dengan perlahan mengalami perubahan karakter,
kepribadian, dan pengetahuan dari yang tidak tahu menjadi tahu, bodoh menjadi
pandai dan yang malas menjadi rajin seakan menegur kita sebagai calon pendidik
untuk lebih memperhatikan mereka. Mendidik anak melalui teater berarti
mempersiapkan mereka untuk bersosialisasi dengan masyarakat dan
lingkungannya. Drama Anak-Anak merupakan drama yang memainkan dunia
anak-anak yang bisa diperankan oleh anak-anak ataupun orang dewasa. Proses
lakuan anak sebagai tokoh dalam berperan, meniru gerak pembicaraan seseorang,
menggunakan atau memanfaatkan pengalaman dan imajinasi tentang karakter dan
situasi dalam suatu peran. Salah satu drama anak yang memiliki cerita menarik
dan amanat yang sangat dalam ialah Reketek-Reketek Karya Rudolf Puspa yang
menggambarkan kehidupan para hewan di sekitar sungai yang kotor akibat ulah
manusia yang tidak menjaga kebersihan. Alasan memilih naskah ini karena ingin
memunculkan semangat bermain anak-anak yang antusias untuk menjaga
kebersihan. Sebab dimulai sejak dinilah kita memberikan suatu pendidikan.
Pada proses penyutradaraan drama ank-anak ini, sutradara menggunakan
kerangka proses penyutradaraan Nano Riantiarno yang meliputi memilih naskah,
mengkaji naskah, memilih tim produksi, menyamakan presepsi, casting aktor,
melatih aktor dan pementasan. Untuk teknik penyutradaraannya, sutradara
menggunakan teknik penyutradaraan Rudolf Puspa yang meliputi menjadi peran,
latihan yang menyenangkan, disiplin aktor dan penyatuan aktor dan penonton.
Sedangkan untuk mengeksplorasi aktornya, sutradara menggunakan metode
pelatihan Jose Rizal Manua yang meliputi pendekatan alam, latihan sederhana,
aksi-reaksi-kontemplasi dan aktor yang original.
Menjadi sutradara anak-anak harus memiliki kepiawaian tersendiri dalam
menyelami seluruh karakteristik aktornya. Kesabaran dan kasih sayang
merupakan unsur utama untuk membuat anak-anak lebih menghargai dan
menghormati kita sebagai pemimpinnya. Apalagi menghadapi anak-anak yang
belum pernah mengenal teater, diperlukan waktu, tenaga dan proses panjang bagi
mereka untuk belajar memahami dan menjalankan suatu peran dalam naskah.
Semua itu tergantung bagaimana tangan sutradara mengolah dan mengemas
aktornya menjadi idola para penonton.
Kata Kunci
:, Drama Anak-Anak, Reketek-Reketek, Teknik penyutradaraan
I. PENDAHULUAN
Dalam kelompok seni, teater merupakan kelompok seni yang kolektif.
Seni kolektif menuntut suatu kerjasama yang baik, suatu karya terpadu, dan
suatu kerjasama ansamble yang dipimpin oleh seorang sutradara. Hal itu juga
berarti belajar berorganisasi, belajar mengatur kegiatan dan belajar mengatur
diri untuk pribadi dan untuk orang lain. Oleh karena itu teater bisa disebut
proses memanusiakan manusia yang sangat dibutuhkan dalam buildingcharacter yang berpengaruh dalam dunia pendidikan.
Jika dipandang dari sisi pendidikan, seni teater sesungguhnya memiliki
peran yang luar biasa dalam menanamkan nilai-nilai kepribadian anak didik.
Jadi tidak hanya seni peran atau unsur seni lain tetapi mengelola kesemua
unsur menjadi satu kesatuan itu membutuhkan kerjasama yang hebat di antara
para pendukungnya. Dengan demikian bukan karya seni yang tersaji atau
tergelar dengan baik dan estetis sesuai kaidah seni dan kesenimanan tetapi
proses kerja bersama dalam menciptakan karya itulah yang penting dan perlu
ditekankan dalam edukasi. Seni teater di sekolah sudah selayaknya dipandang
sebagai seni teater pendidikan dan bukan semata pelatihan kemampuan
berteater. Pendidikan teater di luar sekolah juga sangat diperlukan, misalnya
dalam lingkungan, media umum, keluarga, dan masyarakat. Hal ini dapat
merangsang anak menikmati dan mensyukuri hidup, sehingga dalam kehidupan
kemasyarakatan dapat menciptakan kebersamaan yang harmonis.
Di Indonesia, anak-anak mengalami persoalan yang kompleks. Secara
kebudayaan mereka masih berada di tengah situasi yang perlu diperhatikan
(Nashir, 2001 : 2). Kurangnya pengetahuan tentang seni membuat mereka
cenderung menjadi anak yang nakal dan pasif. Mereka masih mengutamakan
hal yang dianggap penting untuk dirinya sendiri dan tidak peduli pada
lingkungannya.
Sebagai guru seni teater hendaknya memiliki kualifikasi sebagai
pengajar, mempunyai pengetahuan seni teater yang luas dan mengerti
kegunaan seni teater yang diajarkan kepada siswa. Materi utama yang
diajarkan sebenarnya banyak menyangkut masalah kehidupan manusia, yaitu
siswa itu sendiri. Sehingga anak-anak yang merasa dirinya kurang diperhatikan
dapat memunculkan ide kreatifitas, bakat dan minatnya sebagai generasi yang
ikut andil dalam membangun bangsa yang baik. Melalui teater, anak-anak
dapat belajar menjadi lebih kritis, ekspresif, dan apresiatif (menghargai,
menghayati dan mencintai). Contoh naskah drama yang akan direalisasikan
dalam sebuah pertunjukan drama anak-anak adalah Reketek-Reketek karya
Rudolf Puspa.
Ada beberapa alasan dalam pemilihan naskah Reketek-Reketek karya
Rudolf Puspa, selain ceritanya yang unik dan menarik karena mengangkat
cerita antara manusia dengan binatang, naskah tersebut mampu memberikan
pesan moral yang sangat sederhana namun sering dilupakan oleh semua orang
yaitu
saling
menyayangi,
tolong-menolong
dan
menjaga
kebersihan
lingkungan. Bahasa sehari-hari yang digunakan dalam naskah ini memudahkan
penonton untuk memahami cerita sehingga pesan dapat tersampaikan dengan
baik terutama bagi anak-anak yang merupakan fokus utama pengapresiasi.
Unsur musik dan tari yang disukai anak-anak juga mengiringi proses naskah
drama ini menjadi menyenangkan.
II. Sumber Kajian
Untuk memudahkan proses penyutradaraan, sebaiknya melakukan studi
pustaka pada beberapa buku, seperti buku dongeng, psikologi anak, dan buku
tentang drama. Menonton beberapa dokumentasi drama anak-anak lewat foto
dan video. Bahkan bisa melakukan wawancara langsung pada tokoh teater anak
seperti Jose Rizal Manua yang mendirikan Teater Tanah Air di Jakarta atau
Rudolf Puspa sebagai pengarang naskah, sehingga sutradara dapat memahami
bagaimana menyutradarai anak dengan baik.
III. Penyutradaraan
Dalam sebuah proses, diperlukan beberapa teknik dalam menyutradarai.
Teknik tersebut tentunya berkaitan dalam segala aktifitas dan kerja yang berada
dalam naskah. Ada beberapa proses teknik menyutradarai menurut tokoh yang
bisa digunakan, yaitu :
1. Nano Riantiarno
a.
Memilih naskah lakon
b.
Mengkaji naskah
c.
Memilih tim produksi
d.
Menyamakan presepsi pementasan
e.
Casting aktor
f.
Melatih aktor
g.
Pementasan ( Buku Menyentuh Teater 2003 :127)
2. Rudolf Puspa
a. Menyutradarai anak-anak berarti mengajak anak-anak bermain atau
menjadi. Menjadi berarti mereka berperan menjadi tokoh yang mereka
inginkan dalam suatu permainan yang mereka senangi. Jadi, anakanak dibebaskan untuk memilih perannya dengan segala pembawaan
yang
b. Rudolf menerapkan disiplin tinggi kepada anak-anak didiknya.
c.
Menciptakan latihan yang menyenangkan.
d.
Menyatu dengan penonton (wawancara dengan penulis 28 Desember
2012, 16:32 di gedung Cak Durasim Surabaya )
3.
Jose Rizal Manua
a.
Jose menggunakan pendekatan alam.
b.
Jose juga memiliki ‘konsep segitiga’ dalam melatih teater, yakni aksireaksi-kontemplasi.
c.
Jose Rizal Manua membebaskan anak-anak asuhannya berakting
seoriginal mungkin. Tanpa dikte, hanya stimulasi.
d.
Memberikan latihan sesederhana mungkin (wawancara dengan
penulis, 14 Januari 2012, 20:23 di TIM Jakarta).
IV. Penyutradaran sebuah Proses
1. Mengidentifikasi Drama Anak-Anak
Menurut Autar Abdillah dalam buku Dramaturgi 1, drama anak-anak
adalah drama yang dimainkan anak-anak yang memiliki ciri-ciri :
a) Drama disesuaikan dengan kecenderungan anak. Dunia bermain
anak
dapat disetarakan dengan perilaku anak.
b) Pilihan anak-anak dan bukan pilihan orang tua atau dewasa, merupakan
bentuk yang didahulukan.
c)
Kebebasan dalam berinteraksi di dorong pada pilhan yang bersifat
tuntunan, dan pembedaan yang baik dan buruk dengan segala dampak
yang ditimbulkannya (67-68 :2008).
Mengenalkan Drama anak-anak pada aktor dimulai dengan melakukan
tanya jawab seputar drama. Dalam hal ini, sutradara memosisikan dirinya
sebagai guru yang siap mengajar, mengarahkan dan menjawab semua
pertanyaan yang diajukan oleh aktornya. Anak Sekolah Dasar memiliki rasa
keingintahuan yang tinggi terhadap hal yang dirasa baru bagi mereka, sehingga
membuat mereka tertarik untuk mendalami apa yang disebut teater.
Selanjutnya sutradara mengajak aktor untuk menonton beberapa video
pementasan drama anak-anak agar mereka lebih memahami apa yang akan
dilakukan setelah mendapatkan sebuah peran.
2. Pra Pementasan
a. Memilih naskah
Dalam mempersiapkan sebuah pertunjukan drama, naskah lakon
adalah instansi pertama yang berperan sebelum sampai ke tangan sutradara
dan para aktor. Di tangan sutradara, naskah mengalami proses
transformasi yang cukup panjang dan unik. Sutradara harus menyukai
naskah yang digarapnya hingga memungkinkan pengembangan sebagai
sumber kreativitas. Sutradara membaca naskah berulang-ulang sampai
mendapatkan bayangan pementasan yang digarapnya.
b. Mengkaji naskah
Merupakan pengkajian tentang teknis atau misi yang terkandung
dalam naskah, menguraikan naskah menurut pentahapan peristiwa dan
suasana, menguraikan mengenai penokohan peran yang ada dalam naskah,
dan fungsinya dalam alur cerita dan menguraikan isi naskah mejadi rincian
pengadeganan atau peristiwa.
c. Memilih Tim Produksi
Suatu pementasan yang baik tidak akan berjalan lancar jika tidak
ada orang yang ahli mengurusi setiap bidang yang berhubungan dengan
pementasan. Misalnya penata artistik, make up kostum, penata panggung,
lighting, kerumahtanggaan, dokumentasi, publikasi sampai pada sie
keamanan.
d. Menyamakan Presepsi
Dalam penggarapan drama anak-anak ini
perlu menyamakan
prinsip kerja agar dapat terfokus dalam satu tujuan dan terlaksana tanpa
ada permasalahan. Proses ini dilakukan dengan diskusi dan komunikasi
sesering mungkin. Baik aktor dengan konsep naskah dari sutradara,
sutradara dengan tim artistik, sutradara dengan penata gerak, sutradara
dengan penata musik.
e. Memilih Aktor (Casting)
Setelah memantapkan pilihan pada naskah Reketek-Reketek,
kemudian melakukan casting dengan membagikan naskah kepada calon
aktor. Casting yang digunakan adalah Casting by Ability yaitu pemilihan
peran berdasar kecakapan atau kemahiran yang sama atau mendekati peran
yang dibawakan. Casting to Type yaitu pemilihan peran berdasarkan atas
kecocokan fisik pemain. Selain itu yang harus diperhatikan dalam memilih
aktor anak-anak adalah adalah bagaimana anak itu berani tampil berakting
dan mendialogkan naskah dengan segala kejujuran dan kepercayaan diri
mereka.
3. Proses Pelatihan
Mengingat perkembangan anak yang amat pesat pada usia Sekolah
Dasar, fikiran anak berkembang berangsur-angsur dan secara tenang. Anak
betul-betul ada dalam stadium belajar. Minat anak pada masa tersebut
tercurah pada segala sesuatu yang dinamis bergerak. Minatnya akan
banyak tertuju pada macam-macam aktifitas. Berikut ini merupakan
tahapan proses pelatihan :
a. Imajinasi
Imajinasi melatih anak untuk berkonsentrasi, observasi, dan
membangun karakter peran yang akan dimainkan. Menggunakan
pendekatan alam milik Jose, sutradara membawa aktornya ke tempat yang
sebenarnya disebut alam, misal di padang rumput yang luas. Sebelum
masuk pada naskah, sutradara merangsang anak untuk berimajinasi pada
hal-hal yang disenangi dan ditakutinya. Misalkan pada hal yang diimpikan,
cita-cita atau hobi sampai pada hal yang paling ditakuti seperti binatang
buas, disuntik dan sebagainya. Pada tahap tersebut, sutradara dapat
mengetahui potensi dasar yang dimiliki oleh masing aktor-aktor.
Selanjutnya pada proses imajinasi dalam naskah, aktor memfokuskan
pikirannya pada tokoh yang diperankan. Salah satu contoh yaitu tokoh
Kodok memikirkan bagaimana cara melompat, variasi lompatan, gerakan
tangan dan kaki. Tokoh ikan memikirkan bagaimana berenang,
menggerakkan kepala dan ekor saat berenang, begitu juga dengan tokoh
lainnya. Sutradara membebaskan aktornya untuk berimajinasi sesuai
dengan fantasi mereka. Hasilnya para aktor akan menuangkan semua yang
mereka bayangkan pada sutradara. Meski terkesan berlebihan dan
mengada-ada, tapi itulah dunia anak-anak yang penuh dengan khayalan.
Proses berimajinasi ini dilakukan di banyak tempat, seperti padang
rumput, kolam renang, lapangan sekolah, taman dan di pinggir sungai.
Hal tersebut bertujuan agar aktor lebih mendekatkan dirinya dengan
setting alam yang akan dihadirkan pada saat pementasan. Selain itu, agar
ekspresi perasaan mereka yang muncul pada saat latihan di alam bisa
terbawa sampai pementasan.

Mengimajinasikan postur tubuh Kodok, cara berenang Ikan, gerakan
bunga, dan terbang kupu-kupu
Gambar 1. Anak-Anak berimajinasi tokoh
b. Bermain
Dalam kegembiraan bermain, berpetualang, dan mengeksplorasi
lingkungan, anak-anak sesungguhnya tengah mengembangkan beragam
keterampilan hidup yang sangat berguna bagi kehidupan mereka kelak.
Sama halnya dengan Jose yang mengaplikasikan aksi-reaksi-kontemplasi
dalam latihannya, teknik bermain sutradara dapat menstimulus anak untuk
berkonsentrasi, bekerja sama dengan orang lain, mendorong spontanitas,
dan mengekspresikan kreatifitas sehingga menghasilkan kesan yang
menyenangkan.
Dalam
melakukan
tahap
bermain
ini,
sutradara
memosisikan dirinya sebagai teman yang ikut bermain dalam dunia
permainan aktornya. Dengan begitu memudahkan sutradara untuk lebih
memahami karakter aktor, kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh
aktor sehingga dapat mengantisipasi permasalahan yang akan ditemui pada
proses selanjutnya Pada proses bermain sutradara juga melatih vokal dan
juga melatih tubuh aktor.
Gambar 2. Bermain
1. Permainan latihan menurut Piaget ( dalam buku Psikologi Anak,
Kartono 67 :2007), yaitu latihan memperlakukan benda-benda untuk
mengerti sifat-sifatnya, memperluas pengetahuannya. Berdasarkan
gambar di atas aktor memikirkan apa saja yang bisa dimanfaatkan
dari sebatang bambu dan daun.
2. Pantomime, melatih anak dengan pantomime membantu untuk
meningkatkan daya
imajinasi,
melatih kekuatan tubuh
dan
menguatkan ekspresi.
3. Konsentrasi, dilakukan agar aktor memusatkan segala pikirannya
pada peran yang dimainkan.
4. Olah Tubuh, berfungsi melatih kelenturan tubuh, memulai dari organ
yang paling atas, hingga yang paling bawah. Latihan ini ditempuh
untuk mencapai kesiapan secara fisik, sebelum menghadapi latihanlatihan lainnya. Olah tubuh yang diberikan kepada anak-anak
sebaiknya yang ringan dan sederhana karena disesuaikan dengan
porsi tubuh mereka yang masih kecil.
a. Jalan di tempat semakin lama semakin cepat
b. Berdiri satu kaki dengan jinjit
c. Berdiri satu kaki dengan jinjit dan merentangkan tangan
d. Sikap pesawat terbang
e. Duduk dengan tangan dilipat dan kedua kaki diangkat
perlahan sampai berbentuk huruf V
f. Berjalan dengan dua tangan
g. Lari berbelok-belok (zigzag)
h. Kaki melilin
i. Senam sederhana diiringi dengan musik
j. Melompat paling tinggi seakan meraih sesuatu
5. Olah Vokal, dilakukan agar aktor mampu mengucapkan dialog
dengan menggunakan intonasi, artikulasi, diksi, dan bentuk suara
dengan benar. Melakukan Olah vokal juga dapat melatih pernafasan.
a. Berlatih dengan menyuarakan a, i, u, e, o pada saaat
menghembuskan nafas dengan artikulasi yang jelas.
b. Tarik nafas simpan dalam perut, kemudian mengucapkan huruf
A-Z dengan keras dan berbisik keras
c. Melatih pengucapan haruf-huruf yang hampir mirip apabila
diucapkan, misal antara huruf R dan L, nga dengan nya
d. Menghirup udara sebanyak-banyaknya lalu tahan, kemudian
hembuskan sambil mengeluarkan suara, misalnya
vokal A
mendatar, suara mendesis dan menggumam, suara melengking,
mendesah. Ini dilakukan berulang-berulang
e. Menahan nafas sambil berjalan dan berlari
f. Bernafas di dalam air, ditahan beberapa saat lalu hembuskan
dengan teriakan.
g. Mendongeng, melatih aktor untuk leluasa berkomuniasi dengan
penontonnya. Mendongeng juga melatih ekspresi alamiah
aktor.
h. Berpuisi, melatih kejelasan dialog aktor, diksi, artikulasi, dan
intonasi. Dengan membaca puisi aktor dapat mengeluarkan
suaranya dengan tegas dan keras.
i. Reading naskah 1, pada tahap ini yang perlu dicapai adalah
memahami dialog-dialog dalam naskah.
j. Reading naskah 2, tahap ini yang perlu dicapai adalah gaya
dialog, kesesuaian diksi, kejelasan ucapan (artikulasi) dan
intonasi.
k. Reading naskah 3, tahap ini yang perlu dicapai adalah
pencapaian tempo, irama dan pencapaian dialog yang hidup.
Gambar 9. Membaca Naskah
6. Eksplorasi
a. Eksplorasi Peran
Target yang perlu dicapai pada eksplorasi peran adalah pencapaian
bentuk dan gaya peran, pencapaian intensitas berperan, pencapaian
penghayatan karakter, dan gesture tubuh. Dalam eksplorasi peran,
kenakalan anak-anak mulai muncul, misalnya menertawai lawan mainnya
yang sedang fokus menghayati peran, atau terpengaruh pada keadaan sekitar
yang mengganggu pikiran aktor yang sedang fokus, bahkan terkadang saling
mengganggu ketika hendak berdialog. Oleh karena itu sutradara benar-benar
memperhatikan tindak laku aktor dan memusatkan pikiran aktor untuk
melakukan sebuah eksplorasi.
b. Eksplorasi Hand Property
Hand property yang digunakan oleh Pak Pancing yaitu alat
pancing. Untuk eksplorasi hand property ini, aktor melakukan kegiatan
yang sama seperti dalam naskah dikehidupan kesehariannya seperti
memancing ikan di sungai. Aktor harus paham bagaimana cara
memegang, melemparkan, menarik pancing dan jaring.
c. Eksplorasi Setting Panggung
Setting panggung berfungsi memberi gambaran latar tempat,
waktu dan suasana pada suatu peristiwa teater. Untuk menguatkan laku
pemeran dan menghidupkan pemain, setting panggung harus diperlukan
secara maksimal dengan cara memahami dan mengerti setting panggung.
a. Eksplorasi Komposisi
Untuk menciptakan dinamika permainan, garis penyutradaraan
salah satunya dituangkan berupa komposisi, yakni movement dan blocking
di atas panggung. Hal ini dicapai dengan memahami dialog yang nantinya
akan menimbulkan pemeran untuk bergerak atau berpindah. Sutradara
harus memikirkan sebuah komposisi bentuk dan ruang yang tidak terlihat
monoton dalam sebuah pertunjukan.
c. Bernyanyi dan Bergerak
Menciptakan latihan yang menyenangkan ala Rudolf, bisa diiringi
dengan musik dalam setiap latihan, seperti olah tubuh dan vokal diikuti oleh
nyanyian. Pada tahap proses menyanyi dan menari, aktor harus menghafal
lagu, menghayati dan mengekspresikan isi lagu dan juga menghafal
koreografi tari. Tidak mudah membuat anak-anak menyanyi dan menari
secara bersamaan atau kompak. Biasanya anak-anak sering mengeluh capek
dengan tari yang telah digarap. Oleh karena itu, sutradara membebaskan
aktornya yang kesulitan mengikuti gerakan teman-temannya dengan
memvariasikan gerakan tersebut semampunya. Dengan perbedaan gerakan
itu akan terkesan lebih lucu.
d. Pementasan
Pementasan merupakan aktifitas yang kompleks dan beragam
dalam sebuah produksi teater. Segala sesuatu yang menjadi pemikiran para
tim produksi baik sutradara, aktor dan pekerja artistik terhadap naskah
divisualisasikan dan disaksikan oleh penonton. Penyatuan aktor dan
penonton dibutuhkan dalam pementasan ini, karena apresiasi penonton
juga berperan dalam penyampaian adegan dalam naskah. Melatih anak
untuk mudah berkomunikasi dengan penonton dilakukan dengan cara
sering mengajak aktor latihan diberbagai tempat yang ramai dikunjungi
masyarakat, dengan begitu sutradara dapat mengamati bagaimana aktornya
bersosialisasi.
e. Pemantapan
Dalam tahapan ini sutradara perlu melakukan proses pemotongan
adegan yang diulang-ulang (cut to cut) agar lebih detil mengoreksi
kembali sesuatu yang dimunculkan aktor. Selanjutnya melakukan proses
running yang utuh dengan penguatan. Dalam proses cut to cut, aktor pasti
merasa bosan. Namun sutradara sudah siap mengatasi kebosanan tersebut
dengan break ice atau penyegaran untuk mencairkan kebosanan yaitu
dengan permainan kembali. Jika mereka sudah siap dengan peran barunya,
usahakan untuk tidak ada hal yang mengganggu psiokologi aktor, mereka
harus dalam keadaan yang nyaman baik fisik dan pikirannya.
V. Simpulan
Menjadi sutradara anak-anak harus memiliki kepiawaian tersendiri
dalam menyelami seluruh karakteristik aktornya. Kesabaran dan kasih sayang
merupakan unsur utama untuk membuat anak-anak lebih menghargai dan
menghormati kita sebagai pemimpinnya. Pada proses penyutradaraan drama
ank-anak ini, sutradara menggunakan kerangka proses penyutradaraan Nano
Riantiarno yang meliputi memilih naskah, mengkaji naskah, memilih tim
produksi, menyamakan presepsi, casting aktor, melatih aktor dan pementasan.
Secara spesifik teknik penyutradaraan, sutradara menggunakan teknik
penyutradaraan Rudolf Puspa yang meliputi menjadi peran, latihan yang
menyenangkan, disiplin aktor dan penyatuan aktor dan penonton. Sedangkan
untuk mengeksplorasi aktornya, sutradara menggunakan metode pelatihan Jose
Rizal Manua yang meliputi pendekatan alam, latihan sederhana, aksi-reaksikontemplasi dan aktor yang original. Apalagi menghadapi anak-anak yang
belum pernah mengenal teater, diperlukan waktu, tenaga dan proses panjang
bagi mereka untuk belajar memahami dan menjalankan suatu peran dalam
naskah. Semua itu tergantung bagaimana tangan sutradara mengolah dan
mengemas aktornya menjadi idola para penonton.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Autar. 2008. Dramaturgi 1. Surabaya : Unesa University Press
Kartono, Kartini. 2007. Psikologi Anak. Bandung : Penerbit CV. Mandar Maju
Nashir, MJA. 2001. Membela Anak dengan Teater. Yogyakarta : Kepel Press
Riantiarno, N. 2003. Menyentuh Teater. Jakarta : MU : 3 Books
Yuniar, Tanti. TT. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Agung Media
Mulia
Wawancara
Jose Rizal Manua. Teknik Menyutradarai Anak. 14 Januari 2012, 20:23 WIB di
TIM Jakarta
Rudolf Puspa. Seputar Reketek-Reketek dan Teknik Menyutradarai Anak. 28
Desember 2012, 16:32 WIB di Gedung Cak Durasim Surabaya
Download