PENINGKATAN EFEKTIVITAS DIKLAT SISTEM PENGAPIAN BATERAI KONVENSIONAL MELALUI PENDEKATAN CTL PADA DIKLAT GURU SMK OTOMOTIF DI P4TK BIDANG OTOMOTIF DAN ELEKTRONIK MALANG Sasongko Leksono.A.P.ST.M.Si Widyaiswara Madya PPPPTK-VEDC Malang Abstrak Sasongko Leksono Agus Pamungkas,ST.,M.Si, 2013 Peningkatan Efektivitas Pembelajaran Sistem Pengapian Baterai Konvensional dengan Pendekatan CTL pada diklat Guru SMK Otomotif pada Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronik (P4TK) Malang. Penelitian ini adalah penelitian tindakan diklat, yang bertujuan bagaimana cara meningkatkan efektivitas pembelajaran sistem pengapian baterai konvensional dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) pada diklat guru otomotif pada Pusat Pengembanngan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronik (P4TK) Malang. Subjek penelitian adalah peserta diklat guru otomotif pada Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronik (P4TK) Malang. Penelitian ini dilaksanakan melalui tahapan proses yang meliputi merencanakan tindakan, melaksanakan tindakan pada siklus I dan siklus II, mengadakan pengamatan selama berlangsungnya pembelajaran pada siklus I dan siklus II, mengadakan evaluasi pada setiap akhir siklus, menganalisis data hasil evaluasi dan hasil pengamatan serta mengadakan refleksi berdasarkan hasil analisis dan tanggapan peserta diklat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas yang diperoleh peserta diklat pada tes akhir siklus I adalah 2,51 dan nilai rata-rata pada tes akhir siklus II adalah 3.13 , maka hasil perolehan rata-rat nilai peserta diklat tiap siklus meningkat 0,62 sedangkan standar deviasi mengalami kenaikan 1,31. Kesimpulan dari hasil penelitian di atas diperoleh bahwa terjadi peningkatan yang cukup berarti efektivitas pembelajaran sistem pengapian baterai konvensional pada diklat guru otomotif pada Pusat Pengembanngan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronik (P4TK) Malang, melalui pembelajaran dengan pendekatan CTL. Kata kunci : CTL, Siklus I, Siklus II, Efektifitas 1 menambah motivasi belajar peserta diklat, mampu menemukan sendiri pengalaman belajarnya dan dapat menghubungkan antara materi yang dipelajari di sekolah dengan pengalaman di luar, guna pencapaian hasil belajar yang optimal. A. Latar Belakang. Sistem pengapian baterai konvensional pada mata diklat teknik kelistrikan otomotif adalah merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh setiap guru sekolah menengah kejuruan bidang keahlian teknik kendaraan ringan. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang mengacu pada isi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 3 (tiga) mengenai Tujuan Pendidikan Nasional dan penjelasan pasal 15 alinea ke – 2 yang menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Secara khusus tujuan program keahlian teknik kendaraan ringan adalah membekali peserta diklatnya dengan keterampilan, pengetahuan, dan sikap agar lebih kompeten. Kompetensi dasar yang digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum program keahlian teknik kendaraan ringan adalah kompetensi inti dan kompetensi dasar kurikulum 2013. Skenario pembelajaran yang selama ini digunakan berupa metode ceramah, dengan media wall chard dan model-model sistem pengapian baterai konvensional, ternyata kurang efektif malah peserta diklat kurang termotivasi dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Ini terbukti setelah diberikan tugas harian dan diadakan ulangan harian maupun ujian akhir modul data perolehan hasil belajar khususnya penyelesaian soal-soal tentang cara kerja dan analisis gangguan pada sistem pengapian baterai konvensional pada tahun-tahun sebelumnya kurang memuaskan. Berangkat dari kesenjangankesenjangan pembelajaran dan kekurang-efektifan hasil belajar peserta diklat tersebut di atas, maka penulis mencoba menerapkan dengan menggunakan metode pengajaran kontekstual (contextual teaching and learning). Dengan menggunakan metode tersebut diharapkan dapat B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :“Apakah melalui pendekatan pengajaran kontekstual pada diklat guru otomotif pada Pusat Pengembanngan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronik (P4TK) Malang dapat meningkatkan efektifitas diklat Sistem Penagapian Baterai Konvensional bagi guru SMK Otomotif ?” C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peningkatan efektivitas pembelajaran sistem pengapian baterai konvensional pada pada diklat guru otomotif pada Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronik (P4TK) Malang dengan menggunakan pendekatan pengajaran kontekstual. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : Meningkatkan, memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan kualitas serta mutu pembelajaran Peserta diklat dapat terlibat langsung dalam mengaplikasikan pengalaman belajarnya baik mental, fisik, dan sosialnya guna untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Sistem Pengapian Baterai Konvensional Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh widyaiswara untuk menjadikan guru pembelajar, bagaimana belajar memperoleh dan 2 memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Gague dalam Haling (2004) mengatakan bahwa “pembelajaran adalah usaha widyaiswara yang bertujuan membantu peserta diklat belajar”. Degeng dan Mirason dalam Haling (2004) mengatakan bahwa “pembelajaran adalah suatu proses yang dilaksanakan secara sistematis dimana setiap komponen saling berpengaruh. Jadi disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan yang diatur sedemikian rupa sehingga tercipta hubungan timbal balik antara widyaiswara dan peserta diklat untuk mencapai tujuan tertentu. Efektivitas individu dapat dipandang dari suatu pencapaian sasaran yang ditargetkan, secara khusus dalam konteks pengajaran di sekolah kejuruan, sasaran yang dimaksud dapat ditunjukkan melalui sejumlah indikator. Efektifitas tergambar dari hasil belajar peserta yang tentunya tidak terlepas dari aktifitas peserta diklat dan metode yang digunakan pada proses belajar mengajar yang dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung, metode tersebut antara lain adalah : metode ceramah,metode demonstrasi,metode kerja proyek dan lain-lain. 4. Dapat menjadi penguatan kepada peserta didik dengan adanya humor Sedangkan kekurangan metode ceramah antara lain : 1. Tidak memberikan kesempatan untuk berdiskusi memecahkan masalah sehingga proses menyerap pengetahuan kurang tajam. 2. Tidak memberikan kesempatan kepada peserta diklat untuk mengembangkan keberanian mengemukakan pendapatnya. 3. Pertanyaan lisan dalam ceramah kurang dapat ditanggapi oleh pendengar, terlebih lagi jika menggunakan kata-kata asing. C. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Pendekatan CTL Pendekatan CTL adalah konsep belajar yang mendorong widyaiswara untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata, dan juga mendorong peserta diklat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan diterapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan peserta diklat diperoleh dari usaha peserta diklat mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar (Nurhadi, 2004 : 103) B. Metode Ceramah Pada umumnya metode yang digunakan penulis selama ini adalah metode ceramah yang merupakan penjelasan materi oleh widyaiswara secara lisan dan mendemonstrasikan model, kemudian diselingi dengan tanya jawab untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada peserta diklat (Suryo Subroto, 2002: 165) Sagala et.al (2005) mengemukakan bahwa metode ceramah mempunyai keuntungan sebagai berikut; 1. Murah karena memungkinkan efisien dalam pemanfaatan waktu. 2. Mudah disesuaikan dengan kondisi peserta didik. 3. Dapat mengembangkan kemampuan mendengar para peserta didik secara tepat, kritis dan penuh penghayatan. 2.Latar Belakang Lahirnya Pendekatan CTL Latar belakang lahirnya pendekatan konstekstual adalah peserta diklat belajar lebih bermakna jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar tentang teori keterampilan dasar akan lebih bermakna jika peserta diklat mengalami apa yang dipelajarinya, bukan hanya mengetahuinya. Dalam pembelajaran kontekstual tugas widyaiswara adalah memberi kemudahan-kemudahan kepada peserta diklat, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Widyaiswara bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran berupa hafalan tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran 3 yang memungkinkan peserta diklat belajar (Nurhadi, 2004 :104) Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali peserta diklat memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang (Nurhadi, 2004 : 104) Melalui pendekatan CTL proses pembelajaran sistem pengapian baterai konvensional diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan peserta diklat untuk bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari widyaiswara ke peserta diklat. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil. Dalam konteks itu, perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, mereka dalam status apa, dan bagaimana mencapainya. Peserta diklat akan menyadari bahwa yang mereka pelajari berguna bagi kehidupannya. Dengan demikian peserta diklat memposisikan dirinya yang memerlukan suatu bekal untuk kehidupannya nanti. Peserta diklat mempelajari yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, peserta diklat memerlukan widyaiswara sebagai pengarah dan pembimbing. Sehubungan dengan itu, Zahorik dan Mulyasa (2005) mengungkapkan lima elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual sebagai berikut : 1. Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta diklat 2. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian secara khusus (dari umum ke khusus) 3. Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman dengan cara : a) Menyusun konsep sementara b) Melakukan kerja sama untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain. 3. Landasan Filosofi Pengembangan CTL Landasan filosofi CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya menghafal. Peserta diklat harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Konstruktivisme berakar pada filsafat paragmatisme yang digagas oleh John Dewey pada abad ke 20 (Nurhadi, 2004 : 105) Filosofi yang mendasari pendekatan kontekstual telah dikembangkan oleh John Dewey (sejak tahun 1916, yaitu sebuah filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman peserta diklat (Nurhadi, 2004 : 105) 4. Hakikat CTL Nurhadi (2002 : 5) Memandang bahwa CTL adalah konsep belajar yang membantu widyaiswara untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta diklat dan mendorong peserta diklat untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari Konsep pendekatan CTL ada 3 hal yang harus difahami : 1. CTL menekankan kepada proses keterlibatan peserta diklat untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara sadar. Proses dalam konteks CTL tidak mengharapkan peserta diklat hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. 2. CTL mendorong peserta diklat dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya peserta diklat dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di pusdiklat 4 dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan menghubungkan materi yang ditemukan dalam kehidupan nyata menjadikan peserta diklat belajar bermakna secara fungsional dan materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memoripeserta diklat, sehingga tidak akan mudah dilupakan. 3. CTL mendorong peserta diklat untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan peserta diklat dapat memahami materi yang dipelajarinya akan tetapi bagaimana materi itu mewarnai perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum pendekatan CTL mendorong peserta diklat memahami hakekat, makna, dan manfaat belajar, sehingga mereka akan rajin belajar dan termotivasi untuk senantiasa belajar. 1. Kembangkan pemikiran bahwa peserta diklat akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkostruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. 2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik 3. Kembangkan sifat ingin tahu peserta diklat dengan bertanya 4. Ciptakan “ masyarakat belajar” (belajar dalam kelompok-kelompok) 5. Hadirkan “ Model” sebagai contoh pembelajaran 6. Lakukan refleksi diakhir pertemuan 7. Lakukan penilain yang sebenarnya dengan berbagai cara 2.Ciri-ciri Kelas yang Menggunakan Pendekatan CTL Ada beberapa ciri yang nampak dalam kelas dengan menggunakan pendekatan CTL adalah sebagai berikut : pengalaman nyata, kerja sama, saling menunjang, gembira, belajar bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, peserta diklat aktif dan kritis, menyenangkan, tidak membosankan, kerja sama dengan teman, dan widyaiswara kreatif (Nurhadi, 2004 : 107). D. Komponen-komponen CTL Komponen belajar yang melibatkan pembelajaran CTL adalah melibatkan 7 komponen utama pembelajaran produktif, yakni : Konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya (Nurhadi, 2004 : 105) 1.Pokok pendekatan CTL Hal-hal pokok yang menjadi pokok dalam pendekataan CTL adalah :(1) mengutamakan pengalaman nyata, (2) berpikir tingkat tinggi, (3) berpusat pada peserta diklat, (4) peserta diklat aktif, kritis, dan kreatif, (5) pendidikan bermakna dalam kehidupan, (6) pendidikan bukan pengajaran, (7) memecahkan masalah, (8) peserta diklat berbuat widyaiswara mengarahkan, bukan widyaiswara berbuat peserta diklat menonton, (9) hasil belajar diukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes ( Nurhadi, 2004 : 105) Menurut (Nurhadi, 2004 : 106) penerapan pendekatan CTL dalam pembelajaran, memiliki langkah-langkah sebagai berikut : E. Kerangka Pikir Efektivitas pembelajaran yang dimaksudkan dalam penelitian tindakan ini adalah keberhasilan peserta diklat mencapai tujuan tertentu akibat adanya proses yang direncanakan sedemikian rupa sehingga tercipta hubungan timbal balik antara widyaiswara dan peserta diklat. Berkaitan dengan mata diklat sistem pengapian baterai konvensional, efektivitas pembelajaran yang dimaksud adalah keberhasilan peserta diklat dalam menguasai tentang sistem pengapian baterai konvensional dan aplikasinya. Efektivitas pembelajaran akan tergambar dari hasil belajar peserta diklat yang tentunya tidak terlepas dari aktifitas peserta diklat yang dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. 5 KONDISI AWAL TINDAKAN KONDISI AKHIR Peneliti : Belum menggunakan (X) Memanfaatkan (X) Diduga melalui (X) dapat meningkatkan (Y) bagi … Yang diteliti: (Y) rendah SIKLUS I Memanfaatkan (X) secara kelompok besar. SIKLUS II Memanfaatkan (X) secara kelompok kecil Gambar 1 kerangka berpikir yang dikelompokkan menjadi dua tahap yaitu:tahap pertama dengan membagi dengan kelompok besar terdiri dari dua kelompok masing-masing 6 orang dan 6 orang yang disebut dengan siklus I, kemudian tahap kedua dikelompokkan dalam kelompok keci, terdiri dari 4 kelompok masing-masing 3 – 4 orang yang disebut siklus II. Untuk mencapai keberhasilan tersebut maka perlu diterapkan pendekatan pembelajaran yang tepat. Contextual Teaching and Learning (CTL ) merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat mengubah paradigma mengajar menjadi pembelajar sehingga pembelajaran terkesan bermakna. Pendekatan CTL menekankan pada proses keterlibatan peserta dikalat secara penuh (Sanjaya, 2005). Dengan demikian, penerapan pendekatan CTL dapat meningkatkan efektivitas diklat karena peserta diklat terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar. F. Hipotesis Tindakan Melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan efektivitas diklat sistem pengapian baterai konvensional pada diklat guru otomotif pada Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronik (P4TK) Malang. Kondisi awal adalah tahapan proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ceramah pada kondisi ini hasil belajar yang diperoleh digunakan sebagai data awal untuk mengkomperasikan dengan hasil belajar dengan menggunakan tindakan. Tindakan dalam proses belajar mengajar adalah dengan memanfaatkan trainer sistem pengapian konvensial MET0DE PENELITIAN A.Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan diklat (Classroom Action Research) yang dilaksanakan selama dua siklus. Tindakan yang dilakukan adalah pendekatan CTL melalui tahapan- 6 tahapan tindakan, refleksi. perencanaan, pelaksanaan observasi, evaluasi dan (1) cara penyalaan bahan bakar pada motor bakar, bagian-bagian sistem pengapian baterai, dan cara kerja, (2) kontak pemutus dan sudut dwell, (3) kondensator, (4) koil dan tahanan ballast, (5) busi. b. Siklus kedua berlangsung empat (4) kali tatap muka dengan kajian sub kompetensi : (1) Saat pengapian, (2) advans sentrifugal, (3) advans vacuum. B.Subyek, Lokasi, dan Waktu Penelitian Subyek penelitian adalah diklat guru SMK otomotif pada Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Otomotif dan Elektronik (P4TK) Malang, waktu penelitian disesuaikan dengan jadwal diklat mulai tanggal 26 Agustus s.d 6 September 2013 H. Analisis dan Evaluasi 1.Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data pada penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1) Data mengenai perubahan sikap, kehadiran, dan keaktifan pesrta diklat di dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar yang diambil dengan cara pengamatan dan observasi 2) Data tentang hasil belajar sistem pengapian baterai konvensional yang diambil dari hasil tes akhir siklus satu (1) dan hasil tes akhir siklus dua (2) C.Perencanaan Tindakan Hal-hal yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan adalah : 1. Membuat perangkat pembelajaran, meliputi : Satpel/Lembar Kerja, daftar hadir peserta diklat, dan daftar penilaian peserta diklat. 2. Media pembelajaran seperti alat peraga, wall chard, trainer sistem pengapian baterai konvensional. 3. Bahan dan alat seperti engine stand dan kunci-kunci (kunci kombinasi pas ring satu set, kunci sok satu set, obeng plus satu set, obeng min satu set). 4. Instrumen observas i: lembar kerja peserta diklat, format indikator keberhasilan dan lain-lain. 5. Evaluasi: soal-soal penilaian. 6. Refleksi pada setiap siklus 2.Teknik analisa data Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif. Untuk analisis secara kualitatif digunakan pengelompokan berdasarkan data kualitatif, sedangkan data kuantitatif digunakan statistik deskriptif, untuk mendeskriptifkan karateristik dan subjek penelitian. Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori hasil belajar peserta diklat tentang sistem pengapian baterai konvensional adalah : Skala sebagaimana yang dikemukakan oleh Nurkancara (1980 : 80) yaitu sebagai berikut yang dikomperasikan dengan skala 0.00 sampai dengan 4,00 : 0,00 – 0.99 dikategorikan sangat rendah 1.00 – 1,99 dikategorikan rendah 2.00 – 2,99 dikategorikan sedang 3.00 – 3.50 dikategorikan tinggi 3.51 – 4.00 dikategorikan sangat tinggi F. Indikator Kinerja Peserta Indikator Kinerja Peserta Diklat Kemauan dan kemampuan peserta diklat serta aktifitas dalam bertanya, berdiskusi, dan mengajukan ide sehubungan dengan pengalaman yang didapat di luar G.Pelaksanaan Tindakan 1.Implementasi dan Observasi a. Siklus pertama berlangsung lima (5) kali tatap muka dengan kajian sub kompetensi : 7 3.Evaluasi Hasil analisis evaluasi dimaksudkan untuk memperoleh informasi atau balikan dari proses kegiatan penelitian yaitu menilai tahap perencanaan, observasi, dan pelaksanaan tindakan. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah sebagai berikut : Apakah proses penelitian sudah berjalan secara efektif, sesuai dengan indikator keberhasilan atau belum. Apakah keterlaksanaan tindakan sudah memenuhi kriteria dan aspek-aspek yang harus dilakukan oleh peneliti maupun peserta diklat pada setiap siklus. Apakah hasil belajar peserta diklat yang dicapai pada setiap siklus sudah sesuai dengan harapan yang diinginkan atau belum. 4. Refleksi Kegiatan dilaksanakan untuk mengoreksi atau mengkaji ulang apa-apa yang sudah dicapai dan yang belum dicapai, apa kendalanya dan bagaimana cara memperbaikinya, apakah ada yang perlu direvisi atau tidak serta tindakan apa yang perlu dilaksanakan pada siklus berikutnya. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini dibahas hasilhasil penelitian yang memperlihatkan perubahan efektivitas dan hasil belajar peserta diklat melalui pendekatan CTL. Adapun yang dianalisis adalah perubahan sikap, kehadiran, dan keaktifan peserta diklat dalam proses pembelajaran, serta hasil tes akhir siklus I dan hasil tes akhir siklus II. A. Perubahan sikap, Kehadiran, Keaktifan dalam Proses Pembelajaran. Dalam upaya meningkatkan efektivitas hasil belajar peserta diklat tidak terlepas dari faktor perhatian dan motivasi peserta diklat. Namun yang menjadi masalah adalah apakah melalui metode pembelajaran dengan pendekatan CTL dapat menarik perhatian serta memotivasi dan kesungguhan peserta diklat untuk lebih berusaha dalam meningkatkan hasil belajarnya. Sehingga dalam membahas perubahan sikap peserta diklat dalam mengikuti pelajaran dengan pendekatan CTL tidak terlepas dari perhatian serta motivasi dan kesungguhan peserta diklat. Perubahan tersebut merupakan data kualitatif yang diperoleh dari lembar observasi pada setiap pertemuan yang dicatat oleh widyaiswara pada setiap siklus. Perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat dari hal-hal berikut : 1. Meningkatnya presentase kehadiran peserta diklat dari siklus I sebanyak 92,3 % selama 5 kali pertemuan menjadi 100% dengan 4 kali pertemuan pada siklus II, dengan jumlah peserta diklat 12 orang. Hal ini berarti bahwa semakin meningkatnya motivasi peserta diklat untuk mengikuti pelajaran. 2. Perhatian peserta diklat pada saat proses belajar mengajar dengan metode pendekatan CTL juga mengalami peningkatan, dari siklus I ke siklus II. Ini ditunjukan dengan semakin bertambahnya peserta I. Perencanaan tindak lanjut Perencanaan tindak lanjut untuk satu siklus bila hasil belajar peserta diklat secara klasikal belum mencapai 75 % penguasaan materi pembelajaran atau kompetensi yang diajarkan. Data tersebut diatas adalah kondisi awal,dimana dari 12 arang guruguru SMK jurusan otomotif hanya 9 orang yang nilai nya diatas 2.0 dengan prosentase 69,23 % penguasaan meteri pembelajaran dalam hal ini mata diklat sistem pengapian baterai konvensional. Sedangkan secara individual yang belum mencapai 70 % penguasaan materi pembelajaran atau dengan kata lain belum mencapai nilai 2,0 maka perlu dilakukan pengayaan atau perbaikan. Pengayaan atau pebaikan bertujuan supaya peserta diklat yang belum menguasai materi pembelajaran supaya memperdalam materi tersebut sehingga penguasaan dapat mencapai minimal nilai 2.0. 8 diklat yang mengajukan pertanyaan mengenai materi pelajaran atau soalsoal yang tidak dapat diselesaikan. Dari siklus I sebanyak 7,69% kurang mempuyai keberanian untuk mengajukan pertanyaan dan tetap diklat pada siklus II, pada siklus I punya kemapuan baik untuk mengajukan pertanyaan sebesar 38,46% berkurang menjadi 15,38% pada siklus ke II, sedangkan yang yang mempunyai keberanian mengajukan pertanyaan baik sekali dari 53,84% meningkat menjadi 69,23 % pada siklus II. Ini berarti bahwa peserta diklat menyadari pentingnya mengikuti pelajaran, dalam hal ini apalagi dibuat kelompok untuk belajar bersama agar dapat bertukar pengalaman yang didapatnya di luar supaya lebih mengerti pelajaran yang telah dibahas dan tidak ketinggalan dari teman-teman yang lain, serta tidak ada lagi ketergantungan pada teman atau kelompok yang lebih pandai. 3. Keberanian dan semangat peserta diklat menjawab pertanyaan atau masalah yang di ajukan oleh widyaiswara juga mengalami peningkatan. Hal ini dari sejumlah peserta diklat yang turut terlibat dalam menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah selama proses pembelajaran di kelas. Rasa percaya diri untuk menjawab pertanyaan widyaiswara pada peserta diklat pada siklus pertama katagori kurang sebesar 53,84% berkurang menjadi 7,69 % pada siklus II. Sedangkan katagori baik sebesar 38,46% pada siklus I berkurang menjadi 23,07% pada siklus II.Sedangkan katagori sangat baik pada percaya dirinya untuk menjawab pertanyaan widyaiswara pada siklus I sebesar 7,69% meningkat tajam menjadi 84,61% pada siklus II. 4. Disamping itu peningkatan perhatian peserta diklat juga dapat dilihat dari kedisiplinan peserta diklat dalam mengikuti proses belajar mengajar secara kelompok di kelas,yang katagori baik dari 46,15% menurun drastis menjadi 15,38% pada siklus II, sedangkan katagori baik sekali dari 61,53% pada siklus I meningkat tajam menjadi 84,61% pada siklus II dengan berkurangnya peserta diklat yang keluar masuk ruangan pada saat pelaksanaan metode pembelajaran CTL berlangsung. B. Hasil belajar sistem pengapian baterai konvensional 1. Siklus I Skor hasil belajar sistem pengapian baterai konvensional peserta diklat pada siklus I akan disajikan pada tabel di bawah ini: Peserta diklat guru-guru SMK Otomotif Mata Diklat : Sistem Pengapian Baterai Konvensional Pelaksanaan tgl : 26 Agustus s/d 6 September 2013 Tabel 1 Daftar nilai hasil ulangan siklus I No Nama Peserta Perolehan Diklat Nilai 1 (01). 2.5 2 (02) 2.3 3 (03) 2.2 4 (04) 3.0 5 (05). 2.1 6 (06) 2.0 7 (07) 1.8 8 (08) 2.8 9 (09). 2.6 10 (10) 2.7 11 (11) 3.3 12 (12) 3.1 Perhitungan standar deviasi dan rata-rata nilai tes akhir siklus I Standar Deviasi (SD): SD SD ( Xi X n 1 2,4572 12 1 2,4572 11 SD 0,2047 SD 9 SD 0,4525 Rata-rata ( X ) : X untuk kategori dan rendah 7,692% sedangkan katagori sedang 69,230 %,dan untuk peserta diklat yang berada pada kategori tinggi adalah 23,076 %, Sedangkan peserta diklat yang berada pada kategori tinggi sekali adalah 0.0 %. Jika skor rata-rata perolehan peserta diklat pada siklus I ini, yaitu 2,51 di konversikan dalam kategori lima, maka hasil belajar sistem pengapian baterai konvensional pada siklus I ini berada pada kategori sedang. Peserta diklat dibagi dalam dua kelompok terdiri dari dua kelompok satu 6 orang dan kelompok dua 7 orang pada siklus I. Xi n 32,70 X 12 X 2,72 Tabel 2. Deskripsi skor hasil belajar sistem pengapian baterai konvensional pada tes akhir siklus I Statistik Nilai Statistik Subyek 12 Skor maksimum 3,30 Skor minimum 1,80 Rentang skor 1,50 Skor rata-rata 2,51 Median 2.30 Standar deviasi 0,45 Tabel 2 menunjukkan bahwa skor tertinggi yang dicapai peserta dikalt adalah 3,2 dan skor terendah adalah 1,80 dengan median 2,30 serta standar deviasinya adalah 0,45 sedangkan rataratanya adalah 2,51 dari skor ideal yakni 4,00 dengan jumlah peserta diklat 13 orang. Apabila nilai tersebut dikategorikan ke dalam kategori lima, berdasarkan kriteria penilaian, maka diperoleh data seperti pada tabel frekwensi berikut ini. Tabel 3. Distribusi frekwensi skor hasil belajar siswa pada tes akhir siklus I Frek Prosenta Skor Kategori wensi se (%) 0 – 0,9 Rendah 0 0 1,0 – 1,9 sekali 1 7,692 2,0 – 2,9 Rendah 8 69,230 3,0 – 3,5 Sedang 3 23,076 3,6 – 4,0 Tinggi 0 0 Tinggi sekali Jumlah 12 2. Siklus II Selanjutnya skor hasil belajar sistem pengapian baterai konvensional pada tes akhir siklus II dapat dilihat pada table berikut ini : Peserta diklat guru-guru SMK Otomotif Mata Diklat : Sistem Pengapian Baterai Konvensional Pelaksanaan tgl : 26 Agustus s/d 6 September 2013 Tabel 4 Daftar nilai hasil ulangan siklus II Nama Peserta Perolehan No Diklat Nilai 1 (01). 3.1 2 (02) 3.2 3 (03) 3.2 4 (04) 3.5 5 (05). 3.0 6 (06) 2.5 7 (07) 2.4 8 (08) 3.3 9 (09). 3.2 10 (10) 3.1 11 (11) 3.7 12 (12) 3.6 Perhitungan standar deviasi dan rata-rata nilai tes akhir siklus II Standar Deviasi (SD): 100,00 Tabel 3 distribusi frekwensi tersebut di atas, dapat dilihat bahwa tidak seorang pun peserta diklat yang berada pada kategori rendah sekali, SD 10 ( Xi X n 1 SD 3,6 – 4,0 Tinggi 2 15,384 Tinggi sekali Jumlah 12 100,00 Tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa 15,384 % peserta diklat pada tes akhir siklus II berada pada kategori tinggi sekali, 61,538 % peserta diklat pada kategori tinggi, dan 23,076 % peserta diklat pada kategori sedang, sedangkan peserta diklat pada kategori rendah dan rendah sekali adalah 0 %. Hal ini menandakan bahwa tidak seorang pun peserta diklat yang masuk pada kategori ini. Jika nilai rata-rata peserta diklat pada siklus II 3,13 di konversikan ke dalam kategori lima, maka hasil belajar sistem pengapian baterai konvensional pada tes akhir siklus II ini berada pada kategori tinggi. Dengan demikian skor hasil belajar sistem pengapian baterai konvensional peserta diklat dengan metode pembelajran CTL, mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II (2.51 menjadi 3.13) Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa peningkatan hasil belajar sistem pengapian baterai konvensional peserta diklat setelah diadakan tindakan selama dua siklus mengalami peningkatan yiaitu 3.13 – 2.51 = 0,62 ini berarti mengalami peningkatan yang cukup berarti atau dari kategori sedang ke kategori tinggi. Hal berarti bahwa metode pembelajaran CTL dalam proses belajar mengajar di kelas dapat meningkatkan efektivitas hasil belajar sistem pengapian baterai konvensional. Peserta diklat dibagi dalam kelompok kecil siklus II peserta diklat dibagi dalam 4 kelompok terdiri dari kelompok satu sampai dengan kelompok 3 masing-masing 3 orang dan kelompok 4 terdiri dari 4 orang pada siklus II. 1,7277 12 1 1,7277 11 SD 0,1439 SD 0,379 SD Rata-rata ( X ) : X Xi n 40.70 X 12 X 3,39 Tabel 5. Deskripsi Skor Hasil belajar Sistem Pengapian Baterai Konvensional pada tes akhir siklus II. Statistik Subyek Skor maksimum Skor minimum Rentang skor Skor rata-rata Median Standar deviasi Nilai Statistik 13 3,70 2,40 1,30 3,13 3,20 1,76 Tabel.5 menunjukkan bahwa skor tertinggi yang dicapai dari 13 peserta diklat adalah 3,70 skor terendah 2,40 dengan median 3,20 sedangkan standar deviasinya 1,76 dan skor ratarata 3,13 dari skor ideal 4,00. Apabila nilai rata-rata dikonversikan ke dalam kategori lima, maka diperoleh distribusi frekuensi seperti yang di tunjukan pada tabel di bawah ini. Tabel 6. Distribusi frekuensi skor hasil belajar peserta diklat pada tes akhir siklus II. Fre Prose Skor Kategori kue ntase nsi 0 – 0,9 Rendah 0 0 1,0 – 1,9 sekali 0 0 2,0 – 2,9 Rendah 3 23,076 3,0 – 3,5 Sedang 7 61,538 C. Refleksi terhadap pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajaran sistem pengapian baterai konvensional 11 peserta diklat berani menjawab serempak. Namun bila pertanyaan itu diulang dan widyaiswara meminta satu orang peserta diklat untuk menjawab, maka hanya peserta diklat tertentu saja yang mengacungkan tangan yakni peserta diklat yang kategori pintar. Mereka hanya saling berharap antara satu dengan yang lainya. Peserta diklat baru mau menjawab apbila ditunjuk langsung oleh widyaiswara yang disertai dengan dukungan dari teman-temannya, ini berarti umumnya peserta diklat masih memiliki ke ragu-raguan untuk menjawab pertanyaan apalagi untuk menyelesaikan tugas dalam bentuk kuis. Ketika menjelang akhir-akhir pertemuan siklus I, sudah menampakan adanya ke majuan. Hal ini dapat di lihat dengan bertambahnya peserta diklat jumlah peserta diklat yang aktif untuk bertanya pada saat penyelesaian tugastugas kelompok dan juga menjawab pertanyaan yang di ajukan kepada mereka,dan makin bertambahnya jumlah peserta diklat yang menyelesaikan tugas dalam bentuk kuis. Namun pada umumnya peserta diklat tersebut hanya yang akrab dengan widyaiswara atau peserta diklat yang aktif dalam kelompoknya. 2. Refleksi siklus II Memasuki siklus II, efektivitas, perhatian dan motivasi peserta diklat semakin memperlihatkan kemajuan. Hal ini karena widyaiswara bertindak tegas dalam proses pembelajaran, yaitu menegur/mengingatkan bagi peserta diklat yang bermain-main. Selain itu widyaiswara memberikan dorongan serta motivasi untuk bekerja sama dalam kelompok, saling berbagi tugas untuk mendapatkan solusi dalam menyelesaikan tugas dikelompoknya. Sebab jika ada peserta diklat yang mainmain maka temannya tidak segan-segan melaporkan kepada widyaiswara. Bahkan rasa percaya diri peserta diklatpun semakin meningkat, terbukti dengan antusiasnya peserta diklat untuk bertanya ketika mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Dalam hal ini bukan saja 1. Refleksi Siklus I. Pada umumnya peserta diklat dalam proses belajar mengajar jarang sekali di libatkan secara menyeluruh, malah tidak pernah dibentuk kelompok untuk lebih mengefektifkan pembelajaran. Ketika di terapkan metode pembelajaran dengan pendekatan CTL, yang tidak terlepas dari pembentukan kelompok belajar peserta diklat, maka pada umumnya peserta diklat cenderung memilih teman akrabnya atau temanya yang di anggap pintar. Namun untuk menghindari pendeskriminasian terhadap peserta diklat yang lebih pintar, serta melihat kondisi tempat duduk dan ruangan yang tidak begitu luas, maka widyaiswara mengelompokan peserta diklat bedasarkan agama, prestasi belajar,dan kalau memungkinkan terdiri beberapa suku. Hal ini diperoleh dari biodata yang dikumpul oleh peserta diklat. Dengan ketentuan jumlah kelompok terdiri dari 3-4 orang sehingga dapat terbentuk 4 kelompok dari 13 orang peserta diklat. Pada awalnya ada peserta diklat yang menolak tetapi ada juga yang menerima ketentuan tersebut. Umumnya peserta diklat yang menolak acuh tak acuh dan saling berharap diantara rekan kelompoknya dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Bahkan ada peserta diklat yang kelihatan hanya bermain-main atau berceritera dengan rekan dekatnya tanpa memperdulikan temanya yang lain yang berusaha menyelesaikan tugas kelompoknya. Sehingga tugas yang diberikan terkadang tidak di selesaikan secara keseluruhan. Dalam pembelajaran CTL ini umumnya peserta diklat masih ragu-ragu untuk menanyakan tugas-tugas yang tidak di mengerti sehingga hasil pekerjaan tiap kelompok tidak terselesaikan dengan baik. Bahkan ada kelompok yang menyelesaikan tugas tidak sesuai dengan maksud pertanyaan yang diberikan. Ketika widyaiswara melontarkan pertanyaan sehubungan dengan tugas yang diberikan, umumnya 12 dilakukan oleh peserta diklat yang kategori pintar namun peserta diklat yang semula hanya diam-diam saja sudah mulai aktif bertanya bahkan tidak segan-segan mengundang widyaiswara untuk meminta penjelasan bila mereka belum mengerti. Selain itu, mereka juga sudah dapat menunjukan keberanian mereka untuk tampil di depan kelas untuk menyelesaikan tugas di hadapan teman – temannya. Hal ini dapat terjadi karena dorongan serta dukungan dari teman – temannya dalam kelompok. Di samping itu mereka akan merasa dihargai dengan memberikan pujian atas hasil kerja mereka. Namun bila ada yang salah, widyaiswara memberikan komentar yang tidak menjatuhkan semangat peserta diklat dari satu kelompok tertentu ketika meluruskan atau memperbaiki jawabannya. Dalam siklus II ini, tugas yang diselesaikan secara individu setelah diperiksa dan dikembalikan kepada peserta diklat, maka mereka cenderung saling membandingkan antara hasil yang mereka peroleh, bahkan ada peserta diklat yang meminta penjelasan dari widyaiswara bila mereka kebingungan mengenai siapa diantara mereka yang pekerjaannya benar. Demikian juga dengan hasil pekerjaan kelompoknya, setelah diperiksa kemudian dikembalikan kepada kelompoknya mereka cenderung saling membandingkan antara satu kelompok dengan kelompok yang lain. Sehingga hal ini dapat menimbulkan persaingan positif antara individu ataupun kelompok, dan dapat memacu semangat setiap individu atau kelompok untuk bersaing secara positif sehingga dapat meningkatkan efektivitas hasil belajar siswa secara optimal. Secara umum, hasil yang telah dicapai peserta diklat setelah pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan CTL ini dapat mengalami peningkatan. Baik dari perubahan sikap peserta diklat, keaktifan, perhatian serta motivasi dalam menyelesaikan tugas/soal-soal sistem pengapian baterai konvensional secara individu sebagai dampak dari pembentukan kelompok. Sehingga tentunya telah memberikan dampak positif terhadap peningkatan efektivitas hasil belajar sistem pengapaian baterai peserta diklat secara klasikal. D. Analisis Refleksi Peserta Diklat Dari hasil analisis terhadap refleksi atau tanggapan peserta diklat, dapat disimpulkan dalam kategori sebagai berikut. 1. Pendapat peserta diklat terhadap pelajaran sistem pengapian baterai konvensional. Sebagian besar peserta diklat merasa senang dengan pelajaran sistem pengapian baterai konvensional, dengan alasan bahwa sistem pengapian baterai konvensional merupakan kompentensi dasar yang harus di kuasai pada mata pelajaran kelistrikan teknik kendaraan ringan, sebelum mempelajari kompetensi yang lainya. Di samping itu alasan lain yang muncul ialah bahwa, peserta diklat merasa senang dengan cara mengajar widyaiswara yang selalu menghubungkan antara materi yang di ajarkan dengan pengalaman nyata peserta diklat. E. Tanggapan peserta diklat Terhadap Pembelajaran dengan Pendekatan CTL Secara umum tanggapan yang diberikan peserta diklat dengan metode pembelajaran denga pendekatan CTL sangat bagus. Dengan alasan mereka dapat menghubungkan antara materi yang di pelajari di tempat diklat dengan pengetahuan mereka di luar, dan dapat bekerja sama,bertukar pengalaman dalam kelompok. Apabila ada tugas atau soal yang sulit diselesaikan atau kurang di mengerti secara individu dapat berdiskusi dengan kelompoknya untuk menyelesaikannya. Bahkan peserta diklat menginginkan semua mata pelajaran di berlakukan seperti halnya pembelajaran dengan pendekatan CTL. 13 Adapun hasil penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Terjadi peningkatan frekuensi kehadiran, perhatian , dan keaktifan peserta diklat dalam proses belajar mengajar sesuai dengan hasil observasi selama tindakan berlangsung maupun dari hasil refleksi peserta diklat. 2. Efektivitas pembelajaran sistem pengapian baterai konvensional peserta diklat juga mengalami peningkatan melalui pembelajaran CTL. Hal ini dapat di lihat dari hasil belajar siklus I yang berada pada kategori sedang, dengan skor ratarata 2,51 dari skor ideal 4,00 dan standar deviasi 0,45 mengalami peningkatan pada siklus II yang berada pada kategori tinggi dengan skor rata-rata 3,13 dari skor ideal 4,00 dengan standar deviasi 1,76, atau meningkat 1,31 ini berarti mengalami peningkatan yang sangat fantastis. 3. Pembelajaran CTL, diawali dengan widyaiswara menjelaskan materi pelajaran dan memberi gambaran singkat tentang materi yang akan di pelajari lebih kurang 15 menit kemudian peserta diklat di bentuk kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari 6- 6 orang setiap kelompok. Kemudian widyaiswara memberi tugas untuk didiskusikan pada masing-masing kelompok, setelah itu di presentasekan di depan kelas, sementara itu widyaiswara tetap mengawasi dan mengarahkan dalam pelaksanaan tindakan tersebut. B. Saran - Saran Sesuai dengan hasil yang di peroleh dari hasil penelitian ini, maka di ajukan saran-saran sebagai berikut. 1. Dalam melaksanakan pembelajaran, sebaiknya widyaiswara tidak hanya terfokus pada satu metode saja tetapi menggunakan beberapa metode. 2. Melihat hasil yang di peroleh melalui pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan CTL sangat F. Cara-cara Perbaikan Pembelajaran denga Pendekatan CTL. Saran-saran yang diajukan oleh peserta diklat terhadap pembelajaran dengan pendekatan CTL adalah sebagai berikut; a. Pada umumnya peserta diklat menyarankan agar widyaiswara lebih menguasai perkembangan dunia otomotif, dengan harapan tambahan pengetahuan tersebut dapat di transfer kepada peserta diklat dalam proses pembelajaran, sehingga peserta diklat lebih mudah memahami dan dapat menghubungkan antara materi yang dipelajari di lembaga diklat dengan pengalaman di luar. b. Pada saat pembagian kelompok hendaknya anggota kelompok bersifat heterogen, artinya peserta diklat yang lebih pandai di gabung dengan peserta diklat yang kurang pandai. Hal ini dimaksudkan agar mereka dapat saling memberi informasi atau saling memberitahukan mengenai materi yang kurang dipahami teman sekelompoknya. c. Pembentukan kelompok- kelompok belajar yang terdiri dari 6 orang telah memberi dampak yang positif, ditandai dengan proses diskusi dan presentase tugas berlangsung secara aktif, sehingga widyaiswara hanya mengawasi dan mengarahkan dalam pelaksanaan tindakan tersebut. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis data, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil efektivitas pembelajaran sistem pengapian baterai konvensional pada peserta diklat guru otomotif teknik kendaraan ringan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) bidang Otomotif & Elektronik Malang dapat mengalami peningkatan melalui pelaksanaan metode pembelajaran dengan pendekatan CTL. 14 efektif, maka diharapkan kepada widyaiswara khususnya widyaiswara Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) bidang Otomotif & Elektronik Malang dan pada umumnya widyaiswara kelompok produktif dapat menerapkan metode ini dalam upaya peningkatan efektivitas dan keberhasilan peserta diklat. 3. Setiap tugas yang diberikan kepada peserta diklat hendaknya widyaiswara memberikan umpan balik supaya peserta diklat dapat mengetahui sampai di mana kemampuannya. Dengan demikian, peserta diklat lebih termotivasi untuk mengerjakan tugas – tugas berikutnya. DAFTAR PUSTAKA Dahlan M, Aloka. 2002. Kamus Modern Bahasa Indonesia : Yogyakarta Mulyasa. 2005. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya Nurkancara, Wayan. 1986. Evaluasi pendidikan. Surabaya Bandung : Sinar Baru Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta : PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia Sardina. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Praja Grafindo Persada Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta Sanyaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta ; Kencana Suryosubroto. 2002. Belajar Mengajar di Kelas. Bandung : Rineka Cipta 15