politik internasional dan hukum internasional

advertisement
ANALISIS TENTANG PERTENTANGAN NILAI
POLITIK INTERNASIONAL DAN HUKUM INTERNASIONAL
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pada Jurusan
Ilmu Hubungan Internasional
oleh:
ABDULLAH FIKRI ASHRI
E 131 09 007
JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014
i
KATA PENGANTAR
Hidup ini seperti orang yang bersandar di pohon kemudian bermimpi, bermimpi
menjadi apapun yang diinginkan, tapi ketika terbangun lalu menyadari
singkatnya mimpinya. Begitulah hidup, sangat pendek maka bermanfaatlah
karena waktu yang singkat ini menentukan masa yang panjang
(Buya Hamka)
Masih jelas diingatanku ketika masih duduk dibangku SD, rasanya selalu
bermimpi menjadi dewasa dimana dapat membeli yang diinginkan. Tapi, belum
sempat bermimpi panjang tentang hal itu, kini hampir seperempat abad telah
kujalani hidup. Satu masa yakni menjadi Mahasiswa baru saja terlalui. Entah
apakah ini pertanda baik atau buruk, seperti ungkapan teman ketika sarjana
“selamat menempuh the real kehidupan”, padahal menurutku kehidupan yang
sama saja berada di bawah rezim neoliberal (matemija’). Tapi, intinya adalah
hidup begitu singkat, maka setiap langkah hingga masa harus dimaknai dengan
bermanfaat. Oleh karena itu gelar sarjana yang diraih ini merupakan kesyukuran
sekaligus amanah. Kekayaan adalah rasa syukur bukan unsur materi, sehingga
kesyukuran ini selalu terhaturkan kepada Allah S.W.T yang telah meniupkan roh,
memberikan nikmat oksigen, kesehatan, keluarga, dan begitu banyak nikmat yang
tidak ternilai dengan mata uang apapun di dunia ini.
ii
Kata pengantar ini seperti yang lainnya ‘pengantar’, maka saya ingin menuliskan
ucapan bahagia dan terima kasih karena telah ‘mengantar’ kesarjanaan ini.
Teruntuk ayah (Prof.Dr.Muhammad Ashri S.H, M.H) yang kekagumanku tak
pernah berkurang secuilpun, yang telah mengajarkan kesabaran, tak pernah
mengeluh, dan tempat diskusi maupun berdebat (khususnya PTN-BH, hehehe..),
dan Mama (Dra. Afdaliah M.M) seorang ibu yang begitu energik dan sempurna
melebihi malaikat untuk anak-anaknya, maaf selama ini sering membuatmu
menunda tidur demi menungguku pulang. Terima kasih sedalam-dalamnya.
Teruntuk Muhammad Haekal Ashri S.H, M.H seorang kakak yang ‘kejam’ nan
perhatian, Rusydi Ashri selamat bermahasiswa, Munif Ashri tetaplah membaca
Marx.hehehe, Untuk Nenek Opo, Mama Ayah, Bapak, dan Mama Aji sehat selalu.
Teruntuk Nurul Fajri Husin S.IP Sang Kekasih yang selalu mengingatkan,
mengajarkan, menjaga, dan sabar menghadapi diriku..heheheh…skripsi ini takkan
selesai tanpa tips, trik, dan pesan rindu darimu.mari berjuang dan berdoa bersama
slalu untuk esok, lusa, dan hari tua kita.
Kepada Bapak Drs. Patrice Lumumba M.A sebagai pembimbing sekaligus guru
yang mengajarkan bahwa teori (dasar) sangat penting. Terima kasih Pak atas
semuanya (termasuk traktiran cotonya hehehe). Kepada Kak Isdah S.IP, M.A
sebagai pembimbing II yang selalu memotivasi. Maaf selalu menyusahkan. Juga
untuk para dosen Bu Puspa, Kak Gego (terima kasih banyak), Pak Adi, Pak Bur,
Bu Seni, Pak Darwis, Pak Aspi, Pak Nasir dan staf pejuang Kak Rahma dan
Bunda. Terima Kasih dan Sehat Selalu
iii
Teruntuk Rumah HIMAHI FISIP Unhas, ……tak ada kata, kalimat, atau bahkan
naskah yang bisa menggambarkan dirimu. Begitu banyak pelajaran, kebahagiaan,
perjuangan, keharuan yang engkau berikan. Untuk kakak-kakak kak iccang
(tetaplah tegas sang guru), kak ekha (trims banyak), kak achong, kak gilang, kak
syam (maaf kak), kak hasrul (sang inspirator), kak ridho (cepat sembuh matanya),
kak rio, kak arkam yang mengajarkan persaudaraan, kak ari, kak radis, kak diba,
kak ewing, kak Bob n kak Nitha (kekagumanku teriring), kak sawing (semangat
bapak Dosen) dan senior lainnya yang begitu keren. Adik-adikku yang selalu
mengingatkan bahwa menjadi kakak adalah amanah. Menjadi bagian dari rumah
ini adalah kebaikan hidup..tetaplah menjadi rumah. Berbahagialah berHIMAHI.
Teruntuk HI 09 alias angkatan rapuh, bersama kalian adalah kebahagiaan
sekaligus iri dengan kemampuan kalian yang beragam. Terima kasih selalu
menjadi tempat cerita, acara makan-makan, dan banyak lagi. Untuk perempuan
yang luar biasa, Nurul Husin (SangKekasih), Cida (keep istiqomah), Inna
(SangSekretaris), April (selamat!), Sary (Garda Terdepan HUMAS), Amdy (maha
ielts), dilla (multitalent), Nany (K-Pop n Uang Kosan), Icha (teman pencerita
kecil), Fatma (calon dosen), Ayu (bobo), Hutri (akbar), Wani (Mandiri), Dillah
(Bandung), Ivon (Zack*), Dissa (women ji), Ditha (anak SMADA jie), Dwi
(17WI), Fitri (semangat), Claudia (bundo), Chris (iya Fren), Manda (pemanah),
dan Muspida (Abdesir), juga lelaki periang namun kesepian Fais (Taurus Boy),
Satky (sumber berita terdepan mengaburkan),Langgam (seperti cool), Eky
(Liverpool), Fikar (gokil), Vincen (ahli HP), Aldy (Ketua angkatan), Benji
(temannya apip), Tyo n Ishaq (Kawan Seminar), Bama (sang diplomat), Syukron
(Rajin Kuliah bro), Chalik (Master of Mandarin), Rahmat (Ustadz), Efri
iv
(bercermin di air terjuan). Dan terkhusus untuk Apip (ayok menjelajah n awet sm
ayu yah), Riri (Sepupuku yang santai namun pemikir), Michael (nda tauma mau
bilang apa, engkaulah sahabat tersabar yang sangat fokus jika sedang mengerjakan
sesuatu, maaf tak menemanimu secara langsung, tetaplah menjadi Michael yang
tentu saja ‘asyik’), terakhir untuk sang Yes Man Ridho Wirawan (terima kasih
banyak atas semua ilmu dan semangatnya bro…wanita yang bersamamu nanti
adalah wanita terbaik dan tercantik ‘menurutmu’)..terima kasih Angkatan Rapuh,
tetaplah Rapuh, agar kita masih selalu saling menguatkan.
Terindah Pengurus Harian HIMAHI FISIP Unhas 2011-2012, seingatku kita
menamainya Pengurus On Time...terima kasih banyak atas kerjasama dan haru
biru
menjalani
bahtera
kepengurusan,
sunggguh
masa
yang
sangat
indah..menahkodai kapal yang berisi banyak hal dan melalui ombak nan angin
kencang mengajarkan kita bermanfaat. Selaku Ketua Himpunan Jutaan
kebanggaan untuk kalian dan terima kasih telah bersama menjaga amanah. Entah
harus membalasnya dengan apa.
Teruntuk Adik-adik yang sungguh keren, eqi (DEMA jie), Evan (Kahima yang
ceria), , radit (mahaguru drumer), ayu (Sangbendahara), ignas dan juned (sang
pembaharu), mega, Fiqih, Fahmi, Maul, Nunu, dan adik-adik HI 2010 lainnya.
Adik-adik yang sungguh slalu mengisi waktu dan pikiran tahun 2011, Hedar
(Kahima yang pekerja keras, jaga kesehatan dik), Ayu Anastasya (teruslah
membagi ilmu), Viko (harus lebih intens ya), Aji (tetaplah menjadi penjaga),
Noufal (adik kritis yang butuh pendamping), Anti n Ida (partner DPO dan
sungguh sang pejuang), Dina (harus berani!) Toso (teruslah senyum), Rindang
(berceritalah), Ade (keep creative), Muthia (menulis!), Afni (teruslah Bicara),
v
Wiwin n Fitrah (teruslah menguatkan), dan adik adik 2011 lainnya semangat terus
ya. Juga untuk Adik-adik HI 2012 yang begitu beragam. Rial (Kahima), Dian
(teruslah membawa ceria), Dewe (maaf pancake durian), Amel (keep strong),
Sirton (engkau telah berubah lbh keren), Gufron (teruslah memperjuangkan),
Bayu (jaga anak anak), ama (kawan lari), nitha (yang diperjuangkan heheh), vivi
(jangan marahi aji terus), yuli (hormat ketua genk), dan yang 2012 lainnya yang
mantap. Terakhir untuk adik adik 2013 berkreasilah ophy, Hilda, torgib, ryan,
jabal, dan lainnya. Terima kasih adik-adik.
Teruntuk yang slalu berjuang LAW Unhas. maafkan aku atas underground
movement ini. untuk kakak-kakak yang begitu patut diteladani Kak Maula (jaga
kesehatan krn berjuang slalu), Kak Achong (mahaguru ristra), Kak Ullah (tetap
mengingatkan), kak Hepta (selaluki memang lebih maju berapa langkah kak).
Untuk Ellung direktur kami yang sangat membumi!, Enalz (adik yang slalu
membuat hari luar biasa, pasti tergapai cuy), Iccang (lelaki cakep misterius), Athir
(tetaplah menghangatkan), Deny (ditunggu tulisannya), Hendri (Mahaguru),
Aman (pemikir hebat!), Hasti (srikandi LAW), Ama, fhera, syifa, Main, dan
LAWers lainnya. Abadilah!
Teruntuk KKN Miangas Pertama. Terimakasih Opa, Oma, Tya, saudaraku kak
agus, ryan, abdi, dan seluruh pejuang Miangas. Kalian luara biasa. Semoga kita
diberi kesempatan menginjakkan kaki di tanah surga tersebut.
Teruntuk semua warga Sospol, terkhusus angkatan 2009 Uchenk, Chubo, Igar,
Tamada, Alif, Adi, Enal, Rahmat, Cuna (Mahagurunya mahaguruku), Anto, dan
vi
semuanya terima kasih telah memberi warna dalam kehidupan kampus yang tanpa
kalian akan jadi koridor kosong. Dinantikan ngopi selanjutnya!
Teruntuk Mace Halifa dan almarhum pace, sari, mace suki, terima kasih menjadi
tempat bersandar ketika lapar dan ketika merindukan indahnya makanan yang
disajikan dengan cinta.
Untuk pejuang di TK Bunga Asya, Bunda sang kepala sekolah yang bijak, Bu
Ummu yang sungguh sabar, Bu Rany yang begitu semangat, Bu Erny yang begitu
menyanyangi Kenli, dan Adik adik yang keren dan mengajarkan bahwa mengajar
adalah belajar. maaf belum berkunjung. Terima kasih TK yang bahagia!
Terakhir untuk Tenri (Thunder EN 125), engkaulah yang membesarkan dan
menghidupi diriku sejak di MAN hingga sarjana. Maaf kadang ,melupakanmu
juga untuk Laptopku yang menghasilkan karya hidup, thank you!
Semoga karya skripsi ini dapat memberi setitik cerah di dunia yang mungkin
digelapkan. Kemapanan adalah kesombongan, oleh karena itu skripsi ini jauh dari
kemapanan
maka
diharapkan
kritiknya.
Selamat
mengerinyitkan
dahi.
[email protected]
Ketika harga Pangan selalu naik, Juni 2014
Abdullah Fikri Ashri
vii
ABSTRAK
Abdullah Fikri Ashri, E131 09 007, dengan skripsi berjudul “Analisis
Pertentangan Nilai Politik Internasional Dan Hukum Internasional”, di
bawah bimbingan Patrice Lumumba selaku Pembimbing I dan Nur Isdah,
selaku Pembimbing II pada Jurusan Ilmu Hubungan Internasional,
Fakukltas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Hasanuddin.
Penulisan ini bertujuan untuk menganalisa apa yang mendasari terjadinya
pertentangan nilai dalam politik internasional dan hukum internasioanal. Politik
internasional mengandung nilai pengejaran power (kekuasaan), konfrontasi, dan
dominasi sedangkan hukum internasional mengandung nilai aturan umum dan
kepentingan bersama. Penelitian ini juga bertujuan menganalisa wujud
pertentangan nilai politik internasional dan hukum internasional dalam satu
dekade terakhir.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan tipe penelitian
deskriptif yakni menganalisa dan memaparkan mengapa terjadi pertentangan nilai
politik internasional dan hukum internasional. Teknik pengumpulan data yang
digunakan oleh penulis adalah telaah pustaka (library research) yaitu dengan
mengumpulkan literatur yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang akan
dibahas berupa buku, dokumen, jurnal, artikel, atau surat kabar. Adapun teknik
analisis data yakni kualitatif, dimana penulis akan menjelaskan permasalahan
berdasarkan data teoritis yang diperoleh.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa yang mendasari tejadinya
pertentangan nilai politik internasional dan hukum internasional adalah ambisi
setiap negara dalam mengejar power (kekuasaan) yang terkandung dalam politik
internasional bertentangan dengan aturan dalam hukum internasional. Wujud
pertentangan politik internasional dan hukum internasional adalah diutamakannya
kepentingan sepihak bertentangan dengan kepentingan bersama. Dalam politik
internasional, kepentingan bersama dalam hukum internasional hanyalah
dijadikan instrumen untuk mendapatkan dominasi atau menjaga dominasi negaranegara yang memiliki power lebih. Kepentingan bersama dalam hukum
internasional dapat diabaikan demi kepentingan sepihak negara yang memiliki
power.
Kata Kunci: Politik Internasional, Hukum Internasional, Power, Aturan
viii
ABSTRACT
Abdullah Fikri Ashri, E 131 09 007 in “Analize Contradiction of
Values in International Politics and International Law”. With Patrice
Lumumba as First Advisor and Nur Isdah as Second Advisor.
This research aims to analize why contradiction of values occur in
International Politics and International Law. International politics contain values
struggle for power, confrontation, and domination. In other side, international
law contain values of rules and collective interest. This research also aims to
analize shape contradiction of values in International Politics and International
Law. This is a descriptive research. The data used in this research from library
research. This research utilize various datum from literature, books, official
document, journal, newspaper which are organized by qualitative method.
Through this research, it can be concluded that foundation why occur
contradiction of values in international politics and international law because
there are ambitions of states in international politics which contra with rules in
international law. The rules are made to limit ambitions of states. In the fact
ambitions of states can break the rules. In reality shape contradiction of values is
international politics give priority to unilateral interest and international law give
priority to collective interest. According to International Politics, collective
interest in international law as an instrument to domination or keep domination of
states with big power. Collective interest can break for unilateral states with more
power.
Keywords: International Politics, International Law, Power, Rules
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................
HALAMAN PENERIMAAN TIM EVALUASI ...................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT .......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...........................................................................................................x
BAB I.
PENDAHULUAN ..................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ........................................................8
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .....................................................9
D. Kerangka Konseptual .....................................................................10
E.
Metode Penelitian...........................................................................16
BAB II. TELAAH PUSTAKA ..........................................................................18
A. Konsep tentang Politik Internasional .............................................18
B. Konsep tentang Hukum Internasional ............................................34
BAB III. GAMBARAN UMUM TENTANG NILAI - NILAI POLITIK
INTERNASIONAL DAN HUKUM INTERNASIONAL ................48
A. Nilai-Nilai Politik Internasional .....................................................48
1. Pengejaran Kekuasaan (Power) ...............................................48
2. Konfrontasi ...............................................................................52
3. Dominasi ..................................................................................56
B. Nilai-Nilai Hukum Internasional....................................................60
1. Aturan Umum ..........................................................................60
2. Kepentingan Bersama ..............................................................65
BAB IV. PERTENTANGAN NILAI - NILAI POLITIK INTERNASIONAL
DAN HUKUM INTERNASIONAL ...................................................71
A. Aturan versus Ambisi .....................................................................71
B. Kepentingan Sepihak versus Kepentingan Bersama ......................83
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN.............................................99
A. Kesimpulan ....................................................................................99
B. Saran-saran .....................................................................................99
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................101
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Politik Internasional merupakan salah satu kajian pokok dalam Hubungan
Internasional. Politik Internasional hadir dengan mengkaji bagaimana interaksi
antarnegara dalam memperjuangkan kepentingannya. Politik Internasional
melihat fakta-fakta yang terjadi dalam situasi internasional. Hal ini dapat terlihat
pada situasi internasional dimana negara saling berperang dan meningkatkan
kekuatan khususnya pada bidang pertahanan keamanan. Interaksi antarnegara
berputar pada persoalan perang dan peningkatan kekuatan yang berakhir untuk
mencapai kekuasaan atau mendominasi negara yang lemah. Negara-negara akan
terus memperjuangkan kepentingannya dan ketika perjuangannya terhalangi atau
berbenturan maka perang menjadi suatu keharusan. Oleh karena perang tidak
bisa dihindari, maka setiap negara harus siap dengan terus meningkatkan
kekuatannya agar tidak menjadi lemah ataupun dominasi dari negara lain.
Situasi internasional yang terus didominasi oleh peperangan mencapai
klimaks pada masa Perang Dunia II. Dimana, pasca Perang Dunia II
memunculkan dua kekuatan utama yakni Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet,
karena kekuatan besar dahulu seperti Inggris, Perancis, Jerman, Austria, dan
1
Italia kemudian mengalami kemerosotan. Perkembangan ini kemudian diikuti
dengan munculnya perang dingin.
Politik internasional pada era perang dingin menghadirkan Blok
persekutuan yang dikenal dengan sebutan Blok Barat dan Blok Timur yakni
Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai kekuatan besar dunia yang saling
berlawanan. Amerika Serikat kemudian memiliki sekutu di kawasan Eropa Barat,
sedangkan Uni Soviet didukung oleh RRC dan beberapa negara Eropa Timur.
Amerika Serikat dan Uni Soviet saling mengejar kepentingannya demi
mendapatkan kekuasaan. Hal ini merupakan wujud politik internasional saat itu.
Politik internasional, seperti halnya semua politik, merupakan perjuangan untuk
memperoleh kekuasaan.1
Politik
Internasional
merupakan
anarki
internasional.
tidak
ada
pemerintahan dunia, yang ada hanyalah sistem negara berdaulat dan bersenjata
berhadapan satu sama lain.2 Dalam artian, tidak ada otoritas tertinggi dan
berwenang mengatur hubungan antarnegara. Hal ini jugalah yang menjadi dasar
perilaku negara dalam berinteraksi dengan negara lain, sehingga negara dapat
melakukan apa saja dengan kekuatan yang mereka miliki dalam rangka mencapai
kekuasaan meskipun harus berkonflik. Apalagi dalam situasi internasional tidak
ada sistem peraturan yang sepadan yang bisa memaksakan ketundukan negara-
1
Hans J. Morgenthau dan Kenneth W. Thompson. 2010. Politik Antarbangsa. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Hal. 33
2
Robert Jackson dan Georg Sorensen. 2009. Pengantar Studi Hubungan Internasional.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 55-56
2
negara.3 Selain itu, tidak ada peraturan dan konsekuensi dalam interaksi negara
untuk memperoleh kekuasaan. Oleh karena itu, konflik antarnegara tak dapat
dihindarkan dalam Politik Internasional.
Situasi politik internasional masih menempatkan negara sebagai aktor
utama, meskipun aktor non-negara (perusahaan transnasional, organisasi nonpemerintah internasional, gerakan sosial internasional, individu, dan lainnya)
ikut memengaruhi situasi politik internasional. Dalam politik internasional, aktor
individu yakni Pemimpin negara juga memiliki peran penting. Saddam Husein
dan Soekarno merupakan contoh individu yang berkuasa dan menentukan posisi
negara yang dikuasai.
Meskipun begitu, negara tetap menjadi aktor penting dalam politik
internasional. Bukti bahwa negara masih aktor utama ialah ketika Amerika
Serikat sebagai pelopor perang melawan terorisme (war on terrorism).4 Tindakan
perang melawan terorisme inilah yang membuat Amerika Serikat dan sekutunya
perang di Afganistan dan Irak. Amerika Serikat mampu mendominasi politik
internasional dengan isu melawan terorisme, penegakan Hak Asasi Manusia
(HAM), dan demokrasi . Situasi politik internasional pasca perang dingin telah
menghadirkan Amerika Serikat sebagai satu-satunya kekuatan besar baik secara
ekonomi ataupun politik.
3
Scott Burchill dan Andrew Linklater. 2009. Teori-Teori Hubungan Internasional.
Bandung: Nusa Media. Hal. 98
4
Yulius P. Hermawan. 2007. Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional (aktor,
isu, dan metodologi). Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 3
3
Situasi politik internasional kini memunculkan kekuatan-kekuatan baru di
dunia. Jika dahulu politik internasional didominasi Amerika Serikat, kini muncul
kekuatan baru seperti RRC yang secara ekonomi mengalami kemajuan pesat
bahkan kekuatan dalam bentuk aliansi seperti Brazil, Rusia, India, Cina (BRIC).
Perlombaan senjata nuklir juga dilakukan oleh negara-negara seperti Suriah, Iran,
Israel, Korea Utara, dan Pakistan. Amerika Serikat tidak lagi menjadi satusatunya kekuatan besar dunia. Kekuatan baru muncul untuk bersaing dan untuk
menjadi yang paling dominan. Fenomena perlawanan terhadap Amerika Serikat
itu nampak semakin kuat lagi, terutama datangnya krisis ekonomi global akhir
2008 ketika diselenggarakannya KTT Asia-Eropa di Beijing pada akhir 2008.5
Fenomena ini sekali lagi membuktikan bahwa negara-negara mengejar
kekuasaan bahkan dalam bentuk konfrontasi. Demikian penggambaran
perkembangan politik internasional.
Di satu sisi, perilaku negara dalam mengejar kekuasaan telah berdampak
pada perang yang tentu saja membawa kesengsaraan. Perang menelan jutaan
korban, menghancurkan perekonomian, trauma, dan lainnya. Hal ini seharusnya
tidak terjadi jika negara-negara menjunjung tinggi aturan atau norma-norma
hubungan antarbangsa sebagaimana termaktub. Denga kata lain, negara-negara
dalam hubungan internasional seharusnya bekerjasama dalam menjaga
perdamaian karena perdamaian merupakan sesuatu yang normatif. Oleh karena
itu seharusnya ada ikatan yang mengatur negara-negara dalam berinteraksi yakni
5
Ganewati Wuryandari. 2008. Perkembangan Politik Internasional (dan pengaruhnya
terhadap politik luar negeri Indonesia). Jakarta: LIPI. Hal. 9
4
hukum internasional. Hukum internasional sebagaimana semua hukum adalah
untuk mengatur dan menertibkan hukum dalam masyarakat, yang dalam hal ini
mayarakat internasional.6
Perhatian masyarakat internasional terhadap perdamaian di dunia
memunculkan Hukum Internasional. Hukum Internasional tidak dapat dipisahkan
dari perjalanan studi Hubungan Internasional yang fokus terhadap perdamaian.
Pada awal perkembangan studi Hubungan Internasional, ekspansi Eropa dan
kebutuhan untuk mengkodifikasi tatanan hubungan antarnegara (yang kemudian
melahirkan Treaty Westphalia pada tahun 1648 dan Treaty Utrecht pada tahun
1713) membuat Hubungan Internasional lebih dekat dengan ilmu hukum. Pada
tulisan Jeremy Bentham Principles of Morals and Legislations (1794)
menekankan prinsip utilitarianisme, yakni keyakinan bahwa akal sehat bakal
menuntut manusia untuk mengembangkan moralitas yang baik untuk patuh
terhadap ketentuan dan aturan yang berlaku.7 Lahirnya Liga Bangsa-Bangsa
(LBB) merupakan bukti kemajuan menyangkut hukum internasional, meskipun
akhirnya LBB gagal dalam mewujudkan perdamaian.
Keinginan
masyarakat
internasional
dalam
menegakkan
Hukum
Internasional terus berlanjut. Munculnya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan
berbagai instrumen hukum antarnegara merupakan kekuatan baru dalam
menegakkan Hukum Internasional, alasan utamanya adalah untuk mencegah
6
G. J. H. Van Hoof. 2000. Pemikiran Kembali Sumber-Sumber Hukum Internasional.
Bandung: P.T. Alumni. Hal. 38
7
Op.cit, Yulius P. Hermawan. Hal. 4
5
bangsa-bangsa
kembali
menjadi
korban
keganasan
perang
dan
ingin
menempatkan hubungan internasional saat itu di atas dasar hukum bukan
kekuasaan.
Hubungan internasional yang ideal adalah hubungan-hubungan yang
mengikuti rule of law, dalam hal ini norma-norma hukum internasional.8 Hal ini
menandakan bahwa hukum internasional mengandung nilai normatif dalam
artian hukum internasional mengandung ikatan moral. Nilai normatif inilah yang
akan membangun hubungan internasional yang ideal yakni penuh perdamaian
dan kerjasama antarnegara.
Piagam PBB menandai satu langkah maju dalam pengembangan Hukum
Internasional. Lahirnya PBB menjadi suatu era baru dalam hubungan
internasional dalam rangka membangun kembali hubungan antarnegara. PBB
menjadi organisasi gabungan negara-negara yang bertujuan untuk menjaga
keamanan dan perdamaian dunia. Sejak itu, negara-negara mulai membangun
kerjasama baik dalam bidang politik, ekonomi, dan pertahananan keamanan.
PBB juga mulai membangun perhatian terhadap martabat manusia dengan
dibuatnya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) pada tahun 1948.
Hal ini merupakan pertanda baik dalam pengembangan hukum internasional.9
Hukum Internasional dibangun atas nilai kepentingan bersama sehingga
pasti akan berpihak pada masyarakat internasional. Hukum internasional
8
Hata. 2012. Hukum Internasional (Sejarah dan Perkembangan Hingga Pasca Perang
Dingin). Malang: Setara Press. Hal. 5
9
Ibid, Hal. 8
6
dipandang sebagai kesepakatan antara banyak pemegang kedaulatan atau negara.
Hukum internasional kemudian berkembang melalui praktek kebiasaan negaranegara yang melahirkan kewajiban hukum (legal obligation) yang disebut
opinion jurissive necessitas.10 Oleh karena itu Hukum Internasional harus ditaati
negara-negara demi kepentingan bersama.
Namun pada kenyataannya, banyak fenomena yang terjadi di dunia
internasional aturan justru dilanggar oleh negara pemilik kekuatan terhadap
negara lemah. Pada perkembangannya dewasa ini, wujud hukum internasional
dapat terlihat seperti terbentuknya badan pengawas nuklir PBB untuk mengontrol
kepemilikan senjata nuklir di beberapa negara seperti Iran, Korea Utara, dan
Suriah. Hal ini sesuai dengan norma-norma internasional sebagai kendala pada
perilaku nuklir, dan membentuk standar yang layak dikalangan sejumlah aktor.11
Tapi aturan tersebut tidak dihiraukan oleh negara-negara dan tetap membangun
nuklir.
Hukum internasional pada dasarnya bertentangan dengan politik
internasional. Terdapat Nilai yang berbeda bahkan bertentangan antara politik
internasional dan hukum internasional. Jika politik internasional mengutamakan
kepentingan sepihak suatu negara, hukum internasional lebih mengutamakan
kepentingan
bersama.
Fenomena
yang
menggambarkan
realitas
politik
10
Sefriani. 2011. Ketaatan Masyarakat Internasional terhadap Hukum Internasional
dalam
Perspektif
Filsafat
Hukum.http://law.uii.ac.id/images/stories/Jurnal%20Hukum/11%20Sefriani.pdf. Diakses pada
tanggal 27 September 2013 pukul 12.20. WITA.
11
Budi Winarno. 2011. Isu-Isu Global Kontemporer. Yogyakarta: CAPS. Hal. 249
7
internasional tidak sesuai dengan idealitas hukum internasional. Oleh karena itu
penting mengkaji hubungan politik internasional dan hukum internasional.
Berdasar hal inilah, penulis mencoba menganalisa secara teoritis dan
mengangkatnya ke dalam judul : “Analisis Tentang Pertentangan Nilai Politik
Internasional dan Hukum Internasional”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan pada latar belakang pentingnya untuk mengkaji nilai
politik internasional dan hukum internasional, maka jelas penulis membatasi
pada ruang lingkup hubungan politik internasional dan hukum internasional yang
bertentangan. Dalam artian bagaimana situasi internasional dibangun dari
pandangan politik internasional dan hukum internasional. Mengingat semua
bahasan tentang politik internasional dan hukum internasional, khususnya
menyangkut substansi nilai yang dikandung masing-masing. Maka penulis hanya
ingin fokus pada nilai-nilai substansial dari politik internasional dan hukum
internasional serta pertentangannya. Nilai dalam tulisan ini mengacu pada sifatsifat (hal-hal) yang penting dan terkandung dalam politik internasional dan
hukum internasional. Pertentangan di sini mengacu pada nilai yang terkandung
memiliki perbedaan mendasar.
Untuk memudahkan, maka penulis melihat hubungan politik internasional
dan
hukum
internasional
pada
tahun
2003-2014
fenomena-fenomena
8
internasional yang dinamis. Untuk itu, penulis merumuskan dua pertanyaan
pokok sebagai rumusan masalah, yaitu:
1. Apa yang mendasari terjadinya pertentangan nilai dalam politik
internasional dan hukum internasional?
2. Bagaimanakah wujud pertentangan nilai politik internasional dan hukum
internasional?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitiaan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki tujuan
sebagai berikut:
1. Untuk
menganalisa
mengapa
terjadi
pertentangan
dalam
politik
nilai
politik
internasional dan hukum internasional.
2. Untuk
menganalisa
bagaimana
wujud
pertentangan
internasional dan hukum internasional dewasa ini.
Adapun kegunaan dari penelitian ini, yaitu:
1. Secara akademis, memberikan sumbangan pengetahuan dalam menganalisa
bagaimana pertentangan nilai politik internasional dan hukum internasional.
2. Secara praktis, merupakan referensi ilmiah bagi para penstudi ilmu Hubungan
Internasional dan Hukum Internasional terkhusus mengenai hubungan politik
internasional dan hukum internasional.
9
D. Kerangka Konseptual
Untuk membuat sebuah tulisan ilmiah, diperlukan landasan teori dan
konsep yang jelas. Teori maupun konsep akan menjadi pijakan dasar penulis
dalam menggambarkan dan menganalisa hubungan nilai politik internasional dan
hukum internasional. Untuk memudahkan pengertian tentang judul skripsi ini
maka penulis terlebih dahulu ingin menguraikan makna kata dalam judul yakni
Nilai dan Pertentangan.
Penulis berangkat dari asumsi bahwa nilai politik internasional dan
hukum internasional bertentangan. Nilai di sini bukan bermakna ukuran seperti
angka ataukah huruf. Nilai di sini juga tidak merujuk pada nilai suatu benda juga
bukan bemakna nilai dalam kebudayaan. Nilai di sini bukan bermakna
sebagaimana dalam ilmu ekonomi seperti nilai tukar. Secara harfiah nilai dalam
bahasa inggris value dan latin valere berarti berguna, mampu, akan, berdaya,
berlaku, kuat.12 R.B. Perry mengklasifikasikan nilai ke dalam delapan tipe yakni
moral, estetik, ilmiah, religius, ekonomi, politis, legal, dan adat istiadat.13 Hal ini
memberikan penjelasan bahwa terdapat nilai politik dan nilai hukum. Dalam
tulisan ini penulis menggunakan nilai dalam politik internasional dan nilai dalam
hukum internasional.
Nilai merupakan preferensi terhadap pernyataan realitas tertentu
dibanding realitas yang lainnya. Nilai memberikan harga relatif terhadap objek
12
13
Lorens Bagus.2005. Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Hal. 713
Ibid, Hal. 714
10
dan kondisi.14 Artinya, nilai merupakan sifat-sifat yang terkandung yang
diutamakan dari realitas yang lain dan nilai menjadi standar pedoman dalam
melihat realitas internasional. Perang misalnya, dalam politik internasional
merupakan standar pedoman yang nyata terjadi karena untuk mengejar
kekuasaan. Oleh karena itu, nilai di sini merujuk pada substansi atau sifat-sifat
yang terkandung dalam politik internasional dan hukum internasional. Oleh
karenanya, nilai yang penulis maksud berkaitan dengan politik internasional dan
hukum internasional secara teoritis maupun fenomenanya maka nilai sebagai
ukuran angka maupun bermakna nilai budaya tidaklah relevan.
Pertentangan (contradiction) dalam tulisan ini mengacu sesuai Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yakni perihal bertentangan; berlawanan.15
Pertentangan di sini merujuk pada nilai-nilai yang terkandung dalam politik
internasional berlawanan (bertentangan) dengan nilai dalam hukum internasional.
Pertentangan adalah kata yang tepat untuk menggambarkan keterkaitan antara
politik internasional dan hukum internasional. Kata konflik dan perselisihan tidak
relevan karena konflik dan perselisihan lebih mengarah pada proses benturan
kepentingan antara individu dengan kelompok atau perantara kelompok dengan
kelompok.16 Sedangkan dalam tulisan ini subjek yang bertentangan adalah studi
Politik Internasional dan Hukum Internasional.
14
Walter S. Jones. 1992. Logika Hubungan Internasional: Persepsi Nasional 1. Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka Utama. Hal. 276
15
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1996. Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Edisi Kedua). Jakarta: Balai Pustaka. Hal. 1040
16
Soerjono Soekanto. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. Hal. 280
11
Pertentangan nilai yang dimaksud adalah nilai politik internasional
bertentangan dengan nilai hukum internasional. Dalam Politik Internasional
menurut aliran realisme terdapat nilai politik yakni mengejar kekuasaan (power),
sedangkan dalam Hukum Internasional terdapat nilai-nilai umum yang membuat
sistem normatif
sehingga mendorong aktor-aktor untuk mengenali hak dan
tanggung jawab bersama satu sama lain.17
Politik internasional, seperti halnya semua politik, merupakan perebutan
kekuasaan. Apapun yang menjadi tujuan akhir kekuatan politik, kekuasaan selalu
merupakan tujuan yang paling seketika. Para negarawan atau rakyat akhirnya
dapat berusaha memperoleh kemerdekaan, keamanan, kemakmuran, atau
kekuasaan itu sendiri melalui kekuatan yang ada dalam dirinya. 18 Politik
internasional memiliki nilai kekuasaan (power) karena negara-negara berinteraksi
atas dasar mencapai ataupun merebut kekuasaan dengan menggunakan
kekuatannya. Misalnya, perang melawan terorisme yang diawali oleh Amerika
Serikat. Akhirnya, Amerika Serikat hadir sebagai kekuatan besar yang memiliki
kekuasaan di negara-negara yang dianggap teroris seperti Irak dan Afghanistan.19
Politik Internasional berbeda dengan politik domestik meskipun
keduanya merupakan who gets what, when, and how. Politik Internasional
merupakan studi mengenai who gets what, when, and how dalam arena
17
Lynn H. Miller. 2006. Agenda Politik Internasional (melukiskan perkembangan politik
dunia yang luar biasa dramatis dijadikan referensi untuk mengetahui hiruk-pikuk politik
internasional). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 72
18
Op.cit., Hans J. Morgenthau dan Kenneth W. Thompson. Hal. 33
19
Aleksius Jemadu. 2008. Politik Global dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha
Ilmu. Hal. 137
12
internasional.20 Lingkup domestik dan internasional tentu saja merupakan
perbedaan politik domestik dan politik internasional. Jika dalam politik domestik
ada otoritas tertinggi yang berwenang mengatur yakni Negara berdaulat itu
sendiri. Akan tetapi dalam politik internasional tidak ada otoritas tertinggi.
Joseph S. Nye, Jr. memberikan argumen pembeda politik domestik dan politik
internasional:
In a well-ordered domestic political system, the government has a
monopoly on the legitimate use of force. In international politics, no one
has a monopoly on the use of force. Because international politics is the
realm of self-help, and some state are stronger than others, there is
always a danger that they may resort to force. Domestic and
international politics also differ in their underlying sense of community.
in a well-ordered domestic society, a widespread sense of community
gives rise to common loyalties, standard of justices, and views of what is
legitimate authority. In international politics, divided peoples do not
share the same loyalties. Any sense of global community is weak. People
often disagree about what seems just and legitimate.21
Nye mengemukakan bahwa dalam politik domestik ada pemerintah yang
menguasai dan terlegitimasi untuk menggunakan kekuatannya, tetapi dalam
politik internasional tidak ada pemerintahan dunia yang memiliki kekuasaan dan
terlegitimasi sehingga masing-masing negara akan menolong dirinya sendiri.
Perbedaan kedua yakni dalam politik domestik terdapat kesamaan rasa loyalitas
antar warganegara (nasionalisme), standar keadilan, dan kesamaan cara
memandang otoritas. Akan tetapi dalam politik internasional perasaan
20
Patrick M. Morgan dalam Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani.
2006. Pengantar Hubungan Internasiona. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hal. 40
21
Joseph S. Nye, Jr. 2009. Understending International Conflict (An Introduction to
theory and History). New York: Pearson Longman. Hal. 4
13
masyarakat global lemah dan tidak memiliki kesamaan rasa loyalitas serta
memiliki perbedaan pendapat.
Bertentangan dengan nilai politik internasional, hukum internasional,
seperti juga hukum lainnya, bersandar pada dasar moral dan praktis. Hukum
internasional menghendaki adanya masyarakat yang bertanggungjawab dan
teratur yang sangat mengabdi pada nilai-nilai persamaan minimal yang dipunyai
bersama.22 Oleh karena itu hukum internasional dibentuk untuk kepentingan
bersama sehingga negara-negara memiliki nilai-nilai bersama. Kepentingan
bersama berdasarkan nilai-nilai persamaan sesuai dengan tujuan hukum
internasional yakni menertibkan dan menciptakan perdamaian. Konfrontasi
antarnegara dalam mengejar kekuasaannya telah mengakibatkan perang yang
sangat tragis.
Hukum internasional merupakan keseluruhan hukum yang sebagian besar
terdiri dari prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah perilaku dimana negara-negara
terikat untuk menaatinya.23 Oleh karena itu hukum internasional sejatinya ada
untuk membuat aturan umum untuk negara dalam mengejar kepentingannya.
Sehingga, negara harus terikat dan menaati aturan umum tersebut agar negara
dalam melakukan perjuangan mencapai kekuasaan dapat secara halal.
Hukum internasional berbeda dengan hukum nasional. Joseph Nye, Jr.
menyatakan “domestic law is generally obeyed and if not, the police and courts
22
23
Carlton Clymer, dkk. 2006. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: Rajawali Pers. Hal. 583
Op.cit., Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani. Hal. 99
14
enforce sanctions against lawbreakers. International law, on the other hand rest
on competing legal systems, and there is no common enforcement. 24 Menurut
Nye dalam hukum internasional tidak ada ‘polisi internasional’ yang bisa
memaksakan negara untuk menaati hukum internasional, sedangkan dalam
hukum nasional ada polisi dan pengadilan yang dapat memaksa dan memberi
sanksi terhadap pelanggar hukum.
Pada dasarnya, hukum internasional memberikan batas-batas antara
perilaku negara yang diperbolehkan dan yang dilarang. Dalam artian, negara
harus menaati hukum internasional jika ingin perilakunya benar. Hukum
internasional mengarahkan negara pada tujuan dan kesadaran akan nilai-nilai.
Berdasarkan pengertian hukum internasional, nilai yang terkandung di dalamnya
ialah nilai normatif yakni berpegang teguh pada norma yang mengandung
keharusan dan nilai moral (nilai dalam hati nurani manusia).
Sebaliknya, Kelompok realis memandang komitmen terhadap nilai-nilai
normatif internasional merupakan hal yang mengada-ada, bahkan mungkin tidak
tulus, dengan memperhatikan keengganan negara-negara untuk melepaskan
pelaksanaan kekuasaan normalnya.25 Realitasnya, perdamaian dan keamanan
bersama belum tercapai. Sehingga, politik internasional masih mempertanyakan
keberadaan nilai normatif. Hal ini dikarenakan semua negara itu pertama-tama
24
25
Op.cit., Joseph S. Nye, Jr. Hal. 3
Op.cit., Lynn H. Miller. Hal. 160
15
dan yang paling utama adalah memikirkan diri mereka sepihak dalam mencapai
kekuasaan.
E. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang penulis gunakan tipe penelitian yang bersifat
deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk menganalisa bagaimana
pertentangan nilai politik internasional dan hukum internasional. dalam artian
mengapa terjadi pertentangan nilai antara politik internasional dan hukum
internasional.
Penulis
juga
akan
menggambarkan
bagaimana
wujud
pertentangan nilai politik internasional dan hukum internasional.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah telaah
pustaka (library research)
yaitu dengan mengumpulkan literatur yang
berkaitan dengan pokok permasalahan yang akan dibahas berupa buku,
dokumen, jurnal, artikel, atau surat kabar. Adapun bahan-bahan tersebut
diperoleh dari beberapa tempat, yaitu:
a.
Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin.
b.
Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.
c.
Perpustakaan Pusat Universitas Fajar.
3. Teknik Analisis Data
16
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data
kualitatif, dimana penulis akan menjelaskan permasalahan berdasarkan data
teoritis yang diperoleh. Dalam hal ini penulis akan mengkaji secara teoritis
nilai politik internasional yang bertentangan dengan hukum internasional.
4. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan oleh penulis yakni deduktifinduktif. Dalam hal ini penulisan secara deduktif yakni mengemukakan
masalah secara umum yakni norma hukum internasional lalu menarik
kesimpulan dari hal khusus yakni perilaku negara. sedangkan penulisan
induktif yakni mengemukakan masalah perilaku negara lalu menarik
kesimpulan secara umum dari kondisi politik internasional.
17
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG NILAI-NILAI POLITIK
INTERNASIONAL DAN HUKUM INTERNASIONAL
A. Nilai-Nilai Politik Internasional
1. Pengejaran Kekuasaan (Power)
Politik internasional merupakan perjuangan untuk mencapai kekuasaan
(struggle for power). Kekuasaan selalu menjadi tujuan akhir dan seketika.26
Apapun yang negara lakukan adalah untuk mengejar kekuasaan. Apakah
interaksi itu berbentuk kerjasama atau konflik, intinya negara mengejar
kekuasaan. Dalam organisasi internasional yang berisi kerjasama antarnegara
masih terdapat pertentangan karena masing-masing negara mengejar kekuasaan.
Hubungan antarnegara terjadi karena kekuasaan dan kepentingan nasional
merupakan kekuatan utama dalam menggerakkan perpolitikan dunia. Politik
internasional mengandung nilai pengejaran kekuasan. Kekuasaan sebagaimana
telah dijelaskan merupakan pengaruh atau kontrol suatu negara terhadap negara
lain.
Negara sebagai pengejar kekuasaan (power) merupakan aktor yang paling
penting dalam politik internasional. Negara merupakan entitas politik yang pasti
26
Op.cit., Hans J. Morgenthau dan Kenneth W. Thompson. Hal. 33
18
mengejar kekuasaan. Vaquez memaparkan asumsi dasar mengapa negara
menjadi aktor pengejar kekuasaan:27
1. Politik mengandung suatu perjuangan untuk kekuasaan, dan untuk
menjadi aktor politik seseorang atau kelompok tertentu haruslah
memegang kekuatan politik yang signifikan (true by definition);
2. Dalam politik internaisonal, sejak sistem negara modern, hanya bangsabangsalah yang memegang kekuatan yang signifikan (empirical
statement);
3. Sehingga, dalam politik internasional, hanya negaralah yang menjadi
aktor-aktor (conclusion).
Kekuasaan merupakan tujuan dalam dirinya sendiri (end in itself) maupun
sebagai alat untuk mencapai tujuan (means to an end).28 Dalam artian tindakan
negara pada akhirnya untuk kekuasaan, dan negara tetap menggunakan
kekuasaannya sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaannya atau bahkan
menambah kekuasaannya. Perlombaan senjata nuklir antarnegara menjadi contoh
aktual bahwa negara mengejar kekuasaan. Negara mengejar untuk memiliki
nuklir dan menjaganya untuk tidak dimiliki negara lain seperti yang dilakukan
Amerika Serikat terhadap kepemilikan nuklir Iran. Kepemilikan nuklir
merupakan alat untuk mempertahankan posisi Amerika Serikat untuk tetap
berkuasa.
27
Vaquez dalam Shaummil Hadi. 2008. Third Debate dan Kritik Postivisme Ilmu
Hubungan Internasional. Bandung: Jalasutra. Hal. 107
28
Jill Steans dan Lloyd Pettiford. 2009. Hubungan Internasional: Perspektif Dan Tema.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 62
19
Negara akan melakukan apapun demi mencapai kekuasaan. Politik
internasional digambarkan sebagai politik kekuasaan (power politics): suatu
arena persaingan, konflik, dan perang antara negara-negara dimana masalahmasalah dasar yang sama dalam mempertahankan kepentingan nasional dan
dalam menjamin kelangsungan hidup negara berulang sendiri terus-menerus.29
Pengejaran akan kekuasaan oleh negara dilakukan untuk bertahan hidup
dan menolong dirinya (self-help). Jika tidak ingin dikuasai atau didominasi oleh
negara lain, maka suatu negara harus mengejar kekuasaannya hingga bisa
mendominasi. Oleh karena itu banyak negara yang meningkatkan keamanan
nasionalnya untuk menjamin tidak ada negara yang berhasil mencapai posisi
hegemoni atau dominasi keseluruhan, berdasarkan intimidasi, atau paksaan.30
Kekuasaan ini dapat digunakan dalam bentuk perintah (command), ancaman
(coercion), wewenang, karisma orang atau jabatan atau gabungan dari mana saja
untuk mempertahankan atau meningkatkan dominasinya.
Politik internasional dapat didefenisikan dalam hal memengaruhi
‘kelompok-kelompok utama di dunia untuk memajukan tujuan dari beberapa
kelompok menghadapi perlawanan kelompok lain.31 Hal ini menandakan bahwa
politik internasional memiliki nilai mengejar kekuasaan. Negara yang memiliki
kekuatan besar memiliki akses lebih untuk mengejar kekuasaan. Studi politik
internasional mengasumsikan adanya negara nasional dengan kebijakan-
29
Op.cit., Georg Sorensen dan Robert Jackson. Hal. 88
Ibid., Hal. 5
31
Op.cit., Wright dalam Walter Carlsnaes, Hal. 363
30
20
kebijakan yang saling bertentangan, untuk menjaga independensinya maka
negara mengandalkan kekuatan militer. Negara-negara dengan kekuatan militer
yang kuat disebut ‘kekuatan besar’ dan dapat mendukung kebijakan luar negeri
secara efektif.32 Kekuatan militer masih menjadi sarana untuk mengejar
kekuasaan. Invasi Amerika Serikat ke Irak 2003, dan intervensi dalam bentuk
militer di Timur Tengah yang sedang bergejolak beberapa waktu lalu merupakan
contoh aktual pentingnya kekuatan militer.
Hadirnya hukum internasional sebagai ‘aturan pelaksanaan’ dalam
pengejaran kekuasaan negara merupakan batasan dalam perilaku negara. Hal
normatif dan universal kini dianggap sebagai panduan perilaku negara. Namun,
dalam sistem internasional yang anarki, hal tersebut tidak realistis. Dalam
pandangan realisme, dasar normatif realisme adalah keamanan nasional dan
kelangsungan hidup negara.33 Oleh karena itu kepentingan nasional dan
kelangsungan hidup negara menjadi pedoman negara dalam berperilaku.
Apapun tindakan negara adalah untuk mengejar kekuasaan (power).
Kerjasama, aliansi militer, hingga perang adalah serangkaian tindakan yang
akhirnya adalah kekuasaan atau dominasi. Keterlibatan negara dalam organisasi
internasional (PBB) adalah untuk memperkuat powernya. Faktanya dalam PBB
sekalipun yang menjunjung tinggi hukum internasional terdapat negara pemilik
power lebih yakni pemilik hak veto. Hal ini membuktikan bahwa meskipun telah
32
33
Ibid.,
Op.cit., Georg Sorensen dan Robert Jackson. Hal. 89
21
dibatasi oleh aturan dalam bertindak tetap saja negara akan berusaha mengejar
kekuasaannya. Jadi, pengejaran kekuasaan adalah salah satu nilai dalam politik
internasional.
2. Konfrontasi
Pada dasarnya manusia memiliki potensi untuk berkonflik. Sigmund
Freud menyatakan manusia memiliki dorongan agresif dan kemampuan untuk
menjinakkan hal tersebut diragukan kemungkinannya. Manusia dibekali dengan
nafsu dan dosa. Pembunuhan pertama di dunia dilakukan oleh Qabil atas Habil
saudaranya merupakan contoh sejarah yang konkrit mengenai manusia yang
saling berkonfrontasi dan menuruti dorongan agresifnya. Hobbes memandang
manusia sebagai leviathan yakni manusia bagaikan serigala bagi yang lainnya
yang akan berlawanan dan mengorbankan rivalnya. Hobbes menanmbahkan
bahwa manusia akan merasa sedih jika saingannya berhasil dalam mencari
kekayaan, kehormatan, atau hal baik lainnya.34
Manusia ingin merasa aman dalam mengejar kepentingannya sehingga
sebisa mungkin tidak ada yang menghalanginya, jika ada maka konfrontasi adalah
solusi terbaik. Keadaan alami bellum omnium contra omnes dimana keadaan
perang setiap manusia mengharuskan setiap manusia berusaha menjaga
kelangsungan hidupnya bahkan jika harus berperang. Begitupun dengan negara,
konfrontasi merupakan hal yang harus ditempuh demi mencapai kekuasaan.
34
Shadia B. Drury diterjemahkan oleh Joost Kullit. 1986. Hukum Dan Politik (Bacaan
Mengenai Pemikiran Hukum dan Politik). Bandung: Tarsito. Hal. 243
22
Negara harus sedapat mungkin berjuang karena negara membawa dan menjamin
kelangsungan hidup manusia (warga negara).
Dalam politik internasional, negara selayaknya manusia yang senantiasa
memiliki hasrat untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan keamanannya.
Konfrontasi antar negara merupakan gambaran konfrontasi antar manusia dalam
memenuhi kepentingannya. Matthew menyatakan “Nation will rise against nation,
and kingdom against kingdom, there will be famines and earthquakes in various
palces”.35 Pernyataan ini menggambarkan esensi politik internasional dimana
terjadi persaingan bahkan pertarungan untuk meraih kekuasaan dengan prinsip
“war of all against all”.
Dalam interaksi antar negara terdapat hubungan pengaruh dan respon dari
perngaruh tersebut. Negara berinteraksi tentu saja memiliki tujuan yakni
memengaruhi negara lain. Negara yang menjadi sasaran pengaruh tentu saja harus
menentukan sikap atau respon baik secara langsung maupun tidak langsung.
Interaksi antarnegara dilakukan berdasarkan kepentingan nasional masing-masing
negara, baik kepentingan yang inputnya berasal dari dalam ataupun luar negara
yang bersangkutan.36 Kepentingan nasional menurut Wolfers secara minimum
mencakup keutuhan wilayah suatu bangsa, kemerdekaan dan kelangsungan hidup
nasional. Kelangsungan hidup nasional bergantung pada interpretasi negara-negara
35
36
Aleksius Jemadu. Hal. 19
Op.cit., Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani. Hal. 40
23
yang menghadapi kondisi yang berlainan.37 Dalam hal ini, negara merumuskan
kepentingan nasionalnya berdasarkan persoalan yang dihadapinya baik secara
internal atau eksternal. Interaksi berdasar kepentingan nasional ini dilakukan demi
mengejar kekuasaan (power).
Bentuk interaksi antar negara berfokus pada tipe interaksi yang menonjol
dalam antar dua negara atau lebih, tidak perduli isu apa yang terlibat. Kondisi dan
karakteristik perilaku dasar dalam hubungan di antara negara-negara memiliki dua
tipe umum yakni konflik dan kerjasama.38 Hal ini dapat terlihat dalam interaksi
antarnegara dalam hal kerjasama internasional baik itu secara ekonomi,
pendidikan, hingga militer. interaksi antarnegara yang bersifat konfliktual atau
konfrontatif terlihat ketika terjadi persaingan ekonomi, persaingan senjata nuklir,
dan lainnya. Holsti mendefenisikan konfrontasi sebagai suatu situasi dimana dua
negara atau lebih saling mengancam atau menggunakan kekuatan (dalam bentuk
lisan), tanpa kematian.39 Defenisi ini menandakan bahwa konfrontasi tidak
selamanya berbentuk perang yang mengakibatkan korban jiwa, tapi konfrontasi
dapat berupa saling mengancam seperti melalui diplomasi, konfrensi pers, dan
perlombaan senjata melalui parade senjata militer.
Fenomena internasional telah memberikan fakta pertentangan antarnegara.
Konfrontasi antar Amerika Serikat dan Cina dalam bidang ekonomi ataupun
menjaga keamanan Asia Timur, konfrontasi Amerika Serikat dengan Rusia dalam
37
Wolfers, dalam Robert L. Pfatzgraff, Jr dan James E. Dougherty. 1971. Contending
Theories in International Relations. New York: JB. Lippncot CO. Hal. 55
38
Op.cit., K.J. Holsti diterjemahkan M. Tahir Azhary Jilid II, Hal. 169
39
Ibid., Hal. 172
24
kasus Timur Tengah, konfrontasi antarnegara mengenai kepemilikan nuklir
merupakan beberapa fenomena bahwa politik internasional merupakan konfrontasi
antarnegara.
Dalam politik internasional, interaksi antar negara akan bersifat
konfliktual karena adanya pertentangan (konfrontasi) kepentingan. Studi Politik
Internasional mengasumsikan adanya negara nasional dengan kebijakan-kebijakan
yang saling bertentangan menempatkan nilai tinggi pada menjaga independensi
mereka, dan mengandalkan terutama pada kekuatan militer.40 Politik internasional
merupakan wadah dimana kepentingan antar negara bertemu dan berlawanan.
Setiap negara akan berusaha mendapatkan kekuasaan, sehingga ketika kepentingan
itu bertemu maka interaksi yang terjadi bersifat konfrontasi. Konfrontasi ini adalah
konsekuensi logis dari kondisi internasional yang anarki sehingga negara harus
menjamin otonomi dan kelangsungan hidupnya. Kenyataan bahwa negara saling
berkonfrontasi berarti negara lebih memerhatikan posisi kekuasaannya terhadap
yang lain.
Tipe umum interaksi adalah kerjasama dan konflik apapun bidang isunya.
Kerjasama antarnegara berasal dari asumsi bahwa persoalan tertentu tidak dapat
diatasi, atau sasaran tertentu tidak dapat dicapai dengan hanya mengandalkan
kekuatan sendiri. Kerjasama juga berangkat dari perkiraan bahwa kerjasama akan
membawa dampak yang menguntungkan bila dibandingkan dengan hanya
40
Op.cit., Walter Carlsnaes, Hal. 363
25
mengandalkan kekuatan sendiri.41 Dalam hal ini kerjasama antarnegara terjadi jika
manfaat yang diperoleh secara proporsional masih lebih banyak dibandingkan
konsekuensi yang harus ditanggung. Jadi, kerjasama antarnegara dapat terjadi jika
terdapat persamaan kepentingan dari masing-masing pihak.
Tipe umum interaksi antarnegara selanjutnya adalah konflik. Pada
dasarnya semua hubungan memiliki karakteristik konflik. Bahkan, dalam bagian
kerjasama perdagangan akan timbul sejumlah ketidaksepakatan tertentu semisal
permasalahan tarif, kuota, dan lainnya. Apalagi dalam bidang kerjasama organisasi
internasional
tentu
saja
akan
terjadi
pertentangan
dalam
pengambilan
keputusannya. Konfrontasi terjadi jika kepentingan antarnegara berbenturan.
Konfrontasi meliputi tindakan-ancaman dan hukuman yang bersifat diplomatik,
propaganda, komersial, atau militer. Konfrontasi merupakan nilai dalam politik
internasional.
3. Dominasi
Menurut Morgenthau pria dan wanita secara alami adalah manusia
politik, mereka dilahirkan untuk mengejar kekuasaan dan untuk memeroleh hasil
dari kekuasaan. Manusia adalah animus dominandi manusia haus akan
kekuasaan.42 Animus dominandi merupakan pencapaian keamanan politik untuk
mempertahankan diri sendiri dan memeroleh kebebasan dari pihak lain. Dalam
41
Budiono Kusumohamidjojo. 1987. Hubungan Internasional Kerangka Studi Analitis.
Bandung: Binacipta. Hal.92
42
Op.cit., Georg Sorensen dan Robert Jackson. Hal. 99
26
artian setiap manusia selalu berusaha untuk memiliki dominasi bagi manusia lain
dan sebaliknya setiap manusia selalu ingin merasa bebas dari kekangan.
Dalam kehidupan bermasyarakat menurut Machiavelli dan Hobbes jika
masyarakat ingin memperoleh wilayah politik yang bebas dari intervensi atau
kendali pihak asing, mereka harus mengerahkan kekuatan mereka dan
menyebarkan kekuatannya untuk tujuan tersebut. Oleh karena itu pengorganisasian
yang paling memungkinkan adalah mengorganisaikan dirinya ke dalam negara
yang kuat. Kekuasaan tertinggi ada di negara yang menjaga keamanan dan
mempertahankan kepentingannya.
Dalam konteks politik internasional, negara layaknya manusia yang selalu
ingin memiliki dan mempertahankan dominasinya dan sebaliknya tidak
didominasi. Negara akan berusaha untuk menjamin agar negara lain tidak berhasil
mencapai hegemoni atas dominasi keseluruhan.43 Dalam artian setiap negara tidak
akan membiarkan dirinya didominasi oleh negara lain. Pengejaran akan kekuasaan
yang dapat menghasilkan konfrontasi semuanya bertujuan untuk mendapatkan
dominasi.
Kekuasaan esensinya adalah kemampuan untuk mengubah tingkah laku
untuk mendominasi.44 Pada akhirnya dominasilah yang menjadi tujuan negaranegara. Dominasi suatu negara adalah kekuasaan yang dimiliki suatu pihak dan
pihak lain tidak memilikinya. Jika suatu negara atau gabungan beberapa negara
43
44
Ibid., Hal. 5
Op.cit., Jill Steans dan Lloyd Pettiford. Hal. 62
27
mendominasi, maka ada negara atau gabungan negara yang menerima kekalahan.
Oleh karena itu negara pasti akan meningkatkan kapabilitasnya agar dapat
mendominasi.
Morgenthau memaparkan tiga tujuan dominasi (kekuasaan) yang berupa
imperialisme yang terorganisasi secara politis: yaitu suatu imperium dunia (world
empire), imperium kontinental (continental empire), dan pengaruh lokal (lokal
preponderance).45 Imperium dunia merupakan dominasi dunia yang melampaui
batas-batas wilayah. Dorongan dominasi dunia akan tetap terpenuhi jika masih
tersisa objek yang mungkin didominasi. Tujuan selanjutnya adalah dominasi
kawasan yakni kekuasaan yang terbatas dalam batas wilayah suatu kawasan. Hal
ini seperti Cina yang berusaha untuk mendominasi di kawasan Asia Timur. Tujuan
ketiga adalah dominasi dalam lokasi yang terbatas (lokalisir).
Setiap negara akan berpatokan pada ketiga tujuan dominasi diatas.
Dominasi dunia dapat dilakukan oleh negara superpower yang memiliki kekuatan
besar dibanding yang lain. Inggris dan Amerika Serikat menjadi contoh penguasa
abad 19 dan 21. Sekarang dan di masa mendatang akan tetap terfokus pada
pemeliharaan dominasi dan keutamaan AS dalam konstelasi politik Internasional.
Sulit dibantah bahwa abad ke-20 adalah abad kelahiran hegemoni Amerika
Serikat, meskipun disertai dengan adanya tantangan dari Uni Soviet. Dunia bahkan
memasuki abad ke-21 dengan hadirnya satu negara dominan (AS), yang anggaran
belanja militernya saja mencapai lebih dari 1/3 dari jumlah total anggaran belanja
45
Op.cit., Hans J. Morgenthau dan Kenneth W. Thompson. Hal. 74
28
militer dari 190 negara di muka bumi.46 Meskipun demikian kemajuan RRC
menjadi kompetitor Amerika Serikat patut diperhitungkan. Negara lain juga
berusaha menjadi dominan di dunia hanya saja power yang dimiliki masih kurang.
Dominasi kawasan dilakukan oleh negara yang memiliki kekuatan lebih
di suatu kawasan. RRC, Jepang, India, dan Korea Selatan berusaha mendominasi
kawasan Asia. Bagi India, meskipun persepsi mengenai ancaman Cina mulai
menurun, kepentingan untuk mengimbangi kehadiran Cina tetap menjadi elemen
penting dalam strategi India di kawasan. Namun, India berharap Beijing mau
mengakui peran positif New Delhi di kawasan, dan tidak menentang kehadiran
India di Samudera Hindia maupun di kawasan Asia Tenggara.47 Dominasi dalam
lokasi terbatas menjadi tujuan negara yang memiliki power terbatas pada lokasi
tertentu. Oleh karena itu, setiap negara pasti akan bertujuan mendominasi sesuai
dengan power yang dimilikinya.
Dominasi juga dapat terlihat dalam organisasi internasional. Dominasi
para penguasa dapat dipahami dalam bentuk memengaruhi pembuatan keputusan
(decision-making) dan memveto keputusan (vetoing).48 Hal ini menunjukkan
bahwa dalam pembuatan kebijakan dominasi pasti akan terjadi. Dalam
Perserikatan Bangsa-Bangsa kebijkan didominasi oleh pemilik hak veto sehingga
46
Rizal Sukma. Dinamika Politik Global, Keamanan Internasional, Dan Peran
Indonesia. http://indronet.files.wordpress.com/2007/06/dinamika.pdf. diakses 11 Maret 2014
Pukul 15.00 WITA
47
Ibid.,
48
Peter Bachrach and Morton S. Baratz. 2000. Two Faces of Power. he Americun
Political Science Review. Volume 56. Issue 4. http://www.columbia.edu/itc/sipa/U6800/readingssm/bachrach.pdf. diakses 6 Maret 2014 Pukul 21.00 WITA
29
PBB didominasi oleh negara pemilik hak veto. Hal ini menunjukkan dalam politik
internasional terdapat nilai dominasi yang menjadi tujuan negara.
B. Nilai-Nilai Hukum Internasional
1. Aturan Umum
Hukum internasional mengandung nilai normatif dan kepentingan
bersama. Norma-norma yang terkandung dalam hukum internasional kemudian
harus dimanifestasikan dalam bentuk aturan-aturan. Aturan ini hadir agar negara
dalam bertindak harus sesuai dengan rambunya (aturan). Sifat normatif hukum
akan dapat terjelaskan dan dipatuhi jika dimanifestasikan dalam bentuk aturan.
Sehingga negara dapat dengan jelas memahami rambu atau aturan hukum
internasional. aturan umum ini harus tertulis dan konkrit.
Pada dasarnya sebagaimana hukum, harus diterjemahkan dalam suatu
bentuk formal. Hal ini karena hukum harus ditegakkan dengan jelas. Hans Kelsen
memaparkan teori murni hukum (The Pure Theory of Law) yang meliputi negara
dan hukum internasional. Friedman mengungkapkan dasar-dasar esensial dari
pemikiran Kelsen yakni:49
a. Tujuan teori hukum, seperti tiap ilmu pengetahuan adalah untuk
mengurangi kekacauan dan kemajemukan menjadi kesatuan;
b. Teori hukum adalah ilmu pengetahuan mengenai hukum yang
berlaku, bukan mengenai hukum yang seharusnya;
Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa’at. 2006. Teori Hans Kelsen Tentang Hukum,
Jakarta: Konstitusi Press. Hal. 9
49
30
c. Hukum adalah ilmu pengetahuan normatif, bukan ilmu alam;
d. Teori hukum sebagai teori tentang norma-norma, tidak ada
hubungannya dengan daya kerja norma-norma hukum;
e. Teori hukum adalah formal, suatu teori tentang cara menata,
mengubah isi dengan cara yang khusus. Hubungan antara teori hukum
dan sistem yang khas dari hukum positif ialah hubungan apa yang
mungkin dengan hukum yang nyata.
Kelsen beranggapan bahwa hukum tidak sebatas suatu keharusan saja tanpa
suatu keberlakuan. Artinya, pengetahuan normatif dalam hukum yang
menyatakan seharusnya (hal ideal) harus ditegakkan. Oleh karena itu hukum
harus ditata agar subyek hukum menyadari bahwa hukum adalah suatu kenyataan
yang harus ditaati.
Hukum adalah tata aturan (order) dan menjadi suatu sistem aturan-aturan
(rules) tentang perilaku manusia. Aturan-aturan inilah yang harus ditegakkan dan
dipatuhi oleh subyek hukum. Contoh aturan untuk tidak mencuri, berarti semua
orang (subyek hukum) harus mematuhi aturan ini. Kelsen memandang ini
sebagai validitas dalam hukum. Validitas adalah eksistensi norma secara spesifik.
Suatu norma adalah valid merupakan suatu pernyataan yang mengasumsikan
eksistensi norma dan norma itu memiliki kekuatan mengikat (binding force)
terhadap orang yang perilakunya diatur.50 Jadi eksistensi hukum ada jika
memiliki rambu-rambu pelaksanaan yang mengikat perilaku subjek hukum. Jika
50
Ibid.,hal. 36
31
aturan pelaksanaan tidak ada maka hukum hanya sebatas peringatan atau
himbauan saja bukan keharusan untuk mematuhinya.
Dalam konteks Internasional, hukum internasional juga memiliki aturan
umum pelaksanaan. Hukum internasional menurut Oppenheim sebagai pakar
hukum adalah hukum yang sesungguhnya (really law). Ada tiga syarat yang
harus dipenuhi sehingga dikatakan hukum yang sebenarnya. Ketiga syarat
dimaksud adalah adanya aturan hukum, adanya masyarakat, serta adanya
jaminnan pelaksanaan dari luar (external power) atas aturan tersebut.51
Syarat pertama adanya aturan hukum terlihat adanya aturan hukum
internasional. PBB dengan berbagai konvensinya seperti konvensi hukum laut,
hukum diplomatik, hukum perang, hukum lingkungan, perjanjian internasional
dan masih banyak lagi yang diatur hukum internasional. Syarat kedua adanya
masyarakat internasional juga terpenuhi. Masyarakat internasional tersebut
adalah negara-negara dalam lingkup bilateral, trilateral, regional, maupun
universal. Perkembangan hukum internasional juga mulai mengatur subjek
hukum bukan negara seperti individu, organisasi, dan perusahaan multinasional.
Syarat ketiga adanya jaminan pelaksanaan juga terpenuhi yakni sanksi yang
datang
dari negara lain, organisasi internasional, maupun pengadilan
internasional. sanksi tersebut dapat berupa tuntutan permintaan maaf
(satisfaction), tuntutan ganti rugi (compensation/pecuniary), serta pemulihan
51
Op.cit., Sefriani, hal. 8
32
keadaan seperti kondisi semula (repartition). Adapun sanksi yang wujudnya
kekerasan seperti pemutusan hubungan diplomatik, embargo, sampai perang.
Secara global, bentuk hukum atau wujud hukum pada umumnya terbagi
atas dua, yakni hukum tertulis dan tidak tertulis. Begitupun dengan hukum
internasional, wujudnya dalam bentuk tertulis dan hukum internasional tidak
tertulis atau yang disebut dengan hukum kebiasaan internasional (customary
law).52 Intinya wujud hukum internasional tetap mengandung aturan-aturan baik
yang tertulis maupun kebiasaan internasional. Berlakunya aturan ini tergantung
ruang lingkupnya apakah secara global, regional, atau secara khusus.
Kehadiran PBB menandakan bahwa masalah aturan hukum internasional
merupakan suatu hal yang harus dipatuhi bersama. Bangsa-bangsa sadar bahwa
PBB bertujuan untuk menjaga keamanan dan ketertiban internasional dan untuk
mencapainya digunakan cara-cara damai sesuai dengan prinsip keadilan dan
hukum internasional. Secara garis besar terdapat prinsip-prinsip dalam Piagam
PBB. Segala upaya akan dilakukan untuk mempertahankan persamaan
kedaulatan semua negara, penghormatan integritas teritorial dan kemerdekaan
politik, penyelesaian sengketa dengan cara damai sejalan dengan prinsip-prinsip
hukum internasional dan keadilan, hak unutk menentukan nasib sendiri, tidak
campur tangan dalam urusan dalam negeri negara lain, penghormatan atas HAM,
dan kerjasama internasional menyelesaikan permasalahan di bidang ekosob.53
52
53
Alma Manuputy, dkk. 2008. Hukum Internasional. Depok: Rech-ta. Hal. 33
Op.cit., Hata. Hal. 46
33
Prinsip inilah yang mendasari aturan umum hukum internasional sebagai wujud
hukum internasional.
Dewasa ini aturan umum hukum internasional terus berkembang sesuai
situasi internasional. Permasalahan senjata pemusnah massal atau nuklir telah
diatur oleh hukum internasional. Negara yang tidak menjadi anggota perjanjian
proliferasi nuklir Treaty on the Non Proliferation of Nuclear Weapons (NPT),
dilarang mengembangkannya. Permasalahan baru oleh rambu-rambu hukum
internasional juga mengenai intervensi kemanusiaan (humanitarian intervention).
Kebutuhan untuk melakukan campur tangan termasuk dengan cara militer
bertujuan untuk menyelamatkan jiwa manusia yang terancam oleh kekerasan di
suatu wilayah negara, baik oleh tindakan pemerintahnya ataupun oleh kelompok
etnis yang berkonflik.
Aturan umum hukum internasional mencakup berbagai bidang. Aturan
dalam hal kemanusiaan dapat terlihat dari Declarations of Human Rights untuk
mengakkan Hak Asasi Manusia (HAM), dalam bidang ekonomi ada aturan
perdagangan dan moneter, dalam bidang lingkungan pun telah diatur. Tidak
hanya itu hukum internasional juga mengatur negara-negara yang sedang
mengalami persengketaan. Jadi hukum internasional memiliki aturan umum
pelaksanaan agar negara dalam bertindak memiliki batasan-batasan yang jelas.
34
2. Kepentingan Bersama
Hukum dibutuhkan untuk menertibkan kehidupan dalam bermasyarakat.
Sederhananya, hukum ada untuk kebaikan bersama. Thomas Aquinas
menegaskan bahwa hukum adalah penataan pemikiran demi kebaikan bersama,
yang dipublikasikan oleh mereka yang peduli kepada ketertiban masyarakat:
quaedam rationalis ordination ad bonum commune, ab eo qui cura cummunitatis
habet promulgate.54 Hukum juga memainkan peran penting dalam menjaga
keseimbangan sosial dalam masyarakat, menyelaraskan perbedaan kepentingan
yang muncul, mengatur alokasi sumberdaya yang terbatas, menyeimbangkan,
dan mengarahkan perilaku manusia dalam berinteraksi dengan masyarakat yang
lebih besar.55
Hukum adalah cerminan kehendak manusia tentang bagaimana
seharusnya masyarakat. Oleh karena itu hukum mengandung norma dan
kesamaan nilai-nilai. Terdapat tiga nilai dasar dalam hukum menurut Franz
Magnis-Suseno:56
a. Kesamaan; hukum bisa eksis jika bisa menjamin kesamaan.
Kesamaan dalam artian sama kedudukannya di hadapan hukum bukan
berdasarkan siapa yang kuat dan siapa yang lemah. Ada kriteria
54
Op.cit., Johnny Ibrahim. Hal. 3
Ibid., Hal. 9
56
Franz Magnis-Suseno. 1988. Etika Politik-Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan
Modern. Jakarta: PT Gramedia. Hal. 114
55
35
objektif yang berlaku bagi semua, bukan menurut siapa yang lebih
mampu memaksakan kehendaknya (pemilik kekuasaan).
b. Kebebasan; hukum mencegah si kuat dari mencampuri dan
mendominasi kehidupan yang lemah. Artinya, hukum secara hakiki
harus melindungi kebebasan yang ada dibawah atau lemah. Hukum
berdasarkan pengakuan bersama dan tidak berdasarkan paksaan.
c. Kebersamaan; hukum adalah institusionalisasi kebersamaan manusia.
Manusia adalah makhluk sosial yang secara hakiki harus hidup
bersama, maka diperlukan tatanan normatif bagi perilakunya.
Kebersamaan disini bermakna bahwa kita semua bertanggungjawab
atas kita semua, jadi tidak boleh ada diantara kita yang dibiarkan saja
menderita, apalagi yang dikorbankan demi kepentingan yang lain.
Dalam hukum internasional, tidak ada negara yang memiliki derajat lebih
tinggi dibanding negara lain. Negara berada pada posisi sejajar. Hal ini
berdasarkan nilai kesamaan dalam hukum. Jadi jika ada negara yang melanggar
maka sanksinya tidak boleh dibeda-bedakan berdasarkan power negara tersebut.
Semua negara memiliki kesamaan dalam menegakkan hukum internasional. Nilai
kebebasan dalam konteks hukum internasional ialah tidak ada kepentingan suatu
negara yang mendominasi negara lain. Tidak boleh ada negara yang memaksakan
kehendaknya terhadap negara lain. Kedudukan tertinggi adalah masyarakat
internasional. Masyarakat internasional yang membuat aturan dalam hukum
internasional. Hukum internasional dibuat untuk menertibakan hubungan antar
36
negara maupun aktor bukan negara. Terdapat nilai kebersamaan sehingga hukum
internasional tidak berpihak pada kepentingan satu atau sekelompok negara,
tetapi kepentingan bersama. Oleh karena itu salah satu nilai dalam hukum
internasional adalah kepentingan bersama.
Kepentingan bersama antarnegara akan menghasilkan kesepakatan dalam
bertindak. Para kepala negara dan pemerintahan bersepakat bahwa hubunganhubungan internasional pada abad XXI harus didasarkan nilai-nilai esensial
berikut:57
1. Kebebasan: kaum laki-laki dan perempuan mempunyai hak hidupnya
masing-masing dan bebas dari siksaan dan ketidakadilan. Pemerintah
demokratis berdasar kehendak rakyat jaminan terbaik hak-hak ini;
2. Persamaan: tak seorangpun dapat dicegah menikmati hasil-hasil
pembangunan yang dicapai;
3. Solidaritas: harus diciptakan keadilan sosial. mereka yang tidak
beruntung harus mendapatkan bantuan dari mereka yang beruntung;
4. Menghargai alam: pengelolaan sumber-sumber alam harus dilakukan
dengan penuh kebijakan untuk masa depan;
5. Tanggung
jawab
bersama:
tanggung
jawab
bersama
dalam
pengelolaan pembangunan sosial ekonomi dan urusan perdamaian
keamanan internasional, dimana PBB berperan sentral.
57
Op.cit. Hata. Hal. 47
37
Nilai kepentingan bersama ini dapat dilihat dari negara-negara yang
mengadakan perjanjian internasional. perjanjian internasional menurut Mochtar
Kusumaatmadja sebagai salah satu sumber hukum internasional juga sumber
hukum primer dalam menyelesaikan masalah-masalah yang timbul antarnegara.
Perjanjian internasional dapat memberikan pengaturan yang lebih tepat dank
arena itu dipandang lebih efektif untuk mengatur hubungan kerjasama antar
subjek hukum internasional dan memfasilitasi kepentingan masyarakat
internasional.58 Jadi, hukum internasional berdasarkan sumbernya yakni
perjanjian internasional dapat memfasilitasi kepentingan bersama.
Menurut pendekatan sosiologis dalam hukum internasional, masyarakat
bangsa selaku makhluk sosial selalu membutuhkan interaksi satu dengan yang
lain untuk memenuhi kebutuhannya. Betapapun majunya suatu negara, tidak
dapat hidup sendiri. Dalam berinteraksi inilah masyarakat internasional
membutuhkan aturan hukum untuk member kepastian hukum pada apa yang
dilakukan. Pada akhirnya aturan (hukum internasional) akan memberikan
keteraturan, keadilan, dan kedamaian. Menurut aliran ini hukum internasional
dibangun atas kepentingan dan kebutuhan bersama akan ketertiban dan kepastian
hukum dalam melakukan hubungan satu sama lain.59
Hubungan timbal balik dan saling membutuhkan antarnegara diberbagai
bidang mengakibatkan timbulnya hubungan yang tetap dan terus-menerus
58
Muhammad Ashri. 2012. Hukum Perjanjian Internasional (dari pembentukan hingga
akhir berlakunya). Makassar: Arus Timur. Hal. 2
59
Op.cit., Sefriani. Hal. 14
38
antarnegara. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya kepentingan untuk
memelihara
dan
mengatur
hubungan
demikian.
Hukum
internasional
menghendaki adanya masyarakat internasional yang bertanggungjawab dan
teratur yang sangat mengabdi pada nilai-nilai persamaan minimal yang dipunyai
bersama. Kepentingan memelihara dan mengatur hubungan yang bermanfaat ini
merupakan suatu kepentingan bersama. Hukum internasional yang paling baik
ialah yang mampu melaksanakan sendiri, yaitu, bilamana negara-negara tersebut
menyadari bahwa ini adalah demi kepentingan dan keuntungan bersama.60
Kepentingan bersama antarnegara dapat dilihat dengan terbentuknya
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). PBB beranggotakan hampir seluruh negara,
bahkan PBB menjadi acuan untuk kedaulatan suatu negara. Pengakuan
(recognized) suatu negara dapat dilihat jika negara tersebut anggota PBB.
Kepentingan bersama dalam mengembangkan dan menegakkan hukum
internasional dijewantahkan dalam PBB. Seandainya
tidak ada kepentingan
bersama maka tidak akan terbentuk PBB dan berkembang dengan beranggotakan
hampir seluruh negara.
Hukum internasional tidak mengikat salah satu atau sekelompok negara
saja, tetapi mengikat negara-negara. Triepel memaparkan bahwa hukum
internasional itu mengikat bagi negara, bukan hanya karena kehendak mereka
satu per satu untuk terikat, melainkan karena adanya suatu kehendak bersama,
60
Op.cit., Carlton Clymer, dkk. Hal. 588
39
yang lebih tinggi dari kehendak masing-masing negara, untuk tunduk pada
hukum internasional.61
Menegakkan hukum internasional menjadi keharusan karena hukum
internasional adalah hasil dari kesepakatan bersama. Hukum internasional tidak
hanya berupa aturan-aturan, tapi lebih dari itu, hukum internasional mengandung
nilai-nilai dan tuntutan etis. Oleh karena itu seperti telah dijelaskan ada kesamaan
dan kebersamaan di dalamnya. Hukum internasional mewadahi kepentingan
bersama. Kepentingan akan adanya wadah kerjasama dalam bidang perdagangan
misalnya diatur oleh hukum perdagangan internasional. kepentingan untuk
menjunjung tinggi HAM diatur dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
(DUHAM). Kepentingan akan perdamaian oleh negara-negara di atur oleh
hukum internasional yang membatasi penggunaan senjata nuklir dan agresi
militer, bahkan kepentingan untuk menjaga alam diatur oleh hukum internasional
seperti Protokol Kyoto. Pertemuan negara-negara dalam KTT G-20 dimana dunia
tidak lagi dikuasai satu atau aliansi negara-negara berfokus pada aturan hukum,
keamanan
bersama,
menjunjung
martabat
manusia,
serta
tata
kelola
pemerintahan akuntabel.62
61
Op.cit., Mochtar Kusumaatmadja. Hal. 50
Rene L Pattiradjawane. Tatanan Dunia Tidak Dikuasai Sendiri. Koran Harian
Kompas Edisi Kamis 5 September 2013
62
40
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pertentangan nilai politik internasional dan hukum internasional didasari atas
pertentangan antara ambisi dalam politik internasional dan aturan dalam
hukum internasional. Ambisi untuk mendapatkan kekuasaan hingga dominasi
menjadi landasan dalam politik internasional, sedangkan aturan umum
menjadi landasan hukum internasional dalam mengekang ambisi dan
mengatur tindakan negara-negara. Ambisi suatu negara dapat melanggar
aturan umum dalam hukum internasional.
2. Wujud pertentangan politik internasional dan hukum internasional adalah
diutamakannya kepentingan sepihak bertentangan dengan kepentingan
bersama. Dalam politik internasional, kepentingan bersama dalam hukum
internasional hanyalah dijadikan instrument untuk mendapatkan dominasi
atau menjaga dominasi negara-negara yang memiliki power lebih.
Kepentingan bersama dalam hukum internasional dapat diabaikan demi
kepentingan sepihak negara yang memiliki power.
B. Saran-Saran
1. Perlu
pengkajian
mendalam
mengenai
aturan
hukum
internasional,
diharapkan tidak menjadi instrumen politik negara yang memiliki kuasa dan
41
merugikan negara yang lemah. Hukum internasional harus memperhatikan
politik internasional, begitupun sebaliknya politik internasional diharapkan
sesuai dengan aturan hukum internasional.
2. Hukum
internasional
harus
dikembalikan
pada
hakikatnya
yang
mengakomodasi kepentingan bersama masyarakat internasional demi
kebaikan bersama, bukan hanya untuk kepentingan negara yang memiliki
power lebih seperti yang selama ini terjadi.
42
DAFTAR PUSTAKA
Ashri, Muhammad. 2012. Hukum Perjanjian Internasional (dari pembentukan
hingga akhir berlakunya), Makassar: Arus Timur.
Ashri, Muhammad dan Samuddin, Rapung. 2013. Hukum Internasional Dan Hukum
Islam Tentang Sengketa Dan Perdamaian, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Asrudin dan Suryana, Mirza Jaya. 2009. Refleksi Teori Hubungan Internasional (dari
tradisional ke kontemporer), Yogyakarta: Graha Ilmu.
Asshiddiqie, Jimly dan Safa’at, M. Ali. 2006. Teori Hans Kelsen Tentang Hukum,
Jakarta: Konstitusi Press.
Bagus, Lorens. 2005. Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Bertens, K. 2011. Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Bona Sihombing, Frans. 1984. Ilmu Politik Internasional (teori, konsep, dan sistem),
Jakarta Timur: Ghalia Indonesia.
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik (edisi revisi), Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Burchil, Scott dan Linklater, Andrew. 2009. Teori-Teori Hubungan Internasional.
Bandung: Nusa Media.
Byers, Michael. 2003. Custom, Power, and Power of Rules: International Relations
and Customary International Law, Melbourne: Cambridge University Press.
Carlsnaes, Walter, dkk. 2013. Handbook Hubungan Internasional, Bandung: Nusa
Media.
Drury, Shadia B. diterjemahkan oleh Joost Kullit. 1986. Hukum Dan Politik (bacaan
mengenai pemikiran hukum dan politik), Bandung : Tarsito.
Edkins, Jenny dan Williams, Nick Vaughan. 2013. Teori-Teori Kritis –Menantang
Pandangan Utama Studi Politik Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Elias, Juanita dan Sutch, Peter. 2007. The Basics International Relations, New York:
Routledge.
FX, Adji Samekto. 2009. Negara dalam dimensi Hukum Internasional. Bandung: PT
Citra Aditya Bakti.
Griffiths, Martin dan O’Callaghan, Terry. 2002. International Relations: The Key
Concepts, London: Routledge.
43
Hadi, Shaummil. 2008. Third Debate dan Kritik Postivisme Ilmu Hubungan
Internasional, Bandung: Jalasutra.
Hara, Abubakar Eby. 2011. Pengantar Analisis Politik Luar Negeri; dari Realisme
sampai Konstruktivisme, Bandung: Nuansa.
Hata. 2012. Hukum Internasional (Sejarah dan Perkembangan Hingga Pasca Perang
Dingin), Malang: Setara Press.
Holsti, K.J. diterjemahkan M. Tahir Azhary. 1988. Politik Internasional Kerangka
Untuk Analisis (Edisi Keempat Jilid 1), Jakarta: Erlangga.
Holsti, K.J. diterjemahkan M. Tahir Azhary. 1988. Politik Internasional Kerangka
Untuk Analisis (Edisi Keempat Jilid II ), Jakarta: Erlangga.
Hoof, G. J. H. Van. 2000. Pemikiran Kembali Sumber-Sumber Hukum Internasional,
Bandung: P.T. Alumni.
Ibrahim, Johnny. 2006. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang:
Bayumedia.
Irianto, Sulistyowati dan Shidarta. 2011. Metode Penelitian Hukum (Konstelasi dan
Refleksi), Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Jackson, Robert & Sorensen, George. 2009. Pengantar Studi Hubungan
Internasional. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Jemadu, Aleksius. 2008. Politik Global dalam Teori dan Praktik,Yogyakarta: Graha
Ilmu.
J. Padelford, Norman. 1976. The Dinamics of International Politics (third edition),
United State of America: Macmillan Publishing Co., inc.
Jutersonke, Oliver. 2010. Morgenthau, Law and Realism, Newe York: Cambridge
University Press.
Juwana, Hikmahanto. 2010. Hukum Internasional Dalam Perspektif Indonesia
Sebagai Negara Berkembang, Jakarta: PT Yarsif Watampone.
Kammerholfer, Jorg. 2011. Uncertainty in International Law- A Kelsen Perspective-,
New York: Routledge.
Kusumaatmadja, Mochtar dan Agoes, Etty R. 2003. Pengantar Hukum Internasional.
Bandung: PT Alumni.
Kusumohamidjojo, Budiono. 1987. Hubungan Internasional Kerangka Studi Analitis,
Bandung: Binacipta.
44
Losco, Joseph dan Williams, Leonard. 2005. Political Theory –Kajian Klasik dan
Kontemporer Edisi Kedua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
L. Pfatzgraff, Jr, Robert dan E. Dougherty, James. 1971. Contending Theories in
International Relations, New York: JB. Lippncot CO.
Magnis-Suseno, Franz. 1988. Etika Politik-Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan
Modern, Jakarta: PT Gramedia.
Manuputy, Alma dkk. 2008. Hukum Internasional, Depok: Rech-ta.
Mas’oed. 1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, Jakarta: PT.
Pustaka LP3ES.
Mertokusumo, Sudikno. 1986. Mengenal Hukum (Suatu Pengantar). Yogyakarta:
Liberty.
Miller, Lynn H. 2006. Agenda Politik Internasional (melukiskan perkembangan
politik dunia yang luar biasa dramatis dijadikan referensi untuk mengetahui
hiruk-pikuk politik internasional). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Morgenthau, Hans J. dan Thompson, Kenneth W. 2010 .Politik Antarbangsa. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Nasution, Dahlan. 1984. Perang atau Damai Dalam Wawasan Politik Internasional,
Bandung: Remadja Karya.
Nye, Joseph S. Jr. 2009. Understending International Conflict (An Introduction to
theory and History). New York: Pearson Longman.
P. Hermawan, Yulius. 2007. Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional:
Aktor, Isu dan Metodologi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Perwita, Anak Agung Banyu dan Yani, Yanyan Mochamad. 2006. Pengantar
Hubungan Internasional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rise, Thomas and Sikkink, Kathryn in Thomas J. Biersteker, dkk. 2007. International
Law and International Relations (Bridging theory and practice), New York:
Routledge.
Rodee, Carlton Clymer dkk. 2006. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: Rajawali Pers.
S. Jones, Walter. 1992. Logika Hubungan Internasional: Persepsi Nasional 1.
Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Shaw, Malcom N. QC. 2013. Hukum Internasional –terjemahan edisi keenam- .
Bandung: Nusamedia.
Sefrina. 2011. Hukum Internasional Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
45
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Steans, Jill dan Pettiford, Llyod. 2009. Hubungan Internasional (Perspektif dan
Tema). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1996. Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Edisi Kedua). Jakarta: Balai Pustaka.
Varma , S.P. 1995. Teori Politik Modern. Jakarta Utara: PT Raja Grafindo Persada.
Weber, Cynthia. 2001. International Relation Theory, London and New York:
Routledge.
Winarno, Budi. 2011.Isu-Isu Global Kontemporer, Yogyakarta: CAPS.
Witana, Radhika. 2008. Power, Politics, Law: International Law and State Behavior
During International Crisis, Boston: Martinus Nijhoff Publishers.
Wuryandari, Ganewati. 2008. Perkembangan Politik Internasional (dan pengaruhnya
terhadap politik luar negeri Indonesia), Jakarta: LIPI.
Jurnal dan Koran
D. Lipschutz, Ronnie. 2005. Power, Politics and Global Civil Society. Journal of
International Studies. Vol. 33 No. 3. California: Millenium.
Jailani, Abdulkadir. 2005. Hukum Internasional Pasca Perang Irak: Legalisasi
Politik Internasional Dan Politisasi Hukum Internasional, Jurnal Hukum
Internasional-Indonesian Journal of International Law, Vol. 2 No. 2.
Depok: LPHI FHUI.
Slaten, Kevin. 2009. The Decline of U.S. Hegemony: Regaining International
Consent. Journal of Politics and International Affairs. Vol III Issue I. Ohio:
The Undergraduate Political Science Organizations The Ohio State
University.
_____. 2014. KTT Nuklir Dibuka Hari Ini-Upaya Mencegah Terorisme Nuklir Belum
Cukup-. Koran Harian Kompas. Edisi Selasa 25 Maret 2014.
_____. 2014. Ukraina, Permainan Belum Selesai. Koran Harian Kompas. Edisi
Selasa 1 April 2014.
_____. 2013. Nasib Afganistan Ditentukan. Koran Harian Kompas. Edisi Jumat 22
November 2013.
_____. 2013. Opsi Militer Mulai Terbuka-Pemerintahan Obama Dapat Lampu
Hijau Komite Senat-. Koran Harian Kompas. Edisi Jumat 6 September 2013.
46
Hardiman, F Budi. Tangan-Tangan Kotor. Koran Harian Kompas. Edisi Kamis 10
Oktober 2013.
Kuncahyono, Trias. Krisis Suriah-China Seperti Biasa-. Koran Harian Kompas. Edisi
Kamis 5 September 2013.
Kuncahyono, Trias. Krisis Mesir-Hukuman Mati-. Koran Harian Kompas. Edisi
Selasa 25 Maret 2014.
L Pattiradjawane, Rene. Tatanan Dunia Tidak Dikuasai Sendiri. Koran Harian
Kompas Edisi Kamis 5 September 2013.
Website:
Bachrach, Peter and S. Baratz, Morton. 2000. Two Faces of Power. he Americun
Political
Science
Review.
Volume
56.
Issue
4.
http://www.columbia.edu/itc/sipa/U6800/readings-sm/bachrach.pdf. diakses
6 Maret 2014 Pukul 21.00 WITA
Carty, Anthony, Critical International Law: Recent Trends in the Theory of
International Law, European Journal of International Law, diakses di
www.ejil.org/journal/Vol2/No.4/art2.html , pada tanggal 12 Februari 2014.
Koskenniemi, Martu, Hierarchy in International Law: A Sketch, European Journal of
International Law, diakses di www.ejil.org/journal/Vol8/No.4/art2.html ,
Diakses pada tanggal 12 Februari 2014.
Sefriani. 2011. Ketaatan Masyarakat Internasional terhadap Hukum Internasional
dalam
Perspektif
Filsafat
Hukum.
.http://law.uii.ac.id/images/stories/Jurnal%20Hukum/11%20Sefriani.pdf.
Diakses pada tanggal 27 September 2013 pukul 12.20. WITA.
Sukma, Rizal. Dinamika Politik Global, Keamanan Internasional, Dan Peran
Indonesia.
http://indronet.files.wordpress.com/2007/06/dinamika.pdf.
diakses 11 Maret 2014 Pukul 15.00 WITA.
47
Download