PROFIL DAERAH KABUPATEN LANGKAT SEJARAH A. Masa Pemerintahan Belanda dan Jepang. Pada masa Pemerintahan Belanda, Kabupaten Langkat masih berstatus keresidenan dan kesultanan (kerajaan) dengan pimpinan pemerintahan yang disebut Residen dan berkedudukan di Binjai dengan Residennya Morry Agesten. Residen mempunyai wewenang mendampingi Sultan Langkat di bidang orang-orang asing saja sedangkan bagi orang-orang asli (pribumi) berada di tangan pemerintahan kesultanan Langkat. Kesultanan Langkat berturut-turut dijabat oleh : Sultan Haji Musa Almahadamsyah 1865-1892 Sultan Tengku Abdul Aziz Abdul Jalik Rakhmatsyah 1893-1927 Sultan Mahmud 1927-1945/46 Dibawah pemerintahan Kesultanan dan Assisten Residen struktur pemerintahan disebut LUHAK dan dibawah luhak disebut Kejuruan (Raja kecil) dan Distrik, secara berjenjang disebut Penghulu Balai (Raja kecil Karo) yang berada didesa. Pemerintahan luhak dipimpin seorang Pangeran, Pemerintahan Kejuruan dipimpin seorang Datuk, Pemerintahan Distrik dipimpin seorang kepala Distrik, dan untuk jabatan kepala kejuruan/Datuk harus dipegang oleh penduduk asli yang pernah menjadi raja di daerahnya. Pemerintahan Kesultanan di Langkat dibagi atas 3 (tiga) kepala Luhak Luhak Langkat Hulu, yang berkedudukan di Binjai dipimpin oleh T.Pangeran Adil. Wilayah ini terdiri dari 3 Kejuruan dan 2 Distrik yaitu : 1. Kejuruan Selesai 2. Kejuruan Bahorok 3. Kejuruan Sei Bingai 4. Distrik Kwala 5. Distrik Salapian Luhak Langkat Hilir, yang berkedudukan di Tanjung Pura dipimpin oleh Pangeran Tengku Jambak/T.Pangeran Ahmad. Wilayah ini mempunyai 2 kejuruan dan 4 distrik yaitu : 1. Kejuruan Stabat 2. Kejuruan Bingei 3. Distrik Secanggang 4. Distrik Padang Tualang 5. Distrik Cempa 6. Distrik Pantai Cermin Luhak Teluk Haru, berkedudukan di Pangkalan Berandan dipimpin oleh Pangeran Tumenggung (Tengku Djakfar). Wilayah ini terdiri dari satu kejuruan dan dua distrik. Kejuruan Besitang meliputi Langkat Tamiang dan Salahaji. 1. Distrik Pulau Kampai 2. Distrik Sei Lepan Awal 1942, kekuasaan pemerintah Kolonial Belanda beralih ke Pemerintahan jepang, namun sistem pemerintahan tidak mengalami perubahan, hanya sebutan Keresidenan berubah menjadi SYU, yang dipimpin oleh Syucokan. Afdeling diganti dengan Bunsyu dipimpin oleh Bunsyuco Kekuasaan Jepang ini berakhir pada saat kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17-08-1945. B. Masa Kemerdekaan. Pada awal kemerdekaan Republik Indonesia, Sumatera dipimpin oleh seorang Gubernur yaitu Mr.T.M.Hasan, sedangkan Kabupaten Langkat tetap dengan status keresidenan dengan asisten residennya atau kepala pemerintahannya dijabat oleh Tengku Amir Hamzah, yang kemudian diganti oleh Adnan Nur Lubis dengan sebutan Bupati. Pada tahun 1947-1949, terjadi agresi militer Belanda I, dan II, dan Kabupaten Langkat terbagi dua, yaitu Pemerintahan Negara Sumatera Timur (NST) yang berkedudukan di Binjai dengan kepala Pemerintahannya Wan Umaruddin dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedudukan di Pangkalan Berandan, dipimpin oleh Tengku Ubaidulah. Berdasarkan PP No.7 Tahun 1956 secara administratif Kabupaten Langkat menjadi daerah otonom yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri dengan kepala daerahnya (Bupati) Netap Bukit. Mengingat luas Kabupaten Langkat, maka Kabupaten Langkat dibagi menjadi 3 (tiga) kewedanan yaitu : Kewedanan Langkat Hulu berkedudukan di Binjai Kewedanan Langkat Hilir berkedudukan di Tanjung Pura Kewedanan Teluk Haru berkedudukan di Pangkalan Berandan. Pada tahun 1963 wilayah kewedanan dihapus sedangkan tugas-tugas administrasi pemerintahan langsung dibawah Bupati serta Assiten Wedana (Camat) sebagai perangkat akhir. Pada tahun 1965-1966 jabatan Bupati Kdh. Tingkat II Langkat dipegang oleh seorang Care Taher (Pak Wongso) dan selanjutnya oleh Sutikno yang pada waktu itu sebagai Dan Dim 0202 Langkat. Dan secara berturut-turut jabatan Bupati Kdh. Tingkat II Langkat dijabat oleh: 1. T. Ismail Aswhin 1967 – 1974 2. HM. Iscad Idris 1974 – 1979 3. R. Mulyadi 1979 – 1984 4. H. Marzuki Erman 1984 – 1989 5. H. Zulfirman Siregar 1989 – 1994 6. Drs. H. Zulkifli Harahap 1994 – 1998 7. H. Abdul Wahab Dalimunthe, SH 3-9-1998 s/d 20-2-1999 8. H. Syamsul Arifin, SE 1999-2008 9. Drs. H. A. Yunus Saragih, MM : 2008 – 2009 10. Ngogesa Sitepu : 2009 s/d sekarang Untuk melaksanakan pembangunan yang merata, Kabupaten Langkat dibagi atas 3 wilayah pembangunan. Wilayah Pembangunan I (Langkat Hulu) meliputi : 1. Kecamatan Bahorok dengan 19 desa 2. Kecamatan Salapian dengan 22 desa 3. Kecamatan Kuala dengan 16 desa 4. Kecamatan Selesai dengan 13 desa 5. Kecamatan Binjai dengan 7 desa 6. Kecamatan Sei Bingai 15 desa Wilayah Pembangunan II (Langkat Hilir) meliputi : 1. Kecamatan Stabat dengan 18 desa dan 1 kelurahan 2. Kecamatan Secanggang dengan 14 Desa 3. Kecamatan Hinai dengan 12 desa 4. Kecamatan Padang Tualang dengan 18 desa 5. Kecamatan Tanjung Pura dengan 15 desa dan 1 kelurahan Wilayah pembangunan III (Teluk Haru) meliputi : 1. Kecamatan Gebang dengan 9 desa 2. Kecamatan Brandan Barat dengan 6 desa 3. Kecamatan Sei Lepan dengan 5 desa dan 5 kelurahan 4. Kecamatan Babalan dengan 5 desa dan 3 kelurahan 5. Kecamatan Pangkalan Susu dengan 14 desa 2 kelurahan 6. Kecamatan Besitang dengan 8 desa dan 3 kelurahan Tiap-tiap wilayah pembangunan dipimpin oleh seorang pembantu Bupati. Disamping itu dalam melaksanakan otonomi daerah Kabupaten Langkat dibantu atas dinas-dinas otonom, Instansi pusat baik Departemen maupun non Departemen yang kesemuannya merupakan pembantu-pembantu Bupati. Dalam melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan dan pembangunan. C. Kondisi Wilayah Geografi Daerah Kabupaten Langkat terletak pada 3o14’ dan 4o13’ lintang utara, serta 93o51’ dan 98o45’ Bujur Timur dengan batas-batas sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatas dengan selat Malaka dan Prop. D.I.Aceh 2. Sebelah Selatan berbatas dengan Dati II Karo 3. Sebelah Timur berbatas dengan Dati II Deli Serdang 4. Sebelah Barat berbatas dengan Dati D.I Aceh (Aceh Tengah) Topografi Daerah Tingkat II Langkat dibedkan atas 3 bagian 1. Pesisir Pantai dengan ketinggian 0 – 4 m diatas permukaan laut 2. Dataran rendah dengan ketinggian 0 – 30 m diatas permukaan laut 3. Dataran Tinggi dengan ketinggian 30 – 1200 m diatas permukaan laut Jenis – jenis Tanah 1. Sepanjang pantai terdiri dari jenis tanah ALLUVIAL, yang sesuai untuk jenis tanaman pertanian pangan. 2. Dataran rendah dengan jenis tanah GLEI HUMUS rendah, Hydromofil kelabu dan plarosal. 3. Dataran tinggi jenis tanah podsolid berwarna merah kuning. Aliran Sungai Daerah Kab. Langkat dialiri oleh 26 sungai besar dan kecil, melalui kecamatan dan desa-desa, diantara sungai-sungai tersebut adalah : Sungai Wampu, Sungai Batang Serangan, Sungai Lepan, Sungai Besitang dan lain-lain. Secara umum sungai-sungai tersebut dimanfaatkan untuk pengairan, perhubungan dan lain-lain. Wisata di daerah Kab. Langkat terdapat taman wisata Bukit Lawang sebagai obyek wisata, Taman Bukit Lawang ini terletak dikaki Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) dengan udara sejuk oleh hujan trofis, dibukit Lawang ini terdapat lokasi rehabilitasi orang hutan (mawas) yang dikelola oleh WNF Taman Nasional gunung Leuser merupakan asset Nasional terdapat berbagai satwa yang dilindungi seperti: Badak Sumatera, Rusa, Kijang, Burung Kuau, siamiang juga terdapat tidak kurang dari 320 jenis burung, 176 binatang menyusui, 194 binatang melata, 52 jenis ampibi serta 3500 jenis species tumbuhtumbuhan serta yang paling menarik adalah bunga raflesia yang terbesar di dunia. Industri dan Pertambangan Daerah Kab. Langkat adalah satu-satunya di Sumatera Utara yang mempunyai tambang minyak yang dikelola oleh Pertamina dan berada di kota Pangkalan Berandan. Disamping pertambangan minyak di Kabupaten Langkat juga terdapat Industri Gula yang dikelola oleh PTP IX Kwala madu serta banyak bahan-bahan tambang yang belum dikelola seperti Coal, Tras, Gamping Stone, Pasir Kwarsa. PENDUDUK Berdasarkan angka hasil Sensus Penduduk tahun 2000, penduduk Kabupaten Langkat berjumlah 902.986 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,14 persen pada periode 1990-2000 dan kepadatan penduduk sebesar 144,17 jiwa per km2. sedangkan tahun 1990 adalah sebesar 1,07 persen. Untuk tahun 2008, berdasarkan hasil proyeksi penduduk Kabupaten Langkat bertambah menjadi 1.042.523 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,80 untuk periode 20052010. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Stabat yaitu sebanyak 83.223 jiwa sedangkan penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Pematang Jaya sebesar 14.779 jiwa. Kecamatan Stabat merupakan kecamatan yang paling padat penduduknya dengan kepadatan 918 jiwa per km2 dan Kecamatan Batang Serangan merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terkecil yaitu sebesar 42 jiwa per km2. Jumlah penduduk Kabupaten Langkat per jenis kelamin lebih banyak laki-laki dibandingkan penduduk perempuan. Pada tahun 2008 jumlah penduduk laki-laki sebesar 521.484 jiwa, sedangkan penduduk perempuan sebanyak 521.039 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 100,09 persen. Berdasarkan hasil SP2000 penduduk Kabupaten Langkat mayoritas bersuku bangsa Jawa (56,87 persen), diikuti dengan suku Melayu (14,93 persen), Karo (10,22 persen), Tapanuli / Toba (4,50 persen), Madina (2,54 persen) dan lainnya (10,94 persen). Sedangkan agama yang dianut penduduk Kabupaten Langkat mayoritas agama Islam (90,00 persen), Kristen Protestan (7,56 persen), Kristen Katolik (1,06 persen), Budha (0,95 persen) dan lainnya (0,34 persen). SARANA dan INFRASTRUKTUR Kabupaten Langkat memiliki jaringan jalan yang relatif baik dan memadai yang dapat menghubungkan kabupaten ini dengan propinsi lain, atau secara rinci: 1. Terletak pada lintasan jalur utama Sumatera Utara Aceh. 2. Tersedianya jalan Nasional yang menghubungkan Kabupaten Langkat dengan Kota Medan. 3. Kedekatan Kabupaten Langkat dengan Bandara Polonia yang berskala Internasional. Jenis angkutan yang dijumpai di Kabupaten Langkat pada umumnya angkutan darat dan untuk beberapa kecamatan terutama di desa pantai terdapat angkutan sungai sedangkan angkutan laut hanya menghubungkan Pangkalan Susu, Pulau Kampai dan Pulau Sembilan. Untuk angkutan darat telah tersedia terminal bus atau angkutan di kota Kabupaten maupun kota Kecamatan. Kereta api hanya mempunyai lintasan dari Binjai ke Kuala, Padang Tualang dan Pangkalan Brandan tetapi angkutan kereta api tidak populer sebagai sarana angkutan umum. Jumlah daya terpasang pembangkit adalah 595 KWH, jaringan distribusi dari JTM sebesar 983.064 KMS, JTR sebesar 1.165.587 KMS dan Travo sebesar 92.047 KVA. Saat ini semua desa di Kabupaten Langkat telah terjangkau listrik. Pembangunan Telekomunikasi di Kabupaten Langkat dilaksanakan oleh PT. TELKOM saat ini 8 Kecamatan telah terjangkau sarana telepon otomatis yaitu kecamatan Stabat, Kuala, Tanjung Pura, Pangkalan Susu, babalan/Pangkalan Brandan, Binjai, Selesai dan Bahorok. Disamping itu telah tersedia pula pelayanan faksimili, teleteks, warung telekomunikasi (wartel), Telkomnet Instan (Warnet). Sarana perbankan telah berkembang di Kabupaten Langkat antara lain BRI, BNI, Bank Sumut, Bank Mandiri dan juga Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang tersebar seluruh wilayah. Jumlah koperasi di Kabupaten Langkat cukup pesat dari 245 unit tahun 1999 menjadi 496 unit pada tahun 2003. Berdasarkan Perda No. 10 tahun 2004 yang merupakan penyesuaian mengenai pembentukan kelembagaan yang ada di lingkungan Pemkab. Langkat berdasarkan PP No. 8 tahun 2003, telah dibentuk 11 Dinas, 6 Badan dan 5 Kantor. IKLIM dan WILAYAH IKLIM Iklim di wilayah Kabupaten Langkat termasuk tropis dengan indikator iklim sebagai berikut : 1. Musim Kemarau : Februari s/d Agustus 2. Musim Hujan : September s/d Januari 3. Curah hujan rata-rata 2.205,43 mm/tahun 4. Suhu rata-rata 28 derajat celcius - 30 derajat celcius WILAYAH Kabupaten Langkat terletak antara : 3o 14` 00" - 4o 13` 00" Lintang Utara 97o 52` 00" - 98o 45` 00" Bujur Timur Luas areal : 6.263,29 Km2 (626.326 Ha) Letak di atas permukaan laut : 1. Kec. Babalan : 4 meter 2. Kec. Tanjung Pura : 4 meter 3. Kec. Binjai : 28 meter 4. Kec. Selesai : 30 meter 5. Kec. Salapian : 100 meter 6. Kec. Bahorok : 105 meter Batas-batas : 1. Utara : Kabupaten Aceh Tamiang dan Sela Malaka 2. Timur : Kabupaten Deli Serdang 3. Selatan : Kabupaten Karo 4. Barat : Kabupaten Aceh Tenggara / Tanah Alas Wilayah kabupaten Langkat meliputi: 1. Kawasan hutan lindung seluas +- 266.232 Ha (42,51 %) dan kawasan lahan budidaya seluas +- 360.097 Ha (57,49 %). 2. Kawasan hutan lindung terdiri dari kawasan pelestarian alam Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) seluas +- 213.985 Ha. 3. Kawasan Timur Laut seluas +- 9.520 Ha. 4. Kawasan Penyangga seluas +- 7.600 Ha. 5. Kawasan Hutan Bakau seluas +- 20.200 Ha dan kawasan lainnya +- 14.927 Ha. Lambang Daerah A. Pengertian Lambang (Bentuk Lambang) Sebuah bintang berwarna emas dan kuning gading melambangkan dasar falsafah bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Perisai berwarna kuning gading dan 2 buah bambu warna kuning gading melambangkan perjuangan rakyat mencapai kemerdekaan RI yang berdasarkan Pancasila. Untaian padi dan kapas (17 dan 8) melambangkan tanggal 17 bulan 8 tahun 1945 dan keseluruhannya berarti melambangkan kesejahteraan rakyat. Tapak sirih warna coklat muda dan hiasannya coklet tua melambangkan kebudayaan dan adat istiadat Langkat. Sampan nelayan dengan warna layarnya coklat muda dan badannya warna hitam, melambangkan bahwa daerah Langkat berpantai luas rakyat bersemangat bahari. Keris berwarna putih dan gagangnya berwarna coklat tua, melambangkan semangat patriotisme rakyat Langkat. Pita berwarna merah tulisannya "Kabupaten Langkat" berwarna putih menyatakan Daerah Langkat. B. Arti Warna Hijau : lambang kemakmuran (dasar lambang) Kuning Emas : lambang kebesaran jiwa dan kemurnian adapt Kuning Gading: lambang kejayaan Merah : lambang semangat yang menyala-nyala Biru Air : lambang kecintaan kesetianan pada tanah Putih : lambang kesucian dan kemurnian Coklat : lambang kepribadian/ kesuburan tanah langkat Hijau : lambang kejujuran dan keteguhan