TRADISI KHITAN PADA PEREMPUAN DI DAERAH DESA BRENGOSAN, KRAKITAN ROWO JOMBOR, KABUPATEN KLATEN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Riski Trisna Pamungkas F 100 090 219 Kepada FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 TRADISI KHITAN PADA PEREMPUAN JAWA DI DAERAH DESA BRENGOSAN, KRAKITAN ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN Riski Trisna Pamungkas1 Zahrotul Uyun2 Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta [email protected] ABSTRAK Tradisi khitan pada perempuan adalah sebuah tradisi peninggalan dari nenek moyang, yang masih berlangsung sampai sekarang. Khitan pada perempuan menurut masyarakat di daerah Brengosan, Krakitan Kabupaten Klaten dilakukan dengan tujuan untuk menghindarkan anak-anak perempuan dari penyakit seksual dan juga merupakan gerbang peralihan dari masa anak-anak menuju remaja. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tradisi khitan pada perempuan di desa Brengosan, Krakitan Rowo Jombor, Kabupaten Klaten. Informan dalam penelitian berjumlah 5 orang yang merupakan warga asli dari tempat penelitian diambil, melakukan praktek khitan perempuan dan juga tidak melakukan praktek khitan perempuan pada keluarganya. Dalam penelitian ini mengunakan metode penelitian kualitatif, digali dan diamati melalui metode wawancara dan observasi (checklist). Dengan menggali informasi langsung pada informan yang melakukan praktek khitan pada perempuan dan guna menjawab pertanyaan penelitian, bagaimana tradisi khitan pada perempuan di desa Brengosan, Krakitan Rowo Jombor, Kabupaten Klaten. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa tradisi khitan pada perempuan merupakan budaya peninggalan nenek moyang, yang masih banyak dilakukan sampai sekarang. Melaksanakan khitan pada perempuan adalah salah satu upaya dari masyarakat untuk tetap menjaga budaya leluhur agar tidak hilang dan juga menurut informan merupakan salah satu perintah agama, walaupun hampir semua informan tidak dapat untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai perintah agama tersebut. Serta masih minimnya pengetahuan informan mengenai manfaat khitan perempuan yang berdampak bagi kesehatan dan juga kebersihan, yang juga sudah mendapat larangan dari departemen kesehatan untuk tidak dilakukan lagi karena dinilai dapat menyakiti dan mengurangi hak perempuan. Dan untuk beberapa informan melakukan khitan perempuan juga dikarenakan alasan sekedar formalitas saja. Ini semua juga disebabkan oleh alasana tekanan sosial dari masyarakat lainnya, karena ketika tidak melakukan khitan perempuan akan mendapatkan respon negatif berupa pengunjingan dan juga diasingkan. Kata kunci : tradisi, khitan perempuan, budaya jawa iv pemikiran masyarakat bahwa tradisi Latar Belakang Masalah Khitan merupakan praktik kuno yang dilakukan oleh sunat perempuan merupakan perintah berbagai agama kalangan masyarakat untuk alasan- memiliki dan sampai saat ini masih terus pada termasuk anak seksual khitan adalah pemotongan sebagian dianggap dari organ kelamin, untuk laki-laki khitan hampir sama berbeda disetiap dan tidak lagi perempuan yang telah ditanamkan sejak dulu oleh leluhur mereka dan mereka tidak akan di singkirkan atau tidak di anggap oleh Dalam budaya matriarki, khitan suku mereka. (Geertz, 1983). sebuah Namun menurut Husein (2001), keharusan. Hal ini tidak terlepas dari melekat dibatasi tidak akan lupa dengan adat istiadat vagina (labia minora ). yang perempuan dengan menjalankan tradisi mereka yang sampai memotong bibir kecil pendapat khitan sangat penting, karena bagi mereka sebagian dari klentit (klitoris) dan ada merupakan tradisi menjalankan dan melestarikan tradisi tempat, ada yang sebatas pembuangan perempuan dalam (Gani, 2007). Bagi masyarkat Jawa kulup (Qulf ) penis laki-laki. Sedangan perempuan besar. menjadi penggoda bagi laki- laki disetiap tempat, yaitu pemotongan pada yang perempuan. Dengan dikhitan, daya perempuan. Menurut (Hindi, 2008) pelaksanaan syahwat mitos dalam kehidupan perempuan, hanya berlaku pada anak laki-laki berlaku perempuan Anggapan tersebut telah menyumbang berlangsung. Khitan atau sunat tidak juga anggapan adalah penggoda laki- laki karena alasan agama maupun sosial budaya, tetapi dan apabila dalam 1 diteliti lebih seksama, “Dari Ummụ ‘Athiyyāh r.a, beliau berkata bahwa ada seorang juru sirkumsisipara wanita di Madinah, Rasul SAW bersabda kepadanya: “Jangan berlebihan, karena hal itu adalah bagian kenikmatan perempuan dan kecintaan suami"(Abū Dā’ūd). sepanjang sejarah hukum Islam yang bersinggungan dengan dalil khitan, tidak ditemukan dalil yang sahih atau akurat, baik di Al-Qur’an maupun tertera dalam lembaran-lembaran Menurut Husein (2001), hadis hadis. Akan tetapi, praktek tersebut ini dikategorikan lemah oleh Abû oleh kebanyakan umat Muslim di Dâûd sendiri dan diklasifikasikan berbagai negara tetap dijadikan sebagai hadis mursal. Selain itu, hadis sebagai bagian dari ajaran agama, ini tidak ditemukan dalam kompilasi terutama karena pengaruh doktrinhadis lain, hadis ini hanya terdapat doktrin dari tokoh agama setempat. dalam Sunan Abū Dāwud saja. Beberapa ulama kontemporer Menurut penelitian dari menganggap hadis yang berkembang Population Council tahun 2004 yang dijadikan dalil tentang pewajiban menunjukkan bahwa praktik khitan khitan merupakan hadis yang dha’if perempuan di Indonesia dilakukan (lemah). Seperti hadis dari Ummū oleh dukun bayi, dukun sunat, dan ‘Athiyyāh yang di riwayatkan oleh bidan. Dari 2.215 kasus khitan Abū Dā’ūd: perempuan di berbagai daerah yang ditemukan menunjukkan bahwa 68% kegiatan khitan perempuan dilakukan - : oleh pengkhitan tradisional dan 32% sisanya dilakukan oleh tenaga bida. (Gani, » kesehatan, 2 terutama 2007). Berbeda dari temuan oleh Gani dan keluarganya mendapatkan tekanan (2007), penelitian yang dilakukan oleh untuk Uddin (2010) menunjukkan bahwa Akibat adanya tekanan masyarakat tempat yang yang melakukan khitan paling banyak pelayanan khitan dikhitan, orang tua akan merasa perempuan adalah rumah sakit yakni khawatir jika anak perempuannya sebesar 65% dan sisanya dilakukan di tidak diterima di masyarakat atau puskesmas. merasa memberikan Khitan yang dilakukan di daerah Brengosan, Klaten Krakitan sebenarnya mengharuskan tersebut. terasingkan perempuan karena tidak dikhitan. Kabupaten Berdasarkan uraian diatas, dapat merupakan disimpulkan bahwa tradisi khitan tuntutan budaya, menurut Endraswara perempuan tidak memiliki landasan (2003) juga diyakini sebagai suatu ilmiah dan lebih didasari pada tradisi, kebutuhan budaya tradisi di karena sudah masyarakat menjadi dan dan tidak ada landasan para agamanya. Kebanyakan masyarakat perempuan meyakini praktik serupa daerah Brengosan, Krakitan, Rowo juga dilakukan di daerah lain sehingga Jombor, Klaten merupakan tradisi mereka tidak memiliki alternatif lain yang di lakukan secara turun-temurun selain mengikuti tradisi yang sudah oleh masyarakat dan didasarkan atas ada. Khitan juga dilakukan dengan landasan agama yang belum terbukti alasan agar perempuan diterima oleh kebenarannya. lingkungan atau komunitas sekitarnya. membuat Hal ini menyebabkan para perempuan menggali lebih jauh tentang khitan 3 Hal peneliti inilah yang tertarik untuk pada perempuan di daerah tersebut. melakukan Oleh karena itu, penulis merumuskan identitas budaya, identitas gender, permasalahan, “Bagaimana tradisi mengontrol khitan dan kebersihan dan kesehatan. pada perempuan yang khitan seksualitas perempuan: perempuan, terdapat di Daerah Desa Brengosan, Adapun informan penelitian ini Krakitan Rowo Jombor, Kabupaten adalah 5 orang yang merupakan warga Klaten?” menjawab asli dari desa Brengosan, Krakitan permasalahan di atas, maka penulis Kabupaten Klaten yang terdiri 3 mengambil judul “Tradisi Khitan perempuan dan juga 2 laki-laki. Dan Pada Daerah dari 5 informan tersebut 4 melakukan Brengosan, Krakitan Rowo Jombor, tradisi khitan dan 1 informan tidak Kabupaten Klaten”. melaksanakan Untuk Perempuan di perempuan. Metode Penelitian Tipe penelitian penelitian deskrtiptif ini tradisi Selain khitan pada menggunakan adalah metode wawancara, penelitian ini juga dengan didukung pendekatan kualitatif yang dilakukan dengan menggunakan metode observasi checklist. dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan obyek dan fenomena Hasil Dan Pembahasan yang berkaitan dengan tradisi khitan Khitan pada perempuan. Sedangkan pada perempuan merupakan sebuah tradisi yang sudah pertanyaan ada sejak jaman nenek moyang kita wawancara disusun berdasarkan dari dahulu. Sebuah tradisi yang masih Lubis (2006), yaitu empat aspek dilakukan dan juga dipercayai oleh 4 masyarakat di beberapa wilayah di remaja atau akhir baligh. Sebelum Indonesia. Khitan pada perempuan mereka memasuki masa remaja, anak sendiri adalah proses pemotongan perempuan yang rata-rata dikhitan dari bagian kulit luar dari organ kelamin masih bayi sampai umur 8 tahun perempuan, kemudian merapikannya haruslah dikhitan. Pendapat informan dengan cara menjahit dan untuk EP dan NIL juga diutarakan oleh mengurangi Allan rasa perih maka Jahnson (2010) yang digunakan pula kunir dengan cara mengatakan secara sosiologis khitan dioleskan. Setelah proses pemotongan pada perempuan merupakan bagian biasanya juga dilakukan ritual mandi, dari dengan perempuan tahapan anak perempuan memasuki tersebut kembali suci. Sesuai dengan masa kedewasaan, integrasi sosial dan pendapat dari Walgito (1994) ditinjau memeliharaan kohesi sosial. tujuan agar dari sudut pandang antropolog, khitan identifikasi warisan budaya, Dan untuk informan JD dan AS perempuan bertujuan untuk menolak yang sihir, sebagian lagi mengatakan untuk perempuan dengan alasan perintah akidah dari agama, dimana khitan melakukan leluhur dan tradisi juga khitan agama, merupakan tebusan kesucian untuk sebenarnya tidak tahu secara pasti mendekatkan diri kepada Tuhan. akan Khitan pada perempuan sendiri khitan manfaat setelah perempuan melakukan terhadap anak Namun tetap menurut informan EP dan NIL juga perempuan mereka. merupakan gerbang masuk untuk anak melakukan khitan perempuan yang akan memasuki masa Dikarenakan yang informan JD dan 5 perempuan. AS pahami adalah dengan melakukan semua informan menjawab bahwa khitan khitan perempuan mereka telah pada perempuan adalah hormat terhadap budaya leluhur dan perintah dari agama Islam dan juga menghindari ada di dalam kitab Al Qur’an. Namun tekanan sosial masyarakat. ketika diminta untuk menjelaskan Sedangkan menurut informan HS ataupun menyebutkan dasar-dasar dari yang tidak melakukan tradisi khitan perintah perempuan, menjelaskan bahwa baik informan mengatakan tidak bisa untuk tidaknya melakukan khitan perempuan meenyebut dasar-dasar perintah khitan hanyalah perintah tradisi. Dampak perempuan didalam Al Qur’an. Hal ini perubahan yang pasti dikhitan maupun juga tidak, menurut informan memang Husein tidak khitan hukum Islam yang bersinggungan perempuan hanyalah warisan leluhur dengan dalil khitan, tidak ditemukan saja. dalil yang sahih atau akurat, baik di ada, Oleh menjelaskan dikarenakan karena itu, bahwa informan masyarakat tersebut. yang disampaikan (2001), Al-Qur’an Keseluruhan sepanjang maupun tertera menurut sejarah dalam modern sudah banyak meninggalkan lembaran-lembaran hadis. Akan tetapi, tradisi khitan sendiri. Karena dinilai praktek tersebut oleh kebanyakan memang tidak mempunyai pengaruh umat Muslim di berbagai negara tetap yang besar bagi mereka. dijadikan sebagai bagian dari ajaran Mengenai khitan pada perempuan agama, terutama karena pengaruh apakah juga merupakan perintah dari doktrindoktrin agama selain dari tradisi, hampir setempat. 6 dari tokoh agama Bagi orang Jawa melestarikan dan yang masih dilakukan dipercayai yang harus dilakukan, karena bagi beberapa wilayah di Indonesia. Khitan mereka tradisi yang telah diwariskan pada perempuan yang dilakukan pada oleh leluhur mereka adalah penentu masyarakat identitas diri mereka sebagai orang Krakitan, Kabupaten Klaten menjadi Jawa. Hal sesuatu yang harus dilakukan, karena yang membuat di di masyarakat juga menjalankan tradisi merupakan hal inilah oleh dan daerah daerah di Brengosan, masyarakat ditempat tinggal informan masyarakat tersebut masih melangsungkan khitan pada menganggap khitan pada perempuan perempuan, walaupun pada dasarnya berfungsi untuk membersihkan diri pacuan mereka dari tradisi nenek dari penyakit yang ada pada alat moyang. Dan kurangnya informasi kelamin dan sebagai penyucian diri dari agama yang dari semua informan sebelum anak perempuan memasuki belum ketahui. usia remaja. Praktek khitan pada perempuan sendiri masih dilakukan Kesimpulan Berdasarkan hasil dari analisis oleh dukun khitan karena dukun data dan pembahasan dalam penelitian khitan adalah satu – satunya yang ini, dapat disimpulkan bahwa untuk masih dipercaya untuk melakukan memahami praktek khitan pada perempuan. secara mendeskripsikan mendalam mengenai dan tradisi Menurut seluruh informan khitan pada perempuan adalah sebuah menyatakan bahwa khitan pada anak tradisi yang sudah ada sejak jaman perempuan merupakan tradisi yang nenek moyang dahulu. Sebuah tradisi telah lama ada dan juga merupakan 7 ajaran agama Islam dan praktek khitan Karena masyarakat di daerah ini masih perempuan ini telah dilakukan sejak sangat memegang teguh tradisi yang turun temurun. Walaupun saat ini telah ada pada adat istiadat mereka. ada larangan dari instansi Saran pemerintahan di bidang kesehatan Berdasarkan hasil penelitian dan yang mengatakan sebaiknya tidak kesimpulan maka terdapat beberapa dilakukan anak saran yang ingin penulis sampaikan, dapat yaitu: khitan perempuan, pada karena mengakibatkan cedera atau infeksi ataupun terganggungnya 1. Bagi subyek penelitian, untuk fungsi dapat menjaga dan melestarikan reproduksi perempuan. Serta dasar- tradisi budaya Jawa yang telah dasar agama Islam yang menjadi ada, agar budaya tersebut tidak patokkan masyarakat bahwa khitan punah ditelan oleh jaman. Serta perempuan bagaimanapun merupakan perintah juga masyarakat agama. Ternyata tidak diperbolehkan setempat diharapkan untuk bisa oleh agama, karena di hadis – hadis memilih yang khitan masukkan mengenai hal-hal yang perempuan bersifat lemah dan tidah sekiranya baik dan benar yang sahih. Namun sampai saat ini hampir pada semua membuat berkaitan orang dengan Jawa di daerah dan juga akhirnya hidup menerima nanti mampu masyarakat Brengosan, Krakitan, Klaten yang setempat lebih baik kedepannya. mempunyai anak perempuan masih Dan dapat menolak hal negative melakukan tradisi khitan perempuan. yang tidak mempunyai manfaat 8 untuk keberlangsungan hidup dalam mengenai tradisi budaya, mereka. Serta dapat berfikir lebih seperti tradisi logis lagi mengenai tradisi yang perempuan. Sehingga kedepannya sudah ada. bisa untuk tetap khitan pada memberikan 2. Untuk Pemerintah setempat, lebih dukungan untuk ikut melestarikan dapat memberikan informasi yang agar tradisi budaya tersebut tidak jelas mengenai khitan, khususnya punah ditelan jaman. Namun juga khitan perempuan. harus mempunyai pemikiran dan Batasan-batasan yang seperti apa juga tindakkan yang logis, tentang yang tidak diperbolehkan dan yang keberadaan dari tradisi budaya itu dibolehkan, dengan begitu semua sendiri. pada anak masyarakat akan menjadi lebih Daftar Pustaka Endraswara, Suwardi. 2003. Budi Pekerti dalam Budaya Jawa. Yogyakarta : Hanindita Graha Widya. jelas. Pemerintah dan para instansi kesehatan, kebudayaan dan keagamaan melakukan pertemuan Hindi, Ibrahim. 2008. Misteri Dibalik Khitan Wanita. Solo: Zamzam. dengan para tokoh masyarakat dan menjelaskan mengapa khitan tidak caranya tokoh masyarakat dapat Gani, A.A. 2007. Khitan Perempuan. Jurnal Ilmu Hukum Ligalisasi. http:// Jurnal. Pdii.lip.go.id (Dikutip 22 September 2010). terus Geertz, boleh dilakukan dan bagaimana melestarikan kebudayaan Jawa yang telah ada sejak lama. 3. Bagi peneliti Clifford. 1983. Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta : PT. Djaya Pensa. selanjutnya Lubis. 2006. Perempuan dan Hukum. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia diharapkan mampu menggali lebih 9 Husein Muhammad. 2001. Fiqh Perempuan: Refleksi Kiai Atas Wacana Agama Dan Gender. Yogyakarta: LKiS cet. Ke-1. 39. Umar, Nasruddin. 2010. Fiqih Wanita Untuk Semua. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Walgito, B. 1994. Psikologi Sosial. Bandung : PT Refika Aditama. 10