BAHAN AJAR / MATERI PELENGKAP MODUL DIKLAT KEPEMIMPINAN TK. III DINAMIKA KELOMPOK Oleh : BADAN PENGEMBANGAN SDMD PROVINSI JAWA TENGAH 2017 1 A. DESKRIPSI SINGKAT Mata diklat Dinamika Kelompok dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap Peserta membina kerja sama dalam kelompok, pemimpin dan komunikasi yang efektif, pengambilan keputusan dengan tepat, mengendalikan diri, berdisiplin dan bertanggung jawab. B. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Kompetensi Dasar Setelah pembelajaran selesai peserta diharapkan mampu mengembangkan diri dan bekerjasama di dalam kelompok. 2. Indikator Keberhasilan Setelah selesai pembelajaran diharapkan peserta dapat; a. Mengenal dan Menyebutkan minimal 75 % nama-nama teman seangkatannya b. Menyebutkan dan Menjelaskan Daur Belajar melalui Pengalaman c. Menyebutkan dan Menjelaskan tahapan pembentukan Kelompok C. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK 1. Mengenal Diri dan Mengenal Orang Lain 1.1. Pencairan Kelas 1.2. Pengenalan Diri 1.3. Mengenal Orang Lain 2. Citra Diri PNS dan Integritas Moral PNS 2.1. Citra Diri PNS 2.2. Integritas Moral PNS 3. Tahapan Pembentukan Kelompok 3.1. Kelompok 3.2. Pembentukan Kelompok 2 BAB I PENDAHULUAN a. Sejarah Dinamika Kelompok Sejarah munculnya dinamika kelompok dapat diuraikan sebagai berikut: Zaman Yunani Pada masa ini berkembang ajaran Plato, bahwa daya-daya pada individu tercermin dalam struktur masyarakat dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain. Masing-masing struktur masyarakat tersebut merupakan kelompok yang terpisah satu sama lain dan tiap-tiap golongan memiliki norma yang berfungsi sebagai pemersatu dan pedoman dalam interaksi sosial antar anggota masing-masing golongan. Pada masa ini ikatan persatuan dan interaksi sosial terjalin dengan kuat, sehingga masing-masing golongan dapat mempertahankan kesatuannya dan tidak terpecah-pecah dalam kelompok/golongan yang lebih kecil. Zaman liberalisme Pengaruh cara berfikir bebas mengakibatkan individu bebas menentukan segala sesuatu bagi dirinya dan tiap individu tidak bisa menetukan individu lain dalam kehidupan. Kebebasan ini justru membawa malapetaka pada individu, karena individu merasa tidak mempunyai pedoman dalam kehidupan, sehingga mereka merasa tidak memiliki kepastian. Kondisi tersebut membuat individu merasa ketakutan, sehingga berbagai cara mereka tempuh untuk untuk menghilangkan ketakutan dan memperoleh pedoman dalam menjalani hidup. Gagasan individu yang muncul pada saat itu adalah mengadakan perjanjian social antara sesamanya dan hal tersebut dirumuskan dalam Leviathan atau Negara yang diharapkan dapat menjamin hidup mereka. Zaman ilmu jiwa bangsa-bangsa Pada masa ini Moritz Lazarus dan Stanley Hall memelopori untuk mengadakan suatu penyelidikan terhadap bangsa primitive yang memiliki ciri khas di dalam kehidupannya. Penyelidikan dilakukan terhadap adat dan bahasa rakyat dan hubungannya dengan tingkah laku masyarakat primitif. Hasil penyelidikan, pengaruh adat dan bahasa menimbulkan homogenitas pada masyarakat sehingga setiap sikap dan tingkah laku anggota masyarakat tidak berbeda satu sama lain. 3 Hal ini disebabkan karena adat dan bahasa rakyat menimbulkan kesamaan psikologi, dan ini tercermin dalam tingkah laku. Terori ini berkembang, bahwa setiap masyarakat yang mempunyai kesamaan psikologi menjadi suku bangsa tertentu, lengkap dengan kepribadian masing-masing. Zaman gerakan massa Adanya bentuk pemerintahan otokrasi dengan segala bentuk penekanannya mengakibatkan masyarakat menunjukkan pergolakan untuk membebaskan diri dan membentuk pemerintahan yang diinginkan. Gerakan massa ini mendorong Gustave Le Bon melakukan penyelidikan secara intensif dan mendalam pada gerakan massa. Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa dalam gerakan massa tiombul apa yang dinamakan sugesti, yang mengakibatkan gerakan massa tersebut dala setiap individu kehilangan control diri terhadap mereka. Apabila ditinjau, massa yang memiliki gerakan sedemikian hebat, tentu massa tersebut mempunyai anggota, norma, pimpinan dan tujuan yang hal ini tidak ubahnya seperti bentuk suatu kelompok. Zaman psikologi sosial Penyelidikan terhadap massa memberikan motivasi kepada ahli untuk mengadakan penyelidikan lebih mendalam terhadap massa, meskipun risikonya besar. Pada abad ke-20, para ahli mengubah arah penyelidikannya dan mereka lebih tertarik untuk mengadakan penyelidikan terhadap gejala-gejala psikis dalam situasi tertentu. Edward A. Ross mengadakan penyelidikan terhadap hubungan psikis antara individu dengan lingkungannya. Dalam meninjau situasi sosial maka situasi tersebut adalah situasi yang mengakibatkan berkumpulnyasejumlah individu pada saat tertentu. Hal ini tidak berbeda dengan anggapan bahwa situasi sosial berarti membawa pula adanya kelompok. Zaman dinamika kelompok Erich Fromm mengawali kegiatan penyelidikannya yang disusun dalam buku Escape From Freedom untuk menunjukkan perlunya individu bekerja sama dengan individu lain, hingga timbul solidaritas dalam kehidupannya. Hal ini disebabkan karena terdorong oleh adanya keinginan individu untuk memperoleh kepastian dalam kehidupan ketika hasrat kepastian ini hanya diperoleh apabila masing-masing individu memiliki rasa solidaritas. Moreno mengemukakan bahwa 4 perlunya kelompok-kelompok kecil seperti keluarga, regu kerja, regu belajar, ketika di dalam kelompok itu terdapat suasana saling menolong, hingga kohesi menjadi kuat, dan kelompok yang makin kuat kohesinya, makin kuat moralnya. Kurt Lewin menyimpulkan bahwa tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh kelompok yang menjadi anggotanya. Jadi jelaslah bahwa kelompok itu memang benar-benar mempunyai pengaruh terhadap kehidupan individu. b. Definisi Dinamika Kelompok Pengertian dinamika kelompok dapat diartikan melalui asal katanya, yaitu dinamika dan kelompok. Pengertian dinamika Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika juga berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok dengan kelompok secara keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok, semangat kelompok (group spirit) terus-menerus ada dalam kelompok itu, oleh karena itu kelompok tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat berubah. Pengertian kelompok Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang merupakan kesatuan sosial yang mengadakan interaksi yang intensif dan mempunyai tujuan bersama. Menurut W.H.Y. Sprott mendefinisikan kelompok sebagai beberapa orang yang bergaul satu dengan yang lain. Kurt Lewin berpendapat ”the essence of a group is not the similarity or dissimilarity of its members but their interdependence”. H. Smith menguraikan bahwa kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan dasar kesatuan persepsi. Interaksi antar anggota kelompok dapat menimbulkan kerja sama apabila masing-masing anggota kelompok: Mengerti akan tujuan yang dibebankan di dalam kelompok tersebut Adanya saling menghomati di antara anggota-anggotanya Adanya saling menghargai pendapat anggota lain Adanya saling keterbukaan, toleransi dan kejujuran di antara anggota kelompok 5 Menurut Reitz (1977) kelompok mempunyai karakteristik sebagai berikut: Terdiri dari dua orang atau lebih Berinteraksi satu sama lain Saling membagi beberapa tujuan yang sama Melihat dirinya sebagai suatu kelompok Kesimpulan dari berbagai pendapat ahli tentang pengertian kelompok adalah kelompok tidak terlepas dari elemen keberadaan dua orang atau lebih yang melakukan interaksi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Pengertian dinamika kelompok Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama. Dinamika kelompok juga dapat didefinisikan sebagai konsep yang menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah. Dinamika kelompok mempunyai beberapa tujuan, antara lain: Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling menghormati dan saling menghargai pendapat orang lain Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok Menimbulkan adanya i’tikad yang baik diantara sesama anggota kelompok. 6 BAB II MENGENAL DIRI SENDIRI DAN MENGENAL ORANG LAIN Setiap kali kita bertemu dengan orang yang baru kita kenal, maka kesan pertama kita akan orang tersebut banyak dipengaruhi oleh penampilan, cara ia berbicara, tertawa, berpakaian dan sebagainya. Biasanya kesannya bisa positif dan bisa negatif atas orang lain, dan itu berpengaruh terhadap sikap dan pandangan kita terhadap yang bersangkutan. Oleh karena itu, diperlukan beberapa waktu untuk membuktikan apakah kesan atau pandangan kita itu benar. Semakin baik peserta saling mengenal. Semakin kompak mereka dan semakin efektif proses kerjasama dan proses pembelajaran yang terjadi. Adapun langkah-langkah dalam membina kekompakan tersebut agar peserta siap untuk memulai proses pembelajaran sebagai berikut : A. Pencairan Kelas Dalam suatu kelompok dimana anggotanya baru untuk pertama kalinya bertemu dan belum saling mengenal satu sama lain, pikiran mereka akan terpusat pada pertanyaan-pertanyaan berikut. siapakah orang lain disini? Apakah mereka dapat dipercaya? Darimanakah mereka? Siapa namanya? Datang dari mana? Berapa umurnya? Dan berbagai pertanyaan akan bekecambuk dalam pikiran mereka. Proses ini biasanya menyerap tenaga peserta, yang akan berpengaruh dalam proses pembelajaran dan kerjasama diantara peserta. Pada awal pembelajaran karena masih asing, peserta masih segan mengungkapkan keingintahuannya tentang orang-orang yang ada disekitarnya, peserta masingmasing menerapkan prinsip saling menunggu, siapa yang akan menegur lebih dahulu. Dalam kondisi yang demikian diperlukan mediator yang akan memecah kebekuan diantara peserta. Widyaiswara dapat memainkan beberapa game atau simulasi yang mengarah pada memecah kebekuan diantara peserta. Kegiatan awal yang perlu dilakukan adalah pencairan kelas atau “ bina suasana” kegiatan dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta memulai pelajaran. Disini dimaksudkan untuk mencairkan suasana agar hubungan antar peserta dan antara peserta dengan fasilitator terbina dengan baik, sehingga siap untuk belajar. 7 B. Pengenalan Diri Manusia adalah mahluk individu dan mahluk yang berke-Tuhanan, yang memiliki akal dan perasaan. Manusia akan dapat melakukan hal-hal yang luar biasa, yang baik dan bermanfaat bagi orang lain apabila memahami potensi-potensi yang dimilikinya jika terus menerus belajar dengan mendayagunakan kapasitas berfikir dan merasakan secara optimal, agar dapat mengembangkan diri, setiap orang hendaknya mengenal dirinya dengan baik, mengenal potensi-potensi yang dimilikinya, baik potensi yang positif maupun yang negatif. Dengan mengetahui potensi yang positif akan diketahui apa yang harus dikembangkan atau dioptimalkan dan yang negatif akan dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Dengan mengenal diri secara lebih baik, peserta dapat memahami dengan jelas apa faktor-faktor yang menunjang keberhasilan-keberhasilan dan dan faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan – kegagalan yang pernah dialami. Dengan mengenal diri secara lebih baik, peserta dapat memahami dengan jelas apa faktor – faktor yang menunjang keberhasilan – keberhasilan dan faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan-kegagalan yang pernah dialami. Dengan mengenal dirinya secara lebih baik peserta mengetahui apa yang ingin dicapai atau dicita-citakan, sehingga dapat menetapkan tujuan ini akan mendorong atau memotivasi seseorang berbuat lebih baik lagi. C. Mengenal orang lain Selain sebagai mahluk individu dan mahluk berke-Tuhanan, manusia juga adalah mahluk sosial. Manusia hidup berkelompok dan membentuk komunitasnya. Manusia hidup saling memerlukan dan saling tergantung satu sama lain. Manusia akan merana jika dikucilkan atau dijauhi oleh masyarakat komunitasnya oleh karena itu, agar manusia diterima dengan baik oleh kelompoknya, maka ia harus menjadi mahluk yang berguna, yang menyenangkan dan dapat diajak bekerjasama. Kelas sebagai salah satu bentuk kelompok sosial perlu diciptakan suasana aman, pembelajaran penuh percaya diri dan antar peserta saling mempercayai. Suasana seperti ini lebih memungkinkan peserta belajar secara efektif dan menyerap bahan ajar dengan baik. Diklat ini akan melahirkan alumni yang ceria, pegawai yang percaya diri, optimis, produktif dan memperoleh kepuasan bathin yang memadai. 8 BAB III TAHAPAN PEMBENTUKAN KELOMPOK Syarat-syarat kelompok yang baik dan efektif, ada : 1. Pimpinan 2. Kerjasama, Koordinasi dan Komunikasi 3. Ketelitian 4. Sabar, Menghargai orang lain dan tidak curiga 5. Kreativitas 6. Inovasi A. Pembentukan Kelompok Pada pembentukan kelompok para peserta akan mengalami tahapan-tahapan sbb : 1. Fase Storming (Fase Pancaroba) Dalam fase ini terjadi proses menjajaki diantara peserta menyangkut kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif dalam pemecahan masalah yang dihadapi. Antar peserta lebih mengenal satu sama lain, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahannya. karena masing-masing telah Peristiwa-peristiwa yang muncul pada fase ini antara lain ; komunikasi antar pribadi, kerjasama kelompok, konflik antar kelompok, memaksakan kehendak, mau menang sendiri, tidak punya pendirian, menarik diri dari kelompok, keterbukaan, adanya rasa percaya pada orang lain dan lain sebagainya. Beberapa hal yang perlu di lakukan Widyaiswara adalah mengajak peserta untuk melakukan Ice Breaking (pemecah kebekuan) dan peserta juga diajak untuk mengenal diri sendiri dan orang lain seperti penjelasan pada bab II di atas. Game yang dapat dilakukan misalnya “Ayo Berpasangan” : a. Atur Peserta berdiri membentuk lingkaran b. Putar musik yang famuliar, instruksikan agar peserta berjoget mengikuti irama musik c. Pada saat-saat tertentu hentikan musik, lalu beri instruksi “ dua,dua..” maka dalam waktu 5 detik peserta harus mencari pasangan berdua. d. Putar kembali musik peserta kembali berjoget bersama pasangannya, disaat tertentu matikan musik dan instruksikan “tiga, tiga..” maka peserta harus mencari teman bertiga dalam kelompoknya 9 e. Demikian seterusnya berikan instruksi yang berbeda-beda. Bila ada peserta yang terlambat kumpulkan masal untuk diberikan hukuman oleh peserta yang lain. 2. Fase Forming (Fase Pembentukan rasa kekompakan) Tahap ini merupakan tahap awal proses pertumbuhan kelompok. Para peserta diklat yang baru bergabung dalam sebuah kelompok perlu melakukan penyesuaianpenyesuaian untuk lebih memahami anggota kelompok lain, karena dalam tahapan ini setiap individu melakukan berbagai penjajakan terhadap anggota lain, sekaligus berperilaku tertentu untuk mendapatkan reaksi dari anggota kelompok yang lain. Anggota kelompok mulai menciptakan pola hubungan antar mereka. Pada tahap ini berangsur-angsur mulai diterapkan pola dasar perilaku kelompok, baik yang berkaitan dengan perilaku individu maupun perilaku kelompok. 3. Fase Norming (Fase pembentukan norma) Hubungan yang kaku diantara anggota kelompok sudah mulai mencair setelah melewati tahap pertama. Sedangkan pada fase kedua seluruh anggota kelompok telah mengenal satu sama lain, baik potensi kelebihan maupun kekurangannya. Masing-masing individu sudah mulai mengenal perbedaan. Sedangkan dalam fase norming ini meski konflik masih tetap berjalan namun masing-masing anggota kelompok sudah mulai mengenal karakteristik masing-masing secara mendalam, sehingga memahami terjadinya perbedaan dan konflik, bagaimana berinteraksi dengan orang lain, bagaimana cara memperlakukan orang lain dalam kelompok dan lain sebagainya. Dengan adanya pemahaman yang makin mendalam, ikatan dan rasa percaya serta kepuasan hubungan dan konsensus diantara anggota kelompok dalam pengambilan keputusan semakin meningkat. Berkaitan dengan hal tersebut maka masing-masing anggota kelompok mulai menyadari perlunya membentuk ikatan dalam bentuk komitmen-komitmen diantara anggota kelompok. Sasaran akhir adalah tercapainya suasana penuh keharmonisan dalam kelompok dengan menerapkan norma-norma kelompok yang telah menjadi komitmen dalam pembelajaran. 4. Fase Performing (Fase Berprestasi) Dalam fase ini kelompok sudah dibekali dengan suasana hubungan kerja yang harmonis diantara anggotanya, ada keterbukaan dalam berkomunikasi. Seluruh 10 anggota kelompok telah menerima kelebihan dan kekurangannya sehingga kelompok akan efektif dan efisien, kelompok dapat melakukan kegiatan dengan lebih tenang dan santai. Proses Dinamika Kelompok dapat kita lihat sebagai berikut : Individu Ice Breaking Performing Storming Forming Norming 11