171 perbandingan daya hepatoprotektif bawang

advertisement
Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 3, No. 1, Januari 2004
PERBANDINGAN DAYA HEPATOPROTEKTIF BAWANG PUTIH,
BAWANG MERAH DAN BAWANG PREY BERDASARKAN
PEMBAKUAN KANDUNGAN SENYAWA SULFHIDRIL
Indriati P. Harahap1, M. Sadikin1, Kartina Zulfiani2, dan Azizawati2
Bagian biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salemba Jakarta
2
Laboratorium Biokimia Jurusan Farmasi FMIPA, UI, Depok
1
Abstract
In previous studies, had demonstrated prospective hepatoprotective properties of garlic, shallot
and leek. Using rats poisoned with CCl4 as model, it was found that garlic, as well as shallot and
leek suppressed the increase of serum GPT activities, which were very high effect in all CCl4
poisoned rats. Histopathological observation confirmed the enzymatic findings.
The close relative between garlic, shallot and leek (all belong to Allium genus) and practically
the same chemical content of them raised question, whether the plants may have the same
hepatoprotective capacities or not. To inquire this problem, firstly the sulfhydril containing
substances content of each plant were determined. It was found that total sulfhydril containing
substances of garlic, shallot and leek were 9.122, 5.128 and 8,631 µg/ml juice respectively. The
next, an observation to compare the hepatoprotective capacities of the plants were performed
using CCl4 poisoned rats. Each plant juice was administered orally in standardized dose, which
was based on the same total sulfhydril containing substances content. Consequently, each juice
was administered in different volume i.e. 10 ml/kg of body weight (BW) for garlic, 18 ml/kg of
BW for shallot and 11 ml/kg of BW for leek. Plasma GPT activities were 38.48±4.6 U/L for garlic
treated rats, 64.35±19.5 U/L for shallot treated rats and 56.28±6.11 U/L for leek in treating rats.
Mean GPT activities in plasma of the normal control rats was 38.5±2.44 U/L, whereas in CCl4
treatment was 380.64±170.66 U/L.
The hepatoprotective capacities of each plant, calculated by using formula of [GPT of CCl4 –
GPT of sample]/[GPT of CCl4 – GPT of normal control] X 100%, were 99.71% for garlic,
92.44% for shallot and 94.80% for leek. It can be concluded that, based on the same sulfhydril
containing substances contents, the three members of Allium family practically have the same
hepatoprotective capacities.
Keywords: garlic, shallot, leek, hepatoprotective, sulfhydril
PENDAHULUAN
Golongan bawang seperti bawang putih
(Allium sativum L.), bawang merah (Allium
ascalonicum L.) dan bawang prey (Allium fistulosum
L.) telah terbukti mempunyai khasiat hepatoprotektif.
Banyak percobaan pada binatang telah dilakukan
terhadap khasiat tumbuhan ini. Efek bawangbawangan ini diteliti dengan menggunakan tikus
percobaan yang diberi racun karbon tetra klorida
(CCl4). Karbon tetra klorida bersifat toksik terhadap
hepar. Keracunan CCl4 ditandai dengan perlemakan
dan pembengkakkan hati, dan pada tahap lanjut
terlihat nekrosis sentrotubular (1).
Pada kerusakan hati dalam plasma terlihat
peningkatan aktivitas enzim Glutamat Piruvat
Transaminase (GPT) dan penurunan kadar glutation.
Pemberian sari air bawang-bawangan pada tikus
keracunan CCl4 ternyata memperlihatkan perbaikan
fungsi hepar. Pada plasma tidak terlihat peningkatan
aktivitas enzim GPT yang berarti dan juga ada
perbaikan kandungan glutation dalam hati dan
plasma (2,3,4).
Ketiga jenis bawang ini mengandung
banyak senyawa yang mengandung gugus sulfhydril.
Pada penelitian terdahulu yang dilakukan secara
terpisah, efek hepatoprotektif terlihat pada pemberian
sari air bawang putih sebesar 10 g/kg berat badan
(BB) tikus atau sari air bawang merah sebesar 20
g/kg BB tikus atau sari air bawang prey sebesar 20
g/kg BB tikus.
Untuk membandingkan efek protektif
ketiga jenis bawang ini, kepada tikus percobaan
diberikan sari air bawang merah dan sari air bawang
prey yang mengandung senyawa dengan gugus
sulfhydril yang sama dengan kandungan senyawa
sulfhydril dalam sari air bawang putih sebesar 10
g/kg BB tikus. Sama seperti penelitian terdahulu,
efek hepatoprotektif dinilai dengan menetapkan
aktivitas enzim GPT.
ALAT DAN BAHAN
Bahan
Untuk penelitian ini digunakan tikus jantan
percobaan dari galur Wistar, berumur 3 bulan dengan
171
Perbandingan Daya… (Indriati PH, dkk..)
berat badan 140 – 210 g. Sebelum diberikan
perlakuan, tikus diadaptasikan terlebih dahulu di
lingkungan Laboratorium Biokimia FKUI selama 1
minggu.
Bawang putih bawang merah dan bawang
prey dibeli dari pasar. Bahan-bahan kimia yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dapar fosfat
0,1 M pH 7, 8 dan 9, asam tri-klor-asetat (TCA) 5%,
albumin serum sapi (bovine serum albumin =BSA),
pereaksi Folin-Ciocalteau, CCl4, minyak kelapa,
sistein HCl dan 5,5-ditio-bisnitro benzoat (DTNB).
Untuk penetapan aktivitas GPT plasma diperlukan
dinitrofenil hidrazin, asam piruvat, asam αketoglutarat, dl-alanin dan dapat fosfat 0,1 M pH 7,4.
Untuk penetapan kadar glutation dalam hati dan
plasma diperlukan glutation tereduksi. Seluruh bahan
kimia yang diperlukan untuk penelitian ini
mempunyai kemurnian yang tinggi (PA).
diberikan diet standar dan sari air bawang prey 11
g/kg BB selama 8 hari berturut-turut. Pada hari ke 8
sesudah pemberian sari air bawang diberi dosis
tunggal CCl4 sebesar 0,55 mg/g BB. Seluruh
pemberian sari air bawang dan CCl4 dilakukan
melalui saluran cerna dengan menggunakan sonde
lambung. Empat puluh delapan jam setelah
pemberian CCl4, semua tikus dari kelima kelompok
dibunuh dengan eter untuk kemudian diambil hati
dan darahnya.
Penetapan GPT plasma dilakukan secara
spektrofotometri dengan menggunakan teknik
Reitman dan Frankel (6). Pada teknik ini piruvat
yang terbentuk akan bereaksi dengan 2,4-dinitrofenil
hidrazin membentuk fenil hidrazin yang berwarna
kuning Coklat dalam larutan alkali. Warna yang
terbentuk ini dibaca serapannya pada panjang
gelombang 505 nm (6).
METODOLOGI
Sari air bawang putih, bawang merah dan
bawang prey dibuat dengan menimbang masingmasing 500 g dan diiris kecil. Masing-masing
bawang dilumatkan dalam aquades 100 ml. Setelah
didiamkan selama 1 jam lumatan diperas dengan kain
flannel dan sarinya ditampung. Ketiga jenis sari air
bawang ini diencerkan dengan aquades sehingga
volume menjadi 500 ml. Sari air bawang ini
dimasukkan ke dalam vial dan disimpan beku. Tiap
ml sari air bawang setara dengan 1 g bawang segar.
Pada ketiga jenis sari air bawang ini
ditetapkan kandungan total senyawa yang
mengandung gugus sulfhydril dengan cara Ellman
(5). Penetapan kadar senyawa gugus sulfhydril
dilakukan secara spektrofotometri pada panjang
gelombang 412 nm dengan sistein HCl sebagai
standar. Kepada masing-masing tikus percobaan
diberikan sari air bawang dengan kandungan
senyawa sulfhydril yang sama.
CCl4 diberikan dalam dosis 0,55 mg/kg BB
tikus. Larutan CCl4 dibuat dengan mengencerkan
2,59 ml CCl4 dengan minyak kelapa sampai volume
50 ml (berat jenis CCl4 = 1,59).
Untuk percobaan ini diperlukan 30 ekor
tikus yang dibagi secara acak menjadi 5 kelompok.
Kelompok I merupakan kelompok kontrol, hanya
mendapat diet standar. Kelompok II merupakan
kelompok perlakuan CCl4, diberikan diet standar dan
dosis tunggal CCl4 sebesar 0,55 mg/g BB. Kelompok
III adalah kelompok perlakuan CCl4dan sari air
bawang putih, diberikan diet standar dan sari air
bawang putih 10 g/kg BB selama 8 hari berturutturut. Kelompok IV adalah kelompok perlakuan
CCl4dan sari air bawang merah, diberikan diet
standar dan sari air bawang merah 18 g/kg BB
selama 8 hari berturut-turut. Kelompok V adalah
kelompok perlakuan CCl4dan sari air bawang prey,
HASIL DAN PEMBAHASAN
Salah satu senyawa aktif dalam golongan
bawang adalah senyawa yang mengandung gugus
sulfhydril. Dari penelitian khasiat bawang putih telah
diketahui bahwa pada pemberian sari air bawang
putih sebesar 10 g/kg BB, efek hepatoprotektif
terlihat dengan jelas. Pada awal penelitian ini
ditetapkan terlebih dahulu kandungan senyawa yang
mengandung sulfhydril dalam ketiga jenis sari air
bawang. Dengan patokan kandungan senyawa
dengan gugus sulfhydril dalam 10 g/kg BB dapat
diketahui berapa dosis sari air bawang merah dan
bawang prey yang harus diberikan. Dari penelitian
ini diketahui bahwa kandungan senyawa gugus
sulfhydril dalam sari air bawang (1 ml sari air
bawang setara dengan 1 g bawang segar) adalah
untuk bawang putih 9,122 µg/ml, bawang merah
5,128 µg/ml dan bawang prey 8,631 µg/ml (Tabel 1).
Kandungan senyawa gugus sulfhydril di atas
ditetapkan dengan membandingkan serapan pada
panjang gelombang 412 nm terhadap kurva standar
sistein HCl dengan persamaan garis Y = 2,91X10-3 +
3,30 X 10-3X. Sari air bawang yang diberikan pada
tikus percobaan dibuat dengan menyamakan
kandungan senyawa gugus sulfhydril. Dengan sari air
bawang putih sebesar 10 g/kg BB sebagai patokan
maka sari air bawang merah yang harus diberikan
adalah 18 g/kg BB dan sari air bawang prey sebesar
11 g/kg BB (Tabel 2).
Kerusakan hati akibat keracunan CCl4
diketahui melalui penetapan aktivitas enzim GPT
dalam
plasma.
Keracunan
CCl4
akan
memperlihatkan peningkatan aktivitas enzim GPT
dalam plasma. Aktivitas enzim GPT plasma kelima
kelompok tikus ditentukan dengan membandingkan
serapan pada panjang gelombang 505 nm terhadap
kurva standar aktivitas enzim GPT dengan
persamaan garis Y = 5,7 X 10-3 + 1,53 X 10-3X.
172
Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 3, No. 1, Januari 2004
Dengan cara ini diperoleh hasil rata-rata aktivitas
enzim GPT kelompok I adalah 38,50±2,44 U/L,
kelompok II 380,64±170,66 U/L, kelompok III
39,48±4,61 U/L, kelompok IV 64, 35±19,50 U/L dan
kelompok V 56,28±6,11 U/L (Gambar 1). Dari
Gambar 1 diketahui bahwa peningkatan aktivitas
enzim GPT tertinggi terlihat pada tikus kelompok
perlakuan CCl4.
Tabel 1. Kandungan senyawa –SH dalam sari air
bawang
Sari air
Bawang putih
Bawang merah
Bawang prey
Kadar –SH (µg/ml)
9,122
5,128
8,631
aktivitas enzim GPT kelompok kontrol, yaitu dengan
rumus 1 (7).
Aktiv. GPT CCl4 – Aktiv. GPT sampel
----------------------------------------------- X 100% ...(1)
Aktiv. GPT CCl4 – Aktiv. GPT kontrol
Dari rumus 1 tersebut diketahui bahwa efek
protektif sari air bawang putih adalah 99,71%, sari
air bawang merah 92,44% dan sari air bawang prey
94,80% (Tabel 3). Berdasarkan nilai efek
hepatoprotektif sari air bawang ini diketahui bahwa
sari air bawang putih memberikan efek proteksi lebih
tinggi dibandingkan sari air bawang merah dan
bawang prey.
I =Kontrol
II = CCl4
III = CCl4 + Bawang Putih
IV = CCl4 + Bawang merah
V = CCl4 + Bawang Prey
Tabel 2. Dosis pemberian sari air bawang
Bawang putih
Bawang merah
Bawang prey
Dosis yang diberikan
(g/kg BB)
10
18
11
Karbon tetra klorida (CCl4)merupakan
senyawa tergolong hepatotoksik. Efek hepatotoksik
disebabkan oleh metabolit CCl4 dalam tubuh yang
bersifat reaktif. Di dalam tubuh metabolit CCl4 yang
bersifat reaktif adalah CCl3• (tri kloro metil) dan
CCl3O2• (tri kloro metil peroksida). Kedua senyawa
ini akan mempengaruhi antara lain asam lemak tak
jenuh jamak dalam membran sel dan akan
menghasilkan peroksida lemak yang akan membantu
integritas membran sel. Akibat kerusakan membran
sel dapat dilihat dari peningkatan aktivitas enzim
GPT dalam plasma tikus keracunan CCl4.
Tabel 3. Efek protektif sari air bawang
Sari air
Bawang putih
Bawang merah
Bawang prey
Efek protektif (%)
99,71
92,44
94,80
Dari penetapan aktivitas enzim GPT plasma
diketahui bahwa pada pemberian sari air ketiga jenis
bawang ini pada tikus percobaan keracunan CCl4
ternyata memberikan hasil yang tidak berbeda
bermakna dengan aktivitas enzim GPT kelompok
kontrol.
Efek protektif sari air ketiga bawang ini
dapat diukur dengan cara membandingkan aktivitas
enzim GPT kelompok tikus percobaan terhadap
Aktivitas GPT Plasma (U/L)
Sari air
I
II
III
IV
V
Gambar 1. Diagram aktivitas GPT plasma
KESIMPULAN
Pemberian sari air bawang putih, sari air
bawang merah dan sari air bawang prey yang
mengandung senyawa gugus sulfhydril yang sama
pada tikus keracunan CCl4 memberikan efek
hepatoprotektif yang hampir sama. Hal ini terlihat
jelas dari aktivitas enzim GPT plasma tikus
kelompok I, III, IV dan V yang tidak berbeda.
Pemberian sari air bawang putih ternyata
memberi efek protektif paling baik dibandingkan
dengan sari air bawang merah dan bawang prey.
Keadaan ini sesuai dengan kandungan gugus
sulfhydril yang lebih tinggi dalam 1 ml sari air
bawang putih dibandingkan dengan dalam sari air
bawang merah dan bawang prey.
DAFTAR RUJUKAN
1. Sugito W., Chairul A., M. Sadikin, dan
Azizahwati, Efek Protektif Ekstrak Bawang
Putih Terhadap Hepatotoksisitas CCl4 pada Hati
Tikus: Sebuah Kajian histologis, Maj. Kedok
Indon, 1994; 44:504-511
173
Perbandingan Daya… (Indriati PH, dkk..)
2.
3.
4.
174
M. Sadikin, Chairul A., Sugito W., dan
Azizahwati, Aktivitas GPT Plasma Pada Tikus
yang Diracuni CCl4 dan Mendapat Bawang
Putih (Allium sativum L.), Maj. Kedok Indon
1993; 43: 299-305
Indriati P.H., M. Sadikin, Sunarti, dan
Azizahwati, Bawang Prey (Allium fistulosum L.)
dan metabolisme: 7. Pencegahan penurunan
kandungan total senyawa –SH dalam hati tikus
keracunan CCl4 oleh sari air bawang prey, Maj.
Kedok Indon, 1995;45: 111-115
Indriati P.H., M. Sadikin, Erni R., dan
Azizahwati, Daya Protektif Bawang Merah
(Allium ascalonicum L.) Terhadap Keracunan
5.
6.
7.
CCl4 pada Tikus. Maj. Kedok Indon
1996;46:237-241
Ellman, and George L., Tissue Sulfhydril
Groups. Archives of Biochemistry and
biophysics, 1959; 82: 70-77
Reitman S. and Frankel S., A Colorimetric
Method for the Determination of Serum
Glutamic Oxaloacetic and Glutamic Pyruvic
Transaminase, Am. J. of Clin Pathology, 1967;
28: 57-63
Cholies N., Efek hepatoprotektif ekstrak daun
Canarium vulgare Linn. pada sistem suspensi
sel hepatosit tikus terisolasi. Majalah Farmasi
Airlangga, 3 (1-2), 1994, 19-23
Download