III. 3.1. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep dan Definisi Risiko Menurut Frank Knight, risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai pembuat keputusan dalam bisnis. Peluang kejadian ini dapat ditentukan berdasarkan data historis atau pengalaman selama mengelola kegiatan usaha. Adanya risiko dalam kegiatan bisnis pada umunya akan menimbulkan dampak negatif terhadap pelaku bisnis. Seperti yang dikemukakan oleh Harwood, et al (1999) bahwa risiko menunjukkan kemungkinan kejadian yang menimbulkan kerugian bagi pelaku bisnis yang mengalaminya. Setiap bisnis yang dijalankan pasti memiliki risiko dan ketidakpastian. Hal ini bertentangan dengan perilaku individu yang menginginkan kepastian dalam berusaha. Indikasi adanya risiko dalam kegiatan bisnis dapat dilihat dengan adanya variasi atau fluktuasi, seperti fluktuasi produksi, harga atau pendapatan. Untuk meminimalkan risiko yang mungkin dihadapi, dibutuhkan penilaian atau analisis risiko yang akan mempengaruhi pengambilan keputusan. Kepuasan atau utilitas yang diterima petani (manager) dari setiap pengeluaran dalam skala besar menentukan strategi yang akan dijalankan. Maksimalisasi utilitas menjadi kriteria pilihan yang dibuat oleh manajer. Tujuan yang ingin dicapai manager adalah maksimalisasi utilitas dan bukan peningkatan pendapatan semata (Debertin 1986). Hubungan antara fungsi kepuasan dan pendapatan (income) dapat dilihat pada Gambar 2. Utility Risk Averter Risk Neutral Risk Taker Income Gambar 2. Hubungan Fungsi Kepuasan dan Pendapatan Sumber : Debertin, 1986 18 3.1.2. Sikap Individu Terhadap Risiko Berdasarkan Gambar 1, dapat dilihat bahwa sikap individu ketika menghadapi risiko dapat berbeda-beda. Ada orang yang berusaha menghindar, namun ada juga sebaliknya sangat senang menghadapi risiko sementara yang lain mungkin tidak berpengaruh dengan adanya risiko. Teori tentang utility (utility theory) dapat digunakan untuk menjelaskan sikap individu terhadap risiko ini. Menurut teori ini, ada tiga kelompok sikap individu dalam menghadapi risiko (Kountur 2006): 1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk averter). Sikap ini menunjukkan bahwa semakin banyak kekayaan yang diperoleh, pertambahan manfaat (utility) dari kekayaan ini semakin kecil. Sebaliknya semakin kecil kekayaan, semakin besar manfaat atau utility yang dikorbankan. Keadaan ini dikenal dengan istilah diminishing marginal utility of wealth. Jika diaplikasikan pada risiko, semakin rugi, semakin besar penderitaan atas kerugian tersebut dibandingkan dengan kenikmatan yang diperoleh jika menguntungkan. Ini yang menjelaskan mengapa orang tidak suka menderita kerugian. Sebab semakin rugi dia, penderitaan yang dia terima akan semakin besar. pada umumnya, sebagian besar individu berada pada kelompok ini. 2. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap ini menunjukkan keadaan yang mana utility yang diterima dengan adanya peningkatan kekayaan lebih besar dari utility yang dikorbankan dengan penurunan kekayaan pada jumlah yang sama. Keadaan seperti ini dikenal dengan istilah increasing marginal utility of wealth. Semakin meningkat kekayaan, semakin besar utility yang diterima. Peningkatan kekayaan akan memberikan utility yang lebih besar dari pada utility yang dikorbankan jika kekayaan berkurang dengan jumlah yang sama. Oleh karena itu, kebahagian (jika itu yang diukur dengan utility) yang dia terima jika berhasil lebih besar dari sengsara yang dia derita jika rugi dengan jumlah yang sama. Hanya sedikit orang yang berada pada kelompok ini. 3. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral). Sikap ini menunjukkan bahwa besarnya utility atau manfaat yang diperoleh dari penambahan kekayaan sama dengan besarnya utility yang dikorbankan dari 19 pengurangan kekayaan dengan jumlah yang sama. Kondisi ini dikenal dengan istilah constant marginal utility of wealth. Oleh karena itu, orang yang tergolong risk neutral adalah orang yang tidak berpengaruh dengan adanya risiko. Hanya sebagian kecil orang yang termasuk dalam kelompok ini. 3.1.3. Sumber-sumber Risiko Faktor-faktor yang menyebabkan munculnya risiko pada umumnya berasal dari dua sumber yakni sumber internal dan eksternal. Sumber internal umumnya lebih mudah untuk dikendalikan dan bersifat pasti. Sumber eksternal umumnya jauh diluar kendali pembuat keputusan, antara lain muncul dari pasar, ekonomi, politik suatu negara, perkembangan teknologi, perubahan sosial budaya, kondisi pemasok, kondisi geografi dan kependudukan, dan perubahan lingkungan dimana perusahaan itu didirikan. Menurut Harwood et al (1999), beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi petani adalah: 1. Risiko produksi. Sumber risiko dari produksi adalah hama dan penyakit, cuaca, musim, bencana alam, teknologi, tenaga kerja yang dapat menyebabkan gagal panen, produktivitas yang rendah, dan kualitas yang buruk. 2. Risiko pasar dan harga. Risiko yang ditimbulkan oleh pasar diantaranya barang tidak dapat dijual yang disebabkan adanya ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli, persaingan ketat, banyak pesaing masuk, banyak produksi subtitusi, daya tawar pembeli, dan strategi pemasaran yang tidak baik, sedangkan risiko yang ditimbulkan oleh harga yang naik karena adanya inflasi. 3. Risiko kelembagaan atau institusi. Risiko yang ditimbulkan adalah adanya aturan tertentu yang membuat anggota suatu oganisasi menjadi kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksi. 4. Risiko keuangan. Risiko yang ditimbulkan antara lain perputaran barang rendah, laba yang menurun disebabkan oleh adanya piutang tak tertagih dan likuiditas yang rendah. 20 Darmawi (2004) menyatakan bahwa sumber risiko dapat diklasifikasikan menjadi risiko sosial, risiko fisik, dan risiko ekonomi. Menentukan sumber risiko adalah penting karena mempengaruhi cara penanganannya. 1. Risiko sosial. Sumber utama risiko ini adalah masyarakat, artinya orangorang menyebabkan penyimpangan yang merugikan dari harapan. 2. Risiko fisik. Ada banyak sumber risiko fisik yang sebagiannya adalah fenomena alam. Banyak risiko yang kompleks sumbernya tetapi termasuk katagori fisik, contohnya antara lain kebakaran, cuaca dan tanah longsor. 3. Risiko ekonomi. Banyak risiko yang dihadapi perusahaan yang bersifat ekonomi adalah inflasi dan ketidakstabilan perusahaan individu. 3.1.4. Katagori Risiko Kountur (2008) menyatakan bahwa ada beberapa kategori risiko tergantung dari sudut pandang mana seseorang melihatnya. Risiko dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, diantaranya adalah: 1. Risiko dari sudut pandang penyebab Risiko dapat dilihat dari sudut pandang sebab terjadinya risiko. ada dua macam risiko jika dilihat dari sebab terjadinya, yaitu: a. Risiko keuangan Risiko keuangan adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti harga, tingkat bunga, dan mata uang asing. b. Risiko operasional Risiko operasional adalah risiko-risiko yang disebabkan oleh faktor – faktor non keuangan seperti manusia, teknologi dan alam. 2. Risiko dari sudut pandang akibat Risiko dapat dilihat dari akibat yang ditimbulkan. Ada dua katagori risiko jika dilihat dari akibat yang ditimbulkan, yaitu: a. Risiko murni Risiko murni adalah suatu kejadian berakibat hanya merugikan saja dan tidak memungkinkan adanya keuntungan. b. Risiko spekulatif Risiko spekulatif dalah risiko yang memungkinkan terjadinya kerugian tetapi juga memungkinkan terjadinya keuntungan. 21 3. Risiko dari sudut pandang aktivitas Aktivitas yang dapat menimbulkan risiko ada berbagai macam, misalnya aktivitas pemberian kredit, risikonya disebut risiko kredit. Seseorang yang melakukan perjalanan juga dapat menghadapi risiko, yang disebut risiko perjalanan. Banyaknya risiko dari sudut pandang aktivitas sebanyak jumlah aktivitas yang ada. 3.1.5. Risiko Portofolio dalam Diversifikasi Pengukuran risiko menjadi sangat penting dalam tahapan analisis risiko karena tahapan ini dapat menentukan relatifitas penting atau tidaknya risiko tersebut untuk ditangani dan untuk memperoleh informasi yang akan membantu dalam menetapkan kombinasi strategi manajemen risiko. Untuk menentukan banyaknya kejadian yang dianggap berisiko dapat menggunakan konsep perhitungan peluang. Hasil dari perhitungan peluang ini akan menunjukkan seberapa sering perusahaan menghadapi periode atau hasil yang sesuai dengan harapan, melebihi harapan dan tidak sesuai dengan harapan. Portofolio dalam bidang pertanian umumnya dilakukan dengan menanam lebih dari satu tanaman dalam satu lahan pada waktu bersamaan. Portofolio bertujuan mencari hasil pengembalian tertinggi dari proporsi penggunaan lahan pada tingkat risiko terendah dengan hasil tertentu. Menurut Hardwood et al. (1999) teori diversifikasi atau portofolio merupakan manajemen strategi untuk menekan risiko dengan mengusahakan beberapa aktivitas usaha atau aset. Hal ini berdasarkan jika salah satu aktivitas usaha gagal atau tidak memberikan hasil yang diharapkan pengusaha bisa menutupi kerugian tersebut dari aktivitas lain yang memberikan keuntungan lebih. Pengukuran risiko juga mencakup proses penilaian risiko. menurut Elton dan Grubber (1995) terdapat beberapa penilaian risiko yaitu, perhitungan varian (variance), standar deviasi (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation). Ketiga alat ukur penilaian risiko ini saling berkaitan satu sama lain dengan nilai varian sebagai dasar perhitungan untuk pengukuran lainnya. Standar deviasi merupakan akar kuadrat dari perhitungan nilai varian, sedangkan koefisien variasi merupakan rasio antara nilai standar baku dengan nilai expected return. Expected return merupakan nilai atau hasil yang diharapkan oleh pengusaha atau 22 pelaku usaha. Expected return dapat berbentuk jumlah produksi, jumlah penjualan, dan penerimaan atau pendapatan. Alat analisis risiko dengan model varian dan standar deviasi sering sekali dianggap kurang tepat apabila dibandingkan dengan penerimaan (return). Varian dan standar deviasi hanya menunjukkan nilai risiko secara absolut. Khususnya apabila dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan dalam menajemen perusahaan, model perhitungan dengan varian dan standar deviasi tidak layak. Untuk mengatasi hal itu, model perhitungan dengan menggunakan koefisien variasi merupakan model yang paling sesuai. Koefisien variasi sudah memperhitungkan antara nilai risiko yang dihadapi sebuah perusahaan dan perbandingannya dengan setiap satu-satuan penerimaan (return) yang diperoleh oleh perusahaan sehingga pada akhirnya pernyataan yang mengatakan ‘high risk high return’ dapat diuji dan dilihat kebenarannya dalam kasus yang dihadapi perusahaan. Pelaku bisnis mempunyai banyak alternatif dalam melakukan investasi. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan pelaku bisnis dalam menginvestasikan dananya dengan melakukan kombinasi dari beberapa kegiatan usaha atau aset. kombinasi dari beberapa kegiatan usaha atau aset dinamakan dengan diversifikasi. Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan dari beberapa investasi. Teori portofolio merupakan teori yang menjelaskan penyaluran modal ke dalam berbagai macam investasi dengan tujuan menekan risiko dan menjamin pendapatan seaman dan seuntung mungkin. Teori portofolio membahas portofolio yang optimum yaitu portofolio yang memberikan hasil pengembalian tertinggi pada suatu tingkatan risiko tertentu atau tingkat risiko paling rendah dengan suatu hasil tertentu. Diversifikasi dilakukan untuk mengurangi risiko portofolio, yaitu dengan cara mengkombinasi atau dengan menambah investasi aset/aktiva/sekuritas. Hal ini berdasarkan pertimbangan apabila salah satu aset menghasilkan return yang rendah maka aset yang lain diharapkan menghasilkan return yang tinggi sehingga kerugian bisa tertutupi. Keputusan manajemen untuk mengusahakan satu usaha tunggal (spesialisasi) atau diversifikasi bisa murni termotivasi karena tingkat 23 keuntungan yang diharapkan (expected profit) tanpa mempertimbangkan kaitannya dengan upaya menurunkan risiko. Teori portofolio membantu manajemen dalam pengembalian keputusan mengenai kombinasi investasi yang paling aman dikaitkan dengan tingkat risiko yang dihadapi. Dasar teori ini adalah pada kenyataannya investor tidak menginvestasikan seluruh dana hanya untuk satu jenis investasi tetapi melakukan diversifikasi dengan tujuan menekan risiko. Fluktuasi tingkat keuntungan akan berkurang karena saling menghilangkan jika memiliki beberapa jenis investasi. 3.1.6. Strategi Penanganan Risiko Strategi pengelolaan risiko merupakan langkah lanjutan dari proses identifikasi dan pengukuran risiko. Strategi pengelolaan risiko berbentuk langkahlangkah yang ditujukan untuk mengurangi tingkat kerugian dari suatu kondisi yang dianggap berisiko. Penanganan risiko dapat dimasukkan ke dalam fungsifungsi manajemen. Sehingga fungsi-fungsi manajemen yang dikenal dengan planning, organizing, actuating, dan controlling (POAC) bertambah satu, yaitu fungsi penanganan risiko (Kountur 2008). Menurut Kountur (2008), terdapat dua strategi penanganan risiko yaitu: 1. Preventif Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini cocok dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Strategi preventif dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: a. Membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur b. Mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) c. Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik 2. Mitigasi Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksud untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk dalam strategi mitigasi adalah: a. Diversifikasi Diversifikasi adalah cara menempatkan aset atau harta dibeberapa tempat sehingga jika salah satu tempat terkena musibah tidak akan menghabiskan semua 24 aset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko. b. Penggabungan Penggabungan atau yang lebih dikenal dengan istilah merger menekankan pola penanganan risiko pada kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain. Contoh strategi ini adalah perusahaan yang melakukan merger atau dengan melakukan akuisisi. c. Pengalihan Risiko Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain. Cara ini bermaksud jika terjadi kerugian pada perusahaan maka yang menanggung kerugian tersebut adalah pihak lain. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengalihkan dampak risiko ke pihak lain, diantaranya melalui asuransi, leasing, outsourching, dan hedging. Pengalihan risiko dapat dilakukan dengan cara mengasuransikan aset perusahaan yang dampak risikonya besar sehingga jika terjadi kerugian maka pihak asuransi yang akan menanggung kerugian yang dialami perusahaan sesuai dengan kontrak perjanjian yang telah disepakati oleh pihak perusahaan dan pihak asuransi. Leasing adalah cara dimana aset digunakan tetapi kepemilikannya adalah pihak lain. Jika terjadi sesuatu pada aset tersebut maka pemiliknya yang akan menanggung kerugian atas aset tersebut. Outsourching merupakan cara dimana pekerjaan diberikan kepada pihak lain untuk mengerjakannya sehingga jika terjadi kerugian maka perusahaan tidak menanggung kerugian melainkan pihak yang melakukan pekerjaan tersebutlah yang menanggung kerugiannya. Hedging merupakan cara pengalihan risiko dengan mengurangi dampak risiko melalui transaksi penjualan atau pembelian. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melakukan hedging adalah melalui forward contract, future contract, option, dan swap. 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional CV Multi Global Agrindo merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pembenihan hortikultura khususnya sayuran dan buah-buahan. Benih- 25 benih yang dihasilkan akan memunculkan varietas-varietas unggul. CV Multi Global Agrindo telah melakukan plant breeding dengan research and development dan telah menemukan berbagai jenis varietas baru dari berbagai persilangan-persilangan yang telah diujicobakan. Varietas-varietas baru tersebut merupakan tanaman hortikultura yang meliputi tanaman tomat, cabe, sawi, kacang panjang, buncis, semangka, melon, terong, pare dan lain-lain. Pemilihan komoditas melon didasarkan karena benih melon merupakan benih unggulan pada perusahaan ini sehingga dapat memberikan peranan yang cukup besar terhadap pendapatan perusahaan. Kegiatan dari bidang research and development merupakan hal yang sangat penting pada usaha ini. Research and development melakukan penelitianpenelitian tentang varietas-varietas baru tanaman. Prinsip yang digunakan adalah mencari sifat yang terbaik dari hasil persilangan antara galur-galur yang terbaik. Sebagai contoh kriteria melon yang terbaik adalah dipandang dari segi ketebalan daging, diameter buah, rasa buah dan sifat tanaman yang tahan terhadap penyakit. Kegiatan ini merupakan bidang yang sangat vital bagi perusahaan dan kegiatan ini harus berlangsung secara berkelanjutan karena dengan berbagai penelitian yang terus dilakukan maka akan diperoleh varietas-varietas baru yang lebih unggul. Dalam mengusahakan benih melon, CV Multi Global Agrindo menghadapi kendala yaitu risiko produksi. Sumber-sumber yang menjadi penyebab terjadinya risiko produksi benih melon antara lain kondisi cuaca dan iklim yang sulit diprediksi, serangan hama dan penyakit, dan tingkat keterampilan tenaga kerja dalam teknik proses produksi. Adanya risiko produksi pada CV Multi global Agrindo dilihat dari adanya fluktuasi produksi. Fluktuasi produksi tersebut akan berdampak pada pendapatan yang diterima oleh perusahaan bahkan dapat menyebabkan kerugian seperti jumlah produksi yang rendah dan kualitas hasil panen benih yang menurun. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan analisis risiko produksi dengan tepat. Analisis risiko akan memberikan gambaran berapa besar nya risiko yang mungkin akan dialami oleh CV Multi Global Agrindo dalam memproduksi benih melon. Untuk meminimalkan risiko yang ada, dilakukan pengelolaan risiko yang dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi penyebab-penyebab adanya risiko 26 produksi, kemudian melakukan pengukuran risiko, menangani risiko dan mengevaluasi risiko. Untuk mengetahui tingkat risiko dapat diukur dengan menggunakan nilai harapan (expected return), ragam (variance), simpangan baku (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation). Nilai harapan (expected return) merupakan jumlah dari nilai-nilai yang diharapkan terjadi. Probabilitas (peluang) masing-masing dari suatu kejadian tidak pasti dan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melanjutkan kegiatan usaha. Ragam (variance) merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian, semakin kecil nilai variance maka semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut. simpangan baku (standard deviation) dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai variance, risiko dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi produksi, sehingga semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Koefisien variasi (coefficient variation) diukur dari rasio standard deviation dengan return yang diharapkan atau ekspektasi return (expected return). Semakin kecil nilai coefficient variation maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi. Selanjutnya dengan mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang baik dan tepat agar permasalahan yang terkait dengan risiko dapat diatasi. Alur kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 3. 27 CV Multi Global Agrindo Benih Melon Fluktuasi produksi • Fluktuasi produksi diduga akibat bisnis tersebut rentan terhadap risiko produksi Fluktuasi penerimaan Analisis Risiko Tunggal dan Portofolio • Expected return • Ragam (Variance) • Simpangan baku (standard deviation) • Koefisien variasi (coefficient variation) Analisis Deskriptif Identifikasi sumber-sumber risiko produksi • Cuaca dan iklim • Hama dan penyakit • Kegiatan produksi benih • Keterampilan tenaga kerja Strategi pengelolaan risiko poduksi Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional 28