1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bungkil kelapa merupakan hasil

advertisement
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bungkil kelapa merupakan hasil samping dari pengolahan minyak kelapa
yang dapat dijadikan bahan pakan sumber protein karena kandungan protein
kasarnya yang mencapai 21,3% (Sutardi, 1981). Bungkil kelapa banyak mengandung
asam lemak jenuh, seperti laurat 45,95%; miristat 18,12%; palmitat 9,92%; stearat
3,78% (Jakob, 2001). Selain dapat meningkatkan kandungan kolesterol pada daging
ternak (Grundy, 1994), penggunaan asam lemak jenuh yang tinggi dapat menurunkan
kecernaan bahan kering, bahan organik dan selulosa pada domba (Davison, 1960).
Minyak jagung dan minyak ikan lemuru merupakan sumber asam lemak tak
jenuh. Menurut Ketaren (1986), minyak jagung mengandung asam lemak tidak jenuh
sebesar 86%, yang terdiri atas 30% oleat dan 56% linoleat. Asam lemak tak jenuh
tersebut yang merupakan prekursor Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA) seperti asam
lemak arakhidonat dan DHA (Docosa Hexaenoic Acid). Pakan yang mengandung
PUFA memiliki beberapa pengaruh baik terhadap kecernaan pakan, metabolisme
rumen yang mempengaruhi pola fermentasi, jumlah protozoa, serta efisiensi
pertumbuhan mikroba (Chikunya et al., 2004). Lubis (1993) juga menyebutkan
kandungan EPA (Eicosa Pentaenoic Acid) dan DHA minyak ikan lemuru berturutturut sebesar 34,7% dan 27,1%. EPA dan DHA tersebut dapat pula berperan menjaga
organ otak dan membantu penglihatan (Wainwright, 2002).
Pada ternak ruminansia, terjadi proses biohidrogenasi yang dapat mengubah
asam lemak tak jenuh dari minyak jagung dan minyak ikan lemuru menjadi asam
lemak jenuh berupa stearat. Menurut Chikunya et al. (2004), PUFA yang banyak
terkandung pada minyak ikan memiliki proteksi yang alami terhadap proses
biohidrogenasi. Meskipun demikian, 70% sampai 90% PUFA mengalami hidrogenasi
sebelum mencapai saluran pencernaan usus halus dan dimanfaatkan (Klusmeyer &
Clark, 1991). Oleh sebab itu, diperlukan suatu bentuk proteksi terhadap minyak
seperti penyabunan dengan sabun kalsium (Sudarman et al., 2008) atau formaldehid
(Pond et al., 2005).
Minyak juga dapat berperan sebagai sumber energi karena kandungan
energinya yang tinggi (NRC, 2007). Zinn (1989) juga menyebutkan peningkatan
kandungan energi pada ransum dengan penambahan minyak dapat meningkatkan
1
pula konsumsi energi. Kandungan energi yang tinggi dalam ransum dapat membantu
proses sintesis protein, sehingga pada akhirnya meningkatkan kecernaan. Menurut
Schroeder et al. (2007), penambahan energi dapat meningkatkan retensi nitrogen
pada sapi.
Penambahan beberapa sumber minyak yang kaya akan asam lemak tak jenuh,
seperti minyak jagung dan minyak ikan lemuru, diharapkan dapat memperbaiki
kecernaan asam lemak jenuh dari bungkil kelapa. Bagaimanapun juga, peningkatan
lemak dalam ransum dapat mengganggu aktivitas mikroba selulolitik, sehingga
menghambat laju fermentasi dalam rumen dan pada akhirnya mempengaruhi
kecernaan. Menurut Pond et al. (2005), penambahan lemak lebih dari 5%-7% dari
bahan kering ransum dapat menurunkan kecernaan serat dengan menghambat
aktivitas bakteri pencerna serat. Oleh sebab itu, pengkajian kecernaan terhadap
penggunaan beberapa sumber minyak, seperti minyak jagung dan minyak ikan
lemuru, perlu dilakukan.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kecernaan zat makanan dari
ransum yang ditambah sumber minyak kaya asam lemak tak jenuh (minyak jagung,
minyak ikan lemuru, dan minyak ikan lemuru terproteksi) pada domba lokal calon
induk.
2
Download