DRAMA ANAK-ANAK REKETEK-REKETEK KARYA RUDOLF PUSPA (KAJIAN PENYUTRADARAAN) Nama : Jamil Nofita Puspasari Nama Pembimbing : Autar Abdillah, S.Sn, M.Si ABSTRAK Melihat anak-anak dengan perlahan mengalami perubahan karakter, kepribadian, dan pengetahuan dari yang tidak tahu menjadi tahu, bodoh menjadi pandai dan yang malas menjadi rajin seakan menegur kita sebagai calon pendidik untuk lebih memperhatikan mereka. Mendidik anak melalui teater berarti mempersiapkan mereka untuk bersosialisasi dengan masyarakat dan lingkungannya. Drama Anak-Anak merupakan drama yang memainkan dunia anak-anak yang bisa diperankan oleh anak-anak ataupun orang dewasa. Proses lakuan anak sebagai tokoh dalam berperan, meniru gerak pembicaraan seseorang, menggunakan atau memanfaatkan pengalaman dan imajinasi tentang karakter dan situasi dalam suatu peran. Salah satu drama anak yang memiliki cerita menarik dan amanat yang sangat dalam ialah Reketek-Reketek Karya Rudolf Puspa yang menggambarkan kehidupan para hewan di sekitar sungai yang kotor akibat ulah manusia yang tidak menjaga kebersihan. Alasan memilih naskah ini karena ingin memunculkan semangat bermain anak-anak yang antusias untuk menjaga kebersihan. Sebab dimulai sejak dinilah kita memberikan suatu pendidikan. Pada proses penyutradaraan drama ank-anak ini, sutradara menggunakan kerangka proses penyutradaraan Nano Riantiarno yang meliputi memilih naskah, mengkaji naskah, memilih tim produksi, menyamakan presepsi, casting aktor, melatih aktor dan pementasan. Untuk teknik penyutradaraannya, sutradara menggunakan teknik penyutradaraan Rudolf Puspa yang meliputi menjadi peran, latihan yang menyenangkan, disiplin aktor dan penyatuan aktor dan penonton. Sedangkan untuk mengeksplorasi aktornya, sutradara menggunakan metode pelatihan Jose Rizal Manua yang meliputi pendekatan alam, latihan sederhana, aksi-reaksi-kontemplasi dan aktor yang original. Menjadi sutradara anak-anak harus memiliki kepiawaian tersendiri dalam menyelami seluruh karakteristik aktornya. Kesabaran dan kasih sayang merupakan unsur utama untuk membuat anak-anak lebih menghargai dan menghormati kita sebagai pemimpinnya. Apalagi menghadapi anak-anak yang belum pernah mengenal teater, diperlukan waktu, tenaga dan proses panjang bagi mereka untuk belajar memahami dan menjalankan suatu peran dalam naskah. Semua itu tergantung bagaimana tangan sutradara mengolah dan mengemas aktornya menjadi idola para penonton. Kata Kunci :, Drama Anak-Anak, Reketek-Reketek, Teknik penyutradaraan I. PENDAHULUAN Dalam kelompok seni, teater merupakan kelompok seni yang kolektif. Seni kolektif menuntut suatu kerjasama yang baik, suatu karya terpadu, dan suatu kerjasama ansamble yang dipimpin oleh seorang sutradara. Hal itu juga berarti belajar berorganisasi, belajar mengatur kegiatan dan belajar mengatur diri untuk pribadi dan untuk orang lain. Oleh karena itu teater bisa disebut proses memanusiakan manusia yang sangat dibutuhkan dalam buildingcharacter yang berpengaruh dalam dunia pendidikan. Jika dipandang dari sisi pendidikan, seni teater sesungguhnya memiliki peran yang luar biasa dalam menanamkan nilai-nilai kepribadian anak didik. Jadi tidak hanya seni peran atau unsur seni lain tetapi mengelola kesemua unsur menjadi satu kesatuan itu membutuhkan kerjasama yang hebat di antara para pendukungnya. Dengan demikian bukan karya seni yang tersaji atau tergelar dengan baik dan estetis sesuai kaidah seni dan kesenimanan tetapi proses kerja bersama dalam menciptakan karya itulah yang penting dan perlu ditekankan dalam edukasi. Seni teater di sekolah sudah selayaknya dipandang sebagai seni teater pendidikan dan bukan semata pelatihan kemampuan berteater. Pendidikan teater di luar sekolah juga sangat diperlukan, misalnya dalam lingkungan, media umum, keluarga, dan masyarakat. Hal ini dapat merangsang anak menikmati dan mensyukuri hidup, sehingga dalam kehidupan kemasyarakatan dapat menciptakan kebersamaan yang harmonis. Di Indonesia, anak-anak mengalami persoalan yang kompleks. Secara kebudayaan mereka masih berada di tengah situasi yang perlu diperhatikan (Nashir, 2001 : 2). Kurangnya pengetahuan tentang seni membuat mereka cenderung menjadi anak yang nakal dan pasif. Mereka masih mengutamakan hal yang dianggap penting untuk dirinya sendiri dan tidak peduli pada lingkungannya. Sebagai guru seni teater hendaknya memiliki kualifikasi sebagai pengajar, mempunyai pengetahuan seni teater yang luas dan mengerti kegunaan seni teater yang diajarkan kepada siswa. Materi utama yang diajarkan sebenarnya banyak menyangkut masalah kehidupan manusia, yaitu siswa itu sendiri. Sehingga anak-anak yang merasa dirinya kurang diperhatikan dapat memunculkan ide kreatifitas, bakat dan minatnya sebagai generasi yang ikut andil dalam membangun bangsa yang baik. Melalui teater, anak-anak dapat belajar menjadi lebih kritis, ekspresif, dan apresiatif (menghargai, menghayati dan mencintai). Contoh naskah drama yang akan direalisasikan dalam sebuah pertunjukan drama anak-anak adalah Reketek-Reketek karya Rudolf Puspa. Ada beberapa alasan dalam pemilihan naskah Reketek-Reketek karya Rudolf Puspa, selain ceritanya yang unik dan menarik karena mengangkat cerita antara manusia dengan binatang, naskah tersebut mampu memberikan pesan moral yang sangat sederhana namun sering dilupakan oleh semua orang yaitu saling menyayangi, tolong-menolong dan menjaga kebersihan lingkungan. Bahasa sehari-hari yang digunakan dalam naskah ini memudahkan penonton untuk memahami cerita sehingga pesan dapat tersampaikan dengan baik terutama bagi anak-anak yang merupakan fokus utama pengapresiasi. Unsur musik dan tari yang disukai anak-anak juga mengiringi proses naskah drama ini menjadi menyenangkan. II. Sumber Kajian Untuk memudahkan proses penyutradaraan, sebaiknya melakukan studi pustaka pada beberapa buku, seperti buku dongeng, psikologi anak, dan buku tentang drama. Menonton beberapa dokumentasi drama anak-anak lewat foto dan video. Bahkan bisa melakukan wawancara langsung pada tokoh teater anak seperti Jose Rizal Manua yang mendirikan Teater Tanah Air di Jakarta atau Rudolf Puspa sebagai pengarang naskah, sehingga sutradara dapat memahami bagaimana menyutradarai anak dengan baik. III. Penyutradaraan Dalam sebuah proses, diperlukan beberapa teknik dalam menyutradarai. Teknik tersebut tentunya berkaitan dalam segala aktifitas dan kerja yang berada dalam naskah. Ada beberapa proses teknik menyutradarai menurut tokoh yang bisa digunakan, yaitu : 1. Nano Riantiarno a. Memilih naskah lakon b. Mengkaji naskah c. Memilih tim produksi d. Menyamakan presepsi pementasan e. Casting aktor f. Melatih aktor g. Pementasan ( Buku Menyentuh Teater 2003 :127) 2. Rudolf Puspa a. Menyutradarai anak-anak berarti mengajak anak-anak bermain atau menjadi. Menjadi berarti mereka berperan menjadi tokoh yang mereka inginkan dalam suatu permainan yang mereka senangi. Jadi, anakanak dibebaskan untuk memilih perannya dengan segala pembawaan yang b. Rudolf menerapkan disiplin tinggi kepada anak-anak didiknya. c. Menciptakan latihan yang menyenangkan. d. Menyatu dengan penonton (wawancara dengan penulis 28 Desember 2012, 16:32 di gedung Cak Durasim Surabaya ) 3. Jose Rizal Manua a. Jose menggunakan pendekatan alam. b. Jose juga memiliki ‘konsep segitiga’ dalam melatih teater, yakni aksireaksi-kontemplasi. c. Jose Rizal Manua membebaskan anak-anak asuhannya berakting seoriginal mungkin. Tanpa dikte, hanya stimulasi. d. Memberikan latihan sesederhana mungkin (wawancara dengan penulis, 14 Januari 2012, 20:23 di TIM Jakarta). IV. Penyutradaran sebuah Proses 1. Mengidentifikasi Drama Anak-Anak Menurut Autar Abdillah dalam buku Dramaturgi 1, drama anak-anak adalah drama yang dimainkan anak-anak yang memiliki ciri-ciri : a) Drama disesuaikan dengan kecenderungan anak. Dunia bermain anak dapat disetarakan dengan perilaku anak. b) Pilihan anak-anak dan bukan pilihan orang tua atau dewasa, merupakan bentuk yang didahulukan. c) Kebebasan dalam berinteraksi di dorong pada pilhan yang bersifat tuntunan, dan pembedaan yang baik dan buruk dengan segala dampak yang ditimbulkannya (67-68 :2008). Mengenalkan Drama anak-anak pada aktor dimulai dengan melakukan tanya jawab seputar drama. Dalam hal ini, sutradara memosisikan dirinya sebagai guru yang siap mengajar, mengarahkan dan menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh aktornya. Anak Sekolah Dasar memiliki rasa keingintahuan yang tinggi terhadap hal yang dirasa baru bagi mereka, sehingga membuat mereka tertarik untuk mendalami apa yang disebut teater. Selanjutnya sutradara mengajak aktor untuk menonton beberapa video pementasan drama anak-anak agar mereka lebih memahami apa yang akan dilakukan setelah mendapatkan sebuah peran. 2. Pra Pementasan a. Memilih naskah Dalam mempersiapkan sebuah pertunjukan drama, naskah lakon adalah instansi pertama yang berperan sebelum sampai ke tangan sutradara dan para aktor. Di tangan sutradara, naskah mengalami proses transformasi yang cukup panjang dan unik. Sutradara harus menyukai naskah yang digarapnya hingga memungkinkan pengembangan sebagai sumber kreativitas. Sutradara membaca naskah berulang-ulang sampai mendapatkan bayangan pementasan yang digarapnya. b. Mengkaji naskah Merupakan pengkajian tentang teknis atau misi yang terkandung dalam naskah, menguraikan naskah menurut pentahapan peristiwa dan suasana, menguraikan mengenai penokohan peran yang ada dalam naskah, dan fungsinya dalam alur cerita dan menguraikan isi naskah mejadi rincian pengadeganan atau peristiwa. c. Memilih Tim Produksi Suatu pementasan yang baik tidak akan berjalan lancar jika tidak ada orang yang ahli mengurusi setiap bidang yang berhubungan dengan pementasan. Misalnya penata artistik, make up kostum, penata panggung, lighting, kerumahtanggaan, dokumentasi, publikasi sampai pada sie keamanan. d. Menyamakan Presepsi Dalam penggarapan drama anak-anak ini perlu menyamakan prinsip kerja agar dapat terfokus dalam satu tujuan dan terlaksana tanpa ada permasalahan. Proses ini dilakukan dengan diskusi dan komunikasi sesering mungkin. Baik aktor dengan konsep naskah dari sutradara, sutradara dengan tim artistik, sutradara dengan penata gerak, sutradara dengan penata musik. e. Memilih Aktor (Casting) Setelah memantapkan pilihan pada naskah Reketek-Reketek, kemudian melakukan casting dengan membagikan naskah kepada calon aktor. Casting yang digunakan adalah Casting by Ability yaitu pemilihan peran berdasar kecakapan atau kemahiran yang sama atau mendekati peran yang dibawakan. Casting to Type yaitu pemilihan peran berdasarkan atas kecocokan fisik pemain. Selain itu yang harus diperhatikan dalam memilih aktor anak-anak adalah adalah bagaimana anak itu berani tampil berakting dan mendialogkan naskah dengan segala kejujuran dan kepercayaan diri mereka. 3. Proses Pelatihan Mengingat perkembangan anak yang amat pesat pada usia Sekolah Dasar, fikiran anak berkembang berangsur-angsur dan secara tenang. Anak betul-betul ada dalam stadium belajar. Minat anak pada masa tersebut tercurah pada segala sesuatu yang dinamis bergerak. Minatnya akan banyak tertuju pada macam-macam aktifitas. Berikut ini merupakan tahapan proses pelatihan : a. Imajinasi Imajinasi melatih anak untuk berkonsentrasi, observasi, dan membangun karakter peran yang akan dimainkan. Menggunakan pendekatan alam milik Jose, sutradara membawa aktornya ke tempat yang sebenarnya disebut alam, misal di padang rumput yang luas. Sebelum masuk pada naskah, sutradara merangsang anak untuk berimajinasi pada hal-hal yang disenangi dan ditakutinya. Misalkan pada hal yang diimpikan, cita-cita atau hobi sampai pada hal yang paling ditakuti seperti binatang buas, disuntik dan sebagainya. Pada tahap tersebut, sutradara dapat mengetahui potensi dasar yang dimiliki oleh masing aktor-aktor. Selanjutnya pada proses imajinasi dalam naskah, aktor memfokuskan pikirannya pada tokoh yang diperankan. Salah satu contoh yaitu tokoh Kodok memikirkan bagaimana cara melompat, variasi lompatan, gerakan tangan dan kaki. Tokoh ikan memikirkan bagaimana berenang, menggerakkan kepala dan ekor saat berenang, begitu juga dengan tokoh lainnya. Sutradara membebaskan aktornya untuk berimajinasi sesuai dengan fantasi mereka. Hasilnya para aktor akan menuangkan semua yang mereka bayangkan pada sutradara. Meski terkesan berlebihan dan mengada-ada, tapi itulah dunia anak-anak yang penuh dengan khayalan. Proses berimajinasi ini dilakukan di banyak tempat, seperti padang rumput, kolam renang, lapangan sekolah, taman dan di pinggir sungai. Hal tersebut bertujuan agar aktor lebih mendekatkan dirinya dengan setting alam yang akan dihadirkan pada saat pementasan. Selain itu, agar ekspresi perasaan mereka yang muncul pada saat latihan di alam bisa terbawa sampai pementasan. Mengimajinasikan postur tubuh Kodok, cara berenang Ikan, gerakan bunga, dan terbang kupu-kupu Gambar 1. Anak-Anak berimajinasi tokoh b. Bermain Dalam kegembiraan bermain, berpetualang, dan mengeksplorasi lingkungan, anak-anak sesungguhnya tengah mengembangkan beragam keterampilan hidup yang sangat berguna bagi kehidupan mereka kelak. Sama halnya dengan Jose yang mengaplikasikan aksi-reaksi-kontemplasi dalam latihannya, teknik bermain sutradara dapat menstimulus anak untuk berkonsentrasi, bekerja sama dengan orang lain, mendorong spontanitas, dan mengekspresikan kreatifitas sehingga menghasilkan kesan yang menyenangkan. Dalam melakukan tahap bermain ini, sutradara memosisikan dirinya sebagai teman yang ikut bermain dalam dunia permainan aktornya. Dengan begitu memudahkan sutradara untuk lebih memahami karakter aktor, kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh aktor sehingga dapat mengantisipasi permasalahan yang akan ditemui pada proses selanjutnya Pada proses bermain sutradara juga melatih vokal dan juga melatih tubuh aktor. Gambar 2. Bermain 1. Permainan latihan menurut Piaget ( dalam buku Psikologi Anak, Kartono 67 :2007), yaitu latihan memperlakukan benda-benda untuk mengerti sifat-sifatnya, memperluas pengetahuannya. Berdasarkan gambar di atas aktor memikirkan apa saja yang bisa dimanfaatkan dari sebatang bambu dan daun. 2. Pantomime, melatih anak dengan pantomime membantu untuk meningkatkan daya imajinasi, melatih kekuatan tubuh dan menguatkan ekspresi. 3. Konsentrasi, dilakukan agar aktor memusatkan segala pikirannya pada peran yang dimainkan. 4. Olah Tubuh, berfungsi melatih kelenturan tubuh, memulai dari organ yang paling atas, hingga yang paling bawah. Latihan ini ditempuh untuk mencapai kesiapan secara fisik, sebelum menghadapi latihanlatihan lainnya. Olah tubuh yang diberikan kepada anak-anak sebaiknya yang ringan dan sederhana karena disesuaikan dengan porsi tubuh mereka yang masih kecil. a. Jalan di tempat semakin lama semakin cepat b. Berdiri satu kaki dengan jinjit c. Berdiri satu kaki dengan jinjit dan merentangkan tangan d. Sikap pesawat terbang e. Duduk dengan tangan dilipat dan kedua kaki diangkat perlahan sampai berbentuk huruf V f. Berjalan dengan dua tangan g. Lari berbelok-belok (zigzag) h. Kaki melilin i. Senam sederhana diiringi dengan musik j. Melompat paling tinggi seakan meraih sesuatu 5. Olah Vokal, dilakukan agar aktor mampu mengucapkan dialog dengan menggunakan intonasi, artikulasi, diksi, dan bentuk suara dengan benar. Melakukan Olah vokal juga dapat melatih pernafasan. a. Berlatih dengan menyuarakan a, i, u, e, o pada saaat menghembuskan nafas dengan artikulasi yang jelas. b. Tarik nafas simpan dalam perut, kemudian mengucapkan huruf A-Z dengan keras dan berbisik keras c. Melatih pengucapan haruf-huruf yang hampir mirip apabila diucapkan, misal antara huruf R dan L, nga dengan nya d. Menghirup udara sebanyak-banyaknya lalu tahan, kemudian hembuskan sambil mengeluarkan suara, misalnya vokal A mendatar, suara mendesis dan menggumam, suara melengking, mendesah. Ini dilakukan berulang-berulang e. Menahan nafas sambil berjalan dan berlari f. Bernafas di dalam air, ditahan beberapa saat lalu hembuskan dengan teriakan. g. Mendongeng, melatih aktor untuk leluasa berkomuniasi dengan penontonnya. Mendongeng juga melatih ekspresi alamiah aktor. h. Berpuisi, melatih kejelasan dialog aktor, diksi, artikulasi, dan intonasi. Dengan membaca puisi aktor dapat mengeluarkan suaranya dengan tegas dan keras. i. Reading naskah 1, pada tahap ini yang perlu dicapai adalah memahami dialog-dialog dalam naskah. j. Reading naskah 2, tahap ini yang perlu dicapai adalah gaya dialog, kesesuaian diksi, kejelasan ucapan (artikulasi) dan intonasi. k. Reading naskah 3, tahap ini yang perlu dicapai adalah pencapaian tempo, irama dan pencapaian dialog yang hidup. Gambar 9. Membaca Naskah 6. Eksplorasi a. Eksplorasi Peran Target yang perlu dicapai pada eksplorasi peran adalah pencapaian bentuk dan gaya peran, pencapaian intensitas berperan, pencapaian penghayatan karakter, dan gesture tubuh. Dalam eksplorasi peran, kenakalan anak-anak mulai muncul, misalnya menertawai lawan mainnya yang sedang fokus menghayati peran, atau terpengaruh pada keadaan sekitar yang mengganggu pikiran aktor yang sedang fokus, bahkan terkadang saling mengganggu ketika hendak berdialog. Oleh karena itu sutradara benar-benar memperhatikan tindak laku aktor dan memusatkan pikiran aktor untuk melakukan sebuah eksplorasi. b. Eksplorasi Hand Property Hand property yang digunakan oleh Pak Pancing yaitu alat pancing. Untuk eksplorasi hand property ini, aktor melakukan kegiatan yang sama seperti dalam naskah dikehidupan kesehariannya seperti memancing ikan di sungai. Aktor harus paham bagaimana cara memegang, melemparkan, menarik pancing dan jaring. c. Eksplorasi Setting Panggung Setting panggung berfungsi memberi gambaran latar tempat, waktu dan suasana pada suatu peristiwa teater. Untuk menguatkan laku pemeran dan menghidupkan pemain, setting panggung harus diperlukan secara maksimal dengan cara memahami dan mengerti setting panggung. a. Eksplorasi Komposisi Untuk menciptakan dinamika permainan, garis penyutradaraan salah satunya dituangkan berupa komposisi, yakni movement dan blocking di atas panggung. Hal ini dicapai dengan memahami dialog yang nantinya akan menimbulkan pemeran untuk bergerak atau berpindah. Sutradara harus memikirkan sebuah komposisi bentuk dan ruang yang tidak terlihat monoton dalam sebuah pertunjukan. c. Bernyanyi dan Bergerak Menciptakan latihan yang menyenangkan ala Rudolf, bisa diiringi dengan musik dalam setiap latihan, seperti olah tubuh dan vokal diikuti oleh nyanyian. Pada tahap proses menyanyi dan menari, aktor harus menghafal lagu, menghayati dan mengekspresikan isi lagu dan juga menghafal koreografi tari. Tidak mudah membuat anak-anak menyanyi dan menari secara bersamaan atau kompak. Biasanya anak-anak sering mengeluh capek dengan tari yang telah digarap. Oleh karena itu, sutradara membebaskan aktornya yang kesulitan mengikuti gerakan teman-temannya dengan memvariasikan gerakan tersebut semampunya. Dengan perbedaan gerakan itu akan terkesan lebih lucu. d. Pementasan Pementasan merupakan aktifitas yang kompleks dan beragam dalam sebuah produksi teater. Segala sesuatu yang menjadi pemikiran para tim produksi baik sutradara, aktor dan pekerja artistik terhadap naskah divisualisasikan dan disaksikan oleh penonton. Penyatuan aktor dan penonton dibutuhkan dalam pementasan ini, karena apresiasi penonton juga berperan dalam penyampaian adegan dalam naskah. Melatih anak untuk mudah berkomunikasi dengan penonton dilakukan dengan cara sering mengajak aktor latihan diberbagai tempat yang ramai dikunjungi masyarakat, dengan begitu sutradara dapat mengamati bagaimana aktornya bersosialisasi. e. Pemantapan Dalam tahapan ini sutradara perlu melakukan proses pemotongan adegan yang diulang-ulang (cut to cut) agar lebih detil mengoreksi kembali sesuatu yang dimunculkan aktor. Selanjutnya melakukan proses running yang utuh dengan penguatan. Dalam proses cut to cut, aktor pasti merasa bosan. Namun sutradara sudah siap mengatasi kebosanan tersebut dengan break ice atau penyegaran untuk mencairkan kebosanan yaitu dengan permainan kembali. Jika mereka sudah siap dengan peran barunya, usahakan untuk tidak ada hal yang mengganggu psiokologi aktor, mereka harus dalam keadaan yang nyaman baik fisik dan pikirannya. V. Simpulan Menjadi sutradara anak-anak harus memiliki kepiawaian tersendiri dalam menyelami seluruh karakteristik aktornya. Kesabaran dan kasih sayang merupakan unsur utama untuk membuat anak-anak lebih menghargai dan menghormati kita sebagai pemimpinnya. Pada proses penyutradaraan drama ank-anak ini, sutradara menggunakan kerangka proses penyutradaraan Nano Riantiarno yang meliputi memilih naskah, mengkaji naskah, memilih tim produksi, menyamakan presepsi, casting aktor, melatih aktor dan pementasan. Secara spesifik teknik penyutradaraan, sutradara menggunakan teknik penyutradaraan Rudolf Puspa yang meliputi menjadi peran, latihan yang menyenangkan, disiplin aktor dan penyatuan aktor dan penonton. Sedangkan untuk mengeksplorasi aktornya, sutradara menggunakan metode pelatihan Jose Rizal Manua yang meliputi pendekatan alam, latihan sederhana, aksi-reaksikontemplasi dan aktor yang original. Apalagi menghadapi anak-anak yang belum pernah mengenal teater, diperlukan waktu, tenaga dan proses panjang bagi mereka untuk belajar memahami dan menjalankan suatu peran dalam naskah. Semua itu tergantung bagaimana tangan sutradara mengolah dan mengemas aktornya menjadi idola para penonton. DAFTAR PUSTAKA Abdillah, Autar. 2008. Dramaturgi 1. Surabaya : Unesa University Press Kartono, Kartini. 2007. Psikologi Anak. Bandung : Penerbit CV. Mandar Maju Nashir, MJA. 2001. Membela Anak dengan Teater. Yogyakarta : Kepel Press Riantiarno, N. 2003. Menyentuh Teater. Jakarta : MU : 3 Books Yuniar, Tanti. TT. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Agung Media Mulia Wawancara Jose Rizal Manua. Teknik Menyutradarai Anak. 14 Januari 2012, 20:23 WIB di TIM Jakarta Rudolf Puspa. Seputar Reketek-Reketek dan Teknik Menyutradarai Anak. 28 Desember 2012, 16:32 WIB di Gedung Cak Durasim Surabaya