hubungan motivasi dengan kinerja dokter dalam pengisian rekam

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rekam Medik
2.1.1. Pengertian Rekam medik
Secara sederhana pengertian rekam medis adalah kumpulan keterangan
tentang identitas, hasil anamnesis, pemeriksaan dan catatan segala kegiatan para
petugas kesehatan atas pasien dari waktu ke waktu. Dalam PERMENKES No.
269/MenKes/PER/111/2008 tentang rekam medis disebut pengertian rekam medis
adalah: berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana
pelayanan kesehatan.
Untuk mendapatkan catatan data medis yang baik, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh dokter dan ahli-ahli dibidang kesehatan
lainnya, yaitu
mencatat data secara tepat waktu, mencatat data yang up to date, mencatat data
secara cermat dan lengkap, membuat catatan yang dapat dipercaya dan menurut
kenyataan, memilih data yang berkaitan dengan masalahnya, dan mencatat data
secara obyektif (Samil, 1994).
2.1. 2. Kegunaan Rekam Medik
Menurut Hanafiah dan Amir (1999), ada delapan kegunaan rekam medis di
rumah sakit yang disebut sebagai CIALFRED, yaitu :
10
Universitas Sumatera Utara
C: Comunication use
Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang ikut
ambil bagian dalam memberi pelayanan, pengobatan dan perawatan pasien.
I: Information use
Merupakan dasar untuk perencanaan pengobatan dan perawatan yang harus
diberikan kepada pasien. Segala instruksi kepada perawat atau komunikasi
sesame dokter ditulis agar rencana pengobatan dapat dilaksanakan.
A: Administrative use
Adanya nilai administrasi dalam suatu rekam medis dikarenakan bahwa isinya
menyangkut tindakan-tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab
sebagai tenaga medis dengan paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan
kesehatan.
L: Legal use
Hal ini menyangkut masalah adanya jaminan kesehatan hukum (legal) atas dasar
keadilan dalam rangka usaha menegakkan serta persediaan bahan tanda bukti
untuk menegakkan keadilan.
F: Financial use
Rekam medis ini mempunyai nilai keuangan (financial) karena isinya dapat
dijadikan sebagai bahan untuk menetapkan biaya pembayaran pelayanan medis di
rumah sakit, tanpa adanya catatan tindakan pelayanan maka pembayaran tidak
dapat dipertanggung jawabkan.
Universitas Sumatera Utara
R: Research use
Nilai penelitian dalam suatu berkas rekam medis dikarenakan bahwa isinya
mengandung data atau informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan.
E: Education use
Suatu berkas rekam medis yang mempunyai nilai pendidikan adalah isinya
menyangkut data atau informasi tentang perkembangan kronologis dari kegiatan
pelayanan medik yang diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat
dipergunakan sebagai bahan referensi pengajaran dibidang profesi bagi si
pemakai.
D: Documentary use
Nilai dokumentasi dalam rekam medis ini berdasarkan isi yang menjadi sumber
ingatan yang harus di dokumentasikan dan dipakai bahan pertanggung jawaban
dan pelaporan rumah sakit.
Data dan informasi yang didapat dari rekam medis sebagai bahan
dokumentasi, bila diperlukan dapat digunakan sebagai dasar untuk pertanggung
jawaban atau laporan kepada pihak yang membutuh kan dimasa yang akan datang.
Melalui rekam medis dapat pula dihasilkan beberapa indikator yang dapat dipakai
untuk menilai mutu dan efisiensi pelayanan, misal nya : 1) Bed Occupation Rate
(BOR) = jumlah tempat tidur terpakai (persen)/bulan, 2) Bed Turn Over (BTO) =
frekuensi pemakaian tempat tidur, berapa kali dalam satu satuan waktu tertentu, 3)
Length or Stay (LOS) = rata-rata lamanya rawatan seorang pasien, 4) Turn Over
Universitas Sumatera Utara
Interval (TIO) =rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat terisi kesaat terisi
berikutnya, 5) Net Death Rate (NDR) = angka kematian > 48 jam setelah dirawat
untuk setiap 1000 orang penderita keluar, 6) Gross Death Rate (GDR) = angka
kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar dan sebagainya. Begitu pula
dengan efisiensi penggunaan sumber daya, dengan membandingkan antara sumber
daya yang dikeluarkan dengan out put yang dihasilkan (Hanafiah dan Amir, 1999).
2.1.3. Peran Dokter dalam Pengisian Rekam Medik
Tanggung jawab utama akan kelengkapan rekam medis terletak pada dokter
yang merawat. Tanpa memperdulikan ada atau tidaknya bantuan yang diberikan
kepadanya dalam melengkapi rekam medis dari staf lain di rumah sakit, dia
mengemban tanggung jawab terakhir akan kelengkapan dan kebenaran isi rekam
medis. Disamping itu untuk mencatat beberapa keterangan medis seperti riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik, dan ringkasan keluar (resume), kemungkinan bisa
dilegalisikan pada co assisten, asisten ahli, atau dokter lainnya (Samil 1994).
Data ini harus dipelajari kembali, dikoreksi dan tanda tangani juga oleh dokter
yang merawat. Pada saat ini banyak rumah sakit, menyediakan staf bagi dokter untuk
melengkapi rekam medis, namun demikian tanggung jawab utama dari isi rekam
medis tetap berada padanya. Nilai ilmiah dari suatu rekam medis adalah sesuai
dengan taraf pengobatan dan perawatan yang tercatat. Oleh karena itu ditinjau dari
beberapa segi, rekam medis sangat bernilai penting karena :
Universitas Sumatera Utara
1. Bagi pasien, untuk kepentingan penyakit nya di masa sekarang maupun di masa
yang akan datang
2. Dapat melindungi rumah sakit maupun dokter dalam segi hukum (medicolegal).
Bilamana rekam medis tidak lengkap dan tidak benar, maka kemungkinan akan
merugikan bagi pasien, rumah sakit maupun dokter sendiri.
3. Dapat digunakan untuk penelitian medik maupun administratif. Personil rekam
medis hanya dapat mempergunakan data yang diberikan kepadanya.
Bilamana diagnosanya tidak benar dan tidak lengkap maka kode penyakitpun
tidak tepat, sehingga indeks penyakit mencerminkan kekurangan nya, hal ini
berakibat riset akan mengalami kesulitan. Oleh karena itu data statistik dan laporan
hanya dapat secermat informasi dasar yang benar (Depkes RI, 1997).
Formulir yang digunakan biasanya dalam bentuk kartu pemeriksaan pasien,
anamnese, diagnosa dan tindakan yang dilakukan terhadap pasien, tetapi di catat di
dalam kartu tersebut. Untuk rawat jalan perlu di dalam lembar ringkasan poliklinik
yang lazim disebut identitas dan ringkasan poliklinik. Lembaran ini sebagai dasar
dalam menyiapkan kartu identitas utama pasien (KIUP) yang berisi data pasien serta
ringkasan poliklinik (Basbeth, 2005).
Rekam medis adalah catatan atau berkas yang mengandung informasi tentang
penyakit dan pengobatan pasien yang ditujukan untuk menjaga dan meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan. Rekam medis adalah milik institusi kesehatan yang
membuatnya dan disimpan oleh institusi pelayanan kesehatan tersebut. Di samping
hak seseorang untuk memperoleh kesehatan yang diakui, pasien juga memiliki hak
Universitas Sumatera Utara
atas kerahasiaan dan kepercayaan, oleh karena itu sebaiknya rekam medis dijaga
kerahasiaannya serta dapat digunakan sebagai alat bukti hukum apabila terdapat
penyimpangan dalam pelayanan kesehatan (Samil, 1994).
Menurut Hanafiah dan Amir (1999), akhir-akhir ini keluhan masyarakat
terhadap para dokter makin sering terdengar, antara lain mengenai kurangnya waktu
dokter yang disediakan untuk pasiennya, kurang lancarnya komunikasi, kurangnya
informasi yang diberikan dokter kepada pasien atau keluarganya, tingginya biaya
pengobatan dan sebagainya. Hal ini disebabkan meningkatkan taraf pendidikan dan
kesadaran hukum masyarakat, dimana masyarakat lebih menyadari akan haknya
seiring dengan munculnya kepermukaan masalah-masalah hak asasi manusia
diseluruh dunia. Kode etik kedokteran Indonesia (KODEKI) sekarang ini hanya berisi
kewajiban-kewajiban dokter dan belum memuat hak dokter, demikian juga belum
memuat semua hak dan kewajiban pasien.
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK)
lahir untuk memperoleh perlindungan atas kerugian yang diderita atas transaksi suatu
barang dan jasa. UUPK menjamin adanya kepastian hukum bagi konsumen. Tujuan
dari undang-undang tersebut adalah :
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri.
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari
akses negatif pemakaian barang atau jasa.
Universitas Sumatera Utara
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen.
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian
hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha.
Dalam pedoman pengolahan rekam medis rumah sakit di Indonesia
disebutkan bahwa rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan yang
melakukan pelayanan rawat jalan maupun inap, wajib membuat atau mengisi rekam
medis. Petugas yang membuat atau mengisi rekam medis adalah dokter dan tenaga
kesehatan lainnya meliputi :
1. Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang
melayani pasien di rumah sakit.
2. Dokter tamu yang merawat pasien rumah sakit.
3. Residen yang sedang melaksanakan kepaniteraan klinik
4. Tenaga para medis keperawatan dan tenaga para medis non keperawatan yang
langsung terlihat di dalam diantara lain : perawat, perawat gigi, bidan, tenaga
laboratorium klinik, gizi, anestesi, penata roentgen, rehabilitasi medis dan lain
sebagainya.
5. Dalam hal kedokteran luar negeri melakukan alih teknologi kedokteran, yang
berupa tindakan atau konsultasi kepada pasien yang membuat rekam medis adalah
Universitas Sumatera Utara
dokter yang ditujukan oleh direktur rumah sakit (Departemen Kesehatan RI,
1997).
2.2. Motivasi
2.2.1.Pengertian motivasi
Motivasi adalah suatu kekuatan potensial yang ada di dalam diri seorang
manusia, yang dapat dikembangkan sendiri atau dikembangkan oleh sejumlah
kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter dan imbalan non
moneter yang dapat mempengaruhi hasil kinerja secara positif atau secara negatif, hal
mana tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang yang bersangkutan
(Winardi, 2007).
Penghargaan keuangan (moneter) antara lain gaji, insentif berdasar kan
kinerja pekerjaan, berbagai program perlindungan sosial dan kesehatan dan lain
sebagai nya. Penghargaan dari perusahaan yang berwujud bukan keuangan (non
moneter) antara lain ruang kantor yang nyaman, adanya ruang kerja sendiri,
keluwesan dalam jam kerja dan lain sebagai nya (Trisnantoro,2005).
Menurut Gomes (2003), dalam hubungan dengan masalah motivasi ada
beberapa istilah yang mempunyai pengertian sama atau hampir bersamaan yaitu :
Drives, Motive, Needs.
1. Drives, terutama digunakan untuk dorongan yang berhubungan dengan dorongan
dasar atau kebutuhan dasar seperti, makan, minum, perlindungan, sex dan lainlain.
Universitas Sumatera Utara
2. Needs, dipergunakan dalam pengertian bila pada individu ada sesuatu
kekurangan.
3. Motive, digunakan untuk dorongan selain drives dan needs. Dalam Uraian berikut
pengertian yang sama, motive atau drives merupakan suatu kesatuan tenaga
(Complex State) dalam diri individu yang mendorong individu tersebut untuk
melakukan kegiatan mencapai suatu tujuan (goal atau incentive). Goal dan
incentive juga ditujukan pada perbuatan yang bermotif. Goal lebih luas dari pada
incentive, sebab incentive lebih terbatas kepada tujuan yang merupakan objek.
Norma-norma sosial, spiritual dan lain nya lebih merupakan goal.
Maslow dalam Winardi (2007), mengemukakan sejumlah proposisi penting
tentang perilaku manusia sebagai berikut :
1. Manusia merupakan makhluk yang serba berkeinginan (man is a wanting being).
Ia senantiasa menginginkan sesuatu dan ia senantiasa mengingginkan lebih
banyak lagi. Tetapi, apa yang diinginkan tergantung pada apa yang sudah dimiliki
olehnya. Segera setelah salah satu di antara kebutuhan manusia dipenuhi
muncullah kebutuhan lain.
2. Sebuah kebutuhan yang dipenuhi, bukanlah sebuah motivator perilaku. Hanya
kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhilah memotivasi perilaku.
3. Kebutuhan manusia diatur dalam suatu seri tingkatan-tingkatan hierarki menurut
pentingnya masing-masing kebutuhan. Segera setelah kebutuhan-kebutuhan pada
tingkatan lebih rendah kurang lebih terpenuhi, maka muncullah kebutuhan pada
tingkat yang lebih tinggi dan menuntut pemuasan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Gray dalam Winardi (2007), bahwa kinerja pekerja merupakan hasil
dari banyak faktor, yang sebagian tidak diketahui oleh pihak manajer dan ada
beberapa dari faktor-faktor tersebut yang tidak dipahami secara sadar oleh pekerja.
Namun ada persetujuan pandangan, terhadap dua variabel yang paling penting dalam
menerangkan kinerja pekerja, yaitu motivasi pekerja dan kemampuan pekerja. Teori
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Kinerja = motivasi x kemampuan
Pada rumus sederhana di atas memberikan pemahaman bahwa, skor sangat rendah
pada motivasi atau kemampuan, akan menyebabkan timbul nya kinerja rendah secara
menyeluruh.
2.2.2. Klasifikasi Motivasi
Teori motivasi atau hierarki kebutuhan menurut Maslow yang dikutip
Robbins (2007), mengemukakan bahwa didalam diri semua manusia bersemayam
lima jenjang kebutuhan, yaitu: psikologis, keamanan, sosial, penghargaan, dan
aktualisasi diri.
Motivasi seorang pekerja untuk bekerja biasanya merupakan hal yang rumit,
karena motivasi itu melibatkan faktor individual dan faktor organisasional. Faktor
yang sifatnya individual adalah kebutuhan (needs), tujuan (goals), sikap (attitudes),
dan kemampuan (abilities), sedangkan yang tergolong pada faktor yang berasal dari
organisasi meliputi pembayaran atau gaji (pay), keamanan pekerjaan (job security),
Universitas Sumatera Utara
sesama pekerja (co-workers), pengawasan (supervision), pujian (praise), dan
pekerjaan itu sendiri (job it self) (Gomes, 2003).
Motivasi dari para pekerja akan saling berbeda sesuai dengan tingkat
pendidikan dan kondisi ekonominya. Orang yang semakin terdidik dan semakin
independen secara ekonomis, maka sumber motivasi nya pun akan berbeda, tidak
lagi semata-mata ditentukan oleh sarana motivasi tradisional, seperti formal authority
dan financial incentives, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor kebutuhan
akan growth dan achievement (Gomes, 2003).
Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya dibagi atas motif bawaan dan
motif yang dipelajari. Motif bawaan, yang ada sejak lahir, tanpa dipelajari. Motivasi
bawaan atau disebut juga dengan motivasi primer terjadi dengan sendirinya tanpa
melalui proses belajar. Motif yang dipelajari, yaitu motivasi yang terjadi karena
adanya komunikasi dan isyarat sosial serta secara sengaja dipelajari oleh manusia,
motivasi ini disebut motivasi sekunder yang muncul melalui proses pembelajaran
sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pengalaman seseorang (Sardiman, 2007).
Menurut Herberg dalam Gibson (1997), motivasi terdiri atas: motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berfungsi
tanpa rangsangan dari luar, karena timbul dalam diri individu tersebut, sudah ada
dorongan untuk melakukan tindakan, yang meliputi: prestasi yang diraih, pengakuan
orang lain, tanggung jawab, peluang untuk maju, kepuasan kerja itu sendiri. Motivasi
ekstrinsik yaitu motivasi yang berfungsinya karena disebabkan oleh adanya faktor
pendorong dari luar dari individu yang meliputi: kompensasi,
keamanan dan
Universitas Sumatera Utara
keselamatan kerja, kondisi kerja, prosedur
kerja, mutu supervisi teknis serta
hubungan interpersonal.
Menurut Robbins (2007), keseluruhan kesatuan tenaga (Complex State) yang
mendorong individu melakukan kegiatan, pada umumnya dapat dikelompokkan ke
dalam:
1. Motif dasar (basic motif) atau dorongan biologis (biological drives).
Merupakan motif yang berasal dari kebutuhan. Kebutuhan biologis, dan tidak
dipelajari, artinya telah dimiliki sejak lahir atau institif (naluriah). Beberapa motif
dasar yang dimiliki manusia diantaranya :
a. Motif dasar untuk makan, minum, bernafas
b. Motif dasar untuk perlindungan diri atau rasa aman
c. Motif dasar untuk beristirahat dan bergerak
d. Motif dasar untuk mengembangkan keturunan
2. Motif Sosial (Social Motives)
Manusia adalah makhluk sosial, dalam kehidupannya ia selalu berada bersama
orang lain. Selain dari itu juga manusia adalah makhluk berakal. Karena kedua
aspek ini maka manusia mempunyai kemungkinan untuk dapat belajar dari orang
lain. Dengan jalan belajar, kehidupan manusia mempunyai kemungkinan lebih
jauh sesuai dengan faktor-faktor yang dimungkinan oleh lingkungan. Demikian
halnya dengan masalah motif, karena manusia dapat belajar dengan orang lain
maka motif manusia tidak hanya menetap pada tingkat motif dasar tetapi
berkembang menjadi motif sosial.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3. Usaha-Usaha Membangkitkan Motif
Menurut Gibson (1997), agar sesuatu usaha memberikan hasil yang efektif
maka diperlukan adanya motif yang kuat. Beberapa usaha untuk membangkitkan dan
memperkuat motivasi :
1. Kompetisi atau persaingan, kompetisi sebenarnya memperbandingkan prestasi
dan berusaha mengatasi sesuatu. Self Competition adalah kompetisi dengan
prestasi sendiri, berusaha memperbaiki prestasi yang telah dicapai sebelumnya
dengan prestasi orang lan.
2. Pace Maker, goal atau tujuan dari sesuatu perbuatan bermotif sering kali sangat
jauh. Untuk mencapai tujuan yang jauh itu seringkali individu merasa malas atau
kurang motivasi. Maka untuk membangkitkan motivasi, tujuan yang jauh tersebut
perlu didekatkan dengan memperincinya menjadi tujuan sementara yang dekat.
Tujuan-tujuan sementara ini merupakan ”Pace Maker”.
3. Tujuan yang Jelas, motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas
suatu tujuan makin besar motifnya.
4. Minat yang Besar, motif akan timbul bila individu mempunyai minat yang besar.
Makin besar minat makin kuat motif untuk mencapai tujuan.
5. Kesempatan untuk Sukses, sukses dapat menimbulkan rasa puas, rasa senang dan
kepercayaan kepada diri sendiri. Kegagalan dapat memberikan efek sebaliknya.
Agar motif seseorang besar maka ia harus diberi kesempatan untuk sukses atau
mengetahui sukses yang diperolehnya.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4. Motivasi Merupakan Pola Prilaku
Menurut Herzberg dalam Siagian (2004), bahwa dalam lingkungan kerja
(organisasi) terdapat dua faktor yang memegang peranan penting dalam hal motivasi
yakni : motivasi kebutuhan yang menimbulkan kepuasan, dan faktor pemeliharaan
kebutuhan yang menimbulkan ketidak puasan.
Pada dasarnya seseorang itu dalam pekerjaannya menyangkut suatu
pembaharuan yang dirasakan harus dipenuhinya, yang mencakup faktor motivasi
kebutuhan ialah : jenis pekerjaan, prestasi yang akan dicapai, pengakuan prestasi,
tanggung jawab dan kesempatan untuk berkembang. Bila seseorang itu tidak
mencapai atau memperoleh berbagai faktor ini (tidak puas) ia cenderung mengeluh
tentang faktor pemeliharaan kebutuhan yang meliputi kondisi kerja, kebijaksanaan
pemimpin, tidak cukup pengawasan, pengajaran dan lain-lain (Siagian, 2004).
Bila faktor pemeliharaan dapat diubah pengelola, selama faktor motivasi
kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, seseorang itu tidak akan puas. Oleh sebab itu
seseorang yang memperoleh prestasi, perkembangan pribadi yang cukup baik,
pengakuan dan perasaan kepuasan dalam prestasi, tidak akan mengeluh tentang
lingkungan kerja, bahkan mempunyai toleransi terhadap kondisi kerja yang kurang
(Siagian, 2004).
Universitas Sumatera Utara
2.2.5. Prinsip-Prinsip dalam Motivasi Kerja Pegawai
Menurut Mangkunegara (2001), terdapat beberapa prinsip dalam memotivasi
kerja pegawai yaitu :
1. Prinsip Partisipatif, dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan
kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh
pimpinan.
2. Prinsip Komunikasi, pimpinan mengkomunikasikan segala sesuatu yang
berhubungan dengan usaha pencapaian tugas, dengan
informasi yang jelas,
pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.
3. Prinsip mengakui andil bawahan, pimpinan mengakui bahwa bawahan (pegawai)
mempunyai andil didalam usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut,
pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.
4. Prinsip pendelegasian wewenang, pemimpin akan memberikan otoritas atau
wewenang kepada pegawai bawahan untuk sewaktu-waktu dapat mengambil
keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, akan membuat pegawai yang
bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh
pimpinan.
5. Prinsip memberi perhatian, pimpinan memberikan perhatian terhadap apa yang
diniginkan pegawai bawahannya, dan bawahannya akan termotivasi bekerja
sesuai dengan harapan pimpinan.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Kinerja
Kinerja adalah penampilan hasil karya personel, baik secara kualitas maupun
kuantitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu
maupun kelompok kerja personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada
personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural saja, tetapi juga
kepada seluruh jajaran personel di dalam organisasi (Ilyas, 2001).
Kinerja menurut Mulyadi yang dikutip Srimindarti (2006), kinerja adalah
penentuan secara periodik efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi dan
karyawan nya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya. Berdasarkan beberapa pengertian kinerja tersebut dapat dijelaskan
bahwa kinerja merupakan suatu istilah umum, yang digunakan untuk sebagian atau
seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi, pada suatu periode dengan
referensi pada sejumlah standar, seperti biaya-biaya masa lalu atau yang
diproyeksikan, dengan dasar efisiensi, pertanggung jawaban atau akuntabilitas
manajemen.
2.3.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
Dalam organisasi pelayanan kesehatan, sangat penting untuk memiliki
instrumen penilaian kinerja yang efektif bagi tenaga profesional. Proses evaluasi
kinerja bagi profesi
menjadi bagian terpenting dalam upaya manajemen untuk
meningkatkan organisasi (Ilyas, 2001).
Menurut Simanjuntak (2005), Kinerja setiap orang dipengaruhi oleh banyak
faktor yang dapat digolongkan pada 3 kelompok, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Kompetensi individu, adalah kemampuan dan keterampilan melakukan pekerjaan,
dimana kompetensi individu ini dipengaruhi oleh kemampuan dan keterampilan
kerja, motivasi dan etos kerja.
2. Dukungan organisasi, dimana kinerja setiap orang juga tergantung pada dukungan
organisasi dalam bentuk pengorganisasian, penyediaan sarana dan prasarana
kerja, pemilihan teknologi, kenyamanan lingkungan kerja, serta kondisi dan
syarat kerja.
3. Dukungan manajemen, dimana kinerja perusahaan dan kinerja setiap orang sangat
tergantung pada kemampuan manajerial para manajer atau pimpinan, baik dengan
membangun sistem kerja dan hubungan industrial yang aman dan harmonis,
maupun dengan mengembangkan kompetensi pekerja, demikian juga dengan
menumbuhkan motivasi dan memobilisasi seluruh karyawan untuk bekerja secara
optimal.
Tujuan umum manajemen kinerja adalah untuk menciptakan budaya para
individu dan kelompok dalam memikul tanggung jawab, bagi usaha peningkatan
proses kerja dan kemampuan yang berkesinambungan (Darma, 2009).
Menurut Gibson (1997), ada tiga perangkat variabel yang mempengaruhi
kinerja, yaitu (1) variabel individual, terdiri dari kemampuan dan keterampilan
mental dan fisik, latar belakang keluarga, tingkat sosial, demografis, umur, asal usul,
jenis kelamin, (2) variabel organisasional, terdiri dari sumber daya, kepemimpinan,
imbalan, struktur, desain pekerjaan dan (3) variabel psikologis, terdiri dari persepsi,
sikap kepribadian, belajar, dan motivasi.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Mathis dan Jackson (2001), kinerja pada dasarnya adalah apa yang
dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang
mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi.
Perbaikan kinerja baik untuk individu maupun kelompok menjadi pusat perhatian
dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi.
Menurut Gibson (1997), perilaku kinerja individual dipengaruhi oleh variabelvariabel:
1. Variabel psikologis, yang terdiri dari sub variabel persepsi, sikap, kepribadian,
belajar, dan motivasi.
2. Variabel fisiologis, yang terdiri dari kemampuan fisik dan mental.
3. Variabel lingkungan, yang terdiri dari keluarga, kebudayaan dan klas sosial.
Variabel-variabel ini sangat komplek dan sulit diukur, karena seorang individu
masuk dan bergabung dalam suatu organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang
budaya dan keterampilan berbeda satu dengan yang lainnya.
Menurut Tiffin dan Cormick yang dikutip Winardi (2007), ada dua variabel
yang mempengaruhi kinerja, yaitu :
1. Variabel individual, meliputi : sikap, karakteristik, sifat-sifat fisik, minat dan
motivasi, pengalaman, umur, jenis kelamin, pendidikan, serta faktor individual
lainnya.
2. Faktor sosial dan organisasi, meliputi : peraturan-peraturan organisasi, sifat
organisasi, jenis latihan dan pengawasan, sistem upah dan lingkungan sosial.
Universitas Sumatera Utara
2.4.
Landasan Teori
Menurut Hanafiah dan Amir (1999) rekam medis adalah kumpulan keterangan
tentang identitas, hasil anamnese, pemeriksaan dan catatan segala kegiatan pelayanan
kesehatan atas pasien dari waktu ke waktu. Rekam medis mencerminkan kualitas
pelayanan pasien yang diberikan di rumah sakit sehingga kelengkapan pembuatan
rekam medik menjadi tumpuan untuk menjaga kualitas medik.
Kelengkapan pengisian rekam medis sangat bergantung kepada kinerja orangorang yang bertanggung jawab dalam pengisian rekam medis, terutama dokter.
Kinerja adalah penampilan hasil karya personel, baik secara kualitas maupun
kuantitas dalam suatu organisasi. Menurut Gray dalam Winardi (2007) kinerja
dipengaruhi oleh banyak faktor, namun faktor yang paling mempengaruhi kinerja
adalah variabel motivasi dan kemampuan. Berdasarkan teori Gray, maka salah satu
variabel yang dapat mempengaruhi kinerja dokter dalam pengisian rekam medis
adalah variabel motivasi.
Faktor motivasi dalam bekerja merupakan hal penting yang harus diperhatikan
untuk dapat menghasilkan hasil kerja yang optimal. Menurut Herberg dalam Gibson
(1997), motivasi terdiri atas: motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi
intrinsik adalah motivasi yang berfungsi tanpa rangsangan dari luar, karena timbul
dalam diri individu tersebut, sudah ada dorongan untuk melakukan tindakan, yang
meliputi: prestasi yang diraih, pengakuan orang lain, tanggung jawab, peluang untuk
maju, kepuasan kerja itu sendiri. Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang
berfungsinya karena disebabkan oleh adanya faktor pendorong dari luar dari individu
Universitas Sumatera Utara
yang meliputi: kompensasi, keamanan dan keselamatan kerja, kondisi kerja, prosedur
kerja, mutu supervisi teknis serta hubungan interpersonal.
Dengan demikian, apabila dalam diri setiap dokter terdapat motivasi yang
memberi kekuatan untuk bekerja dengan baik dan benar dalam pengisian rekam
medis, tentunya peningkatan pelayanan kesehatan dapat meningkat sebagai cerminan
atau indikator kinerja dokter dalam pengisian rekam medis.
2.5.
Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen
Variabel Dependen
Motivasi Intrinsik :
- Prestasi
- Pengakuan orang lain
- Tanggung jawab
- Peluang untuk maju
- Kepuasan kerja
Motivasi ekstrinsik :
- Kompensasi
- Keamanan dan
keselamatan kerja
- Kondisi kerja
- Prosedur kerja
- Mutu supervise teknis
- Hubungan
interpersonal
Kinerja dokter
dalam pengisian
rekam medis
Gambar 2.1. Kerangka Konsep penelitian
Sumber : Teori dua faktor dari Herzberg (Gibson, 1997)
Universitas Sumatera Utara
Download