1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keadaan Indonesia dewasa ini menegaskan kembali tentang pentingnya kebijakan
tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance yang selanjutnya
disebut GCG), GCG mensyaratkan peningkatan kemampuan dan pengetahuan
pembangunan. 1
Isu Good Corporate Governance sudah menjalar kemana-mana dan telah menjadi
salah satu pegangan bagi para regulator untuk menilai apakah suatu perusahaan itu
sudah dianggap amanah atau tidak. Penerapan Good Corporate Governance di
lembaga perbankan syari’ah menjadi sebuah keniscayaan yang tak terbantahkan.
Bahkan bank-bank syariah harus tampil sebagai perintis terdepan dalam
mengimplementasikan GCG tersebut. Dalam kerangka itulah IFSB (Islamic
Financial Service Board), sebuah badan penetapan standar internasional untuk
regulasi lembaga keuangan Islam yang berpusat di Kuala Lumpur, 2 baru-baru ini
memaparkan draft GCG untuk Lembaga keuangan Syariah.
Saat ini kita sering mendengar berita korupsi di berbagai lembaga perbankan, baik
bank BUMN maupun bank swasta. Berbagai kejadian korupsi tersebut, harus menjadi
1
Imam Samroni, Rakyat Dalam Good Corporate Governance: Posisi, Hubungan dan Skema
Keadaban. artikel diterbitkan pada 1 agustus 2007
2 http://www.investopedia.com/terms/i/ifsb.asp
1
2
perhatian serius bagi para stakeholders bank syari’ah, baik pemilik/ pemegang saham,
komisaris, direksi, karyawan, Dewan Pengawas Syari’ah, nasabah dan para akademisi
ekonomi syari’ah lainnya. Hal ini perlu menjadi perhatian penting, sebab saat ini
lembaga perbankan syari’ah sedang menjadi idola dan berkembang sangat pesat di
tanah air.
Di masa depan, tidak menutup kemungkinan akan terjadinya korupsi dan
penyimpangan di bank syari’ah, meskipun ada Dewan Pengawas Syari’ah. Apalagi
sekarang ini perbankan syari’ah semakin banyak, maka para bankir syari’ah pun
semakin bertambah banyak pula. Sehubungan dengan itu para jajaran eksekutif dan
pejabat bank, bahkan termasuk komisaris harus ekstra hati-hati dalam mengelola
lembaga perbankan syariah yang selalu dinilai suci, karena berasal dari prinsip
ilahiyah. 3
Harus dimaklumi, bahwa simbol agama tidak menjamin sebuah lembaga menjadi
bersih dari perilaku korupsi. Karena oknum seringkali tergoda oleh harta dunia.
Sebelum terjadinya kasus yang bisa mencoreng lembaga syariah, maka sejak dini
perlu diingatkan kepada pihak-pihak terkait agar berkomitmen menjauhi setiap
penyimpangan di bank syari’ah melalui penerapan GCG yang berlandaskan Syariat
Islam. Dalam konteks penerapan GCG di bank syari’ah, para bankir syari’ah, harus
benar-benar merujuk kepada prinsip-prinsip dan nilai-nilai ekonomi dan bisnis Islam
yang telah diterapkan oleh Rasulullah.
3
Agustianto, Good Corporate Governance di Bank Syari’ah. artikel di akses pada 5 januari
2008. dari http://agustianto.wordpress.com
3
Mantan deputi gubernur BI Maulana Ibrahim saat mengisi sebuah seminar di salah
satu perguruan tinggi di Bogor, beliau menjabarkan perlu adanya GCG berbasis
syari’ah karena keunikan lembaga keuangan syariah seperti bank syari’ah. Perbedaan
antara GCG konvensional dan syariah adalah pada bank konvensional, sistem
governance yang baik antara lain dikembangkan dengan membentuk unsur
governance yang lengkap baik itu struktur, proses dan hasil. Dari sisi struktur
governance, konsep GCG memperjelas fungsi, kewenangan dan pola hubungan
antara Pemegang Saham, Dewan Komisaris, berbagi komite dan manajemen bank.
Sedangkan pada perbankan syari’ah, selain hal – hal yang telah tercakup dalam
sistem konvensional, struktur governance akan melibatkan lebih banyak pihak karena
adanya karakteristik khusus dari perbankan syari’ah terutama kewajiban pemenuhan
prinsip syari’ah dan perbedaan posisi nasabah yang lebih tepat disebut investment
account holders.4
Nabi Muhammad adalah pelopor penegakan moral dalam setiap aspek kehidupan.
Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”.
Prinsip-prinsip dan nilai-nilai bisnis yang diajarkan dan dipraktekan Nabi
Muhammad SAW tersebut sangat identik dengan semangat GCG yang dikembangkan
saat ini.
Fokus utama lain adalah efisiensi ekonomi yang menyatakan bahwa sistem Tata
Kelola Perusahaan (TKP) harus ditujukan untuk mengoptimalisasi hasil ekonomi,
4
http://tazkia.ac.id. Good Corporate Governance dalam pandangan Islam. artikel diterbitkan
pada 14 april 2008
4
dengan penekanan kuat pada kesejahteraan para pemegang saham. Ada pula sisi lain
yang merupakan subjek dari TKP, seperti sudut pandang pemangku kepentingan,
yang menuntut perhatian dan akuntabilitas lebih terhadap pihak-pihak lain selain
pemegang saham, misalnya karyawan atau lingkungan. Dengan demikian kalau
semua pelaku dan hubungan antarkomponen TKP berproses dan berhasil dengan baik
maka itu disebut sebagai TKP yang baik atau good coorporate governance (GCG).
Prinsip-prinsip dalam melaksanakan GCG yang baik meliputi keadilan; transparansi;
akuntabilitas; tanggung jawab dan etika serta budaya kerja5
Dalam ajaran Islam, point-point tersebut menjadi prinsip penting dalam aktivitas
dan kehidupan seorang muslim. Namun lebih dari itu Islam sangat intens
mengajarkan diterapkannya prinsip ‘adalah (keadilan), tawazun (keseimbangan),
mas’uliyah (akuntabilitas), akhlaq (moral), shiddiq (kejujuran), amanah (pemenuhan
kepercayaan), fathanah (kecerdasan), tabligh (transparansi, keterbukaan), hurriyah
(independensi dan kebebasan yang bertanggungjawab), ihsan (profesional), wasathan
(kewajaran),
ghirah
(kepemimpinan),
(militansi
aqidah
syari’ah),
(keimanan),
idarah
ijabiyah
(pengelolaan),
(berfikir
positif),
khilafah
raqabah
(pengawasan), qira’ah dan ishlah (organisasi yang terus belajar dan selalu melakukan
perbaikan).6 Berdasarkan uraian di atas dapat dipastikan bahwa Islam jauh
mendahului kelahiran GCG (Good Coorporate Governance) yang menjadi acuan
5
Sjafri Mangkuprawira, Rumitnya Tata Kelola Perusahaan. artikel diakses pada 13 fabruari
2010. dari http://ronawajah.wordpress.com
6
Agustianto, Good Corporate Governance di Bank Syari’ah. Dari
http://agustianto.wordpress.com
5
bagi tata kelola perusahaan yang baik di dunia. Prinsip-prinsip itu diharapkan dapat
menjaga pengelolaan institusi ekonomi dan keuangan syari’ah secara profesional dan
menjaga interaksi ekonomi, bisnis dan sosial berjalan sesuai dengan aturan permainan
dan Best Practice yang berlaku.
Namun, Good Corporate Governance yang pada saat ini lebih terarah pada GCG
yang diterapkan oleh negara-negara barat. Sehingga nilai-nilai dalam prinsip syariat
Islam tidak tercantum didalamnya, meskipun prinsip-prinsip GCG yang saat ini
diterapkan sudah cukup baik dan mengarah pada syariat Islam. Oleh karena itu perlu
adanya perbedaan dalam hal konsep GCG ini, sehingga kejadian-kejadian yang tidak
diinginkan dan merugikan negara tidak terjadi lagi di dunia perbankan khususnya
perbankan syariah. Seperti halnya kasus yang menimpa salah satu dari bank
konvensional, yaitu bank Century. Yang mana dalam kasus ini mencoreng citra baik
dunia perbankan dimata masyarakat. Bahkan negara harus terlibat dan dirugikan
dalam hal kasus ini. Maka dari itu untuk menjaga agar kejadian yang terjadi pada
bank konvensional tidak terjadi lagi pada bank syariah, untuk itu perlu adanya
perbedaan konsep dan penerapan dalam menjaga dan mengelola perusahaan.
Seperti yang kita ketahui pertumbuhan ekonomi syari’ah khususnya perbankan
syari’ah sangatlah pesat, dan sangat disayangkan jika bank-bank syariah yang ada
saat ini tidak atau kurang mengetahui nilai-nilai syariat Islam yang sesungguhnya.
untuk itu, pelaksanaan peraturan dan kode praktek tata kelola perusahaan dalam
6
industri perbankan syariah akan memberikan peranan penting dalam memastikan
praktek bisnis yang sehat di industri perbankan syariah.7
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis akan meneliti “Konsep Good
Corporate Governance (GCG)” (Studi komparatif antara konsep GCG Bank
Muamalat Indonesia dan Bank Tabungan Negara).
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian latar belakang masalah, yaitu
mengenai Good Corporate Governance yang ada pada saat ini. Penulis ingin
menelaah kembali mengenai konsep dan penerapan GCG pada lembaga keuangan
syari’ah. Oleh karena itu GCG yang dibahas dalam skripsi ini yaitu dibatasi pada
prinsip-prinsip GCG serta konsep penerapannya pada lembaga keuangan syari’ah.
Maka dalam hal ini penulis ingin merumuskan beberapa hal yang terkait dalam
pembahasan skripsi ini sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep GCG dirumuskan di Bank Tabungan Negara dan Bank
Muamalat Indonesia?
2. Bagaimana
konsep
GCG
pada
Bank
Muamalat
Indonesia
yang
membedakannya dengan konsep GCG pada Bank Tabungan Negara ?
7
Sigit Pramono, Corporate Governance In Islamic Bank: Critikal Issues And Suitability Of
Conventional Corporate Governance Mechanism, SEBI no.1 (Juli 2008), h.113
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana konsep Good Corporate Governance serta
penerapannya pada bank syari’ah
b. Untuk menambah pengetahuan bagi mahasiswa (akademisi) agar lebih
memahami mengenai Good Corporate Governance.
2. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan wacana dalam
khazanah ilmu ekonomi dan sekaligus dapat memberikan penjelasan tentang
konsep dan penerapan Good Corporate Governance. Serta dapat memberikan
kontribusi berupa bacaan perpustakaan di lingkungan Universitas Islam Syarif
Hidayatullah Jakarta, khususnya di fakultas Syari’ah dan Hukum pada program
studi Mu’amalat.
D. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Untuk mencapai tujuan dari pembahasan skripsi ini, maka penulis menggunakan
dua tahap dalam membahasnya. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah:
1. Metode Penelitian
Penelitian merupakan sebuah metode untuk menemukan kebenaran yang juga
merupakan sebuah pemikiran kritis (critikal thinking), penelitian meliputi
pemberian definisi dan redefinisi terhadap masalah, memformulasikan hipotesis
atas jawaban sementara, membuat kesimpulan dan sekurang-kurangnya hipotesis
8
atas
jawaban sementara,
membuat
kesimpulan dan sekurang-kurangnya
mengadakan pengujian yang hati-hati atas hipotesis.8
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yakni penelitian yang mengungkapkan
suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga hanya penyingkapan
fakta,9 yang menggambarkan data informasi yang berdasarkan pada fakta yang
diperoleh di lapangan.
Selain data diperoleh dari lapangan, penelitian ini juga termasuk jenis penelitian
kepustakaan (library research) dengan teknik pengambilan data melalui
dokumentasi terhadap sumber-sumber buku yang dapat dijadikan acuan dalam
menelaah penelitian ini.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam menyusun penulisan skripsi ini, penulis menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data, yaitu:
a. Dokumentasi tentang konsep dan penerapan GCG, serta data-data yang
terkait didalamnya.
b. Wawancara (interview), dimana percakapan itu dilakukan oleh dua pihak
yaitu pewancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu. 10 Penulis mengadakan tanya jawab
8
Moh Nazir, Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003, cet.ke-5, h.13.
9
Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993,
h.10.
10
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2002, h.135.
9
dengan pihak bank syari’ah maupun bank konvensional yang berkompeten
dibidangnya.
E. Review Studi Terdahulu
Untuk mendukung materi dalam penelitian ini, penulis membandingkan dengan
beberapa penelitian terdahulu seperti yang terlihat pada tabel berikut:
Tabel 1 Review Studi Terdahulu
No.
Judul, Penulis,
Hasil Kajian Penelitian
Tahun
1.
Perbedaan dengan
Kajian Skripsi Penulis
Penerapan Good
Dalam skripsi ini penulis Dalam skripsi ini penulis
Corporate
menjelaskan secara
Governance pada
tentang pengertian GCG dan konsep
PT Bank Mega
implementasi nya pada PT Good
Corporate
Syariah Indonesia
BSMI dengan menganalisis Governance
yang
(analisis self
dengan menggunakan analisis pada
assessment
self assessment. Dan hasilnya, Indonesia,
berdasarkan SEBI
secara umum nilai rata-rata membandingkannya
no. 9/12/DPNP
keseluruhan
tanggal 30 mei
penerapan praktek GCG pada pada
2007), Rica Aulia,
PT BSMI memperoleh nilai Negara. Sehingga tidak
2009
komposit
umum membahas
mengenai
dan penerapan
Bank
ada
Muamalat
dan
terhadap dengan konsep yang ada
1.63
dengan menilai
Bank
Tabungan
bagaimana
10
predikat
“BAIK”.
Yang penerapan
GCG
pada
artinya, penerapan GCG pada kedua bank tersebut.
PT BSMI secara keseluruhan
telah dilakukan dengan baik,
dan telah memenuhi criteria
PBI
NO.
tentang
8/4/PBI/2006
pelaksanaan
Good
Corporate Governance bagi
bank umum.
2.
Urgensi Audit
Dalam skripsi ini penulis Dalam skripsi ini penulis
Internal Dalam
membahas akan pentingnya membahas
mengenai
Mewujudkan Good peran audit internal dalam perbandingan
Corporate
mewujudkan
GCG.
Governance pada
dari proses dan tahapan audit Governance
Bank Syariah
internal
(studi penelitian
tanggung jawab audit internal menjelaskan
pada PT Bank DKI
pada
Syariah Jakarta
cabang tanah abang.
sampai
Bank
DKI
konsep
mulai Good
Corporate
yang
ada
dengan pada BMI dan BTN, serta
Syariah konsep
bagaimana
GCG
bank
dikedua
tersebut
cabang Tanah
dirumuskan.
Sehingga
Abang), Ahmad
dari konsep dan rumusan
Busyaeri, 2009
tersebut
maka
11
terbentuklah tugas dan
tanggung
jawab untuk
tiap-tiap bagian, baik itu
organ
utama
maupun
organ pendukung pada
kedua bank tersebut.
3.
Pengaruh Audit
Dalam skripsi ini penulis Dalam skripsi ini penulis
Intern dan
menjelaskan
Pengendalian
seberapa besar pengaruh audit tugas
Intern Terhadap
intern
Penerapan Good
intern
Corporate
GCG pada auditor intern. internal
Governance
Variable yang menjadi focus penerapan GCG,
(studi kasus pada
penelitian ini adalah audit menjelaskan tugas dan
salah satu BUMN
intern (X1) dan pengendalian tanggung jawab dari tiap-
di Jakarta),
intern
Resa Dewitasari,
penerapan GCG (Y) sebagai baik itu organ utama
2007
variable terikat). Studi ini maupun
dan
mengenai menjelaskan
pengendalian jawab
terhadap
(X2)
dan
bagaimana
tanggung
bagian
audit
penerapan internal dan pengendalian
terhadap
serta
Terhadap tiap bagian yang lainnya,
menggunakan tekhnik analisi pendukung.
organ
Sehingga
jalur untuk menguji hipotesis. GCG akan terwujud jika
Dan
hasil
penelitian tiap-tiap bagian konsisten
12
menunjukan bahwa koefisien untuk tetap menjalankan
lintasan antara audit intern prinsip-prinsip
(X1)
terhadap
GCG
(y)
penerapan serta tugas dan tanggung
adalah
0.202, jawabnya.
tingkat signifikan 0.170.>0.05
sehingga hipotesa observasi
(Ho) diterima yang artinya
bahwa tidak ada pengaruh
yang signifikan . koefisien
lintasan pengendalian intern
(X2)
terhadap
GCG
(Y)
penerapan
sebesar
0.567,
tingkat signifikan 0.000<0.05
sehingga hipotesa observasi
(Ho)
ditolak
terdukung
terdapat
dan
artinya
pengaruh
signifikan.
Dari
Ha
bahwa
yang
table
ANOVA diperoleh nilai F
sebesar 20.810 dengan nilai
profitabilitas
GCG
(sig)<0.05,
13
maka keputusannya adalah
Ho ditolak dan Ha terdukung
artinya
bahwa
terdapat
pengaruh yang signifikan.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka sistematika penulisannya dibagi
kedalam lima bab oleh penulis. Adapun rangkaian dari setiap bab tersebut adalah
sebagai berikut:
BAB I
Pendahuluan, di dalam bab ini berisi latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,
metode dan teknik penulisan, review studi terdahulu dan rancangan
outline.
BAB II
Berisi mengenai, pengertian tentang Good Corporate Governance
secara umum, mulai dari istilah, tujuan, manfaat, prinsip-prinsip dari
GCG, tugas dan tanggungjawab organ perusahaan dalam menerapkan
Good Corporate Governance, serta konsep dasar dari GCG.
BAB III
Berisi mengenai gambaran umum Bank Muamalat Indonesia dan Bank
Tabungan Negara. Mulai dari sejarah pendirian hingga pertumbuhan,
serta visi dan misi dari kedua bank tersebut.
BAB IV
Pembahasan mengenai analisis komparatif konsep Good Corporate
14
Governance pada bank konvensional terhadap konsep Good Corporate
Governance pada bank syari’ah.
BAB V
Merupakan bab penutup yang memuat kesimpulan dari seluruh hasil
penelitian yang dilakukan penulis serta saran-saran.
BAB II
PERSPEKTIF TEORITIS GOOD CORPORATE GOVERNANCE
A. Pengertian Good Corporate Governance
Secara teoritis, praktek Good Corporate Governance dapat meningkatkan nilai
(value) perusahaan dengan meningkatkan kinerja keuangan mereka, mengurangi
resiko yang mungkin dilakukan oleh dewan dengan keputusan-keputusan yang
menguntungkan
diri
sendiri,
dan
umumnya
corporate
governance
dapat
meningkatkan kepercayaan investor. Sebaliknya corporate governance yang buruk
dapat menurunkan tingkat kepercayaan para investor.1 Corporate governance
berkaitan dengan masalah-masalah fundamental yang menyangkut pengelolaan
perusahaan, pengawasan, dan cara tata kelola itu mempengaruhi kepentingan dari
berbagai stakeholders.2
Sampai saat ini para ahli tetap menghadapi kesulitan dalam mendefinisikan Good
Corporate Governance yang dapat mengakomodasikan berbagai kepentingan. GCG
dapat didekati dengan berbagai disiplin ilmu antara lain ilmu ekonomi makro, teori
1
Independent Research & Publication For Business Development , Good Corporate
Governance (GCG): Revitalisasi Dan Strategi Aksi Korporasi BUMN-BUMD Indonesia Serta
Tinjauan Model Restrukrisasi Dan Privatisasi. (CeBIIS)
2
Sutan Remy Sjahdeini, Menuju Perbankan Yang Sehat Dan Credible Melalui Good
Corporate Governance, dalam seminar tahun 2004, Bahana securities, Jakarta 28 januari 2004, h. 2.
15
16
organisasi, teori informasi, akuntansi, keuangan, manajemen, psikologi, sosiologi dan
politik.3
Menurut Mas Achmad Daniri, ada dua teori utama yang terkait dengan Corporate
Governance yaitu stewardship theory dan agency theory.4 Stewardship dibangun di
atas asumsi filosofis mengenai sifat manusia yakni bahwa manusia pada hakikatnya
dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki
integritas, dan kejujuran terhadap pihak lain.
Sementara itu, agency theory yang dikembangkan oleh Michael Jhonson, seorang
profesor dari Hardvard, memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai ‘agents’
bagi para pemegang saham, akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi
kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil
terhadap pemegang saham sebagaimana diasumsikan dalam stewardship model.
Bertentangan dengan stewardship theory, agency theory memandang bahwa
manajemen tidak dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi
kepentingan publik pada umumnya maupun shareholders pada khususnya. Oleh
karena itu dibentuklah sebuah corporate governance.
Menurut Bank Dunia Good Corporate Governance adalah aturan, standar dan
organisasi di bidang ekonomi yang mengatur perilaku pemilik perusahaan, direktur
3
Endri, Penerapan Good Corporate Governance Dalam Perbankan Syari’ah. Artikel di
akses pada tanggal 26 Januari 2008 dari http://www.tazkiaonline.com
4
h. 2.
Daniri, Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya dalam Konteks Indonesia,
17
dan manajer serta perincian dan penjabaran tugas dan wewenang serta pertanggung
jawabannya kepada investor dan kreditor.
Sementara Syakhroza mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai suatu
mekanisme tata kelola organisasi secara baik dalam melakukan sumber daya
organisasi secara efisien, efektif, ekonomis ataupun produktif dengan prinsip-prinsip
terbuka, akuntabilitas, pertanggung jawaban, independent dan adil dalam rangka
mencapai tujuan organisasi, tata kelola organisasi yang baik apakah dilihat dalam
konteks mekanisme internal organisasi ataupun mekanisme eksternal organisasi.
Mekanisme internal lebih fokus kepada bagaimana pimpinan suatu organisasi
mengatur jalannya organisasi sesuai dengan prinsip-prinsip di atas, sedangkan
mekanisme eksternal lebih menekankan kepada bagaimana interaksi organisasi
dengan pihak eksternal berjalan secara harmoni tanpa mengabaikan pencapaian
tujuan organisasi. 5
Sedangkan menurut Tjager et. al., GCG merupakan suatu sistem, proses, dan
seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang
berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara Pemegang
Saham, Dewan Komisaris, dan Dewan Direksi demi tercapainya tujuan organisasi. 6
5
6
Endri, Penerapan Good Corporate Governance Dalam Perbankan Syari’ah.
Ririn Handayani, Good Corporate Governance Perbankan Syari’ah: Sebuah Akselerasi,
Dalam lomba karya tulis perbankan syari’ah milad ke-4 BNI Syari’ah, ed. Prospek bank syari’ah pasca
fatwa MUI. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, h.185.
18
Organization for Economics Corporation and Development
(OECD) yaitu
merupakan organisasi internasional yang secara khusus membidangi kegiatan
ekonomi, bisnis dan keuangan secara bersama-sama dan juga menyusun prinsipprinsip umum yang ditujukan bagi kepentingan negara atau anggotanya.7 OECD
mendefinisikan Good Corporate Governance yaitu sebagai, suatu perangkat dari
hubungan suatu manajemen perseroan, pengurus, para pemegang saham dan
penunjang lainnya. Itu membentuk struktur keberhasilan suatu sistem check and
balance dibawah kontrol dari suatu perseroan dengan mengurangi kesempatan dari
kesalahan manajemen dan kesalahan pengguna dari aset perseroan sementara
membuat membuat sebuah struktur pendorong pimpinan untuk memaksimalkan nilai
perseroan.8
Pengertian Good Corporate Governance menurut Forum for Corporate
Governance in Indonesia (FCGI) yaitu organisasi yang didirikan untuk meningkatkan
kesadaran dan mensosialisasikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance untuk
masyarakat bisnis Indonesia,9 menurutnya GCG merupakan seperangkat peraturan
yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya
7
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.oecd.org/home/&ei
8
Viraguna Bagoes Oka, GCG Pada Perbankan Dalam Prosiding: PT dan GCG, Jakarta:
Pusat Pengkajian Hukum, 2006, h.74.
9
http://www.fcgi.or.id/
19
sehubungan dengan hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain sistem yang
mengarahkan dan mengendalikan perseroan.10
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Good corporate
Governance merupakan:
1. Suatu tatanan yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran Dewan
Komisaris, Direksi, Pemegang Saham dan para Stakeholders lainnya.
2. Suatu sistem pengecekan dan perimbangan kewenangan atas pengendalian
perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang yang tidak di
harapkan, yaitu pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan aset perusahaan.
3. Proses transparan dalam menentukan arah dan tujuan serta pencapaian kinerja
perusahaan tersebut.
B. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance
Penerapan prinsip GCG oleh perusahaan merupakan sebuah pilihan dalam
menjalankan kegiatan ekonomi. Karena GCG lebih merupakan suatu etika bisnis
dibandingkan suatu keharusan dalam penerapannya.11
10
Misahadi Wilamarta, Penerapan Prinsip GCG dalam PT, Jakarta: Center of Education and
Legal Studies, 2007, h.7.
11
Indra Surya & Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governance
Mengesampingkan Hak-hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha, Jakarta: Kencana, 2006, h.109.
20
Prinsip tentang Good Corporate Governance yang disusun oleh OECD ini menjadi
salah satu acuan universal yang menjadi pijakan dalam pengembangan dibanyak
negara yaitu:12
1. Perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham.
2. Perlakuan adil bagi seluruh pemegang saham.
3. Peranan stakeholders yang terkait dengan perseroan.
4. Keterbukaan dan transparansi.
5. Tanggung jawab Direksi dan Dewan Komisaris.
Dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/33/PBI/2009 tentang pelaksanaan
Good Corporate Governance bagi Bank Umum menjabarkan prinsip-prinsip dasar
GCG yang terdiri dari:13
1. Transparan (transparency) yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi
yang material dan relevan serta keterbukaan dalam melaksanakan pengambilan
keputusan. Pedoman pokok pelaksanaannya antara lain sebagai berikut:14
a. Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai,
jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku
kepentingan sesuai dengan haknya.
12
Hindarmojo Hinuri, The Essence of Good Corporate Governance: Konsep dan
Implementasi pada Perusahaan Publik dan Korporasi Indonesia, Jakarta:Yayasan Pendidikan Pasar
Modal Indonesia & Sinergi Communication, 2002, h. 29.
13
Direktorat Perbankan Syari’ah Bank Indonesia, Good Corporate Governance Bagi Bank
Umum Syari’ah dan Unit Usaha Syari’ah, Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PBI/2009.
14
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), “Pedoman Umum Good Corporate
Governance Indonesia”, dikeluarkan oleh: Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006, h.5.
21
b. Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi,
misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan
kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh
anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris beserta anggota keluarganya
dalam perusahaan dan perusahaan lainnya, sistem dan pelaksanaan GCG
serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi
kondisi perusahaan.
c. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi
kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.
d. Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proposional dikomunikasikan
kepada pemangku kepentingan.
Perbincangan mengenai prinsip ini sendiri sangatlah menarik. Pasalnya, isu
yang sering mencuat adalah pertentangan dalam menjalankan prinsip ini.
Semisal, adanya kekhawatiran perusahaan bahwa jika ia terlalu terbuka, maka
strateginya akan diketahui oleh para pesaing sehingga akan membahayakan
kelangsungan usahanya. 15
15
Daniri, Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya dalam Konteks
Indonesia, h. 9.
22
2. Akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan
pertanggungjawaban organ bank sehingga pengelolaannya berjalan efektif. 16
Masalah yang sering ditemukan di perusahaan-perusahaan Indonesia adalah
mandulnya fungsi pengawasan dewan komisaris. Atau justru sebaliknya,
komisaris utama mengambil peran berikut berwenang. Pedoman pokok
pelaksanaannya antara lain sebagai berikut:17
a. Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masingmasing organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan selaras
dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan (corporate values), dan strategi
perusahaan.
b. Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua
karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung jawab,
dan perannya dalam pelaksanaan GCG.
c. Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yang
efektif dalam pengelolaan perusahaan.
d. Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan
yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta memiliki sistem
penghargaan dan sanksi.
16
Ekonomi Islam Online Friday, Dari Good Corporate Governance Menjadi Holistic Good
Corporate Governance dan Holistic Good Govern, artikel diakses pada tanggal 12 November 2010
dari http://ekisonline.com/component/content/article/39-sumber-daya-manusia.
17
KNKG, Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, h.6.
23
e. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap perusahaan dan
semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku
yang telah disepakati.
3. Pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian pengelolaan bank
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
pengelolaan yang sehat. Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk mematuhi
hukum dan ketentuan/peraturan yang berlaku, termasuk tanggap lingkungan
dimana perusahaan berada. Pedoman pokok pelaksanaannya antara lain sebagai
berikut:18
a. Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan
memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran
dasar dan peraturan perusahaan.
b. Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain
peduli terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar
perusahaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.
4. Independensi (independency) yaitu pengelolaan bank secara professional dan
tanpa pengaruh atau tekanan dari pihak manapun. Pedoman pokok
pelaksanaannya antara lain sebagai berikut:
a. Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi
oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari
18
KNKG, Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, h.6.
24
benturan kepentingan dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga
pengambilan keputusan dapat dilakukan secara obyektif.
b. Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya
sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, tidak
saling mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antara satu dengan
yang lain.
5. Kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak
stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundangundangan yang berlaku. Pedoman pokok pelaksanaannya antara lain sebagai
berikut:19
a. Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan
untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan
perusahaan serta membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip
transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing.
b. Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada
pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan
kepada perusahaan.
c. Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan
karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa
membedakan suku, agama, ras, golongan, gender, dan kondisi fisik.
19
KNKG, Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, h.7.
25
C. Tujuan dan Manfaat Penerapan Good Corporate Governance
Dasar corporate governance adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui
pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap
pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang
berlaku. Seberapa jauh perusahaan memperhatikan prinsip-prinsip dasar GCG telah
semakin menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusan investasi. Terutama
sekali hubungan antara praktik corporate governance dengan karakter investasi
internasional saat ini.
1. Tujuan Penerapan Good Corporate Governance
Berikut adalah beberapa tujuan dari penerapan Good Corporate Governance
dalam sebuah perusahaan: 20
a. Memastikan adanya basis yang efektif untuk kerangka kerja corporate
governance, yaitu kerangka kerja yang mendukung terciptanya pasar yang
transparan dan efisien sejalan dengan ketentuan perundangan.
b. Melindungi hak-hak pemegang saham serta memfasilitasinya.
c. Perlakuan setara terhadap seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham
minoritas dan pemegang saham asing harus diperlakukan setara.
d. Terbentuknya budaya baru perusahaan yang mendukung peningkatan kinerja
perusahaan secara keseluruhan.
20
Daniri, Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya dalam Konteks
Indonesia, h.13.
26
e. Terbangunnya citra perusahaan yang baik, dimata stakeholders, masyarakat dan
pihak luar perusahaan lainnya.
f. Terhindarnya praktik-praktek KKN yang sangat merugikan perusahaan.
2. Manfaat Penerapan Good Corporate Governance
Berikut adalah beberapa manfaat dari penerapan Good Corporate Governance
dalam sebuah perusahaan: 21
a. Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung pemegang
saham sebagai akibat pengalihan wewenang kepada pihak manajemen yang
disebabkan oleh penyalahgunaan wewenang.
b. Mengurangi biaya modal, yaitu sebagai dampak dari pengelolaan perusahaan
yang baik menyebabkan tingkat bunga atas dana atau sumber daya yang
dipinjam oleh perusahaan semakin kecil seiring dengan turunnya tingkat risiko
perusahaan.
c. Meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat meningkatkan citra
perusahaan di mata publik dalam jangka panjang.
d. Menciptakan dukungan para pemangku kepentingan (stakeholders) dalam
lingkungan perusahaan terhadap berbagai strategi dan kebijakan yang ditempuh
perusahaan, karena mereka mendapat jaminan bahwa mereka juga mendapat
manfaat maksimal dari segala tindakan dan operasi perusahaan dalam
menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan.
21
Daniri, Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya dalam Konteks
Indonesia, h.14.
27
e. Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing.
f. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi
perusahaan.
g. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari shareholders dan stakeholders
terhadap perusahaan.
D. Konsep Dasar Good Corporate Governance
GCG adalah suatu proses dan struktur yang digunakan untuk meningkatkan
keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan untuk meningkatkan nilai
perusahaan (corporate value) dalam jangka panjang dengan memperhatikan
kepentingan stakeholders berlandaskan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
moral dan etika bisnis.
Konsep GCG telah muncul di Amerika Serikat sejak tahun 1980-an dan
mengalami perkembangan cukup pesat akhir abad 20. Beberapa waktu yang lalu
muncul dua skandal kebangkrutan perusahaan di
Amerika Serikat
yang
menghebohkan kalangan dunia usaha. yaitu kasus Enron dan Worldcom. Hal tersebut
mengingatkan kepada kita bahwa praktek bisnis yang melanggar etika ternyata terjadi
di negara yang sangat mengagungkan prinsip GCG. Skandal tersebut terjadi karena
diabaikannya aspek moral yang terkandung dalam prinsip GCG, terutama prinsip
keterbukaan
(transparency)
&
pengungkapan
serta
prinsip
akuntabilitas
(accountability) dalam pengelolaan perusahaan. Hal tersebut dapat terjadi karena
dalam penerapan GCG hanya mengandalkan kepercayaan terhadap manusia sebagai
28
pelaku bisnis dengan mengesampingkan aspek dimensi moral yang bersumber dari
ajaran agama. Pada hal sebagus apapun sistem yang berlaku di perusahaan, apabila
karyawan atau manajemen berperilaku menyimpang dan melanggar etika bisnis maka
dapat terjadi praktek kecurangan yang sangat merugikan perusahaan yang berakhir
dengan kebangkrutan.
Pada dasarnya konsep Good Corporate Governance itu adalah suatu konsep yang
menyangkut struktur perseroan, pembagian tugas, pembagian kewenangan dan
pembagian beban tanggung jawab dari masing-masing unsur yang membentuk
struktur perseroan dan mekanisme yang ditempuh oleh masing-masing unsur dari
struktur perseroan tersebut serta hubungan-hubungan antara unsur-unsur dari struktur
perseroan dimulai dari Rapat Umum Pemegang Saham atau RUPS, Direksi, Dewan
Komisaris serta juga mengatur hubungan-hubungan antara unsur dari struktur
perseroan dengan unsur-unsur diluar perseroan.22
Berbicara mengenai corporate governance tak lepas mengenai tiga aspek, yaitu
Governance Structure, Governance Process dan Governance System pada suatu
perusahaan.23 Sebagai struktur, Corporate Governance mengatur hubungan antara
Dewan Komisaris, pemegang saham dan Stakeholder lainnya. Struktur Corporate
22
Sutan Rami Syahdeni, Peranan Fungsi Pengawasan Bagi Pelaksana Good Corporate
Governance, editor R.M Thalib Puspokusumo, (Jakarta: Tim Pakar Hukum Departemen Kehakiman
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, 2000), hlm.84
23
Three Agust Deddy Kurniawan, Pengukuran Penerapan Good Corporate Governance
(studi kasus pada PT Pupuk Sriwidjaja persero), Tesis Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Depok,
2007, h.19.
29
Governance pada suatu korporasi dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama teori
korporsi yang dianut, budaya dan sistem hukum yang berlaku.
Sebagai sistem, Corporate Governance menjadi dasar pengecekan dan
perimbangan kewenangan atas pengendalian perusahaan yang dapat membatasi
pengelolaan yang salah, dan peluang penyalahgunaan aset perusahaan.
Sebagai
proses,
Corporate
Governance
memastikan
transparansi
dalam
perusahaan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian dan pengukuran
kinerjanya.
Dalam rangka pengembangan Good Corporate Governance, United Nations
Development Programme (UNDP) menjelaskan sebagai berikut:24
1. Participation yang menerangkan setiap warga negara mempunyai suara dalam
pembuatan baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi
legitimasi yang mewakili kepentingannya yang dibangun atas kebebasan dan
berbicara secara berpartisipasi.
2. Rule of law menerangkan bahwa hukum itu antara lain harus adil dan semua
orang adalah sama dalam hukum yang berlaku terutama untuk hak-hak asasi
manusia.
3. Transparancy yang menerangkan bahwa transparansi dibangun atas dasar
kebebasan arus informasi, lembaga dan informasi dapat langsung diterima oleh
pihak-pihak yang membutuhkan informasi harus dapat dipahami dan dimonitor.
24
Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan,
Akuntabilitas Dan Good Corporate Governance, jakarta: lembaga administrasi negara, 2000, h. 7.
30
4. Responsiveness yang menerangkan bahwa proses dan lembaga harus dapat
melayani setiap stakeholders.
5. Concensus Orientation yang menerangkan bahwa Good Governance menjadi
perantara kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pilihan yang terbaik
untuk kepentingan yang lebih luas dalam hal kebijakan maupun prosedur.
6. Equity yang menerangkan bahwa semua warga negara mempunyai kesempatan
untuk meningkatkan dan menjaga kesejahteraannya.
7. Effectiveness and Efficiency yang menerangkan bahwa proses dan lembaga
yang menghasilkan sesuatu sesuai dengan program yang telah digariskan
dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia.
8. Accountability yang menerangkan bahwa para pembuat keputusan dalam
pemerintahan, sektor swasta dan masyarakat bertanggungjawab dan lembaga
stakeholders.
9. Strategic Vision yang menerangkan bahwa para pemimpin dan publik harus
mempunyai perspektif Good Governance dan pengembangan manusia yang
luas serta jauh kedepan sejalan dengan program yang diperlukan untuk
pembangunan.
Kesembilan karakteristik tersebut saling memperkuat yang tidak bisa untuk saling
berdiri sendiri. Oleh karena itu, Peran bank dalam melaksanakan GCG ada tiga
yaitu:25
25
Ariflawyer, GCG dalam hukum positif, artikel di akses pada tanggal 26 juni 2008 dari
http://ariflawyer.multiply.com/journal/item/5
31
1. Lembaga intermediasi dengan berbagai inovasi produk
2. Penyedia jasa perbankan pembayaran dengan berbagai mekanisme
3. Mediasi pelaksanaan kebijaksanaan moneter.
E. Tugas dan Tanggung Jawab Organ Perusahaan dalam Menerapkan Good
Corporate Governance
1. Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris
a. Dewan Komisaris wajib melakukan pengawasan atas terselenggaranya
pelaksanaan GCG dalam setiap kegiatan usaha bank pada seluruh tingkatan
atau jenjang organisasi.
b. Dewan Komisaris wajib melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
tugas dan tanggung jawab Direksi, serta memberikan nasihat kepada Direksi.
c. Dalam melakukan pengawasan, Dewan Komisaris wajib memantau dan
mengevaluasi pelaksanaan kebijakan strategis bank.
d. Dalam melakukan pengawasan, Dewan Komisaris dilarang terlibat dalam
pengambilan keputusan kegiatan operasional bank, kecuali pengambilan
keputusan untuk pemberian pembiayaan kepada Direksi sepanjang
kewenangan Dewan Komisaris tersebut ditetapkan dalam Anggaran Dasar
bank atau Rapat Umum Pemegang Saham. 26
26
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 Tentang Pelaksanaan Good Corporate
Governance Bagi Bank Umum Syari’ah Dan Unit Usaha Syari’ah, pasal 8 ayat 1- 4, h.8.
32
e. Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa Direksi telah menindak lanjuti
temuan audit dan/ atau rekomendasi dari hasil pengawasan Bank Indonesia,
auditor intern dan/ atau auditor ekstern. 27
f. Dewan Komisaris wajib memberitahukan secara tertulis kepada Bank
Indonesia paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak ditemukannya pelanggaran
peraturan perundang-undangan di bidang keuangan dan perbankan serta
suatu kondisi yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank.28
g. Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung
jawabnya, Dewan komisaris wajib membentuk Komite Pemantau Resiko,
Komite Remunerasi dan Nominasi serta Komite Audit.
h. Anggota Dewan Komisaris wajib menyediakan waktu yang cukup untuk
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal.
2. Tugas dan Tanggung Jawab Direksi
a. Direksi bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan pengelolaan bank
berdasarkan prinsip kehati-hatian.
b. Direksi wajib mengelola bank sesuai dengan kewenangan dan tanggung
jawabnya sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar Bank dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
c. Direksi wajib melaksanakan GCG dalam setiap kegiatan usaha bank pada
seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.
27
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009, pasal 9, h.9.
28
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009, pasal 10, h.9.
33
d. Direksi wajib menindaklanjuti temuan audit atau rekomendasi dari hasil
pengawasan Bank Indonesia, auditor intern dan auditor ekstern.
e. Direksi wajib memiliki fungsi paling kurang sebagai audit intern,
Manajemen Resiko dan Komite Manajemen Resiko serta Kepatuhan.
f. Direksi wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada
pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
g. Anggota Direksi dilarang memberikan kuasa umum kepada pihak lain yang
mengakibatkan pengalihan tugas dan fungsi Direksi.
h. Setiap keputusan Direksi bersifat mengikat dan menjadi tanggung jawab
seluruh anggota Direksi.
3. Tugas dan Tanggung Jawab Komite-Komite
a. Komite Pemantau Risiko
1) Melakukan evaluasi tentang kebijakan manajemen risiko.
2) Melakukan evaluasi tentang kesesuaian antara kebijakan manajemen
risiko dengan pelaksanaan kebijakan tersebut.
3) Melakukan evaluasi pelaksanaan tugas komite manajemen risiko dan
satuan kerja manajemen risiko.
b. Komite Remunerasi dan Nominasi.
1) Melakukan evaluasi terhadap kebijakan remunerasi
2) Melakukan evaluasi terhadap kesesuaian antara kebijakan tersebut dengan
pelaksanaan kebijakan tersebut.
34
3) Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris, Direksi, Pejabat
Eksekutif dan pegawai secara keseluruhan.
4) Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai sistem
serta prosedur pemilihan atau pergantian anggota Dewan Komisaris dan
Direksi.
5) Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai calon
anggota Dewan Komisaris dan Direksi.
6) Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai calon
pihak independen yang akan menjadi anggota Komite.
c. Komite Audit.
1) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas yang dilaksanakan oleh
fungsi audit intern.
2) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi, atas
hasil temuan audit atau rekomendasi dari hasil pengawasan Bank
Indonesia dan Auditor Ekstern.
3) Komite Audit memberikan rekomendasi mengenai penunjukan Akuntan
Publik dan Kantor Akuntan Publik kepada Dewan Komisaris.
Good Corporate Governance adalah suatu praktik pengelolaan perusahaan secara
amanah dan bijaksana dengan mempertimbangkan keseimbangan pemenuhan
kepentingan seluruh stakeholders.
35
Dengan
implementasi GCG,
maka
pengelolaan sumberdaya
Perusahaan
diharapkan menjadi efisien, efektif, ekonomis dan produktif dengan selalu
berorientasi pada tujuan Perusahaan.29
Secara umum krisis moneter terjadi di akibatkan dari lemahnya kualitas corporate
governance khususnya dalam pengelolaan perbankan. Rendahnya kualitas perbankan
antara lain tercermin dari lemahnya kondisi internal sektor perbankan, terutama
sebagai dampak dari pemberian kredit yang berlebihan, lemahnya menejemen bank,
kurangnya transparansi, lemahnya sistem pembukuan, lemahnya pengendalian
internal. Hal ini merupakan dampak terjadinya krisis moneter di Indonesia yang
terjadi pada tahun 1998 silam.
Oleh karena itu, industri perbankan harus menerapkan standar penerapan GCG
yang lebih ketat selain karena adanya aturan dari Bank Indonesia yang harus dipatuhi
juga dengan penerapan GCG yang baik diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap bank yang bersangkutan yang untuk selanjutnya akan dapat
meningkatkan nilai perusahaan.
29
http://www.informasi-training.com/good-corporate-governance-gcg-challenges-for-bankingindustrie.
BAB III
Gambaran Umum Bank BTN dan Bank Muamalat Indonesia
A. Bank Tabungan Negara
1. Sejarah bank BTN1
Pada tahun 1897 perseroan
didirikan dengan nama
“POSTSPAAR BANK”
pada tahun 1974
bank BTN
ditugaskan
memberikan
pelayanan KPR
sesuai surat
menkeu No. 849/MK/1974
Pada tahun 1968 bank
BTN sebagai Bank Milik
Negara (UU No. 20
tahun 1968
Pada tahun 1989
bank BTN
beroperasi sebagai
Bank Umum dan
mulai menerbitkan
obligasi
Pada tahun 1897 juga, Jepang
membekukan kegiatan “POSTSPAAR
BANK” dan menggantinya dengan nama
“CHOKIN KYOKU”
Pada tahun 1963 terjadi
perubahan nama bank menjadi
“Bank Tabungan Negara” (BTN)
Pada tahun
1994
perseroan
mendapat
ijin sebagai
bank devisa
Pada tahun 1992
Status hukum bank
BTN berubah
menjadi
perusahaan
perseroan (persero)
Pada tahun 2008 bank BTN menjadi bank pertama di Indonesia
yang melakukan pendaftaran transaksi kontrak investasi Kolektif
Efektif Beragun Aset (KIK EBA) di Bapepam yang kemudian
dilakukan dengan pencatatan perdana dan listing transaksi tersebut
di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009
1
Pada tahun 1950 di ubah
lagi namanya menjadi
“BANK TABUNGAN
POS” dengan UU Darurat
No.9 tahun 1950
Pada tahun 2003
Restrukturisasi
perusahaan secara
menyeluruh yang
tertuang dalam
persetujuan RJP tahun
2003-2007
http://www.btn.co.id/Tentang-Kami/Sejarah-Bank-BTN.aspx
36
Pada tahun 2000
bank BTN ikut
dalam program
Rekapitalisasi
Pada tahun 2002
bank BTN sebagai
bank umum
dengan fokus
pinjaman tanpa
subsidi untuk
perumahan
37
2. Visi dan Misi
a) Visi Bank BTN2
Menjadi bank yang terkemuka dalam pembiayaan perumahan.
b) Misi Bank BTN
1) Memberikan pelayanan unggul dalam pembiayaan perumahan dan
industri terkait, pembiayaan konsumsi dan usaha kecil menengah.
2) Meningkatkan keunggulan kompetitif melalui inovasi pengembangan
produk, jasa dan jaringan strategis berbasis teknologi terkini.
3) Menyiapkan dan mengembangkan Human Capital yang berkualitas,
profesional dan memiliki integritas tinggi.
4) Melaksanakan manajemen perbankan yang sesuai dengan prinsip kehatihatian
dan
Good
Corporate
Governance
untuk
meningkatkan
Shareholder Value
5) Mempedulikan kepentingan masyarakat dan lingkungannya.
B. Bank Muamalat Indonesia
1. Sejarah Pendirian dan Pertumbuhan Bank Muamalat Indonesia3
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H
atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan
Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal
2
3
http://www.btn.co.id/Tentang-Kami/Visi---Misi.aspx
http://www.muamalatbank.com/index.php/home/about/profile
38
1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan
Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim,
pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari
komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat
penandatanganan akta pendirian Perseroan.
Selanjutnya,
pada acara
silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan
komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp
106 miliar.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank
Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini
semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan
terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus
dikembangkan.
Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang
memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor
perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank
Muamalat pun terimbas dampak krisis. Dalam upaya
memperkuat
permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal yang potensial, dan
ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang
berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB
secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat.
39
Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan
masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank
Muamalat.
Dalam kurun waktu tersebut,
Bank Muamalat
berhasil
membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap
Kru
Muamalat,
ditunjang
oleh
kepemimpinan
yang
kuat,
strategi
pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan
perbankan syariah secara murni.
Hingga tahun 2009 Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 2,5
juta nasabah melalui 275 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia.
Jaringan BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos
Online/SOPP di seluruh Indonesia, 32.000 ATM, serta 95.000 merchant
debet. BMI saat ini juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah
membuka cabang luar negeri, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk
meningkatkan aksesibilitas nasabah di Malaysia, kerjasama dijalankan dengan
jaringan Malaysia Electronic Payment System (MEPS) sehingga layanan BMI
dapat diakses di lebih dari 2000 ATM di Malaysia.
Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank muamalat berkomitmen untuk
menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya comply terhadap syariah,
namun juga kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok
nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa,
lembaga nasional dan internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari 70
award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun Terakhir.
40
Penghargaan yang diterima antara lain sebagai Best Islamic Bank in Indonesia
2009 oleh Islamic Finance News (Kuala Lumpur), sebagai Best Islamic
Financial Institution in Indonesia 2009 oleh Global Finance (New York) serta
sebagai The Best Islamic Finance House in Indonesia 2009 oleh Alpha South
East Asia (Hong Kong).
2 Visi dan Misi Bank Muamalat4
a) Visi Bank Muamalat Indonesia
Visi Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual,
dikagumi di pasar rasional.
b) Misi Bank Muamalat Indonesia
Misi Menjadi panutan Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan
penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan
orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi
stakeholder.
4
http://www.muamalatbank.com/index.php/home/about/visi_misi
BAB IV
ANALISIS PERBANDINGAN
A. Perumusan Konsep GCG di Bank Muamalat Indonesia dan Bank Tabungan
Negara
Untuk perumusan konsep GCG pada industri perbankan itu sama, baik itu bank
konvensional maupun bank syariah
karena telah diatur oleh Bank Indonesia.
Dimana perumusan konsep GCG berawal dari sebuah visi dan misi di setiap
perusahaan, yang selanjutnya disesuaikan dengan hukum dan peraturan yang
berlaku, baik itu Peraturan Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia, dan
segala peraturan yang berkaitan dengan dunia perbankan yang pada akhirnya
terbentuklah sebuah pedoman umum GCG.
Dari kesemuanya itu, maka lahirlah sebuah kebijakan tata kelola perusahaan.
Kebijakan yang ada diperusahaan dapat mencontoh kebijakan yang telah ada pada
perusahaan lain. Jika kebijakan tersebut cocok dan sesuai dengan visi dan misi
perusahaan maka kebijakan tersebut dapat dibakukan dalam kebijakan perusahaan,
dan inilah yang dimaksud dengan Internal Best Practise. Dari konsep GCG ini,
maka terbentuklah sebuah corporate culture (budaya perusahaan) yang mana setiap
perusahaan memiliki corporate culture yang berbeda-beda tergantung dari
kebutuhan dan tentunya kesesuaian dari visi dan misi perusahaan.
Berikut dibawah ini merupakan siklus perumusan dan penerapan GCG.
41
42
Pedoman
Umum GCG
Hukum &
Peraturan
yang berlaku
Visi & Misi
Nilai-nilai
Korporasi
Corporate
Industry Best
Practise
Internal Best
Practise
Corporate Governance Policy
Peraturan Teknis
Sosialisasi
Implementasi
R
E
V
I
E
W
Corporate Culture
Tujuan Perumusan GCG
Implementasi GCG di Perusahaan antara lain bertujuan untuk :1
1. Mencapai visi dan misi perusahaan.
2. Memberikan keyakinan kepada pemegang saham bahwa perusahaan dikelola
secara bijaksana dan profesional dengan tujuan agar memberikan keuntungan
yang wajar dan bernilai tinggi.
3. Mendorong dan mendukung pengembangan, pengelolaan sumberdaya dan
pengelolaan risiko perusahaan secara lebih hati-hati dan bertanggung jawab
sejalan dengan prinsip-prinsip GCG.
4. Menciptakan nilai tambah bagi semua pihak.
1
Panduan Good Corporate Governance Bank Muamalat, h.3
43
5. Mendorong terciptanya budaya kerja perusahaan ke arah yang lebih baik.
6. Mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan.
7. Menciptakan pencitraan yang semakin baik di masyarakat.
Yang selanjutnya yang menjadi acuan untuk panduan GCG adalah:2
1. Undang-Undang Republik Indonesia, diantaranya adalah:
a) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1992 tentang
perbankan sebagaimana yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
tahun 1998.
b) Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah beserta
peraturan pelaksanaan yang akan dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
c) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas.
d) Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.
e) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 tahun 2002 tentang Tindak
Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 25 tahun 2003.
2. Peraturan Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia, Peraturan
BAPEPAM, Ketentuan-Ketentuan Menteri Keuangan dan Pusat Pelaporan
dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK) seperti:
a) PBI Nomor 11/33/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah.
2
Panduan GCG Bank Muamalat, h.3
44
b) PBI Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum.
c) PBI Nomor 1/6/PBI/1999 tentang Penugasan Direktur Kepatuhan dan
Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Internal Bank Umum.
d) PBI Nomor 2/1/pbi 2000 tanggal 14 Januari 2000 tentang Penilaian
Kemampuan dan Kepatuhan.
e) Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-389/MK.16/1997 tanggal 10
Oktober 1997 tentang Standar Anggaran Dasar Persero.
B. Penerapan Konsep Good Corporate Governance pada Bank BTN
Good Corporate Governance adalah sistem dan struktur untuk mengelola
perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai pemegang saham (stakeholders
value), serta mengalokasikan berbagai pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan.
Good Corporate Governance (GCG) merupakan unsur penting diindustri
perbankan mengingat risiko dan tantangan yang dihadapi semakin meningkat.
Penerapan GCG secara konsisten akan memperkuat posisi daya saing perusahaan,
memaksimalkan nilai perusahaan, mengelola sumberdaya dan risiko secara lebih
efisien dan efektif, yang pada akhirnya akan memperkokoh kepercayaan pemegang
saham dan stakeholders, sehingga bank dapat beroperasi dan tumbuh secara terus
menerus dalam jangka panjang.
Adapun yang dimaksud dengan konsep GCG yaitu, suatu konsep untuk
meningkatkan kinerja perusahaan dimana dalam pelaksanaannya memisahkan
45
antara pemilik bank dengan pelaksana atau pengelola bank itu sendiri. Sehingga
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan juga sesuai dengan best practise. Best
practise adalah batas minimal kebagusan atau kebaikan yang harus diterapkan oleh
perusahaan dari Bank Indonesia.3
Jadi intinya bagaimana cara membangun suatu struktur GCG, mulai dari
infrastruktur kemudian mekanisme serta outcome nya. Jadi formatnya sesuai dengan
best practise. Yang mana tujuan akhir dari GCG yaitu mencapai balance
(keseimbangan) antara stakeholders.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia nomor 8/ 4/ 2006 tentang pelaksanaan
Good Corporate Governance pada bank umum, disana menjelaskan mengenai
prinsip-prinsip yang harus ada dalam penerapan GCG, yaitu:4
1. Keterbukaan (transparancy)
2. Akuntabilitas (akuntability)
3. Pertanggungjawaban (responsibility)
4. Independensi (independency)
5. Kewajaran (fainess)
Dalam menjalankan prinsip-prinsip GCG dilaksanakan dengan 4 pilar, yaitu: 5
1. Komitmen on governance
3
Wawancara Pribadi dengan Corporate Secretary Division Head, Wilson Arafat, Jakarta,
Oktober 2010
4
Wawancara Pribadi dengan Corporate Secretary Division Head, Wilson Arafat
5
Wawancara Pribadi dengan Corporate Secretary Division Head, Wilson Arafat
5
46
2. Governance structure
3. Mekanisme
4. Out come
Yang mana tiga diantaranya (1-3) dapat dilakukan dengan GCG soft structure
dan GCG infrastructure. Adapun yang dimaksud dengan GCG soft structure yaitu
menulis apa yang dikerjakan dan mengerjakan apa yang ditulis, jadi menjadi sebuah
kebijakan yang tertulis. Sedangkan yang dimaksud dengan GCG infrastructure
yaitu para pelakunya, jadi setiap kebijakan butuh orang-orangnya sesuai dengan
kebutuhan perusahaan.
Didalam infrastructure governance terdiri dari dua organ yaitu organ utama dan
organ pendukung, yang mana kedua organ tersebut menjadi sebuah struktur dalam
perusahaan. Yang termasuk dalam organ utama yaitu terdiri dari:
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
2. Dewan Komisaris,
3. Dewan Direksi
Dan ketiga organ utama ini baku bagi perusahaan dimana setiap perusahaan
harus memilikinya karena mengikuti ketentuan hukum yang berlaku. Sedangkan
yang termasuk organ pendukung yaitu corporate secretary, risk management,
compliance, audit internal dan eksternal, dan ini hanya sesuai dengan kebutuhan
perusahaan.
Dewan Komisaris memiliki komite yang akan membantu Dewan Komisaris.
Kalau di bank yang wajib itu ada tiga diantaranya yaitu, komite pemantau resiko,
47
komite audit, dan komite remunerasi dan nominasi. Dan dibawah Dewan Direksi pun
memiliki komite-komite yang akan membantu Dewan Direksi, yaitu terdiri dari
komite produk, komite IT, komite Human Capital, komite asuransi sesuai dengan
kebutuhan perusahaan.
Untuk strategi, bank BTN mempunyai 4 prosedur dalam mewujudkan GCG
yaitu:6
a.
Awarness (kesadaran): Seperti training, sosialisasi, e-learning, brosur,
banner dan majalah.
b.
Institusionalisasi internalisasi: Soft structure yang tadi dibuatkan
kebijakan resmi perusahaan, mengerjakan apa yang ditulis dan menulis
apa yang dikerjakan, seperti peraturan direksi, surat edaran direksi.
Sedangkan yang dinamakan dengan internalisasi yaitu di budayakan
(corporate culture) yang nanti dibuatkan peraturan direksi, dibuatkan
program kerja untuk masing-masing unit, peraturan kerja untuk semua
unit kerja, KPI(Key Performance indikator) yang dimaksud dengan KPI
yaitu, misalkan saya melakukan atau mengerjakan a, b, c maka saya
akan mendapatkan nilai A. Yang mana dari kesemuanya itu menjadi
kebiasaan dan akhirnya menjadi budaya kerja perusahaan.
c.
Assessment program: Yaitu yang pertama dengan self assessment
contohnya, unit kerja pemasaran, lalu menyerahkan hasil laporan
6
Wawancara Pribadi dengan Corporate Secretary Division Head, Wilson Arafat
48
kerjanya setelah itu dinilai oleh corporate secretary. Yang kedua yaitu
Third Parti Assessment Center for Corporate Governance, yaitu dari
pihak perusahaan mengundang pihak luar atau yang disebut dengan
pihak independen untuk menilai kinerja perusahaan. Seperti BPKP,
konsultan dan lain-lain. Yang ketiga kita mengikuti GCG award yang
diadakan oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance
(IICG) dan SWA, dalam hal ini Bank BTN telah memperoleh
penghargaan dikategori Annual Report.
d.
Eksternalisasi: Membicarakan ke pihak
luar,
seperti halnya
mempublikasikan ke masyarakat luas seperti surat kabar, media
elektronik dan lain-lain.
e.
Pengembangan berkelanjutan: yang dimaksud adalah mengevaluasi
semua yang telah dikerjakan selama 1 tahun, dan berubah pada tiap
tahunnya.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa perbedaan konsep GCG pada BTN dan BMI
selain pada strukur organisasinya, ada perbedaan lain yaitu pada corporate culture.
Dalam corporate culture pada BTN dikenal dengan istilah POLA PRIMA,7 yang
mana kepanjangan dari POLA PRIMA itu adalah Pelayanan prima, inOvasi,
7
Wawancara Pribadi dengan Corporate Secretary Division Head, Wilson Arafat
49
keteLAdanan, Profesionalisme, Integritas dan kerja saMA. Berikut ini penjelasan
mengenai pola prima:8
1. Pelayanan prima (service excellence)
a) Ramah, sopan dan bersahabat
b) Peduli, pro aktif dan cepat tanggap
2. Inovasi (innovation)
a) Berinisiatif melakukan penyempurnaan
b) Berorientasi menciptakan nilai tambah
3. Keteladanan (role model)
a) Menjadi contoh dalam berperilaku baik dan benar
b) Memotivasi penerapan nilai-nilai budaya kerja
4. Profesionalisme (professionalism)
a) Kompeten dan bertanggungjawab
b) Bekerja cerdas dan tuntas
5. Integritas (integrity)
a) Konsisten dan disiplin
b) Jujur dan berdedikasi
6. Kerjasama(teamwork)
a) Tulus dan terbuka
b) Saling percaya dan menghargai
8
http://www.btn.co.id/Tentang-Kami/Budaya-Kerja.aspx
50
C. Penerapan Konsep Good Corporate Governance pada Bank Muamalat
Indonesia.
Bank Muamalat sebagai pelopor bank syariah di Indonesia, sejak awal berdirinya
hingga saat ini, terus berupaya untuk menjadi salah satu pelopor dalam implementasi
Good Corporate Governance (GCG) di perbankan syariah. Sebagai bank yang
sebagian besar sahamnya dimiliki oleh lembaga keuangan/bank yang berasal dari
Timur Tengah, maka Bank Muamalat sejak awal tahun 2008 telah melakukan
kerjasama dengan Islamic International Rating Agency (IIRA) untuk melakukan
penilaian dan pengkajian serta pemeringkatan atas pelaksanaan GCG di Bank
Muamalat. Hal ini sebagai wujud komitmen bank dalam melaksanakan ketentuan BI
No. 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Penerapan Good Corporate
Governance pada Bank Umum dan PBI No.8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006
tentang Perubahan atas PBI No.8/4/PBI/2006 serta Surat Edaran Bank Indonesia
(SEBI) No.9/12/DPNP tanggal 30 Mei 2007, khususnya Pasal 62 dan Pasal 63
mengenai kewajiban Bank menyampaikan laporan.9
Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan yang baik (GCG) di Bank Muamalat
merupakan bagian tak terpisahkan dari Muamalat Spirit, yang intinya adalah
semangat tanggung jawab, kewajiban, keterbukaan dan keadilan melalui pengabdian
serta ketundukan kepada Allah SWT dan melalui pemerataan kemampuan,
pengetahuan, informasi dan penghargaan. Semangat inilah yang menjadi dasar bagi
9
PT Bank Muamalat Tbk, Laporan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan Bank Muamalat Tahun
2009, Jakarta, 2009. h. 9
51
tata kelola usaha/bisnis dan kode etik Bank Muamalat.Prinsip-prinsip mengenai tata
kelola perusahaan secara islami dan sesuai dengan praktek-praktek terbaik yang
berlaku baik diperbankan nasional maupun internasional serta nilai-nilai yang ada di
Bank Muamalat, merupakan suatu dasar bagi Bank Muamalat untuk terus berupaya
menjadi bank terbaik dalam penerapan GCG selama ini.
Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi,
benar, tertib dan teratur. Yang mana suatu pekerjaan itu tidak boleh dikerjakan secara
asal-asalan. Hal ini merupakan prinsip utama dalam ajaran Islam. Rasulullah
bersabda,
Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan suatu
pekerjaan, dilakukan secara itqan (tepat, terarah, jelas, dan tuntas). H.R Thabrani
Secara umum, konsep dan prinsip GCG pada bank konvensional dapat menjadi
acuan teoritis GCG bank syari’ah. Akan tetapi GCG tersebut harus distandarisasikan
dengan nilai-nilai Islam. GCG bank syari’ah merupakan sebuah kesatuan antara
ibadah dan muamalah yang bersandar pada nilai-nilai Illahiah.. Mekanisme semacam
ini sama sekali tidak tersentuh pada bank konvensional, yang mana mengatur
hubungan dan pertanggungjawabannya secara horizontal berlandaskan nilai-nilai
etika.
Menurut hemat saya, konsep GCG sebenarnya ingin meningkatkan kinerja dari
pada perusahaan kemudian memisahkan antara pemilik bank dengan pelaksana atau
52
pengelola bank sendiri. Maka diaturlah susunan tugas, kewajiban, struktur dari pada
masing-masing organ bank itu. Yang membedakannya dengan bank konvensional,
bahwa distruktur organisasi. Pertama, bahwa di bank syari’ah ada yang namanya
Dewan Pengawas Syari’ah (DPS). Jadi kita mengimplementasikan yang namanya
GCG maka dibagilah kewajiban, dibagilah tugas, dibagilah wewenang dan
sebagainya dimasing-masing organ perusahaan.10
Islam mengandung akidah, syariah (fikih), dan akhlak. Ketiga unsur di atas tidak
boleh dipisahkan oleh praktisi perbankan syari’ah. Aplikasi syari’ah (fikih
muamalah) dalam perbankan, merupakan realisasi dari aqidah (tauhid).
Pada bank konvensional prinsip GCG terdiri dari TARIF yaitu, Transparency
(transparansi), Accountability (akuntabilitas), Responsibility (tanggung jawab),
Independency (independensi), Fairness (kewajaran). Tapi yang berada di bank
syari’ah itu ada satu lagi, dimana prinsip Independensi itu diganti dengan
professional (profesional).11
Oleh karena itu, dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009
Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah yaitu
sebagai berikut:12
10
Wawancara pribadi dengan Senior Officer Compliance, Sjahril Bakri, Jakarta, 18 Oktober 2010
11
Wawancara pribadi dengan Senior Officer Compliance, Sjahril Bakri
12
Peraturan Bank Indonesia 11/33/2009, pasal 1, h. 5
53
1. Transparansi yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi serta
keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan.hal ini dijelaskan dalam
al- Qur’an surat an-Nahl ayat 116:
            
          
Artinya: “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut
oleh lidahmu secara dusta "Ini halal dan Ini haram", untuk mengada-adakan
kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengadaadakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.”
2. Akuntabilitas yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban
organ
bank
sehingga
pengelolaannya
berjalan secara
efektif. Nabi
Muhammad SAW bersabda, yang artinya: “Ketahuilah bahwa tiap kalian
adalah penanggung jawab dan tiap kalian akan ditanyai terhadap apa yang
menjadi tanggung jawabnya.”
3. Tanggung jawab yaitu kesesuaian pengelolaan bank dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan bank yang
sehat.
4. Profesional yaitu memiliki kompetensi, mampu bertindak obyektif serta
memiliki komitmen yang tinggi untuk mengembangkan bank syariah.
54
5. Kewajaran yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak
stakeholders berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Karena itu, Allah sering menekankan sikap adil ini ketika berbicara
mengenai muamalah, demikian pula dalam haditsNabi. Nasihat mengenai
keadilan ini telah sering kita dengar dalam kehidupan kita sehari-hari, yang
artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat
kebajikan, dan memberi kepada kerabat, dan Allah melarang akan perbuatan
keji dan munkar, dan permusuhan.”
Dari kelima prinsip tersebut, Bank Muamalat Indonesia sendiri memiliki 1
tambahan prinsip lagi yaitu social awareness (sikap kepedulian). Maksudnya adalah
bentuk kepedulian dan perhatian BMI terhadap masyarakat kecil, baik dalam bentuk
bantuan pendidikan, kesehatan maupun bantuan korban bencana alam dan lain-lain.13
Dalam ajaran Islam, point-point tersebut menjadi prinsip penting dalam aktivitas
dan kehidupan seorang muslim. Namun lebih dari itu Islam sangat intens
mengajarkan diterapkannya prinsip ‘adalah (keadilan), tawazun (keseimbangan),
mas’uliyah (akuntabilitas), akhlaq (moral), shiddiq (kejujuran), amanah (pemenuhan
kepercayaan), fathanah (kecerdasan), tabligh (transparansi, keterbukaan), hurriyah
(independensi dan kebebasan yang bertanggungjawab), ihsan (profesional), wasathan
(kewajaran), ghirah (militansi syari’ah, militansi), idarah (pengelolaan), khilafah
(kepemimpinan),
13
aqidah
(keimanan),
ijabiyah
(berfikir
Wawancara pribadi dengan Senior Officer Compliance, Sjahril Bakri
positif),
raqabah
55
(pengawasan), qira’ah dan ishlah (organisasi yang terus belajar dan selalu melakukan
perbaikan).14
Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan mengenai perumusan GCG, yang
membedakan konsep GCG pada bank syari’ah tak lepas dari dibentuknya sistem
nilai-nilai Corporate Culture, yang tentunya nilai-nilai corporate culture tersebut
haruslah yang memiliki nilai-nilai yang Islami. Corporate Culture berperan penting
dalam mewujudkan GCG pada bank syari’ah.
Pada bank Muamalat dalam corporate culturenya terdapat istilah Celestial
Management, yang intinya, membagi kehidupan manusia dalam 3 (tiga) tahapan
utama. 15 Masing-masing akan menjadi pendorong bagi terciptanya tahapan lainnya.
Pertama adalah bahwa kehidupan ini merupakan a place of Worship. Kehidupan
dengan segala pernik aktivitas dan kerja yang kita lakukan merupakan tempat
penyembahan atau tempat beribadah bagi manusia. Dan tak ada satupun alasan bagi
kita untuk melakukan sesuatu yang berada di luar konteks ini. Kita melakukan
segalanya sebagai bagian pengabdian kepada suatu cita-cita atau tujuan yang jauh
lebih besar dari hidup itu sendiri.
Kedua adalah bahwa kehidupan ini sebagai a place of Wealth. Kita ditugasi oleh
Sang Pencipta untuk menciptakan, memelihara, dan mendistribusikan kemakmuran
atas nama keadilan dan kemanusiaan. Eksplorasi sumber-sumber kemakmuran
14
15
Agustianto, Good Corporate Governance di Bank Syari’ah. Dari http://agustianto.wordpress.com
http://www.muamalatbank.com/index.php/home/about/budaya_korporasi
56
hendaknya ditujukan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan yang semakin
efektif. Jika kita tak mampu melakukannya, maka kita akan masuk pada tahapan
ketiga, yaitu kehidupan sebagai a place of Warfare. Dalam hidup keseharian, warfare
merupakan sebuah keniscayaan. Setiap saat manusia berhadapan dengan musuhmusuh yang harus ditundukkan. Kalaulah ia tidak memerangi orang lain, paling tidak,
setiap waktu manusia berupaya untuk memerangi dan menundukkan dirinya sendiri.
Berusaha mengatasi kemalasan, kurangnya pengetahuan, tingkat kompetitif yang
rendah, dan sebagainya merupakan contoh kongkrit atas penaklukan tak pernah henti.
1. A Place of Worship
Manusia diciptakan untuk ibadah. Inilah sendi paling pokok yang menjadi
dasar manusia menjalankan misi sebagai wakil Allah di muka bumi.
          
Artinya: "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk
Allah, Tuhan semesta alam" (QS Al-An’am:162)
Misi ini menempati tahapan pertama hidup. Di mana dan kapanpun berada,
mereka dituntut untuk menghamba hanya kepada Allah SWT. Praktis tempat
ibadah tak lagi dibatasi oleh masjid, mushalla, atau surau. Di manapun mereka
beraktifitas, di situ hati ditambatkan kepada Allah. Inilah perwujudan dari a
place of Worship. Ia bisa saja sedang bekerja di kantor, berdagang di pasar,
57
menuai padi di sawah, atau bahkan di medan pertempuran, tapi hatinya selalu
terpaut dengan Al-khaliq. Hatinya tak berhenti berdzikir kepada-Nya
Zikr berarti mengingat atau memelihara ingatan. Dalam khasanah Islam,
berzikir adalah mengingat Allah di setiap saat. Memelihara fikiran kita,
menfokuskan fikiran pada tujuan-tujuan yang hendak dicapai, tidak menyianyiakan hidup untuk hal-hal yang tidak signifikan juga merupakan zikr
terhadap kehidupan yang sedang dijalani sebagai penyembahan kepadaNya.
Worship disimbolkan dalam bentuk segi empat yang mencakup nilai-nilai
yang terkumpul dalam akronim ZIKR (Zero Base, Iman, Konsisten, dan
Result Oriented ). Mengapa segi empat, bukan segi lima misalnya, yang
dipilih sebagai sabuk luar Worship? Karena segi empat menempati posisi
yang khusus sebagai simbol agama.
Segi empat menggambarkan empat arah mata angin utama (Timur, Barat,
Selatan, dan Utara). Setidaknya, al-quran menyebutkan dua kali arah (TimurBarat) sebagai penunjuk penjuru yang menyiratkan cakupan kekuasaan,
wilayah, batas teritorial.
          
Artinya: "Musa berkata:'Tuhan yang menguasai Timur dan Barat dan apa yang ada
di antara keduanya. (Itulah Tuhanmu bila kamu mempergunakan akal.”
(QS Asy-Syura:28)
58
Selain penjuru mata angin, segi empat juga menyimbolkan Ka'bah (secara
bahasa berarti bangunan yang bersisi empat). Ka'bah menjadi kiblat bagi
seluruh pemeluk agama tauhid. Bahkan, Mekkah, sebagai kota di mana
Ka'bah dibangun, dalam Al-quran disebut dua kali, sebagai pusatnya peta
dunia (world map).
              
         
Artinya:"Dan ini (Al-quran) adalah kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan
agar kamu memberikan kitab-kitab yang (diturunkan) Ummul Qura (Mekah)
dan orang-orang di luar lingkungannya. Orang-orang yang beriman kepada
adanya kehidupan dunia-akhirat tentu beriman kepada (Al-quran), dan
mereka selalu memelihara shalatnya" (QS Al-An’am:92)
Mereka yang berkiblat ke Ka'bah dalam pusaran kekhusu'an shalat, akan
meraih pencerahan hati dan pikiran, ketenangan dan kedamaian. Kebeningan
hati ketika zikr terus dilantunkan berbuah pada fitrah kalbu yang suci.
Kejernihan hati inilah yang menjadi dasar pertama bagi pembentukan insan
unggul. Dari beningnya jiwa akan melahirkan cara pandang yang bersih, apa
adanya, tidak ditambah, tidak dikurang.
59
Ia merespon sesuatu dengan menempatkannya pada titik nol, sehingga
tanggapan panca indra bebas dari prasangka (Zero Base).
           
Artinya:"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyak dari prasangka
..." (QS Al-Hujurat:12).
Di atas kejernihan pandangan itulah Iman dikokohkan. Iman bermakna
keyakinan utuh terhadap sesuatu, yang tiada sedikitpun keraguan di dalamnya.
Keyakinan itu, tentu saja, diwujudkan dalam aktivitas yang senantiasa
dipertahankan dalam arah dan cakupan seraya mempertahankan keselarasan
setiap potensi hidup yang dimiliki (Konsisten) menuju pencapaian tujuan:
jangka pendek, menengah ataupun jangka panjang (Result oriented).
2. A Place of Wealth
Keberhasilan menuangkan atribut Zero Base, Iman, Konsisten, dan Result
oriented pada citra diri seseorang akan menjadi modal dasar bagi kesuksesan
manusia menjalankan misi kedua: menciptakan dan mendistribusikan
kemakmuran di muka bumi. Wujud dari misi ini adalah membangun dan
membagi kemakmuran secara lebih adil dalam lingkup komunitasnya. Inilah
implementasi dari a place of Wealth.
60
Wealth tercakup dalam empat atribut yang terkumpul dalam akronim PIKR
(Power, Information, Knowledge, dan Rewards). Keempat atribut inilah,
dalam peradaban umat manusia, senantiasa menjadi simbol kemakmuran.
Penguasaan dan kewewenangan untuk mengambil keputusan (Power) sangat
menentukan kredibilitas dan rentang kemakmuran yang dimiliki. Keterpusatan
terhadap atribut ini akan melahirkan ketimpangan dan kelambatan bergerak
sebuah institusi. Bahkan, dalam skala global, ketiadaan keseimbangan Power
di antara negeri-negeri telah menciptakan penindasan atas nama keadilan.
Begitupun dengan dua atribut berikutnya. Pepatah mengatakan, siapa
menguasai informasi dan pengetahuan, ialah penguasa dunia. Dua jenis
kemakmuran ini telah teruji kontribusinya dalam penciptakan kemakmuran
dan begitu pula sebaliknya.
Keempat sumber kemakmuran tersebut harus didistribusikan ke semua
pihak secara adil, demi menjamin pemerataan dan peningkatan kemakmuran.
Wilayah pengaruh dari Wealth digambarkan dalam sebuah lingkaran, di mana
masing-masing atribut bisa menggelinding bebas dalam sebuah bola yang
semakin membesar sehingga menjangkau semua lini organisasi. Sedangkan
orbit lingkar dari Wealth menyimbolkan gerak dinamis dalam pelaksanaan
thawaf mengelilingi Ka'bah. Labbaik Allahumma Labbaik (Aku penuhi
panggilan-Mu, ya Allah). Gerak orbit ini (juga di semua tahapan hidup)
berlawanan dengan arah jarum jam, sebagaimana arah bumi berputar. Pilihan
61
gerak dari kanan merujuk pada golongan yang dalam al-quran dinisbatkan
sebagai ashabul yamin.
     
Artinya: "Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan
itu". (QS Al-Waqi’ah:27)
Ketika dahaga ruhani individu dituntaskan pada ranah pertama, giliran
pribadi-pribadi yang terlahir sebagai manusia baru itu, bahu membahu
membangun organisasi unggul dengan berbagi dan memberi untuk
menciptakan kemakmuran (Wealth). Masing-masing atribut secara bebas
berputar menyiratkan bahwa semua lini berhak mendapatkan pemenuhan
informasi, meningkatkan ilmu dan skill, dan kewenangan untuk mengeksekusi
power yang dimiliki, dan akhirnya berhak mendapatkan rewards yang patut.
3. A Place of Warfare
Aktivasi pada tahapan kedua, akan membangkitkan kesiapan dari
komunitas itu untuk menjadi the best community. Komunitas yang siap
memperjuangkan, memenangkan dan menaklukkan setiap tantangan yang
dihadapinya. Penaklukan itu, bukan untuk meraih kemegahan, tapi untuk
membebaskan dan memakmurkan. Inilah terminal terakhir ranah hidup atau
disebut sebagai a place of Warfare.
62
         
            
  
Artinya: "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkr, dan beriman
kepada Allah" (QS Al-Imran: 110).
Nilai yang terimplementasi dalam ranah ini termaktub dalam empat atribut
yang terangkum dalam MIKR (Militan, Intelek, Kompetitif, dan Regeneratif).
Militansi bukan berarti terorism. Lebih dalam, ia bermakna adanya sebuah
dorongan yang sangat kuat untuk mencapai cita-cita, spirit perjuangan yang
terus menyala dalam meraih harapan. Ini adalah sebuah komunitas yang
sangat didambakan. Yaitu komunitas pejuang yang senantiasa siaga untuk
bertempur di mana dan kapanpun diperlukan.
           
           
          
Artinya: "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang
kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambatkan untuk berperang (yang
63
dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan
orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya." (QS AlAnfaal:60)
Bagi komunitas yang unggul, kekuatan militansi senantiasa dibarengi
dengan kecerdasan mengatur taktik dan strategi. Perhitungan, kalkulasi,
analisis, dan pertimbangan rasionalitas turut pula memperkaya komunitas ini.
Dengan bekal informasi dan pengetahuan yang senantiasa up date, mereka
bergerak dalam keragaman derap langkah para Intelek.
Kekuatan mental yang ditunjang kekuatan intelektual menjadikan mereka
sebuah komunitas yang memiliki tingkat daya saing tinggi (Kompetitif).
Komunitas yang siap berjuang dan siap menang dalam spirit menang-menang.
Kolaborasi kekuatan ZIKR dan PIKR secara seimbang menjadikan mereka tak
tertandingi. Bahkan, menjadi panutan bagi komunitas lainnya.
Tentunya, keunggulan yang ada tidak berhenti di satu masa saja, namun
terus berkelanjutan. Membangun mimpi-mimpi untuk mewujudkan realitas
baru di masa depan merupakan pekerjaan penting yang juga menjadi prioritas.
Tak ingin membatasi kejayaan di satu generasi saja, namun turut
berkepentingan untuk melahirkan generasi-generasi baru, dalam tatanan
sistem yang semakin matang dan mantap (Regeneratif). Mereka pemangku
gelar visioner yang tak pernah berhenti memproduksi agen-agen pemenang
masa depan.
64
            
   
Artinya:"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah..." (QS An-Nisa: 9)
Oleh karena itu, dalam membangun serta terciptanya Corporate Culture yang
Islami hendaklah perusahaan tersebut dipimpin oleh pemimpin yang memahami akan
nilai-nilai yang Islami juga. Karena tidak akan tercipta sebuah Corporate Culture
yang Islami dalam suatu perusahaan jika pimpinannya sendiri tidak memahami dan
menjalankan syari’at Islam.
Selanjutnya yang membedakan antara konsep GCG pada bank Syari’ah yaitu
dibentuknya Dewan Syari’ah Nasional (DSN) dan Dewan Pengawas Syari’ah atau
yang lebih sering didengar dengan sebutan DPS. Sedangkan yang dimaksud dengan
Dewan Pengawas Syari’ah yaitu, badan yang berada di lembaga kauangan syari’ah
dan bertugas mengawasi pelaksanaan keputusan Dewan Syari’ah Nasional (DSN) di
lembaga keuangan syari’ah tersebut serta mengawasi kegiatan bank agar sesuai
dengan prinsip syari’ah. Oleh karena itu DSN memiliki fungsi sebagai berikut:16
1. Mengawasi produk-produk lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan
syariah.
16
Muhammad Firdaus, dkk, Konsep Implementasi Bank Syariah, h. 79
65
2. Meneliti dan memberi fatwa bagi produk-produk yang dikembangkan oleh
lembaga keuangan syariah.
3. Memberikan rekomendasi para ulama yang akan ditugaskan sebagai Dewan
Pengawas Syariah pada suatu lembaga keuangan syariah.
4. Memberikan teguran kepada lembaga keuangan syariah jika lembaga yang
bersangkutan menyimpang dari garis panduan yang telah ditetapkan.
Selanjutnya fungsi Dewan Pengawas Syariah pada sebuah lembaga keuangan,
yaitu sebagai berikut:17
1. Sebagai penasehat dan pemberi saran kepada direksi, pimpinan Unit Usaha
Syariah dan pimpinan kantor cabang syariah mengenai hal-hal yang terkait
dengan aspek syariah.
2. Sebagai mediator antara bank dan DSN dalam mengkomunikasikan usul dan
saran pengembangan produk dan jasa dari bank yang memerlukan kajian dan
fatwa dari DSN serta merumuskan permasalahan-permasalahan yang
memerlukan pembahasan-pembahasan DSN.
3. Sebagai perwakilan DSN yang ditmpatkan pada bank syariah.
Adapun tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah yaitu:18
1. Menilai dan memastikan pemenuhan prinsip syari’ah atas pedoman
operasional dan produk yang dikeluarkan bank.
17
Ahmad Rodoni, Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah, h. 202
18
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/2009
66
2. Mengawasi proses pengembangan produk baru bank agar sesuai dengan fatwa
Dewan Syari’ah Nasional – Majelis Ulama Indonesia.
3. Meminta fatwa kepada Deawan Syari’ah Nasional untuk produk baru yang
belum ada fatwanya.
4. Melakukan review secara berkala atas pemenuhan prinsip syari’ah terhadap
mekanisme penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa
bank.
5. Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syari’ah dari satuan kerja
bank dalam rangka pelaksanaan tugasnya.
6. Dewan Pengawas Syari’ah wajib menyampaikan laporan hasil pengawasan
Dewan Pengawas Syari’ah secara semesteran.
Berdasarkan Undang-Undang perbankan, yang ditindak lanjuti dengan Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/34/KEP/DIR dan Surat Keputusan Direksi
Bank Indonesia No. 32/36/KEP/DIR pengawasan terhadap bank syari’ah dilakukan
secara rangkap, berupa:
1. Pengawasan Umum
Pengawasan umum terhadap bank syari’ah dilakukan oleh Bank Indonesia
(BI), sama seperti bank konvensional pada umumnya. BI bertindak
mengawasi bank syari’ah selaku pemegang otoritas pembina dan pengawas
bank.
2. Pengawasan Khusus
67
Pengawasan khusus terhadap bank syari’ah dilakukan oleh Dewan Syari’ah
Nasional (DSN) dan Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) yang ada pada setiap
bank yang menjalankan usahanya berdasarkan prinsip syari’ah.
Berikut struktur pengawasan pada bank syari’ah: 19
STRUKTUR PENGAWASAN
BANK SYARI’AH
PENGAWAS UMUM
PENGAWAS KHUSUS
BANK INDONESIA
(BI)
Dewan Syari’ah
Nasional
Pembina&Pengawas
Bank
(DSN)
Dewan
Pengawas
Syari’ah (DPS)
BANK SYARI’AH
Dengan demikian, sebagai sebuah lembaga keuangan baru di masyarakat, maka
keberadaan dan pelaksanaan bank syari’ah di Indonesia masih perlu di sosialisasikan
kepada masyarakat. Sosialisasi tersebut bukan hanya bagi masyarakat umum, namun
juga kalangan perbankan bahkan seperti Bank Indonesia sekalipun. Oleh karena itu,
19
h. 81
Muhammad Firdaus NH, dkk, Konsep &Implementasi Bank Syariah, Jakarta:renaisan, cet1 2005,
68
keterlibatan para ulama baik sebagai Dewan Syari’ah Nasional maupun Dewan
Pengawas Syari’ah merupakan sebuah strategi yang paling efektif, karena ulama
memiliki pengaruh yang cukup besar bagi umat Islam.
Pada bank muamalat ada beberapa strategi yang dilakukan untuk mewujudkan
GCG pada perusahaan,yaitu:20
1. melakukan sosialisasi, pendalaman-pendalaman, pemahaman yang terus
menerus terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip syariah melalui fatwa-fatwa
dari DSN.
2. membuat board manual. Yang dimaksud dengan board manual adalah sebuah
rangkuman yang berisikan mengenai tugas dan tanggung jawab, wewenang,
kewajiban DPS, komisaris dan direksi. Dan rangkuman tersebut bersumber
dari PBI, dari anggaran dasar perusahaan, dan dari ketentuan-ketentuan lain.
Sehingga dengan adanya board manual menjadi pedoman bagi komisaris,
DPS, dan direksi.
3. Membentuk Sistem Operasi Prosedur (SOP), dimana dalam SOP tersebut
selalu dicantumkan dan disampaikan bahwa harus sesuai dengan prinsipprinsip syari’ah dan praktek-praktek tata kelola perbankan yang baik.
Perlu diketahui bahwa keberhasilan dengan pengembangan perbankan syariah
bukan hanya ditentukan oleh keberhasilan pertumbuhan yang pesat atau keberhasilan
penyebarluasan informasi, penyusunan atau penyempurnaan perangkat ketentuan
hukum, atau banyaknya pembukaan jaringan kantor, tetapi juga sangat ditentukan
20
Wawancara pribadi dengan Senior Officer Compliance, Sjahril Bakri
69
oleh kualitas sumber daya insani para pelaku/praktisi perbankan syariah itu sendiri,
sehingga bank syari’ah bisa berjalan sesuai prinsip syari’ah dan dapat dimanfaatkan
masyarakat luas sebagai bagian dari sistem keuangan yang rahmatan lil alamin.
Dengan demikian, praktisi perbankan syari’ah tidak hanya terfokus pada
pengejaran target yang ditetapkan demi kepentingan shareholders, tetapi juga
berkomitmen pada penerapan syari’ah. Menurut UU Bank Indonesia No. 23 Tahun
1999, untuk mewujudkan sistem dan tatanan perbankan syariah yang sehat dan
istiqomah dalam penerapan prinsip syariah dibutuhkan Sumber Daya Insani (SDI)
yang mampu menguasai syari’ah dan teknis perbankan. 21
21
http://www.bi.go.id/biweb/html/uu231999_id/index.html
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Melihat perkembangan perbankan syariah yang pesat dalam kurun waktu yang
relatif singkat, sambutan dan respon masyarakat serta potensi umat yang amat besar,
memberikan indikasi akan cerahnya prospek perbankan syariah dimasa yang akan
datang. Belajar dari kesalahan masa lalu, terbentuknya Good Corporate Governance
(GCG) dalam perbankan syari’ah merupakan strategi yang sangat efektif. Lebih dari
itu, GCG merupakan syarat bagi tercapainya profesionalisme perbankan yang selama
ini masih menjadi permasalahan bagi perbankan syari’ah.
Setelah menganalisis permasalahan yang diteliti, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dapat diketahui bahwa perumusan konsep GCG pada industri perbankan
itu sama, baik itu bank konvensional maupun bank syariah karena telah
diatur oleh Bank Indonesia. Dimana perumusan konsep GCG berawal dari
sebuah visi dan misi di setiap perusahaan, yang selanjutnya disesuaikan
dengan hukum dan peraturan yang berlaku yang pada akhirnya
terbentuklah sebuah pedoman umum GCG yang nantinya menjadi acuan
bagi para stakeholders.
67
68
2. Yang membedakan antara konsep GCG pada bank syariah dan
konvensional yaitu terletak pada struktur organisasinya, dimana selain
RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi bank syariah memiliki Dewan
Pengawas Syariah yang kedudukannya setara dengan Dewan Komisaris,
selain itu letak perbedaannya juga terdapat pada corporate culture.
Dimana pada Bank Tabungan Negara dikenal dengan istilah POLA
PRIMA, sedangkan pada Bank Muamalat Indonesia ada celestial
Management dimana terdapat tiga tahapan dalam kehidupan itu yaitu, a
place of worship, a place of wealth, dan a place of warfare
B. Saran-saran
Dari penelitian ini, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Demi terciptanya GCG pada bank syari’ah perlu adanya suatu sumber daya
manusia yang benar-benar memahami akan prinsip syari’ah, sehingga bank
syari’ah benar-benar menjadi perintis dalam penerapan GCG dalam industri
perbankan.
2. Perlu ditingkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga kegiatan
operasional bank syari’ah tidak menyimpang dari prinsip syari’ah.
KONSEP GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)
(Studi komparatif antara konsep GCG Bank Muamalat Indonesia dan Bank
Tabungan Negara)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah (SE. Sy)
Oleh:
Ahmad Rikza Nur
NIM 106046101558
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..............................................
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................
LEMBAR PERNYATAAN...............................................................................
ABSTRAK..........................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
DAFTAR TABEL.............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
i
A. Latar Belakang Masalah............................................................... 1
BAB II
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..........................................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................
7
D. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data....................
7
E. Review Studi Terdahulu...............................................................
9
F. Sistematika Penulisan..................................................................
13
PERSPEKTIF TEORITIS GOOD CORPORATE
GOVERNANCE (GCG)
A. Pengertian Good Corporate Governance....................................
15
B. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance.............................
19
C. Tujuan dan Manfaat Penerapan Good Corporate Governance...
25
D. Konsep Dasar Good Corporate Governance............................... 27
E. Tugas dan Tanggung Jawab Organ Perusahaan dalam
Menerapkan Good Corporate Governance.................................. 31
BAB III GAMBARAN UMUM BANK TABUNGAN NEGARA (BTN)
DAN BANK MUAMALAT INDONESIA (BMI)
A. Gambaran umum Bank Tabungan Negara
1. Sejarah bank BTN...................................................................
36
2. Visi dan Misi bank BTN.........................................................
37
B. Gambaran Bank Muamalat Indonesia
1. Sejarah Pendirian Bank Muamalat Indonesia.........................
37
2. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia................................
40
BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN
A. Perumusan Konsep GCG di Bank Muamalat Indonesia dan
Bank Tabungan Negara................................................................ 41
B. Penerapan Konsep Good Corporate Governance pada Bank
Tabungan Negara.........................................................................
44
C. Penerapan Konsep Good Corporate Governance pada Bank
Muamalat Indonesia.....................................................................
BAB V
50
PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................
67
B. Saran-saran .................................................................................. 68
KONSEP GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)
(Studi komparatif antara konsep GCG Bank Muamalat Indonesia dan Bank
Tabungan Negara)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E. Sy)
Oleh:
Ahmad Rikza Nur
NIM: 106046101558
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. J.M. Muslimin, MA.
Drs. H. Burhanuddin Yusuf, MM.
NIP : 150295489
NIP : 195406181981031005
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
PENGESAHAN TIM
PEMBIMBING SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
Tim Pembimbing Seminar Proposal Skripsi Program Studi Muamalat mengesahkan proposal
skripsi:
Nama
: Ahmad Rikza Nur
Nim
: 106046101558
Konsentrasi
: Perbankan Syariah
Judul
: Good Corporate Governance Dalam Perspektif Syariah
Jakarta, 3 Mei 2010
Disahkan oleh TIM Pembimbing Seminar Proposal Skripsi:
Ketua
: Dr. Euis Amalia, M.Ag
(……………………)
Sekretaris
: Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag
(……………………)
Pembimbing I
: Dr. Euis Amalia, M.Ag
(……………………)
Pembimbing II
: Drs. Zainul Arifin, MPd
(……………………)
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 06 September 2010
Ahmad Rikza Nur
ABSTRAK
Bisnis adalah sebuah situasi di mana orang-orang harus mempertimbangkan
manfaat dan longgar dalam kegiatan mereka. Sebagai activitiy bisnis, bank Islam atau
syari'at Jika ingin mendapatkan kembali tinggi di masa depan seperti laba tinggi,
kepuasan pelanggan, loyalitas pelanggan dan pangsa pasar yang tinggi, mereka dapat
menerapkan Good Corporate Governance (GCG) yang meliputi transparansi,
akuntabilitas, merespon, profesional, kewajaran. Isu tata kelola perusahaan telah
menjadi yang menonjol besar selama dua dekade terakhir. meskipun tata kelola
perusahaan telah menjadi unsur dunia bisnis untuk waktu yang lama, hanya dalam
beberapa tahun terakhir ini menjadi lebih di wilayah kepentingan publik sejak
terjadinya beberapa skandal korporasi yang melibatkan perusahaan-perusahaan besar
di dunia. selama 25 tahun terakhir, kita menyaksikan bahwa sejumlah besar institusi
keuangan Islam telah didirikan di seluruh dunia. ada lebih dari 180 institusi keuangan
di seluruh dunia yang sesuai dengan perbankan syariah dan prinsip-prinsip
pembiayaan. lembaga-lembaga keuangan telah dikembangkan di lebih dari 45 negara
di seluruh dunia. sayangnya, meskipun fakta bahwa ada banyak literatur tata kelola
perusahaan, studi tentang tata kelola perusahaan sebagian besar telah dibahas dalam
konteks perbankan konvensional. Namun, isu tata kelola perusahaan bank syariah
sangat berbeda dibandingkan dengan bank konvensional. Oleh karena itu, kepatuhan
syariah dalam bank syariah akan menyebabkan perbedaan dalam mekanisme
pemerintahan di bank Islam. mereka berpendapat lebih lanjut bahwa pusat kerangka
tata kelola perusahaan untuk bank syariah adalah dewan pengawas syariah (DPS) dan
kontrol internal yang mendukungnya. keberangkatan dasar isu tata kelola perusahaan
di bank Islam adalah disebabkan oleh pengembangan dan pelaksanaan model
pembiayaan Islam yang harus sesuai dengan aturan syariah. demikian, kegiatan bank
Islam itu harus didasarkan pada pandangan dunia Islam dan harus tetap berada dalam
batasan syariah.
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan cahaya ilmu-Nya,
shalawat dan salam semoga selalu tercurah ke hadirat Rasul pembawa cahaya,
Muhammad SAW. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Konsep Good Corporate Governance (studi komparatif antara konsep GCG Bank
Muamalat Indonesia dan Bank Tabungan Negara)”, maka penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1.
Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M. Ag., MH,
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat.
3.
Bapak Dr. J.M Muslimin, MA dan Drs. H. Burhanuddin Yusuf, MM.
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu dan pemikirannya di
tengah-tengah kesibukan beliau untuk membimbing dan membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
4.
Seluruh dosen khususnya pak Edy Setiadi serta segenap Civitas Akademika
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5.
Pihak PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk khususnya pak Sjahril Bakrie, mba
Tika dan pak Imad serta PT. Bank Tabungan Negara, Tbk khususnya pak Wilson
Arafat dan Mba Yunita yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh
data dan informasi yang penulis butuhkan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6.
Kedua orang tuaku, Ayahanda H. Muhammad Nur dan Ibunda Hj. Siti Aisyah,
melalui setiap pesan dan nasihat yang pernah disampaikan selalu memberikan
cahaya inspirasi dalam melewati setiap langkah kehidupanku. Tak lupa kakakku
mpo Uun yang selalu mengingatkan aku dan adik-adikku Udan, Uni, Ubay serta
Enya dan Abi, Ncing-ncingku semua yang selalu mendoakan penulis dalam
pembuatan skripsi ini, berkat kalianlah penulis termotivasi untuk segera
menyelesaikan skripsi ini.
7.
Seseorang yang selalu menemaniku, menyediakan waktu, tenaga dan fikiran
untuk membantuku serta memberikan motivasi dan perhatian penuh bagi penulis,
Lina Nurul Yama. Sahabat-sahabatku 5 kepala besi Utha, Gunawan, Sahrul,
khususnya Ochim (where are u?). temen-temenku satu perjuangan, Abdul
Badruddin, Ismail, Zulfikar Fauzi, Fauzan, Nova, Ntul, Ecy, Defri, Mumu. .
Sahabat-sahabatku, Abdul Hafidz, Rico, Iksan, Zacky, Dede, Eva, Nisa, Sony
yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis dan Temanteman mahasiswa Perbankan Syariah Angkatan 2006, khususnya keluarga besar
PS A yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
8.
Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini
dan tidak dapat disebutkan satu persatu atas semua masukan dan bantuannya
kepada penulis. Semoga diberkahi dan semoga kiranya skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semuanya.
Jakarta, 03 September 2010
Ahmad Rikza nur
DAFTAR PUSTAKA
Agustianto, good corporate govenance di bank syari’ah, artikel diakses pada 5
januari 2008. Dari http://agustianto.wordpress.com
Amin, Ma’ruf, Prospek Cerah Perbankan Islam, Jakarta: Lembaga Kajian Agama &
Sosial , 2007.
Antonio, Muhammad Syafi’i,”Bank Syari’ah dari Teor ke Praktik”,Cet.I.-Jakarta:
Gema Insani Press, 2001
Amin, Riawan, Menata Perbankan Syariah di Indonesia, Cet. Ke-1, Jakarta: UIN
Press, 2009.
Bab 1, Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 Tentang
Perbankan Syariah.
Daniri, mas achmad, good corporate governance: konsep dan penerapannya dalam
konteks Indonesia, Jakarta: Ray Indonesia, 2005
Direktorat perbankan syaria’ah bank indonesia, good corporate governance bagi
bank umum syari’ah dan unit usaha syari’ah, peraturan bank indonesia nomor
11/33/2009.
E-Syari’ah,”Perkembangan Bank Syari’ah di Indonesia”,artikel diakses pada 25
februari
2010
dari
http://cintasyariah.wordpress.com/2010/02/25/perkembangan-bank-syariah-diindonesia/
Endri, penerapan good corporate governance dalam perbankan syariah, artikel
diakses pada 26 januari 2008. Dari http://tazkiaonline.com
Handayani, ririn, good corporate governance perbankan syari’ah: sebuah akselerasi,
dalam lomba karya tulis perbankan syari’ah milad ke-4 BNI Syari’ah, ed.
Prospek bank syari’ah pasca fatwa MUI, Yogyakarta:Suara Muhammadiyah,
2005.
Hinuri, hindarmojo, the essence of good corporate governance: konsep dan
implementasi pada perusahaan publik dan korporasi indonesia, Jakarta:
yayasan pendidikan pasar modal indonesia & sinergi communication, 2002.
Hosen, M. Nadratuzzzaman, Dkk, lembaga bisnis syari’ah, Jakarta: pkes, 2006.
Independent research & publication for business development , “Good Corporate
Governance (GCG): Revitalisasi Dan Strategi Aksi Korporasi Bumn-Bumd
Indonesia Serta Tinjauan Model Restrukrisasi Dan Privatisasi”. (CeBIIS)
ISM, “Bank Muamalat Harus Ganti Nama”, artikel diakses pada 16 Februari 2010
dari http://www.niriah.com/berita/keuangan/1id401.html
Junaedi, Ahyar, “Memahami Bank Syari’ah Melalui Fungsinya”, artikel diakses pada
13
agustus
2009
dari
http://ibbloggercompetition.kompasiana.com/2009/08/13/memahami-bank
syariah-melalui-fungsinya/
Komite Nasional Kebijakan Governance, pedoman umum good corporate
governance indonesia, diterbitkan oleh komite nasional kebijakan governance,
2006.
Kurniawan, three agus deddy, pengukuran penetapan good corporate governance
(studi kasus pada PT. Pupuk Sriwidjaya Perser, tesis fakultas ekonomi
universitas Indonesia, Depok: 2007.
Lembaga administrasi negara dan badan pengawas keuangan dan pembangunan,
akuntabilitas dan good corporate governance, Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara, 2007.
Mangkuprawira, sjafri, rumitnya tata kelola perusahaan, artikel diakses pada 13
februari 2010. Dari http://ronawajah.wordpress.com/2010/02/13.
Moleong, lexy j, metodologi penelitian kuantitatif, bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2002.
Muhlizar, Adietya . “Perbankan Syariah di Indonesia, Kemarin, Hari Ini, dan Masa
Yang Akan Datang”, Disampaikan pada Sharia Economics Training, Forum
Silahturahmi Studi Ekonomi Islam Lampung (FOSSEIL), Bandar Lampung, 4
Mei 2008
Nazir, moh, metode penelitian, jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.
NH, Muhammad Firdaus, Dkk, ”konsep & implementasi Bank Syariah”, Cet.I.Jakarta: Renaisan,2005
Oka, viraguna bagoes, GCG pada perbankan dalam prosiding:PT dan GCG, Jakarta:
pusat pengkajian hukum, 2006.
Pramono, sigit, corporate governance in islamic bank: critikal issues and suitability
of conventional corporate governance mechanism, jurnal SEBI, ed. Keuangan
publik islam, STEI SEBI, no 1, 2008.
Rodoni, Ahmad - Hamid, Abdul, “lembaga keuangan syari’ah”, Cet.I.- Jakarta:
Zikrul Hakim, 2008
Samroni, imam, rakyat dalam good corporate governance: posisi, hubungan dan
skema keadaban, artikel diterbitkan pada 1 agustus 2007.
Setiawan, Muhammad Budi, “Tinjauan Politik Hukum Perbankan Syariah di
Indonesia”,
artikel diakses
pada
10
November
2007
dari
http://www.nggersik.com/tinjauan-politik-hukum-perbankan-syariah-diindonesia.htm
Sjahdeini, Sutan Remy,”Menuju Perbankan Yang Sehat Dan Credible Melalui Good
Corporate Governance”, dalam seminar tahun 2004 Bahana securities,
Jakarta 28 januari 2004.
, peranan fungsi pengawasan bagi pelaksanaan good
corporate governance,editor R.M Thalib Puspokusumo, Jakarta: tim pakar
hukum departemen kehakiman dan hak asasi manusia republik indonesia,
2000.
Surya, indra dan yustiavandana, ivan, penerapan good corporate governance
mengesampingkan hak-hak istimewa demi kelangsungan usaha, jakarta:
kencana, 2006.
STEI Tazkia, good corporate governance dalam pandangan islam, artikel diakses
pada 14 April 2008. Dari http://tazkia.ac.id/index.php?option=com.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
Warsito, hermawan, pengantar metodologi, jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
1993.
Wilamarta, misahadi, penerapan prinsip GCG dalam PT, Jakarta: center of education
and legal studies, 2007.
Wirdyaningsih, dkk, “Bank dan Asuransi Islam di Indonesia”, (Jakarta: Kencana
Prenada Media, 2007)
Download