BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Sinyal (Signaling Theory)
Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan
bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain (Sari dan
Zuhrohtun, 2006). Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai
dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak
eksternal. Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah
perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan.
Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh
manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Dorongan perusahaan
untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara
perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak
mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar
(investor, kreditor). Kurangnya informasi bagi pihak luar mengenai
perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan
harga yang rendah untuk perusahaan.
Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi
informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri
adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa
informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian
mengenai prospek perusahaan yang akan datang.
8
B. Teori Agensi (Principal-Agency Theory)
Menurut Jensen dan Meckling dalam Isnanta (2008), menyatakan
bahwa teori keagenan (Theory Agency) mendeskripsikan pemegang saham
sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Prinsip utama teori ini
menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang
yaitu pemilik perusahaan (Principal) dengan pihak pengelolaan oleh
manajemen (agent).
Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham
untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Untuk itu manajemen
diberikan sebagian kekuasaan untuk membuat keputusan bagi kepentingan
terbaik
pemegang
saham.
Oleh
karena
itu,
manajemen
wajib
mempertanggungjawabkan semua upayanya kepada pemegang saham. Karena
unit analisis dalam teori keagenan adalah kontrak yang melandasi hubungan
antara prinsipal dan agen, maka fokus dari teori ini adalah pada penentuan
kontrak yang paling efisien yang mendasari hubungan antara prinsipal dan
agen. Untuk memotivasi agen maka prinsipal merancang suatu kontrak agar
dapat mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak
keagenan.
Menurut Eisenhardt dalam Bayu (2010) teori agensi menggunakan tiga
asumsi sifat manusia yaitu:
1. Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest).
9
2. Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang
(bounded rationality), dan
3. Manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat
dasar manusia tersebut,manusia akan bertindak opportunistic yaitu
mengutamakan kepentingan pribadinya.
C. Teori Kontingensi (Contingency Theory)
Menurut Sari dalam Azli dan Azizi (2009), teori kontingensi
merupakan suatu teori yang cocok digunakan dalam hal yang mengkaji reka
bentuk, perancangan, prestasi dan kelakuan organisasi serta kajian yang
berkaitan dengan pengaturan strategik. Menurut Azli dan Azizi (2009), teori
kontingensi menyatakan pemilihan sistem akuntansi oleh pihak manajemen
adalah tergantung pada perbedaan desakan lingkungan perusahaan. Teori ini
penting sebagai media untuk menerangkan perbedaan dalam struktur
organisasi. Variabel yang sering dipakai dalam bidang ini adalah organisasi,
lingkungan, teknologi, cara pembuatan keputusan , ukuran perusahan,
struktur, strategi, dan budaya organisasi.
Dalam konteks penelitian ini akan digunakan variabel kontingen untuk
melihat pengaruhnya terhadap hubungan antara kinerja keuangan dengan nilai
perusahaan. CSR merupakan strategi yang digunakan oleh perusahaan sebagai
akibat dari desakan lingkungan di sekitar perusahaan. Dalam UU No. 40,
2007, dinyatakan bahwa perusahaan yang aktifitasnya dalam sektor atau yang
berhubungan dengan sumber daya alam harus menerapkan CSR. Tuntutan dari
para stakeholder dan lingkungan telah „memaksa‟ perusahaan agar keberadaan
10
perusahaan diapresiasi secara positif oleh stakeholder sehingga tercapai
tingginya nilai perusahaan.
D. Landasan Teori
1. Kinerja Keuangan
a. Pengertian Kinerja Keuangan
Menurut Munawir (2010:30), kinerja keuangan perusahaan
merupakan satu diantara dasar penilaian mengenai kondisi keuangan
perusahaan yang dilakukan berdasarkan analisa terhadap rasio
keuangan perusahaan. Pihak yang berkepentingan sangat memerlukan
hasil dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan untuk dapat
melihat kondisi perusahaan dan tingkat keberhasilan perusahaan dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya. Informasi fluktuasi kinerja
adalah penting dalam hal ini. Informasi kinerja bermanfaat untuk
memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari
sumber daya yang ada. Disamping itu, informasi tersebut juga berguna
dalam perumusan perimbangan tentang efektifitas perusahaan dalam
memanfaatkan sumber daya.
b. Konsep Kinerja Keuangan
Istilah kinerja atau performance seringkali dikaitkan dengan
kondisi keuangan perusahaan. Untuk mengetahui kondisi keuangan
suatu perusahaan pada umumnya berfokus pada laporan keuangan
11
disamping data-data non keuangan lain yang bersifat sabagai
penunjang. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas
perusahaan dalam manghasilkan arus kas dari sumber dana yang ada.
Kinerja atau “Performance” menurut Webster Dictionary (1985:922)
dikutip dari Suta (2007:11) dinyatakan sebagai “The way in which
someone or something functions effectiveness..... ”kinerja merupakan
suatu konsep dasar yang bersifat umum. Konsep ini biasanya dipahami
secara implisit sehingga sulit untuk diungkapkan secara eksplisit.
Laporan keuangan diperoleh dari proses berjalannya sistem
akuntansi. Akuntansi atau Accounting merupakan bahasa bisnis yang
dapat memberikan informasi tentang kondisi bisnis dan hasil usaha
pada suatu waktu atauperiode tertentu. Laporan keuangan yang
dihasilkan dari sistem atau proses akuntansi tidak dapat dibuat secara
mudah, tetapi harus dibuat dan disusun sesuai dengan aturan atau
standar yang berlaku. Hal ini perlu dilakukan agar laporan keuangan
mudah dibaca dan dimengerti.
Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan
digunakan sebagai alat penguji dari pekerjaan pembukuan, tetapi untuk
selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja
tetapi juga sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi
keuangan perusahaan agar pihak-pihak yang berkepentingan dapat
mengambil suatu keputusan. Dalam hal laporan keuangan, kewajiban
setiap perusahaan adalah untuk membuat dan melaporkan keuangan
12
perusahaannya pada suatu periode tertentu. Hal yang dilaporkan
kemudian dianalisis untuk dapat diketahui kondisi dan posisi
perusahaan terkini. Laporan keuangan juga menentukan langkah apa
yang dilakukan perusahaan sekarang dan ke depan, dengan melihat
berbagai persoalan yang ada baik kelemahan maupun kekuatan yang
dimiliki perusahaan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:1) mendefinisikan
laporan keuangan sebagai berikut: “Laporan keuangan meliputi bagian
dari proses laporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap
biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas,
laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam
berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas/laporan arus dana),
catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan
bagian integral dari laporan keuangan.”
Menurut Munawir (2010:5) mendefinisikan laporan keuangan
sebagai berikut: “Pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari
neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas.
Neraca menunjukkan/menggambarkan jumlah aset, kewajiban dan
ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Sedangkan
perhitungan (laporan) laba-rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah
dicapai oleh perusahaan serta beban yang terjadi selama periode
tertentu, dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan
penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas
perusahaan.”
Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang
berupa data keuangan dan aktivitas dari suatu perusahaan yang
bertujuan untuk memberi gambaran mengenai kondisi keuangan, hasil
usaha, serta kinerja perusahaanpada saat tertentu atau jangka waktu
tertentu.
13
Secara umum, laporan keuangan bertujuan untuk memberikan
informai keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun
pada periode tertentu. Laporan keuangan mampu memberikan
informasi keuangan kepada pihak dalam dan luar perusahaan yang
memiliki kepentingan terhadap perusahaan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:3), tujuan laporan
keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan
yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi.
Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya
yang dipercayakan kepada manajemen. Dalam rangka mencapai tujuan
tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai
perusahaan yang meliputi:
a. Aktiva merupakan harta atau kekayaan yang dimiliki oleh
perusahaan, baik pada saat tertentu maupun periode tertentu.
b. Kewajiban merupakan utang kepada pihak lain yang timbul karena
memperoleh pinjaman (kredit) atau karena pembelian suatu barang
atau jasa yang pembayarannya dilakukan secara angsuran.
c. Ekuitas merupakan hak yang dimiliki oleh perusahaan.
d. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian.
Pendapatan merupakan hasil dari penjualan barang atau jasa yang
dibebankan kepada langganan atau yang menerima jasa. Beban
merupakan semua biaya yang telah dikenakan dan dapat
14
dikurangkan pada penghasilan. Keuntungan dan kerugian adalah
naiknya dan turunnya nilai ekuitas dari transaksi yang sifatnya
insindentil dan bukan kegiatan utama entitas dan dari transaksi
kejadian lainnya yang mempengaruhi entitas selama satu periode
tertentu.
e. Arus kas merupakan aliran penerimaan dan pengeluaran kas atau
setara kas dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu.
Dengan memperoleh laporan keuangan, suatu perusahaan akan
dapat mengetahui kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh.
Laporan keuangan tidak hanya untuk dibaca tetapi juga untuk
dimengerti dan dipahami mengenai posisi keuangan perusahaan saat
ini.
a. Jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan terdiri dari
beberapa jenis tergantung dari maksud dan tujuan pembuatan laporan
keuangan. Dalam prakteknya, perusahaan diharuskan untuk menyusun
beberapa jenis laporan keuangan yang sesuai dengan standar yang
telah ditentukan, terutama untuk kepentingan diri sendiri maupun
untuk kepentingan pihak lain.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2), laporan keuangan
yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan
perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan
keuangan.
15
a. Neraca
Neraca atau disebut juga posisi keuangan menggambarkan posisi
keuangan (harta, utang, dan modal) perusahaan dalam suatu
tanggal tertentu.
b. Laporan Laba-Rugi
Laporan laba-rugi melaporkan seluruh hasil dan biaya untuk
mendapatkan hasil dan laba (rugi) perusahaan selama suatu periode
tertentu.
c. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas merupakan laporan yang berisi jumlah
dan jenis modal yang dimiliki pada saat ini. Laporan ini akan
dibuat apabila terjadi perubahan modal.
d. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas melaporkan jumlah kas yang dihasilkan dan
digunakan oleh perusahaan melalui tiga tipe aktivitas yaitu operasi,
investasi, dan pendanaan.
e. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan
atas
laporan
keuangan
merupakan
laporan
yang
memberikan informasi apabila terdapat laporan keuangan yang
memerlukan penjelasan tertentu.
c. Pengertian Pengukuran Kinerja Keuangan
Pengukuran kinerja keuangan bermanfaat untuk memberikan
informasi mengenai tampilan tentang kondisi keuangan perusahaan
16
selama periode waktu tertentu. Pengukuran kinerja keuangan menurut
Hongren (2007:372) mempunyai tujuan untuk mengukur kinerja bisnis
dan manajemen dibandingkan dengan goal atau sasaran perusahaan.
Dengan kata lain, pengukuran kinerja keuangan merupakan alat
bagi manajemen untuk mengendalikan bisnisnya. Pengukuran kinerja
keuangan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi
perusahaan, karena pengukuran tersebut digunakan sebagai dasar
untuk menyusun sistem imbalan dalam perusahaan, yang dapat
mempengaruhi perilaku pengambilan keputusan dalam perusahaan dan
memberikan informasi yang berguna dalam membuat keputusan
penting mengenai asset yang digunakan serta untuk memacu para
manajer untuk membuat keputusan yang menyalurkan kepentingan
perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dapat diukur
dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik.
Laporan keuangan berupa neraca, rugi-laba, arus kas, dan
perubahan modal yang secara bersama-sama memberikan suatu
gambaran tentang posisi keuangan perusahaan. Informasi yang
terkandung dalam laporan keuangan digunakan investor untuk
memperoleh perkiraan tentang laba dan dividen dimasa mendatang dan
resiko atas penilaian tersebut Brigham dan Houston, (2010). Dengan
demikian pengukuran kinerja keuangan dari laporan keuangan dapat
digunakan sebagai alat ukur pertumbuhan kekayaan pemegang saham
(investor).
17
d. Manfaat Pengukuran Kinerja Keuangan
Pengukuran kinerja keuangan banyak memberikan manfaat
bagi perusahaan seperti merumuskan, melaksanakan dan mengadakan
penelitian terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dianggap perlu,
menilai keadaan atau posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan.
Menurut Mulyadi (2010), pengukuran kinerja keuangan dimanfaatkan
oleh manajemen untuk:
1) Mengelola operasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian
karyawan secara umum.
2) Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan,
seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian.
3) Mengidentifikasi
kebutuhan
pelatihan
dan
pengembangan
karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi
program pelatihan karyawan.
4) Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana
atasan mereka menilai kinerja mereka.
5) Menyadiakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
Manfaat yang ditimbulkan dari adanya pengukuran kinerja
keuangan perusahaan sangat tergantung dari pengelolaan perusahaan
itu sendiri, manajemen harus menetapkan sasaran yang akan dicapai di
masa yang akan datang dalam proses yang disebut perencanaan.
18
e. Metode Pengukuran Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan sebuah perusahaan lebih banyak diukur
berdasarkan rasio-rasio keuangan selama satu periode tertentu.
Pengukuran berdasarkan rasio keuangan ini sangatlah bergantung pada
metode atau perlakuan akuntansi yang digunakan dalam menyusun
laporan keuangan perusahaan. Sehingga sering kali kinerja perusahaan
terlihat baik dan meningkat, yang mana sebenarnya kinerja tersebut
tidak mengalami peningkatan dan bahkan menurun. Pengukuran
kinerja
keuangan
berdasarkan
analisis
rasio
keuangan
dapat
dikelompokkan menjadi 5 jenis berdasarkan ruang lingkupnya, yaitu:
Ang, (2007:18)
a) Rasio Likuiditas
Rasio ini menyatakan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajibannya dalam jangka pendek. Rasio likuiditas
terdiri dari: Current Ratio, Quick Ratio, dan Net Working Capital.
b) Rasio Solvabilitas
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio solvabilitas terdiri
dari: Debt Ratio,debt to Equity Ratio, Long Term Debt to equity
Ratio, long Term Debt to Capitalization Ratio, Times Interest
Earned, Cash Flow Interest Coverage, Cash Flow Interest
Coverage, Cash Flow to Net Income, dan Cash Return on Sales.
19
c) Rasio Aktivitas
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan harta yang dimilikinya. Rasio Aktivitas terdiri dari:
Total Asset Turnover, Fixed Asset Turnover, Account Receivable
Turnover, Inventory Turnover, Average Collection Period, dan
Day’s Sales in Inventory.
d) Rasio Rentabilitas/Profitabilitas
Rasio ini menunjukkan kemampuan dari perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan. Rasio rentabilitas terdiri dari: Gross
Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Assets, Return on
Equity, dan Operating Ratio.
e) Rasio Pasar
Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan dan
diungkapkan dalam basis per saham. Rasio pasar terdiri dari:
Dividend Yield, Dividend Per Share, Dividend Payout Ratio, Price
Earning Ratio, Earning Per Share, Book Value Per Share, dan
Price to Book Value.
Dari kelima rasio tersebut, yang berkaitan langsung dengan
kepentingan analisis kinerja keuangan yaitu rasio rentabilitas atau
profitabilitas. Rasio ini menunjukan kemampuan dari perusahaan
dalam menghasilkan keuangtungan dan dalam penelitian ini Return On
Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) yang dipergunakan sebagai
alat analisa utama dalam indikator penilaian kinerja.
20
a) Return On Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio
profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan
perusahaan atas keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktivitas
yang digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan dengan tujuan
menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang terpenting di antara
rasio profitabilitas yang ada (Ang, 2007:29).
ROA yang negative disebabkan laba perusahaan dalam
kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan
dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu
untuk menghasilkan laba. Jika laba perusahaan yang dihasilkan
meningkat sedangkan total asset yang ada cenderung tetap makan
Return On Asset yang didapatkan cenderung meningkat.
Menurut (Brigham dan Houston: 2010) Return On Asset
(ROA) diperoleh dengan cara membandingkan net income
terhadap total asset. Secara matematis ROA dapat dirumuskan
sebagai berikut:
ROA = Net Income
Total Asset
21
Net Income merupakan pendapatan bersih sesudah pajak.
Total Asset merupakan semua aktiva yang digunakan dalam
kegiatan atau usaha memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha
pokok perusahaan. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja yang
semakin baik, karena tingkat pengembalian yang semakin besar.
Ang, (2007:33).
Keunggulan Return On Asset adalah Munawir, (2010):
a. ROA dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang
menyeluruh,
yang
sensitif
terhadap
setiap
hal
yang
mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan.
b. ROA dapat memperbandingkan posisi perusahaan dengan rasio
industri sehingga dapat diketahui apakah perusahaan berada di
bawah, sama atau di atas rata-rata industri. Hal ini merupakan
salah satu langkah dalam perencanaan strategi.
c. ROA dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari
masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
d. ROA dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakantindakan yang dilakukan oleh setiap divisinya dan pemanfaatan
akuntansi divisinya.
e. Selain berguna untuk kepentingan kontrol, ROA juga berguna
untuk kepentingan perencanaan.
22
Kelemahan Return On Asset adalah (Munawir, 2010):
a) ROA sebagai pengukur divisi sangat dipengaruhi oleh metode
depresiasi aktiva tetap.
b) ROA mengandung distorsi yang cukup besar terutama dalam
kondisi inflasi. ROA akan cenderung tinggi akibat penyesuaian
(kenaikan) harga jual, sementara itu beberapa komponen biaya
masih dinilai dengan harga distorsi.
b) Return Of Equity (ROE)
ROE
merupakan
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki,
sehingga ROE ini ada yang menyebut rentabilitas modal sendiri.
Salah
satu
alasan
utama
perusahaan
beroperasi
adalah
menghasilkan laba yang bermanfaat bagi para pemegang saham,
ukuran yang digunakan dalam pencapaian alasan ini adalah tinggi
rendahnya angka ROE yang berhasil dicapai. Semakin tinggi ROE,
maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba untuk para pemegang saham.
Pendapat lain menurut Brigham dan Houston (2010 : 133)
Rasio yang paling penting adalah Return On Equity (ROE),
pemegang
saham
pastinya
ingin
mendapatkan
tingkat
pengembalian yang tinggi atas modal yang mereka investasikan
dan Return On Equity menunjukan tingkat pembelian yang mereka
23
peroleh. Jika Return On Equity tinggi maka harga saham juga
cenderung akan tinggi dan tindakan yang meningkatkan Return
On Equity kemungkinan juga akan meningkatkan harga saham.
Menurut Lestari dan Sugiharto (2007 : 196), ROE adalah
rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang
diperoleh dari pengelolaan modal yang di investasikan oleh
pemilik perusahaan. Indikator variabel ini diukur dengan :
ROE = Earning After Tax
Total Equity
2. Nilai Perusahaan
a. Pengertian Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai
nilai pasar. Menurut Keown, dkk. (2006:249) nilai pasar adalah nilai
yang berlaku dipasaran. Nilai ini ditentukan oleh kekuatan penawaran
dan permintaan dipasar. Nilai perusahaan dapat memberikan
kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham
perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin
tinggi
kemakmuran pemegang saham.
Untuk mencapai
nilai
perusahaan umumnya para pemodal menyerahkan pengelolaannya
kepada para profesional. Para profesional diposisikan sebagai manajer
ataupun komisaris.
24
Samuel dalam Nurlela dan Islahuddin (2008) menjelaskan
bahwa Enterprise Value (EV) atau dikenal juga sebagai Firm Value
(nilai perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor, karena
merupakan indikator bagipasar menilai perusahaan secara keseluruhan.
Menurut Wahyudi (2005) menyebutkan bahwa nilai perusahaan
merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli andai
perusahaan tersebut di jual.
b. Metode Pengukuran Nilai Perusahaan
Pengukuran nilai perusahaan sering kali dilakukan dengan
menggunakan rasio-rasio penilaian atau rasio pasar. Rasio penilaian
merupakan ukuran kinerja yang paling menyeluruh untuk suatu
perusahaan karena mencerminkan pengaruh gabungan dari rasio hasil
pengembalian dan risiko. Menurut Weston dan Copeland (2008:244)
rasio penilaian terdiri dari:
Rasio Price Earning Rasio mencerminkan banyak pengaruh
yang
kadang-kadang
saling
menghilangkan
yang
membuat
penafsirannya menjadi sulit. Semakin tinggi risiko, semakin tinggi
faktor diskonto dan semakin rendah rasio Price Earnig Rasio. Rasio
ini menggambarkan apresiasi pasar terhadapkemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba.
PER = Harga pasar per saham
Laba per saham
25
3. Corporate Social Responsibility (CSR)
Menurut Untung (2008 : 1-2), definisi CSR adalah :
komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam
pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan menitikberatkan pada
keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial dan
lingkungan.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa CSR dijalankan
terintegrasi dengan bisnis perusahaan, memperhatikan kepentingan
stakeholders (pemangku kepentingan) dengan harapan memberikan
manfaat/kesejahteraan bagi masyarakat.
Menurut Daniri (2007), CSR lahir dari desakan masyarakat atas
perilaku perusahaan yang biasanya selalu fokus untuk memaksimalkan
laba, menyejahterakan para pemegang saham., dan mengabaikan tanggung
jawab sosial seperti perusakan lingkungan, eksploitasi sumber daya alam,
dan lain sebagainya. Pada intinya, keberadaan perusahaan berdiri secara
berseberangan dengan kenyataan kehidupan sosial. Konsep dan praktik
CSR saat ini bukan lagi dipandang sebagai suatu cost center tetapi juga
sebagai suatu strategi perusahaan yang dapat memacu dan menstabilkan
pertumbuhan usaha secara jangka panjang. Oleh karena itu penting untuk
mengungkapkan CSR dalam perusahaan sebagai wujud pelaporan
tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Pengungkapan CSR disebut
dengan CSR disclosure.
26
CSR Disclosure adalah pengungkapan informasi yang berkaitan
dengan lingkungan di dalam laporan tahunan perusahaan.
Untuk
mengukur CSR disclosure ini digunakan CSR index yang merupakan
luas pengungkapan relatif setiap perusahaan sample atas pengungkapan
sosial yang dilakukannya, dimana instrumen pengukuran dalam checklist
yang akan digunakan dalam penelitian ini mengacu pada instrumen yang
digunakan Sembiring (2005), yang mengelompokkan informasi CSR
ke dalam 7 kategori yakni : lingkungan, energi, kesehatan dan
keselamatan tenaga kerja, lain - lain tenaga kerja, produk, keterlibatan
masyarakat, dan umum.
Berdasarkan peraturan Bapepam No. VIII.G.2 tentang laporan
tahunan dan kesesuaian item tersebut untuk diaplikasikan di Indonesia
maka dilakukan penyesuaian (Sembiring, 2005) hingga tersisa 78 item
pengungkapan. Tujuh puluh delapan item tersebut kemudian disesuaikan
kembali dengan masing – masing sektor industri sehingga item
pengungkapan yang diharapkan dari setiap sektor berbeda – beda. Rincian
78 item pengungkapan CSR lihat lampiran 1.
Dalam ranah kesejahteraan sosial, konsep CSR memiliki dua sisi
yakni kesejahteraan bagi internal perusahaan maupun bagi masyarakat
secara luas. Di setiap tempat perusahaan itu berdiri, sudah selayaknya
perusahaan tersebut bertanggung jawab atas dampak dari operasional
bisnis yang dikerjakan. Selain dampak positif yang ditimbulkan, tidak
jarang suatu komunitas di sekitar perusahaan tersebut terkena dampak
27
negatif yang tidak mereka harapkan. Timbal balik antara perusahaan
dengan lingkungan dapat dilakukan dengan diadakannya pengalokasian
sebagian dana dari laba perusahaan untuk dana tanggung jawab sosial bagi
masyarakat disekeliling tempat bernaungnya perusahaan. Social Corporate
Rasia (CSR) menjadi alat untuk memaksimalkan dampak positif dan
meminimalkan dampak negatif dari sebuah perusahaan beroperasi.
Berkenaan dengan hal tersebut, muncul triple bottom line model
yang terdiri dari profit, people dan planet (3P). Laporan suatu perusahaan
yang menggunakan model triple botton line, selain melaporkan aspek
keuangan juga melaporkan aspek kepedulian sosial dan upaya pelestarian
lingkungan hidup. Melalui penerapan seluruh prinsip dasar tersebut,
perusahaan telah menjalankan kewajiban dalam menjalankan bisnis untuk
memperoleh keuntungan (profit), menjalankan tanggung jawab sosial
(people), dan penghormatan terhadap lingkungan (planet) atau biasa dikenal
triple bottom line sebagaimana dalam gambar 2.1.
Gambar 2.1
Triple bottom line
Profit
(Ekonomi)
(
People
(Sosial)
Sumber : Ismail, 2008
Planet
(Lingkungan
)
28
Aspek-aspek yang terdapat dalam Triple Bottom Line, diantaranya
1. Profit (Ekonomi)
Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama
dari setiap kegiatan usaha. Tak heran bila fokus utama dari seluruh
kegiatan dalam perusahaan dalam adalah mengejar keuntungan atau
mendongkrak harga saham setinggi-tingginya, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Profit sendiri pada hakikatnya merupakan
tambahan pendapatan yang dapat digunakan untuk menjamin
kelangsungan hidup perusahaan. Sedangkan aktivitas yang dapat
ditempuh untuk mendongkrak profit antara lain dengan meningkatkan
produktivitas dan melakukan efisiensi biaya, sehingga perusahaan
mempunyai keunggulan kompetitif yang dapat memberikan nilai
tambah semaksimal mungkin.
2. People (Sosial)
Menyadari bahwa masyarakat sekitar perusahaan merupakan
salah satu stakeholder penting bagi perusahaan, karena dukungan
masyarakat sekitar sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan
hidup dan perkembangan perusahaan, maka sebagai bagian yang tak
terpisahkan
dengan
masyarakat
lingkungan,
perusahaan
perlu
berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya
kepada masyarakat. Selain itu juga perlu disadari bahwa operasi
perusahaan berpotensi memberikan dampak kepada masyarakat
sekitar. Karenanya pula perusahaan perlu untuk melakukan berbagai
29
kegiatan yang menyentuh kebutuhan masyarakat. Intinya, jika ingin
eksis dan akseptabel perusahaan harus menyertakan pula tanggung
jawab yang bersifat sosial.
3. Planet (Lingkungan)
Jika perusahaan ingin tetap eksis maka harus disertakan pula
tanggung jawab kepada lingkungan. Lingkungan adalah sesuatu yang
terkait dengan seluruh bidang kehidupan kita. Namun sayangnya,
sebagian besar dari kita masih kurang peduli dengan lingkungan
sekitar. Hal ini antara lain disebabkan karena tidak ada keuntungan
langsung di dalamnya. Keuntungan merupakan inti dari dunia bisnis
dan itu merupakan hal yang wajar. Maka, kita melihat banyak pelaku
industri yang hanya mementingkan bagaimana menghasilkan uang
sebanyak-banyaknya tanpa melakukan upaya untuk melestarikan
lingkungan. Padahal dengan melestarikan lingkungan, mereka justru
akan memperoleh keuntungan yang lebih, terutama dari sisi kesehatan,
kenyamanan, disamping ketersediaan sumberdaya yang lebih terjamin
kelangsungannya.
4. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan
Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan antara lain di
dalam
laporan
yang
disebut
Sustainability
Reporting
(laporan
keberlanjutan). CSR dapat menjadi berkelanjutan apabila program yang
dibuat oleh suatu perusahaan benar-benar merupakan komitmen bersama
dari segenap unsure yang ada di dalam perusahaan itu sendiri. Tentunya
30
tanpa adanya komitmen dan dukungan dengan penuh antusias dari
karyawan akan menjadikan program-program tersebut bagaikan program
penebusan dosa dari pemegang saham belaka. Dengan melibatkan
karyawan secara intensif, maka nilai dari program-program tersebut akan
memberikan arti tersendiri yang sangat besar bagi perusahaan.
Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaaan.
Nilai perusahaan akan terjamin tumbuh secara berkelanjutan (sustainable)
apabila perusahaan memperhatikan dimensi ekonomi, sosial dan
lingkungan hidup karena keberlanjutan merupakan keseimbangan antara
kepentingankepentingan ekonomi, lingkungan dan masyarakat. Dimensi
tersebut terdapat di dalam penerapan Corporate Social Responsibility yang
dilakukan perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban dan kepedulian
terhadap lingkungan di sekitar perusahaan. Survei yang dilakukan BoothHarris Trust Monitor dalam Sutopoyudo (2009) menunjukkan bahwa
mayoritas konsumen akan meninggalkan suatu produk yang mempunyai
citra buruk atau diberitakan negatif. Banyak manfaat yang diperoleh
perusahaan dengan pelaksanan corporate social responsibility, antara lain
produk semakin disukai oleh konsumen dan perusahaan diminati investor.
Pelaksanaan CSR akan meningkatkan nilai perusahaan dilihat dari harga
saham dan laba perusahaan (earning) sebagai akibat dari para investor
yang menanamkan saham di perusahaan. Nurlela dan Islahuddin (2008)
menyatakan bahwa dengan adanya praktik CSR yang baik, diharapkan
nilai perusahaan akan dinilai dengan baik oleh investor.
31
32
33
E. Model Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran dari penelitian ini, maka dapat
disusun kerangka konsep penelitian untuk melihat hubungan antara variabel
seperti dalam gambar 2.2.
Gambar 2.2
Kerangka Penelitian
Kinerja Keuangan
Corporate Social
Responsibility
(CSR)
Nilai Perusahaan
Niali Perusahaan
Lemah
Nilai Perusahaan
Kuat
Sumber : Diolah Peneliti, 2013
Meninjau dari hasil penelitian sebelumnya penelitian ini lebih
mendekati dengan penelitian yang di lakukan oleh Rimba Kusumadilaga,
(2010). Dengan judul penelitian Pengaruh Corporate Social Responsibility
Terhadap
Nilai
Perusahaan
Dengan
Profitabilitias
Sebagai
Variabel
Moderating yang menggunakan variabel penelitian CSR, Nilai Perusahaan,
Profitabilitas dengan hasil penelitian yang pertama Variabel CSR berpengaruh
34
signifikan terhadap nilai perusahaan. Dan yang kedua, Variabel profitabilitas
sebagai variabel moderating tidak dapat mempengaruhi hubungan CSR dan
nilai perusahaan.
F. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya dan telaah
pustaka, maka variabel yang terkait dalam penelitian ini dapat dirumuskan
melalui suatu kerangka pemikiran sebagai berikut :
Return On Asset &
Return On Equity
(X1)
Corporate Social
Responsibility
(X2)
Nilai Perusahaan
(Y)
Download