1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kepercayaan (trust) merupakan dasar dari terbentuknya suatu hubungan sosial di masyarakat. Individu melakukan kontak sosial berdasarkan adanya rasa percaya, sehingga dapat terbentuk relasi antar individu. Dalam skala yang lebih luas, kepercayaan turut mendasari berbagai macam bentuk interaksi sosial. Mulai dari relasi antar kelompok masyarakat, relasi antar lembaga, relasi dalam bisnis, hingga relasi antar masyarakat dan pemerintah. Kepercayaan menjadi sangat penting di Indonesia. Hal ini berkaitan erat dengan latar belakang bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, agama, dan ras. Keberanekaragaman ini dapat menjadi sumber konflik horizontal yang dilatarbelakangi oleh prasangka yang diakibatkan kurangnya kepercayaan antara elemen masyarakat. Kepercayaan menjadi unsur vital dalam pembangunan, baik dalam tatanan masyarakat maupun pembangunan perekonomian masyarakat. Pengambilan keputusan serta pengambilan kebijakan dari pemerintah pusat erat kaitannya dengan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Hal itu dapat mempermudah implementasi dari tujuan pembangunan yang ada. Namun menurut data dari Lembaga Survei Indonesia yang dipublikasikan pada 6 Januari 2011 mengungkapkan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kondisi politik, penegakan hukum, serta 2 ekonomi memburuk dari tahun sebelumnya. Hal itu erat kaitannya dengan banyaknya kasus yang terjadi di Negara dan tidak terselesaikan oleh pemerintah (Asril, 2011). Jumlah pemilih terdaftar yang tidak menggunakan hak pilihnya pada pemilihan legislatif tahun 2009 mencapai 29,31% dan pada pemilihan presiden sebesar 26,89% (Rachman, 2009). Angka tersebut menjadi angka terbesar selama penyelenggaraan pemilihan umum di Indonesia. Fenomena ini dipercaya terjadi karena masyarakat mempersepsi lembaga politik, pemerintahan, dan hukum sebagai lembaga yang korup. Hasil survei yang dilakukan oleh Transparency International Indonesia pada tahun 2008 menyebutkan bahwa lembaga yang dinilai responden sebagai yang terkorup di Indonesia adalah: parlemen, parpol dan pelayanan publik, sektor swasta, dan media. Survei ini dilakukan di Jakarta dan Surabaya dan melibatkan 500 responden. Pratikno (2007) mengemukakan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat terhadap partai politik menurun dibanding lembaga pemerintah lainnya. Pratikno (2007) mengungkapkan hasil survey menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap partai politik mengalami penurunan dari angka 8 persen di tahun 2004 menjadi menjadi 5,8 persen di tahun 2007. Posisi ini dibawah tentara 26 persen, Polisi 15 persen, dan Parlemen 13 persen. Dalam politik, peran laki-laki dan perempuan dinilai sama. Namun dalam praktiknya, peran perempuan masih dianggap kurang dalam dunia politik. Hadirnya perempuan sebagai bagian dari kabinet yang ada di dunia ini atau walikota, jumlahnya tak mencapai 7 dan 8 persen (Paxton, Pamela and Huges M. Melanie, 3 2007). Saat ini keterwakilan perempuan di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) meningkat dari 11,8 persen di pemilu yang diselenggarakan pada tahun 2004, menjadi 18 persen pada pemilu 2009. Ini adalah angka tertinggi keterwakilan perempuan di sejarah politik Indonesia. Meskipun demikian, ada variasi persentase perwakilan perempuan di DPR RI dari berbagai partai politik. Perwakilan perempuan terendah di DPR RI adalah Partai Keadilan Sejahtera yang jumlahnya 5,3 persen, sementara Partai Demokrat memiliki keterwakilan tertinggi sebesar 24,3 persen (Bari, 2010). Rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap caleg perempuan dinilai beralasan, dengan mencuatnya kasus yang menyeret beberapa politisi perempuan (Gorda, 2013). Guslina (2012) mengungkapkan hasil penelitian dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) mengungkapkan bahwa tidak hanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah yang turun, namun kepercayaan masyarakat terhadap lingkungan sosial juga ikut menurun. Penelitian CSIS menunjukkan dari 2.250 responden di 23 provinsi, hanya 27,5 persen saja yang percaya terhadap tetangganya. Begitu juga kepercayaan terhadap lingkungan seperti teman sebesar 16,9 persen, terhadap pendatang 2,4 persen, dan terhadap orang dari agama lain 4 persen. Rendahnya kepercayaan inilah yang menyebabkan mudahnya masyarakat tersulut oleh konflik. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan partai politik dalam melakukan fungsinya secara optimal (Romli, 2012) Faturochman (2011) mengungkapkan bahwa kriteria keterpercayaan pemerintah dan partai politik meliputi kejujuran, tegas, amanah, dan dapat membuat rakyat 4 merasa bebas untuk menyalurkan aspirasi dan hak-haknya. Tingkat kepercayaan masyarakat yang rendah terhadap pemerintah akan pula mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Menurut teori pertumbuhan ekonomi Schumpeter (dalam Susilowati, 2011), pengusaha sangat berperan dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pengusaha dan pemerintah memiliki keterkaitan dalam memajukan perekonomian. Namun saat ini kepercayaan para pengusaha terhadap pemerintah makin berkurang. Silalahi (2005) menyebutkan bahwa kepercayaan pengusaha terhadap pemerintahan lokal khususnya kota Bandung ternyata rendah, hal ini dikarenakan rendahnya integritas, komitmen, konsistensi serta loyalitas dalam pemberian perijinan layanan bisnis. Melihat dari fenomena yang terjadi diatas, dapat disimpulkan bahwa ketepercayaan (trustworthiness) ternyata menjadi salah satu faktor yang mendukung munculnya kepercayaan. Ketepercayaan merupakan integritas yang dimiliki oleh seseorang atau lembaga yang diperlihatkan kepada orang lain, sehingga layak untuk dipercaya oleh orang lain. Menurut Yamagishi (1998) ketepercayaan merupakan kualitas pribadi yang dimiliki oleh seseorang atau lembaga yang menjadi target kepercayaan. Kualitas pribadi tersebut dapat dicapai dengan berbagai cara, diantaranya jika pribadi tersebut jujur, dapat dipercaya, tidak pernah melanggar janji, dan konsisten atau dengan kata lain dia sesuai dengan ekspektasi dari orang yang mempercayainya. Bohnet-Zeckhauser (2004) mengungkapkan bahwa pengkhianatan secara signifikan mempengaruhi sikap seseorang untuk mempercayai atau tidak mempercayai. Pengkhianatan secara kuat menurunkan keinginan seseorang untuk 5 mempercayai. Rasa percaya orang lain akan semakin hilang ketika dia mengalami satu pengkhianatan yang dilakukan oleh orang lain. Kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada Negara semakin terkikis karena masyarakat merasa dibohongi serta dikhianati oleh pemimpin yang mereka pilih. Rasa percaya dan ketepercayaan dapat dipupuk semenjak kecil. Dimulai dari keluarga hingga lingkungan sekitar, hal ini sangat berpengaruh pada kepercayaan yang terbentuk. Sutter (2007) mengungkapkan bahwa transfer kepercayaan meningkat secara pasti dan signifikan sejak usia 8 hingga awal 20 tahun. Sedangkan pada kelompok usia dewasa tidak ada perubahan yang signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa rasa percaya dan ketepercayaan bisa dibentuk semenjak kecil hinggal usia remaja. Pembentukan karakter remaja menjadi individu yang terpercaya dapat menjadi suatu hal yang bermanfaat bagi perkembangan mereka. Dalam penelitiannya, Sutter (2007) juga menemukan bahwa derajat ketepercayaan berhubungan dengan kepercayaan yang diberikan oleh orang lain. Sehingga kepercayaan itu pulalah yang membentuk individu terpercaya dari usia dini. Hal ini akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Ketepercayaan sebagai elemen eksternal kepercayaan, dinilai memberikan sumbangan yang penting dalam dinamika kepercayaan. Dimulai dari dalam keluarga, dengan menjadi orang tua yang terpercaya bagi anak-anaknya, dapat memberikan rasa aman kepada mereka untuk bergantung pada orang tua. Masyarakat yang ramah serta toleran dan adaptif mampu memberikan ruang aman bagi perkembangan anak-anak dan membentuk pribadi yang terpercaya. 6 Di Indonesia, penelitian mengenai ketepercayaan masih sedikit. Lestari, Faturochman, & Kim (2010) mengungkapkan ada perbedaan faktor ketepercayaan dalam penilaian orangtua menjadi individu terpercaya. Figur ayah dipercaya karena mereka memberikan dukungan kepada anak-anak mereka. Sedangkan sosok ibu dipercaya karena faktor kedekatan secara emosional kepada anak-anak mereka. Melihat penelitian di atas, orangtua dapat direpresentasikan sebagai gender yang berbeda. Hal itu membuat peneliti berasumsi bahwa jika faktor ketepercayaan pada orangtua berbeda, maka ada perbedaan tingkat ketepercayaan antara laki-laki dan perempuan. Dalam hal ini ayah merepresentasikan laki-laki, dan ibu merepresentasikan perempuan. Laki-laki lebih menunjukkan kemandiriannya sedangkan perempuan lebih menunjukkan ketergantungan (Cross & Madson, 1997). Laki-laki lebih kolektif dibandingkan perempuan, sedangkan perempuan cenderung lebih ke relasi yang spesifik, bukan pada hubungan kelompok maupun hubungan yang bersifat grup (Baumeister & Sommer, 1997). Laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam berinteraksi dalam lingkungan sosial mereka. Laki-laki cenderung lebih bersifat rasional dan mandiri, sedangkan perempuan cenderung melakukan relasi yang lebih spesifik. Dukungan seorang ayah kepada anak-anaknya menjadikan seorang ayah menjadi individu yang terpercaya. Rasa percaya anak-anak kepada ibunya adalah mutlak, karena sedari kecil anak-anak sudah dekat secara emosional dengan ibu mereka. Berdasarkan hal tersebut, timbul asumsi bahwa adanya perbedaan tingkat ketepercayaan antara lakilaki dan perempuan. Apakah asumsi dan argument tersebut dapat dibuktikan. Dengan 7 kata lain, apakah tingkat ketepercayaan pada laki-laki berbeda dengan tingkat ketepercayaan pada perempuan. B. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat ketepercayaan pada laki-laki dan perempuan. C. MANFAAT PENELITIAN Dengan adanya penelitian ini, penulis berharap: 1. Dapat mengetahui perbedaan ketepercayaan pada jenis kelamin tertentu, sehingga dapat menjadi acuan agar menjadi individu yang tepercaya. 2. Sebagai penambah informasi kepada masyarakat mengenai ketepercayaan terhadap orang lain pada jenis kelamin yang berbeda. 3. Sebagai sumbangan perkembangan ilmu psikologi khususnya psikologi sosial dan juga indigenous psychology mengenai ketepercayaan yang kini berkembang di masyarakat.