BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Komunikasi 2.1.1. Pengertian Komunikasi Proses komunikasi pada hakikatnya merupakan proses penyampain pesan antar manusia baik secara kelompok maupun secara individual dari satu pihak kepada pihak lain. Dalam proses penyampaian pesan tersebut juga mengandung arti adanya pembagian pesan (sharing of information) yang cenderung mengarah ke pencapain titik terentu sampai disepakatinya makna suatu pesan antar pihakpihak yang berkomunikasi. Pengertian komunikasi secara umum dapat dilihat dari dua segi, yaitu : 1. Pengertian Komunikasi Secara Etimologis Secara etimologis (asal usul kata), komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communication yang berarti sama, dalam hal ini berarti membuat kebersamaan makna dalam suatu hal antara dua orang atau lebih. Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi itu terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikannya. 2. Pengertian Komunikasi Secara Terminologis Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampain suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Universitas Sumatera Utara Onong Uchana Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, mengatakan komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh komunikator kepada kommunikan. Menurut Carl I.Hovland dalam buku Social Communication, komunikasi adalah proses bilamana seorang individu (komunikator) mengoper stimulans (biasanya lambang kata-kata) untuk merubah tingkah laku individu lainnya (komunikan) (Siahaan, 1991:3) Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia (human communication) bahwa : “ Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesame manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu”. (Cangara, 2002:19) Dari definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian komunikasi adalah seni penyampain informasi (pesan ide, sikap, gagasan) dari komunikator untuk merubah serta membentuk perilaku komunikan (pola, sikap, pandangan dan pemahamannya) ke pola dan pemahaman yang dikehendaki komunikator. Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif dapat dijelaskan dengan menjawab pertanyaan dari Paradigma Lasswell yang dikemukakan oleh Harold D. Lasswell ini menunjukkan bahwa ada lima unsure dasar dalam komunikasi, yakni : 1. Who (Siapa) : Komunikator ; orang yang menyampaikan pesan Universitas Sumatera Utara 2. Says What (Mengatakan Apa) : Pesan ; pernyataan yang didukung oleh lambing, dapat berupa idea tau gagasan. 3. In Which Channel (Saluran) : Media ; sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya. 4. To Whom (Kepada Siapa) : Komunikan ; orang yang menerima pesan 5. With What Effect (Dampak) : Efek ; dampak sebagai pengaruh dari pesan atau dapat juga sebagai hasil dari proses komunikasi Berdasarkan paradigm Lasswell tersebut dapat dikaji model komunikasi yang dikemukakan oleh Philip Kotler : Gambar 2. Model Komunikasi Sender Message Media Receiver Effect Feedback 2.1.2. Bentuk Komunikasi 1. Komunikasi Pribadi (Personal Communication) a. Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) b. Komunikasi Intra pribadi (intrapersonal communication) 2. Komunikasi Kelompok (Group Communication) a. Komunikasi kelompok kecil (small group communication) 1. Ceramah (Lecture) 2. Diskusi Panel (Panel Discussion) Universitas Sumatera Utara 3. Simposium (Symposium) 4. Forum 5. Seminar 6. Curahsaran (brainstorming) b. Komunikasi kelompok besar (large group communicaton/ public speaking) 3. Komunikasi Organisasi (organization communication) 4. Komunikasi Massa (mass communication) a. Komunikasi massa cetak (printed mass communication) 1. Surat Kabar 2. Majalah 3. Buku, dll b. Komunikasi massa elektronik (electronic mass communication) 1. Radio 2. Televisi 3. Film, dll 2.1.3. Sifat Komunikasi Berdasarkan sifatnya komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Komunikasi verbal (verbal communication) a. Komunikasi lisan (oral communication) b. Komunikasi tulisan (written communication) 2. Komunikasi non verbal a. Komunikasi kial (gesture communication) b. Komunikasi gambar (pictorial communication) Universitas Sumatera Utara 3. Komunikasi tatap muka (face-to-face communication) 4. Komunikasi bermedia (mediated communication) 2.1.4. Fungsi komunikasi adalah : a. Menyampaikan informasi (to inform) b. Mendidik (to educate) c. Menghibur (to entertain) d. Mempengaruhi (to influence) 2.1.5. Tujuan komunikasi adalah : a. Mengubah sikap (to change the attitude) b. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion) c. Mengubah perilaku (to change behavior) d. Mengubah masyarakat/perubahan social (to chane the society) 2.1.6. Metode Komunikasi Kata metode berasal dari bahasa inggris, artinya rangkaian yang sistematis. Metode komunikasi berarti kegiatan-kegiatan yang terorganisir yang meliputi: 1. Komunikasi informatif (informatif communication) 2. Komunikasi persuasif (persuasive communication) 3. Komunikasi pervasif (pervasive communication) 4. Komunikasi koersif (coersive communication) 5. Komunikasi instruktif (instructive communication) 6. Hubungan manusiawi (human relation) 2.1.7. Teknik Komunikasi Universitas Sumatera Utara Teknik berasal dari kata ”technicon” bahasa yunani, yang berarti ketrampilan komunikasi, maka teknik komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Jurnalistik (journalism) 2. Hubungan masyarakat (public relations) 3. Periklanan (advertising) 4. Propaganda 5. Publisitas (publicity) 2.2. Komunikasi Pemasaran Komunikasi secara sederhana diartikan sebagai proses penyampaian pesan dari sumber ke penerima. Demikian juga komunikasi pemasaran seperti halnya proses komunikasi yang lain, pada hakekatnya merupakan suatu proses penyampaian pesan yang dilakukan melalui media tertentu. Komunikasi pemasaran adalah suatu kegiatan pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi, dan mengingarkan pasar sasaran atau perusahaan maupun prosuk agar bersedia menerima, membeli, dan setia kepada produk yang ditawarkan produsen. 2.2.1 Proses Komunikasi Pemasaran Komunikasi pemasaran diawali oleh adanya sumber yang mengkodekan pesan untuk disampaikan melalui media. Universitas Sumatera Utara Gambar 3. Proses Komunikasi SOURCE encode RECEIVER message MEDIUM message decode feedback 1. Sumber Sumber (source) adalah pengirim pesan. Dalam komunkasi pemasaran, sumber komunikasi pemasaran ini bisa bersifat formal dan tidak formal. Sumber formal adalah pihak-pihak yang secara resmi ditugaskan perusahaan untuk menyampaikan pesan (berkomunikasi) kepada pihak lain (konsumen dan masyarakat) dan juga lembaga-lembaga resmi baik yang sifatnya profit atau non profit. Sedangkan sumber yang tidak formal adalah konsumen dan masyarakat luas. 2. Penerima Penerima pesan dalam komunikasi pemasaran adalah khalayak yang menjadi pasar sasaran perusaahn dan juga para perantara pemasaran seperti distributor, agen, pengecer, pedagang besar dan lain-lain. 3. Media Pesan disampaikan melalui media atau seringkali juga disebut sebagai saluran komunikasi. Efektivitas penyampaian pesan akan dipengaruhi oleh panjang dan pendeknya saluran komunikasi yang digunakan. Universitas Sumatera Utara 4. Pesan Pesan merupakan inti dari komunikasi. Komunikasi dikatakan gagal jika pesan tidak dapat dipahami dengan baik oleh penerima sesuai dengan maksud pengirim. Pesan dapat disampaikan secara verbal dan non verbal. 5. Umpan balik Dalam komunikasi pemasaran, umpan balik mempunyai arti penting.Seorang pemasar dapat mengetahui reaksi, sikap dan pendapat konsumen melalui umpan balik yang diberikan. 2.2.2. Fungsi Komunikasi Pemasaran 1. Konsumen dapat diberitahu atau ditunjuk bagaimana dan mengapa sebuah produk digunakan oleh orang seperti apa, dan dimana serta kapan. 2. Konsumen dapat belajar tentang siapa yang membuat produk dan apa yang dipertahankan perusahaan dan merek. 3. Konsumen dapat diberikan satu insentif atau imbalan untuk percobaan atau penggunaan. 2.2.3. Perencanaan Komunikasi Pemasaran Agar komunikasi pemasaran efektif, perlu dipertimbangkan 1. Penetapan tujuan dan respon komunikasi 2. Penentuan sasaran komunikasi (target audiens) 3. Rancangan pesan dan media komunikasi 4. Pengembangan promotional mix 5. Penyusunan anggaran 6. Evaluasi dan pengendalian komunikasi Universitas Sumatera Utara 2.2.4. Bauran Pemasaran Bauran pemasaran atau marketing mix mendeskripsikan suatu kumpulan alat-alat yang dapat digunakan untuk mempengaruhi penjualan. Formula tradisional dari marketing mix ini disebut 4P, yaitu product (produk), price (harha), place (tempat atau distribusi), dan promotion (promosi / komunikasi pemasaran). Bauran Pemasaran terdiri atas 6 cara komunikasi utama, yaitu : 1. Iklan : setiap bentuk persentasi yang bukan dilakukan orang dan berupa promosi gagasan,barang,atau jasa oleh sponsor yang telah ditentukan 2. Promosi Penjualan : Berbagai jenis insentif jangka pendek untuk mendorong orang mencoba atau membeli produk atau jasa. 3. Acara khusus dan Pengalaman : perusahaan mensponsori kegiatan dan program-program yang dirancang untuk menciptakan interakti setiap hari atau interaksi yang berkaitan dengan merek. 4. Hubungan Masyarakat dan Pemberitaan : Berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan atau melindungi citra perusahaan atau masing-masing produknya. 5. Pemasaran Langsung : Penggunaan surat,telepon, faximili, email,atau internet untuk berkomunikasi langsung atau meminta tanggapan atau berdialog dengan pelanggan tertentu dan calon pelanggan. 6. Penjualan Pribadi : Interaksi tatap muka dengan satu atau beberapa calon pembeli dengan maksud untuk melakukan presentasi, menjawab pertanyaan, dan memperoleh pemesanan. Universitas Sumatera Utara Dalam komunikasi pemasaran, promosi merujuk pada sebuah bentuk komunikasi yang digunakan oleh organisasi untuk memberitahukan sesuatu dan mempengaruhi tingkah laku dari pelanggan yang sudah ada menjadi pelanggan potensial. Komunikasi pemasaran dirancang utnuk memberitahukan pelanggan mengenai manfaat dan nilai dari produk atau jasa yang ditawarkan. 2.3. IKLAN Secara sederhana iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan pada masyarakat melalui suatu media. Iklan merupakan komponen dalam bauran promosi, dimana promosi sendiri adalah termasuk dalam salah satu komponen bauran pemasaran. Pada dasarnya iklan dapat digunakan untuk menambah kegunaan informasi pada suatu penawaran produk. Disamping itu iklan juga sebagai sarana informasi, juga merupakan alat persuasif atau alat membujuk agar masyarakat mau membeli maupun mencoba produk yang diiklankan. Di lain pihak iklan dapat di pakai sebagai alat untuk menciptakan kesan dan sebagai alat untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen. Pengertian iklan telah banyak di kemukakan oleh para ahli, masingmasing melihat dari sudut pandang yang berbeda, namun pendapat tersebut pengandung pengertian yang sama. Iklan adalah pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada suatu masyarakat lewat suatu media. Namun demikian untuk membedakan dengan pengumuman biasanya iklan lebih diarahkan untuk membujuk seseorang untuk membeli (Kasali, 1993 : 9). Universitas Sumatera Utara Iklan adalah komunikasi non individu dengan sejumlah biaya, melalui media yang dilakukan perusahaan, lembaga non laba, serta individu – individu (Swasta, 2000 : 45). Berdasarkan pengertian tersebut maka iklan adalah bagian dari bauran promosi dimana promosi merupakan bagian dari bauran pemasaran yang digunakan oleh perusahaan untuk menyampaikan sebuah pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat melalui media untuk membujuk orang untuk membeli. 2.3.1. Fungsi iklan. Beberapa fungsi iklan antara lain : 1. Memberikan informasi. Periklanan dapat menambah nilai pada suatu barang dan memberikan informasi kepada konsumen. 2. Menciptakan kesan tertentu. Dengan sebuah iklan, orang akan mempunyai suatu kesan tertentu tentang apa yang diiklankan. 3. Membujuk atau mempengaruhi. Iklan akan membuat konsumen tertarik dengan produk yang ditawarkan. 4. Memuaskan keinginan. Periklanan merupakan suatu alat yang bisa dipakai untuk mencapai tujuan, dan tujuan itu sendiri berupa pertukaran yang saling memuaskan ( Swasta, 2000 : 246 – 248 ). Universitas Sumatera Utara 2.3.2 Tujuan Periklanan. Menurut Kotler (1997 : 237) tujuan periklanan meliputi : 1. Untuk menginformasikan. Periklanan dapat Memberitahukan pasar tentang suatu produk baru dan perubahan harga, mengusulkan kegunaan suatu produk baru, menjelaskan cara kerja, pelayanan yang tersedia, dan membangun citra perusahaan. 2. Untuk membujuk. Periklanan dapat membentuk preferensi merek, mengubah persepsi pembeli tentang atribut produk, membujuk pembeli untuk membeli sekarang, dan membujuk pembeli untuk menerima kunjungan penjualan. 3. Untuk mengingatkan. Periklanan dapat mengingatkan pembeli bahwa produk tersebut mungkin akan dibutuhkan dikemudian hari, mengingatkan pembeli dimana dapat membelinya, mempertahankan kesadaran merek, dan membuat pembeli tetap ingat produk itu walau tidak sedang musimnya. 2.3.3 Dampak Iklan. Menurut Kasali (1995 : 45 ) berpendapat bahwa secara umum iklan mempunyai dampak untuk : 1. Menarik calon konsumen menjadi konsumen yang loyal selama jangka waktu tertentu. Universitas Sumatera Utara 2. Mengembangkan sifat positif calon konsumen yang diharapkan menjadi pembeli yang potensial dimasa yang akan datang. 2.4. Media Iklan Media merupakan alat yang digunakan dalam kegiatan periklanan. Media bukanlah suatu penyampaian berita yang pasif, bahkan sering media itu dapat mempengaruhi efektivitas beritanya. Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media adalah : tujuan periklanan, sirkulasi media, keperluan berita, waktu dan lokasi dimana keputusan membeli dibuat, Biaya advertensi, kerjasama dan bantuan promosi yang ditawarkan, dan karakteristik media, kebaikan dan keburukan media. Media periklanan adalah sebuah lembaga yang mempunyai kegiatan usaha dan menyelenggarakan media (alat komunikasi / penerangan) yang ditujukan kepada orang banyak atau masyarakat umum. Beberapa contoh media dari media adalah : televisi, radio, majalah, dan surat kabar (Swasta, 2000: 257 ). Dalam kenyataannya sering kita jumpai bahwa perusahaan sering menggunakan beberapa media sekaligus dalam periklanan. Disamping menggunakan media televisi juga menggunakan media surat kabar. Hal ini dipandang perlu karena masing-masing jenis media memiliki karakterisitik yang berbeda. Media televisi dapat mengiklankan dengan suara dan gambar yang bergerak sekalipun hanya dinikmati sebentar (beberapa detik), sedangkan media surat kabar dapat dinikmati lebih lama meskipun gambarnya tak bergerak dan tanpa suara. Universitas Sumatera Utara 2.5. Media Iklan Televisi. Perangkat televisi dari hari ke hari kian menjadi sumber informasi yang utama di dalam keluarga. Sektor komunikasi terus berkembang seiring dengan perkembangan tehnologi dan perkembangan perekonomian. Televisi merupakan salah satu media yang disukai oleh perusahaan - perusahaan dalam mengiklankan produknya agar lebih di kenal oleh masyarakat. Karena, sebab yang ditimbulkannya, sangat mudah dilihat, dan juga karena kemampuanya menceritakan sesuatu. 2.5.1. Bentuk-bentuk iklan televisi. Kasali (1993:120-121) mengemukakan bentuk-bentuk iklan televisi : 1. Pensponsoran. Banyak sekali acara televisi yang penayangan dan pembuatannya dilakukan atas biaya sponsor atau pengiklan. Pihak sponsor bersedia membiayai seluruh biaya produksi plus fee untuk televisi. 2. Partisipasi. Bentuk iklan televisi ini agak berbeda dengan bentuk sebelumnya, namun akan dapat mengurangi beban biaya dan resiko. Melalui iklan sepanjang 15, 30, dan 60 detik, iklan disisipkan diantara satu atau beberapa acara (spots) 3. Spot announcements. Bentuk iklan televisi ini mengacu pada pengertian announcement iklan tersebut ditempatkan pada pergantian acara. 4. Public service announcemen. Universitas Sumatera Utara Bentuk iklan ini biasanya dimuat atas permintaan pemerintah atau suatu LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) untuk menggalang solidaritas masyarakat atas suatu masalah 2.5.2. Komponen dalam iklan televisi. Iklan televisi biasanya mempunyai empat komponen yang penting dalam mendesain tampilannya, yaitu terdiri dari : gaya penyampaian, nada penyampaian, pilihan kata-kata, dan unsur format. Keempat komponen tersebut merupakan bagian dari kreativitas dalam menyampaikan suatu citra dan pesan yang terpadu dalam melakanakan pesan. Menurut Kotler (2001:160-154) para pembuat atau pemasang iklan televisi harus mempunyai konsep kreatif. Biasanya, penulis naskah iklan dan pengarah seni akan bekerja sama untuk menghasilkan banyak konsep kreatif, dengan harapan salah satu dari konsep-konsep tersebut akan menjadi ide besar yang menarik. Oleh karena itu para pembuat iklan harus menentukan gaya penyampaian, nada penyampaian, pilihan kata, dan unsure format yang terbaik, agar pesan yang akan digunakan untuk membuat iklan televisi dapat menarik perhatian pemirsa. 1) Nada penyampaian. Komunikator harus memilih nada yang tepat untuk iklannya, setiap iklan harus menyatakan sesuatu yang bersifat positif tentang produknya atau dengan kata lain bahwa produknya adalah yang terbaik. Komunikator harus bisa meyakinkan konsumen untuk menggunakan produknya dengan menggunakan nada penyampaian yang tepat, bentuk bahasa yang tepat, dan bentuk pemakaian bahasa yang cocok, sehingga pesan yang telah disampaikan akan Universitas Sumatera Utara dapat dipercaya oleh konsumen. Pemakaian nada humor dalam iklan sebaiknya dihindari karena dapat menghilangkan daya tarik dan dapat menghalang-halangi perhatian konsumen terhadap produk itu sendiri ( Sulaksana, 2003 : 61-64). 2) Pilihan kata-kata. Pembuat iklan harus menggunakan kata-kata yang dapat menarik perhatian konsumen. Selain itu juga penulis iklan dituntut untuk jeli melihat bagaimana kata-kata yang dirangkaianya akan muncul dan tampak dimata calon pembeli. Penataan kata yang teliti dan cermat akan sangat membantu menarik perhatian. Oleh karena itu, pilihan katakata yang dapat dimengerti, dapat dipahami, sopan, dan dapat diingat diperlukan dalam iklan, sehingga konsumen akan mudah memahami pesan yang disampaikan yang pada akhirnya pesan tersebut akan dengan mudah mendapat respon dari konsmen (Kasali,1993 : 84-85). 3) Unsur format. Unsur format seperti ukuran iklan, gambar, warna, dan ilustrasi akan sangat mempengaruhi dampak iklan maupun biayanya. Iklan ukuran besar menarik lebih banyak perhatian, walau tidak sebesar perbedaan biayanya. Gambar, warna, dan iliustrasi yang menarik akan meningkatkan efektivitas iklan, sehingga akan mendorong konsumen untuk memperhatikan iklan tersebut (Kotler, 1997 : 244). 4) Gaya penyampaian. Semua pesan biasanya dapat disajikan dalam berbagai gaya penyampaian, sesuai dengan pesan yang akan disampaikan kepada konsumen, sehingga Universitas Sumatera Utara pesan tersebut dengan mudah dapat diterima oleh konsumen. Diantara gaya penyampaian pesan tersebut yaitu : a) Gaya penyampaian menggunakan Musik. Musik adalah komponen penting dalam periklanan. Musik yang sederhana dan mudah, baik nada maupun liriknya, akan dapat dengan mudah diingat atau bahkan dinyanyikan oleh pendengarnya dalam berbagai kesempatan, apalagi jika dinyanyikan oleh penyanyi yang sedang menjadi pujaan publik, sehingga pesan yang disampakan akan sangat menarik (Kasali, 1993 : 92). b) Gaya penyampaian gaya hidup. Gaya ini menunjukan bagaimana suatu produk cocok dengan gaya hidup tertentu (Kotler, 2001 : 162). 2.5.3. Kelebihan-kelebihan iklan media televisi. Iklan televisi juga mempunyai beberapa kelebihan-kelebihan. Kelebihan iklan televisi antara lain : dapat dinikmati oleh siapa saja, waktu dan siaranya sudah tertntu. Dapat memberikan kombinasi antara suara dengan gambar yang bergerak (Swasta, 2000 : 255). Sedangkan menurut (Frank Jefkins, 1997 : 110) menyatakan bahwa kelebihan-kelebihan iklan televisi adalah : 1. Kesan Realistik. Karena sifatnya yang visual, dan merupakan kombinasi warna-warna, suara dan gerakan, maka iklan-iklan televisi nampak begitu hidup nyata. Kelebihan ini tidak dimiliki oleh media lain, kecuali iklan bioskop yang pamornya sekarang jauh menurun ( kedudukannya sebagai media iklan juga telah Universitas Sumatera Utara merosot sejak adanya televisi ). Dengan kelebihan ini, para mengiklan dapat menunjukan dan memamerkan kelebihan atau keunggulan produknya secara detail. Jika produk itu sebuah makanan awet, maka pengiklan dapat menunjukan kemasanya yang khas secara jelas sehingga para konsumen akan dengan mudah mengenalinya di toko-toko. Sekalipun ingatan konsumen terhadap apa yang diiklankan selalu timbul tenggelam, namun iklan visual akan menamcapkan kesan yang lebih dalam, sehingga para konsumen, begitu melihat produknya, akan segara teringat iklannya ditelevisi. Pengaruh ini dapat diperkuat lagi, jika pembuatan iklannya dilakukan dengan tehnologi grafis komputer. 2. Repetisi / pengulangan. Iklan televisi bisa ditayangkan hingga beberapa kali dalam sehari sampai dipandang cukup bermanfaat yang memungkinkan sejumlah masyarakat untuk menyaksikannya, dan dalam frekuensi yang cukup sehingga pengaruh iklan itu bangkit. Dewasa ini, para pembuat iklan televisi tidak lagi berpanjangpanjang mereka justru membuat iklan televisi yang singkat namun semakin menarik mungkin, agar ketika ditayangkan berulang-ulang, para pemirsa tidak segara menjadi bosan karenanya. 3. Masyarakat Lebih Tanggap. Karena iklan di televisi disiarkan dirumah-rumah dalam suasana yang serba santai atau rekeatif, maka masyarakat lebih siap untuk memberikan perhatian (dibandingkan dengan iklan poster yang di pasang ditengah jalan, masyarakat yang sibuk dengan segala aktifitasnya, menuju suatu tempat atau akan bergegas ke kantor tentunya tidak akan sempat memperhatikanya). Perhatian Universitas Sumatera Utara terhadap iklan televisi akan semakin besar, jika materinya dibua dengan standar teknis yang tinggi, dan atau menggunakan tokoh-tokoh ternama sebagai pemerannya (sekurang-kurangnya seorang aktor atau artis yang dapat menyajikan produk secara otentik). Perlu dicatat bahwa kualitas iklan-iklan televisi terbilang sangattinggi, mengingat pihak pembuatnya para professional yang juga mampu menghasilkan film-film bioskop yang terbaik. 4. Adanya pemilihan area siaran (zoning) dan jaringan kerja (networking) yang mengefektifkan jangkauan masyarakat. Seorang pengiklan dapat menggunakan satu atau kombinasi banyak stasiun televisi sekaligus untuk memuat iklannya, bahkan ia bisa saja membuat jaringan kerja dengan semua stasiun televisi, sehinga iklannya akan ditayangkan oleh semua stasiun televisi secara serentak. 5. Ideal bagi para padagang eceran. Iklan televisi dapat menjangkau kalangan pedagang eceran sebaiknya ia menjangkau konsumen. Selain karena para pedagang eceran suka menonton televisi seperti juga orang lain, hal ini disebabkan iklan-iklan televisi memang sangat membantu usaha mereka, bahkan seolah-olah iklan itu ditujukan semata-mata kepada mereka. Iklan televisi merupakan sesuatu yang membuat dagangan mereka laku. Pedangan eceran tahu jika sesuatu diklankan ditelevisi, maka permintaan konsumen atas barang yang telah diiklankan itu akan meningkat sehinga stok dagang mereka akan jauh lebih mudah terjual. Perwakilan dagang dari suatu perusahaan kadang-kadang sulit untuk menjual atau menitipkan produkproduknya kepada para pedagang eceran, jika merka tidak dapat memberi jaminan bahwa produk itu akan diiklankan ditelevisi. Universitas Sumatera Utara Periklanan di televisi itu bahkan dapat menjadi keharusan jika produsen berhubungan dengan perusahaan super market yang mempunyai ratusan tokotoko. Peredaran barang harus secara tepat, dan tidak ada yang lebih mampu mempercepat peredaran barang dagang itu selain iklan televisi. 6. Terkait erat dengan media lain. Tayangan iklan televisi mungkin saja terlupakan begitu cepat, tetapi kelemahan ini bisa diatasi dengan wahana iklan lain. 2.5.4. Kelemahan media televisi. Jika iklan televisi begitu berpengaruh, bahkan terkesan sebagai media iklan yang efektif, maka dengan sendirinya kitakan bertanya-tanya, mengapa media pers sampai saat ini masih terus dominan sebagai wahana iklan, hal ini disebabkan karena iklan-iklan ditelevisi juga mempunyai kelemahan. Hal ini sesua dengan apa yang di kemukakan oleh Frank Jefkins (1996: 113115) yang menyatakan kelemahan-kelemahan iklan adalah : 1. Televisi cenderung menjangkau pemirsa secara massal sehingga pemilihan (untuk membidik pangsa pasar tertentu) sering sulit dilakukan. Pihak pengiklan akan lebih selektif dalam membidik pangsa pasar yang dikehendakinya kalau ia menggunakan media pers. 2. Jika yang diperlukan calon pembeli adalah data-data yang lengkap mengenai suatu produk atau perusahaan pembuatnya, maka televisi tidak akan bisa menandingi media pers. 3. Karena pemirsanya yang sulit dipilah-pilih itu, maka iklan televisi justru terbilang mahal, apalagi terdapat ribu pengiklan lainnya yang bersaing membujuk pasar, sehingga pangsanya nampak lebih kecil. Semuanya itu tidak Universitas Sumatera Utara memberikan alasan yang sah atas mahalnya iklan televisi, dan wajar kalau para pengiklan kemudian memilih media cetak untuk iklan mereka. 4. Hal-hal kecil lainnya bisa dan biasa dikerjakan banyak orang sambil nonton mereka sering kali terpecah. Itu tidak akan terjadi pada seseorang yang tengah membaca Koran. Kemungkinan “Zipping” menambah peluang terpecahnya pemirsa iklan. Seorang pemirsa yang merasa terganggu oleh adanya iklan dapat mengeliminasi iklan atau suaranya. Atau mengganti saluran dengan menggunakan remot control. Jika mereka memutar program-program rekaman, mereka dapat melewati iklan-iklan yang disisipkan pada acara yang hendak mereka nikmati dengan tehnik “zipping”, yaitu menggunakan tombol pemercepat pada alat kontrol tersebut sehingga iklaniklan televisi itupun lewat begitu saja. 5. Karena pembuatan iklan televisi butuh waktu yang cukup lama, maka ia tidak cocok untuk iklan-iklan khusus atau bahkan yang bersifat darurat yang harus segara mungkin disiarkan (misalnya iklan konser yang akan berlanggsung satu-dua hari). 6. Dinegara yang memiliki cukup banyak stasiun televisi, adalah menggunakan model atau penyaji yang sama sebagaimana para pengiklan yang lain. Selain membosankan hal ini juga membingungkan. 7. Kesalahan serius yang dibuat oleh produsen iklan televise adalah menggunakan model atau penyaji yang sama sebagaiman para pengiiklan yang lain. Selain membosankan hal ini juga membingungkan. Universitas Sumatera Utara 2.6 Merek. Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi hal-hal tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakanya dengan pesaing (Durianto Darmadi dkk, 2004 :2). Merek adalah suatu nama, istilah, simbol, atau desain (rancangan), atau kombinasinya yang dimaksudkan untuk memberi tanda pengenal barang atau jasa dari seorang penjual atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari barang-barang yang dihasilkan oleh pesaing. (Swasta, 2000 : 135). Nama merek merupakan elemen yang sangat penting bagi perusahaan, karena nama merek yang baik dapat membangkitkan perasaan berupa kepercayaan, keyakinan, keamanan, kekuatan, keawetan, status dan asosiasi yang diinginkan. Nama yang dipilih untuk suatu merek harus bisa: mempengaruhi kecepatan konsumen, menyadari suatu merek, mempengaruhi citra merek, dan memainkan peran penting dalam pembentukan equitas merek. Melalui nama merek perusahaan dapat mempengaruhi persepsi dan perilaku konsumen (Terence, 2003:299). Merek mengandung janji perusahaan untuk secara konsisten memberikan ciri, manfaat, dan jasa kepada pembeli. Merek terbaik akan memberikan kualitas. Namun pemberian nama atau merek pada suatu produk hendaknya tidak hanya suatu simbol, karena merek memiliki enam tingkat pengertian : 1. Atribut. Universitas Sumatera Utara Setiap merek memiliki atribut. Atribut ini perlu dikelola dan diciptakan agar pelanggan dapat mengetahui dengan pasti atributatribut apa saja yang terkandung dalam suatu merek. 2. Manfaat. Selain atribut merek juga memiliki serangkaian manfaat. Konsumen tidak membeli atribut, mereka membeli manfaat dari produk tersebut. 3. Nilai. Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai bagi produsen. Merek yang memiliki nilai tinggi akan dihargai oleh konsumen sebagai merek berkelas, sehingga dapat mencerminkan siapa penguna merek tersebut. 4. Budaya. Merek juga mewakili budaya tertentu, misalnya marcedes mewakili budaya Jerman yang terorganisasi dengan baik, memiliki cara kerja yang efisien, dan selalu menghasilkan produk yang berkualitas tinggi. 5. Kepribadian. Merek memiliki kepribadian bagi penggunanya, jadi diharapkan dengan menggunakan merek, kepribadian si pengguna akan tercermin bersamaan dengan merek yang ia gunakan. 6. Pemakai. Merek juga menunjukan jenis konsumen pemakai tersebut (Rangkuti Freddy, 2002 : 3-4). Universitas Sumatera Utara 2.7. Brand Equity. Brand equity adalah seperangkat dan kewajiban dari merek yang berhubungan dengan merek yaitu nama dan simbol yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa kepada perusahaan dan atau kepada konsumen perusahaan ( Cahyadi Rahmad, 1998 : vol 2). Aset dan liabilitas yang menjadi dasar brand equity (equitas merek) akan berbeda antara satu konteks dengan konteks lainnya. Dalam model Brand Equity Ten, pengukuran dikelompokan dalam lima kategori. Empat kategori yang pertama mewakili persepsi konsumen tentang suatu merek melalui empat dimensi merek, yaitu loyalitas merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, dan kesadaran merek. Kategori kelima meliputi pengukuran dua jenis perilaku pasar (market behavior) yang mewakili informasi yang diperoleh berdasarkan pasar, dan bukan langsung dari konsumen. Secara lengkap kelima kategori tersebut adalah awareness measure, association measure, perceived quality, loyalty measure, dan market behaviour measure (Durianto Darmadi, 2002 :4-5). 2.7.1 Konsep ekuitas merek (Brand equity). Brand equity (ekuitas merek) dalam perspektif konsumen terdiri atas dua bentuk pengetahuan tentang merek yaitu kesadaran merek (brand awareness) dan citra merek (brand image). Universitas Sumatera Utara Gambar 4. Kerangka Ekuitas Merek Berbasis Konsumen Pengenalan terhadap merek Kesadaran akan merek Kemampuan untuk mengingat Hal-hal yang tidak berhubungan dengan produk (harga, kemasan, Atribut Pengetahuan akan merek Hal-hal yang berhubungan degan produk (warna, ukuran, desain ) Jenis-jenis Asosiasi Manfaat Fungsional k Citra merek Simbolis Dukungan, kekuatan, dan keunikan Asoiasi merek Evaluasi keseluruhan (Sikap) Pengalaman Mengambarkan dua dimensi pengetahuan akan kesadaran merek dan citra merek. Universitas Sumatera Utara Kesadaran merek merupakan kemampuan sebuah merek untuk muncul dalam benak konsumen ketika konsumen sedang memikirkan kategori produk tertentu dan seberapa mudahnya nama tersebut dimunculkan. Kesadaran merek merupakan dimensi dasar dalam ekuitas merek gambar 1. Menunjukan dua tingkat kesadaran yaitu kenal akan merek (brand recognition) mencerminkan tingkat kesadaran yang cenderung dangkal dan kemampuan untuk mengingat merek (brand recall) mencerminkan kesadaran yang lebih dalam. Konsumen dapat mengidentifikasikan jika konsumen diberi daftar merek-merek atau diberi sedikit petunjuk tentang merek tertentu, namun tidak sedikit konsumen sedikit konsumen yang dapat mengingat sebuah merek tanpa bantuan suatu pengingat atau petunjuk. Pemasar tentunya menginginkan tingkat kesadaran akan merek yang lebih tinggi. Dengan usaha komunikasi pemasaran yang efektif dan konsisten, beberapa merek menjadi sanga tterkenal sehingga dapat diingat oleh setiap orang dengan tingkat kecerdasan standar. Citra merek ( brand image) dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul diatas benak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan kepada suatu merek. Asosiasi ini dapat dikonseptualisasikan berdasarkan : jenis, dukungan, kekuatan, dan keunikan terhadap suatu merek. Sehingga konsumen akan dapat dengan mudah mengasosiasikan suatu merek berdasarkan : atribut, manfaat, dan sikap terhadap merek yang telah digunakanya. Dalam hal ini apabila merek yang telah digunakannya sesuai dengan keinginan konsumen, maka konsumen akan Universitas Sumatera Utara merasakan puas dan dapat disimpulkan bahwa merek tersebut mempunyai ekuitas merek yang tinggi (Shim A Terence, 2003 : 10-12). Membangun dan membentuk merek yang kuat (brand equity) tidak berbeda dari membangun sebuah rumah. Untuk memperoleh bangunan rumah yang kukuh, kita memerlukan fondasi yang kuat. Begitu juga dengan membangun dan membentuk brand equity, dalam hal ini perlu adanya faktorfaktor yang akan menjadi fondasi yang kuat, yaitu dengan : 1). memiliki positioning yang tepat. Merek yang di-positioning-kan dengan berbagai cara,misalnya dengan menempatkan posisinya secara spesifik dibenak pelanggan. Membangun positioning adalah menempatkan semua aspek dari brand value (termasuk manfaat fungsional) secara konsisten sehinggga selalu menjadi nomer satu dibenak pelanggan. 2). memiliki brand value yang tepat. Semakin tepat merek di-positioning-kan dibenak pelanggan, merek tersebut akan semakin kompetitif. Untuk mengelola hal tersebut kita perlu mengetahui brand value. Diibaratkan sebuah pakaian, positioning adalah kesesuaian ukuran bagi pemakainya. Sedangkan brand value adalah keindahan warna serta model pakaian tersebut. Brand value membentuk brand personality. Brand personality lebih cepat berubah dibandingkan brand positioning, karena brand personality mencerminkan gejolak perubahan selera konsumen. 3). memiliki konsep yang tepat. Tahap akhir untuk mengkomunikasikan brand value dan positioning yang tepat kepada konsumen harus didukung oleh konsep yang tepat. Universitas Sumatera Utara Pengembangan konsep merupakan proses kreatif, karena berbeda dari positioning, konsep dapat terus-menerus berubah sesuai dengan daur hidup produk yang bersangkutan. Konsep yang baik adalah dapat mengkomunikasikan semua elemen-elemen brand value dan positioning yang tepat, sehingga brand image dapat terus-menerus ditinggkatkan (Rangkuti Freddy, 2002 : 5-8). 2.7.2 Kesadaran merek (Brand Awarness) Kesadaran merek adalah kesanggupan seseorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu (Rangkuti Freddy, 2002 : 39). Kesadaran merek merupakan dimensi dasar dalam ekuitas merek gambar 1.1 menunjukan dua tingkat kesadaran yaitu kenal akan merek (brand recognition) mencerminkan tingkat kesadaran yang cenderung dangkal dan kemampuan untuk mengingat merek (brand recall) mencerminkan kesadaran yang lebih dalam. Kesadaran merek menggambarkan keberadaan merek didalam benak konsumen, yang dapat menjadi penentu dalam beberapa kategori dan biasanya mempunyai pernan kunci dalam brand equity (Durianto Darmadi, 2004 : 6). Meningkatkan kesadaran merek adalah suatu mekanisme untuk memperluas pasar merek. Kesadaran juga mempengaruhi persepsi dan tingkah laku. Kesadaran merek merupakan kunci pembuka untuk masuk ke elemen lainnya. Jadi jika kesadaran merek itu sangat rendah hampir dipastikan bahwa ekuitas mereknya (brand equity) juga rendah. Peran kesadaran merek dalam keseluruhan brand equity tergantung dari sejauh mana Universitas Sumatera Utara tingkat kesadaran yang dicapai oleh suatu merek. Tingkat kesadaran secara berurutan dapat digambarkan sebagai suatu piramida seperti dibawah ini. Gambar 4. Piramida Brand Awarness Top Of Mind Brand Recall Brand Recognition Unware Of Brand Sumber : Durianto,Darmadi, 2004. Brand Equity Ten. Jakarta : Gramedia Penjelasan mengenai piramida kesadaran merek (brand awareness) dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi adalah : 1) Unware of brand (tidak menyadari merek) Merupakan tingkat yang paling terendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak menyadari akan adanya suatu merek. 2) Brand recognition (pengenalan merek). Tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting pada saat seseorang pembeli memilih suatu merek pada saat melakukan pembelian. 3) Brand recall (pengingatan kembali terhadap merek). Universitas Sumatera Utara Pengingatan kembali terhadap merek didasarkan pada permintaan seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas produk. 4) Top of mind ( pikiran puncak ). Apabila seseorang ditanya secara langsung tanpa diberi bantuan pengingatan dan ia dapat menyebutkan satu nama merek, maka merek yang dapat disebutkan pertama kali merupakan puncak pikiran. Dengan kata lain, merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada didalam benak konsumen. Upaya meraih kesadaran merek, baik dalam tingkat pengenalan maupun pengingatan kembali, melibatkan dua kegiatan, yaitu : berusaha memperoleh identitas merek dan berusaha mengkaitkannya dengan kelas produk tertentu. (Rangkuti Freddy, 2002 : 39-41). Peran kesadaran merek dalam membantu merek dapat dipahami dengan mengkaji bagaimana kesadaran merek menciptakan suatu nilai. Gambar 5. Nilai-nilai Kesadaran Merek Jangkar yang menjadi cantolan asosiasin lain Familier atau rasa suka Kesadaran merek Subtansi atau komitmen Mempertimbangkan merek Sumber : Durianto,Darmadi, 2004. Brand Equity Ten. Jakarta : Gramedia Universitas Sumatera Utara Penjelasan dari keempat nilai tersebut adalah sebagai berikut : 1) Jangkar yang menjadi cantolan asosiasin lain. Suatu merek yang kesadaranya tinggi akan membantu asosiasi-asosiasi melekat pada merek tersebut karena daya jelajah merek tersebut menjadi sangat tinggi di benak konsumen. 2) Familier atau rasa suka. Jika kesadaran merek suatu produk sangat tinggi, konsumen akan sangat akrab dengan merek produk tersebut, dan lamakelamaan akan timbul rasa suka yang tinggi terhadap merek produk yang pasarkan. 3) Subtansi atau komitmen. Kesadaran merek dapat menandai keberadaan, komitmen, dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Sebuah merek dengan kesadaran konsumen tinggi biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : diiklankan secara luas, eksistensi yang sudah teruji oleh waktu, jangkauan distribusi yang kuas, dan merek tersebut dikelola dengan baik. 4) Mempertimbangkan merek. Langkah pertama dalam suatu proses pembelian adalah menyeleksi merekmerek yang dikenal dalam suatu kelompok untuk dipertimbangan dan diputuskan merek mana akan dibeli. (Durianto Darmadi, 2004 : 7 – 8). Pesan kesadaran merek dalam equitas merek tergantung pada tingkat pencapaian kesadaran di benak konsumen. Pada tingkat tinggi konsumen akan menyebut satu nama merek pada saat ia pertama kali ditanya tentang merek yang ia kenal. Kesadaran merek dapat dibangun dan diperbaiki melalui cara-cara berikut : Universitas Sumatera Utara 1) Pesan yang disampaikan oleh suatu merek harus mudah diingat oleh konsumen. 2) Pesan yang disampaikan harus berbeda dibandingkan merek produk lainnya serta harus ada hubungan antara merek dan kategori produknya. 3) Memakai slogan atau jingle lagu yang menarik sehingga membantu konsumen mengingat merek. 4) Jika satu produk memiliki simbol, hendaknya simbol itu dapat dihubungkan dengan mereknya. 5) Perluasan nama merek dapat dipakai agar merek semakin diingat pelanggan. 6) Kesadaran merek dapat diperkuat dengan memakai suatu isyarat yang sesuai dengan kategori produk, merek, atau keduanya. 7.) Melakukan pengulangan untuk meningkatkan pengingatan, karena membentuk ingatan adalah lebih sulit dibandingkan untuk mengenal. (Durianto Darmadi, 2004: 29-30). 2.7.3. Kualitas Persepsi (Perceived Quality) Perceived quality (persepsi kualitas) adalah persepsi pelanggan terhadap kualitas atau keunggulan suatu produk atau layanan ditinjau dari fungsinya secara relatif dengan produk-produk lain (Simamora, 2001:78). Perceived quality berbeda dengan konsep-konsep lain tentang kualitas seperti : a. Kualitas aktual atau obyektif (actual or objective quality), yaitu kemampuan produk atau layanan memberikan fungsi yang dijanjikan. b. Kualitas produk (product-based quality), yaitu sifat dan kuantitas kandungan, fitur, dan layanan tambahan. Universitas Sumatera Utara c. Kualitas manufaktur (manufacturing quality), yaitu kesesuaian dengan spesifikasi, hasil akhir yang tanpa cacat (zero defect) Kalau sebuah produk memiliki perceived quality tinggi, banyak manfaat yang bisa diperoleh. Selain itu, perusahaan yang memiliki perceived quality yang tinggi memiliki return of investment (ROI) yang tinggi pula. 1. Dimensi-Dimensi Kualitas Produk Menurut Aaker (1997:132), berbagai dimensi yang mendasari penilaian kesan kualitas akan bergantung pada konteksnya. Dimensi-dimensi yang mempengaruhi kesan kualitas produk antara lain: a. Kinerja : Kinerja produk menggambarkan seberapa efektif kah suatu produk mampu memberikan nilai bagi konsumen. Dalam penelitian ini, kinerja produk mie instan diukur dari cita rasa produk mie instan tersebut. b. Karakteristik produk : mencakup keunggulan dari sifat fisik produk, seperti kepraktisan dan desain produk c. Kesesuaian : dengan spesifikasi merupakan pandangan mengenai kualitas proses manufaktur, seperti ada atau tidaknya cacat produk. d. Keandalan : adalah konsistensi kinerja dari satu pembelian hingga pembelian berikutnya, dan persentase waktu yang dimiliki produk untuk berfungsi sebagaimana mestinya. e. Ketahanan : mencerminkan kehidupan ekonomis dari produk tertentu, yaitu berapa lama suatu produk dapat bertahan. f. Pelayanan : mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan pada suatu produk. Universitas Sumatera Utara g. Hasil akhir (fit and finish) : menunjukkan adanya atau dirasakannya kualitas suatu produk. 2. Nilai atau Manfaat Perceived Quality Secara umum nilai-nilai atau atribut dari kesan konsumen dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 6 . Diagram Nilai dari Kesan Kualitas Alasan untuk membeli Diferensiasi / posisi Persepsi/Kesan Kualitas Harga optimum Minat saluran distribusi Perluasan merek a. Alasan membeli. Perceived quality merupakan alasan kenapa sebuah merek dipertimbangkan dan dibeli. b. Diferensiasi dan pemosisian produk Konsumen ingin memilih aspek tertentu sebagai keunikan dan kelebihan produk. Aspek yang memiliki perceived quality tinggi yang akan dipilih konsumen. Universitas Sumatera Utara c. Harga optimum Sebuah merek yang memiliki perceived quality tinggi memiliki alasan untuk menetapkan harga tinggi bagi produknya. d. Minat saluran distribusi Perceived quality juga mempunyai arti penting bagi para pengecer, distributor, dan berbagai pos saluran distribusi lainnya. Distributor lebih mudah menerima produk yang oleh konsumen dianggap berkualitas tinggi. e. Perluasan Merek (brand extension) Sebuah merek yang memiliki perceived quality dapat digunakan sebagai merek produk lain yang berbeda. 2.7.4 Asosiasi Merek (Brand Association) Asosiasi merek adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek itu. (Rangkuti Freddy, 2002:43). Posisi merek berdasarkan pada asosiasi-asosiasi dan bagaimana asosiasi tersebut bisa menampilkan keistimewaan dalam kompetisi. Suatu asosiasi dapat mempengaruhi pengolahan pengingatan kembali informasi, memberikan poin pembeda, menimbulkan alasan untuk membeli. Sikap-sikap landasan positif, perasaan positif dan landasan perluasan. Positioning yang berlandaskan pada asosiasi dengan atribut kunci dari produk yang nyata menjadi efektif apabila atribut tersebut bisa mengendalikan keputusan pembelian, namun asosiasi merek juga bisa menghasilkan kesesuaian spesifikasi. Asosiasi yang menawarkan manfaat pelanggan merupakan pilihan lain. Salah satu penelitian menunjukan bahwa kombinasi dari manfaat rasional dan manfaat emosional lebih unggul dibandingkan manfaat rasional semata. Universitas Sumatera Utara Posisi harga relatif sering kali menjadi penting : apakah merek menjadi yang utama, reguler, atau ekonomis dan lebih dari itu, apakah merek itu berbeda dipuncak atau didasar pilihan kategori ? diantara tipe-tipe asosiasi lain yang bisa dipertimbangkan adalah aplikasi penggunaan, para pengguna produk, orangorang tersohor, gaya hidup, dan kepribadian, kelas produk, kompetitor, dan Negara atau wilayah geografis. Asosiasi itu tidak hanya eksis, namun juga memiliki suatu tingkat kekuatan. Keterkaitan dari suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakan untuk mengkomunikasikannya. Berbagai asosiasi yang dingat konsumen dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek atau brand image didalam benak konsumen. (Rangkuti Freddy, 2002 : 43). Secara sederhana brand image adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentu dibenak konsumen. (Rangkuti Freddy, 2002 : 43). Konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap brand image atau hal ini disebut juga dengan kepribadian merek (brand personality). Universitas Sumatera Utara Gambar 5. Diagram Nilai Asosiasi Merek Membantu proses / penyusunan informasi Diferensiasi / posisi Asosiasi Brand Alasan untuk membeli Menciptakan sikap / perasaan positif Basis perluasan Sumber : Rangkuti, Freddy, 2002. The Power Of Brand . Jakarta : Gramedia Asosiasi merek dapat menciptakan suatu nilai bagi perusahaan dan para pelanggan, karena ia dapat membantu proses penyusunan informasi untuk membedaan merek yang satu dengan yang lain. Terdapat lima keuntungan asosiasi merek yaitu : 1) Dapat membantu proses penyusunan asosiasi. Asosiasi-asosiasi yang terdapat pada suatu merek, dapat membantu mengikhtisarkan sekumpulan fakta dan spsifikasi yang dapat dengan mudah dikenal oleh pelanggan. 2) Perbedaan. Suatu asosiasi dapat memberikan landasan yang penting bagi usaha pembedaan. Universitas Sumatera Utara 3) Alasan untuk membeli. Pada umumnya asosiasi merek sangat membantu para konsumen untuk mengambil keputuan untuk membeli. 4) Penciptaan sikap atau perasaan positif. Asosiasi merek dapat merangsang perasaan positif terhadap produk yang bersangkutan. 5) Landasan untuk perluasan. Asosiasi merek dapat menghasilkan landasan bagi suatu perluasan merek, yaitu dengan menciptakan rasa kesesuaian antara suatu merek dan sebuah produk baru. (Rankuti Freddy, 2002 : 43-44). 2.7.5 Loyalitas Konsumen (Brand Loyalty) Loyalitas konsumen adalah ukuran dari kesetiaan konsumen terhadap suatu merek . loyalitas konsumen merupakan inti dari brand equity yang menjadi gagasan sentral dalam pemasaran, karena hal ini merupakan satu ukuran keterkaitan seseorang pelanggan pada sebuah merek. Hal ini merupakan satu indikator dari brand equity yang berkaitan dengan perolehan laba dimasa yang akan datang karena loyalitas merek secara langsung dapat diartikan sebagai penjualan dimasa depan. (Rangkuti Freddy, 2002 : 6061). Loyalitas merek memiliki tingkatan sebagaimana dapat dilihat pada diagram berikut ini : Universitas Sumatera Utara Gambar 7. Piramida Loyalitas Konsumen Commited Buyer Likes the Brand Satisfied Buyer Habitual Buyer Switcher/ Prisce buyer Sumber : Durianto,Darmadi, 2004. Brand Equity Ten. Jakarta : Gramedia Berdasarkan piramida loyalitas diatas, dapat dijelaskan bahwa : 1) Switcher / price buyer (Pembeli yang berpindah-pindah). Merupakan tingkat loyalitas paling dasar. Semakin sering pembelian konsumen berpindah dari suatu merek ke merek yang lain mengindikasikan bahwa mereka tidak loyal, semua merek dianggap memadai. 2) Hibitual buyer (pembeli yang bersifat kebiasaan). Merupakan pembeli yang tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi suatu merek produk. Konsumen membeli suatu merek karena alasan kebiasaan. 3) Satisfied buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan). Merupakan kategori pembeli yang puas dengan merek yang mereka konsumsi. Universitas Sumatera Utara 4) Likes the brand (menyukai merek). Merupakan kategori pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Rasa suka didasari oleh asosiasi yang berkaiatan dengan simbol, rangkaian pengalaman menggunakan merek itu sebelumnya, atau persepsi kualitas yang tinggi 5) Commited buyer (pembeli yang berkomitmen). Merupakan kategori pembeli yang setia. Konsumen mempunyai kebanggaan dalam menggunakan suatu merek. Nilai loyalitas merek kepada perusahaan. Loyalitas merek dapt memberikan nilai kepada perusahaan : 1) Mengurangi biaya pemasaran. 2) Meningkatkan perdagangan. 3) Menarik konsumen. 4) Memberi waktu untuk merespons ancaman persaingan. (Durianto Darmadi, 2004 :19-21). Universitas Sumatera Utara