BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Birokrasi Sebelum masuk pada pandangan Weber soal Birokrasi ada baiknya ditinjau etimologi (asal-usul) konsep ini yang berasal dari kata “bureau”. Kata “bureau” berasal dari Perancis yang kemudian diasimilasi oleh Jerman. Artinya adalah meja atau diperluas jadi kantor. Sebab itu, terminologi birokrasi adalah aturan yang dikendalikan lewat meja atau kantor. Di masa kontemporer, birokrasi adalah "mesin" yang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang ada di organisasi baik pemerintah maupun swasta. Gejala birokrasi yang dikaji Weber sesungguhnya birokrasipatrimonial. Weber terkenal dengan konsepsinya mengenai tipe ideal (ideal typhus) bagi sebuah otoritas legal yang dapat diselenggarakan, yaitu : 1. Tugas-tugas pejabat diorganisir atas dasar aturan yang berkesinambungan; 2. Tugas-tugas tersebut dibagi atas bidang-bidang yang berbeda sesuai dengan fungsi-fungsinya, yang masing-masing dilengkapi dengan syarat otoritas dan sanksi-sanksi; 3. Jabatan-jabatan tersusun secara hirarkis, yang disertai dengan rincian hak-hak kontrol dan pengaduan (complaint); 4. Aturan-aturan yang sesuai dengan pekerjaan diarahkan baik secara teknis maupun secara legal. Dalam kedua kasus tersebut, manusia yang terlatih menjadi diperlukan; Universitas Sumatera Utara 5. Anggota sebagai sumber daya organisasi berbeda dengan anggota sebagai individu pribadi; 6. Pemegang jabatan tidaklah sama dengan jabatannya; 7. Administrasi didasarkan pada dokumen-dokumen tertulis dan hal ini cenderung menjadikan kantor (biro) sebagai pusat organisasi modern; 8. Sistem-sistem otoritas legal dapat mengambil banyak bentuk, tetapi dilihat pada bentuk aslinya, sistem tersebut tetap berada dalam suatu staf administrasi birokratik. Selanjutnya, Weber melanjutkan ke sisi pekerja (staf) di organisasi yang legal-rasional. Bagi Weber, kedudukan staf di sebuah organisasi legal-rasional adalah sebagai berikut : 1. Para anggota staf bersifat bebas secara pribadi, dalam arti hanya menjalankan tugas-tugas impersonal sesuai dengan jabatan mereka; 2. Terdapat hirarki jabatan yang jelas; 3. Fungsi-fungsi jabatan ditentukan secara tegas; 4. Para pejabat diangkat berdasarkan suatu kontrak; 5. Para pejabat dipilih berdasarkan kualifikasi profesional, idealnya didasarkan pada suatu diploma (ijazah) yang diperoleh melalui ujian; 6. Para pejabat memiliki gaji dan biasanya juga dilengkapi hak-hak pensiun. Gaji bersifat berjenjang menurut kedudukan dalam hirarki. Pejabat dapat selalu menempati posnya, dan dalam keadaan-keadaan tertentu, pejabat juga dapat diberhentikan; Universitas Sumatera Utara 7 Pos jabatan adalah lapangan kerja yang pokok bagi para pejabat; 8. Suatu struktur karir dan promosi dimungkinkan atas dasar senioritas dan keahlian (merit) serta menurut pertimbangan keunggulan (superior); 9. Pejabat sangat mungkin tidak sesuai dengan pos jabatannya maupun dengan sumber-sumber yang tersedia di pos terbut, 10. Pejabat tunduk pada sistem disiplin dan kontrol yang seragam. (Setabasri blogspot, 2009). 2.2 Pengertian Sumber Daya Manusia. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menimbulkan perkembangan dan pertumbuhan di segala aspek kehidupan yang berkaitan dengan adanya permasalahan baru yang sangat kompleks. Perkembangan tersebut tidak terlepas pada organisasi, baik pemerintah maupun swasta. Hal ini terlihat dengan timbulnya prosedur-proedur kerja baru, peralatan keja yang lebih modern. Pada hakikatnya setiap perkembangan itu mengacu pada usaha untuk meningkatkan kehidupan organisasi menjadi lebih baik diantaranya dengan meningkatkan kualitas kerjanya. Jika kita perhatikan dari berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan organisasi maka faktor sumber daya manusia tetap merupakan faktor yang paling penting. Keberadaan sumber daya manusia dalam sebuah unit kerja merupakan suatu hal yang penting. Apabila sumber daya manusia tesebut meningkat, maka tujuan akan mudah di capai sesuai dengan yang di harapkan sebelumnya. Oleh karenanya, Universitas Sumatera Utara semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan memiliki pengetahuan atau wawasan yang lebih luas dan didukung oleh pengalaman kerja yang dimiliki, maka seorang sudah memiliki nilai plus dalam melaksanakan tanggung jawab. Secara umum dapat dikatakan tingkat pendidikan seorang auditor dapat menceminkan kemampuan intelektual dan jenis keterampilan yang dimiliki oleh auditor tersebut. Pada dasarnya manusia mempunyai potensi yang tidak dapat ditentukan batasbatasnya, namun dapat diketahui melalui kemampuannya (ability), pengetahuannya (knowledge) dan keterampilan (skills) dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Manusia adalah sumber daya yang perlu dikelola seperti juga sumber-sumber lainnya. Dalam konteks ini manusia dipandang sebagai aset organisasi. Apapun pendekatannya, organisasi terdiri dari orang-orang yang harus diatur. Dengan demikian, manusia yang menjadi sumber daya adalah manusia yang dapat dikelola dan diberdayakan serta yang memberikan kontribusi maksimal untuk organisasinya. Sumber daya manusia merupakan faktor penentu kinerja organisasi karena sumber daya manusia berperan sebagai perencana sekaligus pelaksana dan evaluator seluruh program yang telah ditetapkan organisasi. Berhasil tidaknya organisasi mencapai tujuannya ditentukan oleh sumber daya manusia yang melaksanakan program tersebut. Bagaimana hasilnya tergantung pada organisasi dimana manusia-manusia itu berada. Namun demikian tidak semua manusia memiliki sumber daya manusia yang baik, hal ini disebabkan setiap manusia memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat diketahui bahwa pengertian sumber daya manusia auditor adalah potensi yang dimiliki seorang auditor baik kemampuan Universitas Sumatera Utara (ability), pengetahuan (knowledge) dan ketrampilan (skill) yang perlu diatur, dikembangkan, serta diusahakan agar dapat memberikan sumbangan atau kontribusi bagi instansi tempatnya bekerja. 2.3 Pendidikan Ditinjau dari sudut pandang sumber daya manusia sebagai modal (human capital) menyebutkan bahwa perubahan dan peningkatan sumber daya manusia dipengaruhi oleh pendidikan. Pendidikan diyakini sebagai faktor yang menentukan bagi keberhasilan seseorang. Oleh karena itu, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam suatu pendidikan merupakan suatu investasi. Mengutip pendapat Andrew E. Sikula, (dalam Samsudin, 2006:110) menyebutkan bahwa pendidikan adalah development is a long-term educational process utilizing a sistematical and organized procedure by which managerial personel learn conceptual and theoretical knowledge for general purpose. Pendidikan berbeda dengan pelatihan. Pendidikan lebih bersifat filosofis dan teoritis. Pendidikan ditujukan untuk memperbaiki kinerja pada tugas yang akan datang. Dalam pendidikan yang lebih banyak diberikan adalah pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap. Oleh karena itu, maka pendidikan merupakan suatu upaya pemberdayaan, seperti yang dikemukakan oleh Tilaar (1997:132) bahwa pendidikan pada hakekatnya suatu proses pemberdayaan, yaitu untuk mengungkapkan potensi yang ada pada manusia sebagai individu. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tilaar (1997 ; 151), Pendidikan mempunyai peranan dan fungsi untuk mendidik seorang warga negara memiliki dasar-dasar karakteristik seorang Universitas Sumatera Utara tenaga kerja yang di butuhkan, terutama oleh masyarakat modern, sedangkan pelatihan, mempunyai karakteristik yang diinginkan oleh lapangan kerja”. Pendidikan membentuk dan menambah pengetahuan sesorang untuk dapat mengerjakan sesuatu lebih cepat dan tepat, sedangkan latihan membentuk dan meningkatkan keterampilan kerja. Dengan demikian semakin tinggi tingkat pendidikan dan latihan seseorang, maka diharapkan semakin tinggi pula tingkat kompetensinya. Hal ini menjadi perhatian dalam program peningkatan kualitas sumber daya manusia yang tujuannya agar dapat membangkitkan motivasi pada diri pekerja untuk selalu mempersiapkan diri dengan baik guna menghadapi tantangan pembangunan yang semakin kompleks saat ini dengan selalu berusaha agar kualitas diri dari pekerja itu sendiri sesuai dengan tuntutan pekerjaan atau lapangan pekerjaan. Lebih jauh pendidikan adalah proses bantuan mencapai kematangan diri, baik jasmani maupun rohani. Sementara pendidikan mempengaruhi semangat kerja pegawai, karena untuk mengatasi tugas-tugas di tempat kerja diperlukan tenaga terdidik. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki seseorang, semakin banyak perubahan positif dari orang tersebut, yang diharapkan dapat berguna bagi dirinya sendiri, ornag lain, maupun lingkungannya. Seseorang dengan pendidikan yang semakin tinggi akan lebih mampu berpikir secara luas dan memiliki inisiatif yang lebih besar, sehingga dapat menemukan cara-cara yang lebih efisienh dalam pekerjaan. Menurut Flippo (1976:199) disebutkan bahwa pendidikan adalah berhubungan dengan peningkatan umum dan pemahaman terhadap lingkungan Universitas Sumatera Utara kehidupan manusia secara menyeluruh. Pendidikan adalah proses latihan dan pengembangan pengetahuan, kecakapan/keterampilan, pikiran, watak, karakter dan sebagainya khusus oleh sekolah formal. Dalam perencanaan pelaksanaan pendidikan, kita mengenal pendidikan jangka panjang yang merupakan upaya untuk membentuk manusia seutuhnya, tujuannya adalah untuk meneruskan nilai-nilai dari suatu generasi ke generasi berikutnya, sedangkan untuk pendidikan jangka menengah merupakan bagian dari pembangunan ekonomi, yaitu merupakan suatu srana uantuk meningkatkan pengetahuan dan terutama keterampilan yang diperlukan dunia kerja. Selanjutnya menurut sifat dari pendidikan itu sendiri, selain pendidikan formal ada juga pendidikan informal yang diterima dari lingkungan keluarga dimana ditanamkan dan diperkenalkan pendidikan moral serta dibina timbulnya suara hati untuk dapat menilai baik dan buruk. Pendidikan di lingkungan ini merupakan dasar untuk dapat mendukung pendidikan lainnya, selain itu juga merupakan dasar untuk dapat mendukung pendidikan lainnya, selain itu juga merupakan dasar pendidikan kejiwaan, fisik dan intelektual. Sedangkan peranan pendidikan formal khususnya untuk jenjang pendidikan dasar menurut Irianto (2001:70) adalah: a. Melatih logika kualitatif, yaitu melatih untuk berfikir logis yang berguna untuk pengambilan keputusan sederhana. b. Melatih penguasaan bahasa yaitu untuk meningkatkan kemampuan berkomunisasi dan mengekspresikan ide-ide melalui ucapan dan tulisan. Universitas Sumatera Utara c. Membentuk sikap yaitu melatih pembentukan sikap yang dibutuhkan dalam pergaulan dan kehidupan modern seperti sifat tepat waktu, teliti, rapi, menepati janji, bertindak efisien. d. Melatih hidup berkelompok, yaitu melatih untuk dapat hidup berkelompok antara lain dengan latihan kepemimpinan, berorganisasi, bekerja dalam team. e. Menumbuhkan etika dan spiritual, yaitu melatih pembentukan etika dan spiritual untuk menumbuhkan suara hati yang positif dalam menanggapi kehidupan yang cepat berubah. f. Mengembangkan fisik melalui kegiatan olah raga. g. Meningkatkan kreatifitas yaitu peningkatan melalui kegiatan diskusi secara bebas. h. Mendidik jiwa kebangsaan. Berdasarkan uraian di atas, maka peranan pendidikan formal dari segi pengembangan sumber daya manusia bukan saja ditujukan untuk menghasilkan manusia siap pakai tetapi juga ditujukan untuk pengembangan kapasitas manusia secara umum sehingga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan seperti bekerja. Menurut Hasibuan (1996:137) dikatakan fungsi pendidikan dalam kaitannya dengan ketenagakerjaan meliputi dua dimensi penting dalam sistem pendidikan yaitu: (1). Dimensi Kuantitatif yang meliputi fungsi pendidikan dalam memasok tenaga kerja yang tersedia, dan (2). Dimensi kualitatif yang menyangkut fungsi sebagai penghasil tenaga terdidik dan terlatih yang akan menjadi sumber penggerak pembangunan. Fungsi pendidikan sebagai suatu sistem pemasok tenaga kerja terdidik dan terlatih lebih diilhami dari teori human capital yang percaya bahwa pendidikan memiliki Universitas Sumatera Utara kemampuan untuk menghasilkan tenaga cakap dan terampilan tersebut juga sudah tersedia. 2.4 Pelatihan Pelatihan (training) merupakan salah satu apek pengembangan pegawai yang berguna untuk memperbesar kemampuan sumber daya manusia, sehingga dapat memperbaiki kehidupan baik bagi dirinya sendiri ataupun untuk orang lain. Pelatihan adalah sesuatu kegiatan peningkatan pengetahuan dan keahlian pegawai untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan khusus. Dengan demikian arti penting pelatihan adalah meningkatkan keahlian dan kemampuan pegawai, meningkatkan moral pegawai, mengurangi pengawasan, mengurangi kecelakaan dan meningkatkan stabilitas dan flesksibilitas organisasi (Flippo, 1976:209). Samsudin (2006:110) menyebutkan bahwa pelatihan merupakan bagian dari pendidikan. Pelatihan bersifat spesifik, praktis, dan segera. Spesifik berarti pelatihan berhubungan dengan gidang pekerjaan yang dilakukan. Praktis dan segera berarti sudah dilatihkan untuk dipraktekkan. Umumnya pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki kemampuan penguasaan berbagai keterampilan kerja dalam waktu yang relatif singkat (pendek). Suatu pelatihan berusaha menyiapkan para kariawan untuk melakukan pekerjaan yang dihadapi. Pelatihan juga adalah suatu proses untuk meningkatkan kompetensi pegawai melalui peningkatan kemampuan dan keterampilan yang dilakukan dalam waktu yang relatif singkat, baik oleh pegawai baru maupun pegawai lama guna meningkatkan mutu pelaksanaan tugas dalam rangka mengantisipasi perkembangan pengetahuan Universitas Sumatera Utara dan teknologi yang berkembang cepat. Banyak ditemui pada suatu organisasi bahwa masih banyak pegawai yang kurang berprestasi atau kurang mampu dan produktif dalam melaksanakan tugasnya. Pegawai tersebut tidak saja kurang inisiatif dan kreatif dalam bekerja, tapi juga cara kerjanya relatif tertinggal atau tidak sesuai lagi dengan tuntutan perkembangan dan kemajuan di bidang kerjanya. Bagi organisasi yang mengharapkan pegawainya tersebut dapat meningkatkan kemampuan kerjanya diperlukan usaha memberikan pelatihan tambahan. Usaha tersebut harus difokuskan pada pemberian keterampilan dan keahlian yang berkenaan dengan cara atau metode melaksanakan beban kerja yang dipercayakan kepadanya. Dengan mendapat pelatihan tambahan tersebut diharapkan pegawai menjadi lebih kompeten dan berkemampuan setelah bekerja kembali. Berkaitan dengan hal tersebut, pelatihan yang diberikan baik pelatihan formal dan informal diperlukan untuk memenuhi dan mencapai sasaran dalam pembinaan sumber daya manusia. Adapun sasarannya adalah: 1. Pembinaan pengetahuan (knowledge) pengembangan karir 2. Pembinaan keterampilan (skill) dalam kemampuan kerja 3. Pembinaan kemampuan manusia dalam menghadapi dan menyelesaikan masalahmasalah kerja, pembinaan kemampuan manusia dalam menyesuaikan diri dengan perubahan sistem dan pembinaan kesanggupan dalam pengembangan organisasi. Menurut Amstrong (1998:489) dikatakan bahwa pelatihan adalah suatu sistem untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku sebagai pribadi untuk dapat menyesuaikan dengan tugas dan tanggung jawabnya dalam penyelesaian Universitas Sumatera Utara pekerjaan. Sedangkan pelatihan memerlukan pendekatan yaitu kebutuhan latihan, latihan jangka pendek untuk kepuasan, penggunaan pelatih yang berpengalaman untuk perencanaan dan pelaksanaan pelatihan dan evaluasi serta menindaklanjuti pelatihan untuk efektivitas. Selanjutnya Amstrong (1989:497) mengatakan bahwa kebutuhan latihan itu diperlukan akibat perbedaan antara keadaan sekarang dengan keadaan yang diinginkan baik fungsi, keahlian dan keterampilan yang diharapkan mampu target kinerjanya. Selanjutnya pelatihan dijelaskan bahwa: “Training is organizationally inhited procedures which are intended to foster learning among organization members in a direction contributes organizational effectiveness (America definition). Latihan adalah segala prakarsa atau cara organisasi yang mana dimaksudkan untuk membantu perkembangan belajar diantara anggota organisasi dalam mendukung arah menuju efektivitas organisasi. Pelatihan menurut Simamora (2001:287) adalah serangkaian aktivitas yang dirancang untuk miningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman ataupun perubahan sikap seorang individu. Pengertian pelatihan berusaha untuk mengajarkan bagaimana melakukan aktivitas atau pekerjaan tertentu. Lebih lanjut Simamora (2001:288-290) mengatakan bahwa tujuan utama pelatihan secara luas dapat dikelompokkan dalam lima bidang : 1. Memutakhirkan para karyawan sejalan dengan perubahan teknologi 2. Mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru untuk menjadi kompeten dalam pekerjaan Universitas Sumatera Utara 3. Membantu pemecahan permasalahan operasional 4. Mempersiapkan karyawan untuk promosi 5. Mengkonsentrasikan karyawan terhadap organisasi. Sedangkan pengertian pelatihan menurut Ivancevich (2001:423) adalah Training is the systematic process of altering the behavior of employees in a direction to increase organization. Training is related to present job skill and abilities. It has a cuffent orientation and help employees master specific skill and abilities to be successful. Penyelenggaraan pelatihan menurut Juran yang dikutip oleh Samsudin (2006:113) ada tiga keputusan penting yang harus dibuat berkaitan dengan pelatihan, yaitu: 1. Apakah pelatihan bersifat sukarela atau wajib? Apabila pelatihan merupakan bagian yang penting dari organisasi maka pelatihan seharusnya wajib. 2. Bagaimanakah pelatihan seharusnya dirangkai? Meskipun penekanan dalam lingkungan organisasi adalah bottom up, adalah hal jumlah pelatihan yang diberikan, rangkaian pelatihan bersifat top bottom. Dengan kata lain seorang manager menerima pelatihan yang lebih sedikit daripada karyawan, tetapi mereka menerimanya beberapa kali. 3. Apa yang seharusnya diajarkan? Materi pelatihan disesuaikan dengan sasaran organisasi mengenai kualitas, produktivitas, dan daya saing. Kebutuhan akan pelatihan ditentukan dengan Universitas Sumatera Utara membandingkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran organisasi. Berdasarkan uaraian di atas maka pelatihan adalah suatu proses yang dilakukan secara sistematis untuk merubah perilaku secara langsung untuk mencapai tujuan organisasi. Pelatihan merupakan suatu proses yang dilakukan melalui program orietas dan secara konsisten dilaksanakan dalam organisasi. 2.5. Pendidikan dan Pelatihan Adanya definisi pendidikan dan pelatihan yang beragam dan variatif dari beberapa sumber atau pakar, hal ini disebabkan oleh latar belakang kepakaran seseorang maupun lingkungan lainnya. Pendidikan dan pelatihan merupakan suatu cara, seperti yang dikatakan oleh Irawan (2000:7) adalah cara yang mesti dilalui untuk mencapai suatu pengembangan. Pendidikan dan pelatihan dibutuhkan oleh setiap organisasi yang berubah, bertambah dan berkembang, yang menuntut berbagai penyesuaian dalam melaksanakannya. Kondisi inipun mengharuskan dilakukannya pendidikan dan pelatihan yang relevan, baik yang diselenggarakan sendiri maupun meminta bantuan pihak luar. Pendidikan dan pelatihan juga merupakan upaya. Pendidikan dan pelatihan adalah merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia terutama untuk pengembangan aspek kemampuan intelektual dan kepribadian manusia. Pengertian pendidikan dan pelatihan lebih rinci diungkapkan oleh Walker (1992:112) bahwa Training and education is the principle vehicle for developing skills and abilities of employees. It is also important as away to implement strategy Universitas Sumatera Utara because it influences employees, value, attitudes, and practice; it is a primary communications vehicle controlled by management. Arti pentingnya pendidikan dan pelatihan dikemukakan oleh Walker (1992: 112) sebagai berikut Training and education are central elements in the process of developing employees. Training in its myriad forms skill and obtain knowledge that will help then improve their performance and further the organizations goals. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan dan pelatihan merupakan sarana untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan para pegawai untuk menyelesaikan tugasnya. Pendidikan ini juga penting sebagai cara untuk melaksanakan strategi karena pendidikan dan pelatihan akan mempengaruhi nilai pegawai, sikap dan praktek. Untuk menilai mutu pendidikan dan pelatihan maka harus ditentukan tolok ukurnya, tolok ukur mutu pendidikan dan pelatihan dapat dinilai dari dua sisi, meliputi proses dan sisi produk (outcome) yang dihasilkan. Proses pendidikan dan pelatihan dikatakan berkualitas jika memiliki sumber daya manusia, dana sarana dan prasarana yang memadai, proses belajar mengajar yang berlangsung secara efektif dan peatihan mengalami proses pembelajaran yang bermakna. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan haruslah mencapai sasaran sesuai dengan apa yang diinginkan oleh organisasi, oleh karenanya identifikasi dan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan (training needs assessment) haruslah dilakukan terlebih dahulu penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan jabatan bertujuan untuk: 1. Meningkatkan pengabdian, mutu, keahlian dan keterampilan; Universitas Sumatera Utara 2. Menciptakan adanya pola pikir yang sama; 3. Menciptakan dan mengembangkan metode kerja yang lebih baik; 4. Membina karier pegawai negeri sipil. Penggolongan pendidikan dan pelatihan jabatan Pegawai Negeri Sipil diatur dalam Peraturan Pemerintahan Nomor 14 tahun 1994 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil, meliputi : 1. Pendidikan dan pelatihan Pra Jabatan (Pre Service Training) adalah pelatihan yang diberikan kepada calon Pegawai Negeri Sipil sebagai persyaratan dalam pengangkatan untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil. Pendidikan dan pelatihan ini dimaksudkan untuk membentuk sikap mental, kesamaan fisik, disiplin memenuhi kebutuhan kemampuan, keahlian sehingga dapat terampil dalam melaksanakan tugas yang dipercayakan. 2. Pendidikan dan pelatihan dalam jabatan (In Service Training) meliputi: a. Pendidikan dan pelatihan struktural, adalah pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh Pegawai Negeri Sipil sebagai prasyarat bagi yang akan diangkat dalam jabatan struktural. b. Pendidikan dan pelatihan fungsional, merupakan pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan untuk Pegawai Negeri Sipil sebagai persyaratan bagi yang akan diangkat dalam jabatan fungsional. Universitas Sumatera Utara c. Pendidikan dan pelatihan teknis, adalah pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan untuk memberikan keterampilan atau penguasaan di bidang teknis tertentu kepada Pegawai Negeri Sipil. Berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan dan latihan bagi Pegawai Negeri Sipil adalah untuk meningkatkan keterampilan atau pengetahuan sesuai dengan jenis pendidikan dan latihan yang diikutinya. Selain pendidikan dan pelatihan yang telah disebutkan diatas, dibutuhkan pula pendidikan dan pelatihan tambahan yang berbentuk penataran, up grading, kursus bahkan apabila dimungkinkan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dengan tugas belajar. Menurut Nawawi (1990:146) bahwa penyusunan rencana pendidikan dan pelatihan tambahan antara lain harus mempertimbangkan beberapa aspek sebagai berikut: 1. Penetapan bidang kerja yang akan diraih harus difokuskan pada tugas pokok yang menyangkut langsung produktivitas organisasi kerja yang bersangkutan. 2. Menetapkan dan memilih personel yang akan dididik dan dilatih. 3. Menetapkan isi program latihan sesuai dengan keperluan untuk meningkatkan produktivitas kerja. 4. Memilih dan menetapkan personil pelatih, yang terdiri dari orang-orang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan isi program latihan yang telah direncanakan. Universitas Sumatera Utara 5. Menetapkan tempat latihan yang harus memperhatikan sarana atau fasilitas yang dapat dipergunakan. 6. Menetapkan waktu dan lamanya latihan akan dilaksanakan. 7. Memperhiungkan dana yang diperlukan dari yang dapat disediakan dan dari mana sumbernya. Pengembangan sumber daya manusia dilakukan dengan mengikutsertakan pegawai suatu organisasi ke dalam program pendidikan dan pelatihan tidak hanya ditujukan peningkatan pengetahuan pendidikan sebagai sistem sendiri tetapi juga pengetahuan sumber daya manusia meliputi latihan kerja sebagai suatu kesatuan sistem yang menjadi titik sentral dalam proses pengembangan sumber daya manusia. Selanjutnya bahwa pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas atau kemampuan yang menyangkut kemampuan kerja, berfikir dan keterampilan maka upaya pendidikan dan keterampilan adalah yang paling diperlukan. Moekijat (1991:7) membandingkan pendidikan dan pelatihan sebagai berikut pendidikan pada umumnya berkaitan dengan menyiapkan calon tenaga kerja yang diperlukan oleh suatu instansi atau organisasi sedang pelatihan berkaitan dengan peningkatan kemampuan atau keterampilan karyawan yang sudah menduduki suatu pekerjaan atau tugas tertentu. Dalam suatu pelatihan orientasi atau penekanannya pada tugas yang harus dilaksanakan (job orientation), sedang pendidikan lebih pada pengembangan kemampuan umum. Pelatihan pada umumnya menekankan pada kemampuan psikomotor meskipun didasari kemampuan dan sikap sedang dalam Universitas Sumatera Utara pendidikan kedua area kemampuan tersebut (kognitif, psikomotorik) memperoleh perhatian seimbang. Tujuan dari pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dalam suatu organisasi adalah: 1. Memelihara, meningkatkan kecakapan dan kemampuan dalam menjalankan tugas/pekerjaan baik pekerjaan lama maupun baru dari segi peralatan maupun metode. 2. Menyalurkan keinginan pegawai untuk maju dari segi kemampuan dan memberikan rasa kebanggaan terhadap mereka. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut atau dengan kata lain bahwa pendidikan dan pelatihan itu efektif maka diperlukan pula program pendidikan dan pelatihan yang efektif dengan memposisikan kegiatan secara utuh dalam kerangka perencanaan manajemen strategis dan dilakukakan dengan tahapan-tahapan yang teratur. Berbagai riset menunjukkan bahwa pelatihan yang efektif secara signifikan berpengaruh terhadap proses kerja yang luar biasa pesatnya. Studi yang dilakukan Tall & Hall seperti yang dikutip Irianto (2001:67) misalnya, menghasilkan kesimpulan bahwa dengan mengkombinasikan berbagai macam faktor teknik pelatihan yang benar, persiapan dan perencanaan yang matang, serta komitmen terhadap esensi pelatihan, organisasi dapat mencapai a greater competitive advantage di dalam persaingan pasar yang sangat ketat. Sekalipun demikian, penyelenggaraan pelatihan bagi peningkatan dan pengembangan kapabilitas sumber daya manusia acap Universitas Sumatera Utara menghadapi berbagai kendala internal. Kendala ini pada akhirnya dapat menghilangkan makna program pelatihan itu sendiri sehinggaa organisasi tidak memiliki komitmen untuk memprogramnya. Ditambah pula, ada sejumlau persoalan yang dihadapi organisasi ketika mengadakan pelatihan yaitu masalah efektifitas. Untuk menyelenggarakan suatu kegiatan pelatihan sungguh dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Masalah inipun yang pada akhirnya dapat menjadi factor pertimbangan untuk menunda atau bahkan meniadakan program latihan. Menurut Richardson, seperti yang dikutip oleh Irianto (2001:71) perencanaan strategi yang melibatkan pelatihan meliputi berbagai komponen yaitu: 1. Menentukan tingkat atau level skill karyawan sebagai user saat ini 2. Menyeleksi tempat yang paling fleksible dan menjadwalkan program secara tepat 3. Memilih dan menentukan metode pelatihan yang relevan 4. Mengumpulkan dan mengembangkan materi latihan 5. Mengevaluasi pelatihan. Sementara itu, tingkatan keahlian (skill) perlu diidentifikasi untuk menentukan format utuh program latihan. Tingkatan skill tersebut dapat digolongkan ke dalam empat kategori, yaitu: 1. Basic Skills 2. Basic Job Skills 3. Interpersonal Skills 4. Broader Based Conceptual Skills Universitas Sumatera Utara Berdasarkan identifikasi keempat macam tingkatan keahlian tersebut, format pelatihan dapat ditentukan apakah berorientasi pada fundamental knowledge untuk basic skills, skills development untuk basic job skills, ataukah operational proficiency untuk menunjang interpersonal skills dan broader based conceptual skills. Maka bila diamati sedemikian rupa kita menyadari bahwa peran pelatihan sangatlah penting bagi organisasi. Seperti yang dikemukakan oleh Irianto (2001:70) bahwa pelatihan pada dasarnya merupakan sebuah proses untuk meningkatkan kompetensi. Dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara mengenai Pernyataan Standar Pemeriksaan diuraikan mengenai persyaratan pendidikan berkelanjutan yaitu : 06 Pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan menurut standar pemeriksaan harus memelihara kompetensinya melalui pendidikan profesional berkelanjutan. Oleh karena itu, setiap pemeriksaan yang melaksanakan pemeriksaan menurut standar pemeriksaan, setiap 2 tahun harus menyelesaikan paling tidak 80 jam pendidikan yang secara langsung meningkatkan kecakapan profesional pemeriksa untuk melaksanakan pemeriksaan. Sedikitnya 24 jam dari 80 jam pendidikan tersebut harus dalam hal yang berhubungan langsung meningkatkan kecakapan profesional pemeriksa untuk melaksanakan pemeriksaan. Sedikitnya 24 jam dari 80 jam pendidikan tersebut harus dalam hal yang berhubungan langsung dengan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara di lingkungan pemerintah atau lingkungan yang khusus dan unik dimana entitas yang diperiksa beroperasi. 07 Organisasi pemeriksa bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pemeriksa memenuhi persyaratan pendidikan berkelanjutan tersebut dan harus menyelenggarakan dokumentasi tentang pendidikan yang sudah diselesaikan. 08 Pendidikan profesional berkelanjutan dimaksud dapat mencapai topik, seperti perkembangan mutakhir dalam metodologi dan standar pemeriksaan, prinsip akuntansi penilaian atas pengendalian intern, prinsip manajemen atau supervisi, pemeriksaan atas sistem informasi, sampling pemeriksaan, Universitas Sumatera Utara analisis laporan keuangan, manajemen keuangan, statistik, disain evaluasi, dan analisis data. Pendidikan dimaksud dapat juga mencakup topik tentang pekerjaan pemeriksaan di lapangan, seperti administrasi negara, struktur dan kebijakan pemerintah, teknik industri, keuangan, ilmu ekonomi, ilmu sosial dan tekhnologi informasi. 09 Tenaga ahli intern dan ekstern yang membantu pelaksanaan tugas pemeriksaan menurut standar pemeriksaan harus memiliki kualifikasi atau sertifikasi yang diperlukan dan berkewajiban untuk memelihara kompetensi profesional dalam bidang keahlian mereka, tetapi tidak diharuskan untuk memenuhi persyaratan pendidikan berkelanjutan di atas. Akan tetapi, pemeriksaan yang menggunakan hasil pekerjaan tenaga ahli intern dan ekstern harus yakin bahwa tenaga ahli tersebut memenuhi kualifikasi dalam bidang keahlian mereka dan harus mendokumentasikan keyakinan tersebut. Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Nomor : PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang standar audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah bentuk pendidikan berkelanjutan adalah pemeriksa harus mempunyai sertifikasi jabatan fungsional auditor (JFA), pemeriksa harus mengikuti pendidikan dan pelatihan berkelanjutan dan pemeriksa wajib memiliki pengetahuan dan akses atas informasi teraktual dalam standar, metodologi, prosedur dan teknik pemeriksa. Adapun Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) auditor tersebut diklasifikasikan atas : 1. Diklat Pembentukan Auditor, yang terdiri dari : a. Diklat Pembentukan Auditor Terampil b. Diklat Pembentukan Auditor Ahli c. Diklat Pembentukan Auditor Ahli melalui Pindah Jalur 2. Diklat Penjenjangan Auditor a. Diklat Penjenjangan Auditor Ketua Tim Universitas Sumatera Utara b. Diklat Penjenjangan Auditor Pengendali Teknis c. Diklat Penjenjangan Auditor Pengendali Mutu 3. Diklat Matrikulasi Auditor a. Diklat Matrikulasi Auditor Ahli Anggota Tim b. Diklat Matrikulasi Auditor Ahli Ketua Tim c. Diklat Matrikulasi Auditor Ahli Pengendali Teknis Sejalan dengan hal itu, pada petunjuk teknis Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor : KEP-13.00.00-125/K/1997, setiap tambahan gelar/ijazah yang lebih tinggi yang menunjang tugas pokoknya dibidang pengawasan mendapat tambahan angka kredit yang pernah diberikan (ijazah lama) dengan angka kredit gelar/ijazah yang lebih tinggi tersebut. Angka kredit dapat dihitung sebagai berikut : a. Angka kredit ijazah D III = 50 b. Angka kredit S 1 = 75 c. Tambahan angka kredit = 25 Tambahan angka kredit sebagai unsur utama dapat diberikan apabila : a. Jurusan yang diambil ialah akuntansi atau manajemen b. Ada ijin dari pejabat yang berwenang di bidang kepegawaian yaitu deputi bidang administrasi atau pejabat yang ditunjuk Terhadap ijazah di luar akuntansi dan manajemen, meskipun ada ijin hanya diberikan angka kredit sebesar 5 sebagai unsur penunjang. Pada dasarnya setiap gelar kesarjanaan diakui angka kreditnya, tetapi untuk formasi jabatan fungsional auditor Universitas Sumatera Utara gelar kesarjanaan yang memperoleh angka kredit dari unsur utama adalah untuk bidang akuntansi dan manajemen, sedangkan dibidang lainnya memperoleh angka kredit unsur penunjang. Untuk auditor yang melanjutkan tingkat pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi maka setiap tambahan gelar/ijazah yang lebih tinggi yang menunjang tugas pokoknya dibidang pengawasan mendapat tambahan angka kredit yang ama yaitu sebesar selisih antara angka kredit yang pernah diberikan (ijazah lama) dengan angka kredit gelar/ijazah yang lebih tinggi tersebut. 2.6 Kinerja Auditor Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Hal ini sejalan dengan pandangan Amstrong (1998:397), Manajemen kinerja berarti mendapatkan hasil yang lebih baik dari organisasi, kelompok dan perorangan lewat pengertian dan pertimbangan yang terdiri dari pola rencana kerja untuk mewujudkan tujuan secara objektif dan sesuai dengan standar. Penjelasan dari definisi diatas bahwa kinerja merupakan suatu proses untuk pencapaian suatu hasil. Berbicara mengenai, kinerja personil erat kaitannya dengan cara mengadakan penilaian terhadap pekerjaan seseorang, sehingga perlu ditetapkan standar kinerja atau performance. Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum Universitas Sumatera Utara dan sesuai dengan moral maupun etika merupakan arti kinerja atau performance, hal ini diungkapkan Prawirosentoso dalam Kebijakan Kinerja Karyawan, (1997:186) yang mengartikan kinerja dalam bahasa Inggris sebagai performance. Pengukuran harus diadakan dalam menentukan kinerja organisasi. Kinerja yang akan diukur adalah kinerja seluruh organisasi, kemudian unit-unit organisasi yang mendukungnya dan selanjutnya kinerja orang yang berperan di dalamnya. Jadi pokok utama yang harus dinilai kinerjanya adalah unsur manusia. Manusia merupakan salah satu sumber daya yang sangat berperan di dalam menentukan kinerja organisasi. Sehingga kinerja para pelaku organisasi harus dinilai. Seorang pemimpin harus menentukan dasar ukuran untuk menilai.Oleh sebab itu maka seorang pemimpin harus menentukan standar ukurannya terlebih dahulu dengan cara sebagai berikut: a. Menentukan sistem dan nilai standar. b. Pelaksanaan dan pengawasan standar kinerja c. Ukuran kinerja perorangan Penyusunan kinerja perorangan sebagai pelaku dalam organisasi diperlukan suatu standar ukuran kerja terlebih dahulu.Standar ukuran kinerja yang di buat harus sesuai dengan tujuan organisasi. Standar ukuran kinerja suatu organisasi harus diproyeksesikan ke dalam standar kinerja para pelaku dalam unit-unit kerja bersangkutan. Setelah seluruh standar kinerja tersebut ditentukan, selanjutnya digunakan untuk dibandingkan dengan kinerja sebenarnya (actual performance). Evaluasi atas Universitas Sumatera Utara kinerja harus dilakukan secara terus menerus agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien. Indikator kinerja menurut Yousa dkk,(2002:47) adalah: ” Besaran atau variabel yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan” Selanjutnya menurut Kevin dalam Dwiyanto, (1995:7) mengatakan bahwa : ” Ada 3 konsep yang bisa di gunakan sebagai indikator kinerja organisasi pemerintah antara lain responsifenes,responsibility dan accontability”. Pengertian kinerja bukan hanya pada tataran keluaran (output) melainkan termasuk pula pada tataran nilai guna (outcome) dan dampak (impact) hal ini sejalan dengan pandangan Wasistino, (2002:51). Dari defenisi tersebut diatas dapat diketahui dengan jelas bahwa pengertian kinerja atau performance merupakan hasil atau apa yang keluar (output), guna (outcome) dan dampak (impact) dari sebuah pekerjaan baik secara kuantitas maupun kualitasnya setelah melalui proses. 2.7 Kualitas Auditor Beberapa penulis memberikan pengertian mengenai auditing antara lain sebagai berikut : Menurut Commitee of Auditing Consepts (2005), auditing adalah suatu proses sistemik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif mengenai suatu pernyataan tentang kegiatan atau kejadian ekonomis untuk menentukan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan, serta mengkonsumsikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut Leo Herbert (2005) auditing adalah suatu proses kegiatan selain bertujuan untuk mendeteksi kecurangan atau penyelewengan dan memberikan simpulan atas Universitas Sumatera Utara kewajaran penyajian akuntabilitas, juga menjamin ketaatan terhadap hukum, kebijaksanaan dan peraturan melalui pengujian apakah aktivitas organisasi dan program dikelola secara ekonomis, efisien dan effektif. Widagdo (2002) melakukan penelitian tentang atribut-atribut kualitas auditor oleh Kantor Akuntan Publik yang mempunyai pengaruh terhadap kepuasan klien. Terdapat 12 (dua belas) atribut yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1) Pengalaman melakukan audit, 2) Memahami industri klien, 3) Responsif atas kebutuhan klien, 4) Taat pada standar umum, 5) Independensi, 6) Sikap hati-hati, 7) Komitmen terhadap kualitas audit, 8) Keterlibatan pimpinan KAP, 9) Melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat, 10) Keterlibatan komite audit, 11) Standar etika yang tinggi, dan 13) Tidak mudah percaya. Hasil penelitian Widagdo (2002) menunjukkan bahwa ada 7 (tujuh) atribut kualitas auditor yang berpengaruh terhadap kepuasan klien antara lain pengalaman melakukan audit, memahami industri klien, responsif atas kebutuhan klien, taat pada standar umum, komitmen terhadap kualitas audit, dan keterlibatan komite audit. Sedangkan 5 (lima) atribut lainnya yaitu independensi, sikap hati-hati, melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat, standar etika yang tinggi dan tidak mudah percaya, tidak berpengaruh terhadap kepuasan klien. Universitas Sumatera Utara 2.8 Hipotesis Penelitian Berdasarkan beberapa teori, maka dapat diungkapkan suatu kerangka berfikir yang berfungsi sebagai penuntun, alur pikir dan sekaligus sebagai dasar dalam penelitian yang secara diagram adalah sebagai berikut : Pendidikan (X1) Kinerja Auditor (Y) Pelatihan (X2) Gambar 1. Hipotesis Penelitian Variabel pendidikan (X1), antara lain terdiri dari indikator pemanfaatan sumber daya manusia oleh Inspektorat Provinsi Sumatera Utara, peningkatan disiplin dan dedikasi kerja auditor, kemampuan peningkatan manajerial, kemampuan kerja tanpa pengawasan. Variabel pelatihan (X2) antara lain terdiri dari indikator peningkatan kemampuan teknis operasional, peningkatan sumber daya auditor, peningkatan disiplin dan dedikasi kerja auditor, peningkatan profesionalisme auditor. Variabel kinerja (Y) antara lain terdiri dari indikator realisasi pencapaian PKPT (program kerja pemeriksaan tahunan), waktu penyelesaian NHP (naskah hasil pemeriksaan), waktu penyelesaian LHP ( Laporan Hasil Pemeriksaan), peningkatan kualitas antar kerja, auditor, koordinasi waktu dengan pelaksanaan instansi expose yang hasil diperiksa, kerja sama pemeriksaan, peningkatan Universitas Sumatera Utara kualitas kerja auditor. Dari pengkajian uraian latar belakang masalah, perumusan masalah tentang teori hubungan fungsi variabel independen dengan variabel dependen, sehingga dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pendidikan dengan kinerja auditor pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. 2. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pelatihan dengan kinerja auditor pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. 3. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja auditor pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara