1 pendahuluan - IPB Repository

advertisement
1
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Fokus perikanan di Indonesia saat ini adalah pengembangan perikanan
menuju industrialisasi, salah satunya melalui industrialisasi ikan tuna, tongkol,
dan cakalang (TTC). Peraturan berupa PER.27/MEN/2012 menjelaskan bahwa
industrialisasi TTC dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah dan nilai produksi
serta mutu jenis produk perikanan sehingga mampu diekspor ke luar negeri (KKPa
2013). Kebijakan industrialisasi ini harus didukung oleh sistem perikanan yang
baik, seperti proses penangkapan yang sesuai aturan, kemampuan nelayan dalam
pengoperasian alat tangkap dan penjagaan mutu hasil tangkapan, hasil tangkapan
yang layak tangkap, lancarnya proses pemasaran, hingga pada kelengkapan
dokumen kapal dan kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan.
Indonesia saat ini memiliki 5 pelabuhan perikanan yang menjadi contoh
nasional dalam industrialisasi TTC, yang diharapkan dapat memacu pelabuhan
perikanan lainnya. Pelabuhan perikanan yang terdapat di provinsi Jawa Timur
memiliki potensi untuk mengikuti 5 pelabuhan perikanan tersebut, salah satunya
adalah Kabupaten Malang. Potensi tersebut terlihat dari jumlah produksi TTC
Kabupaten Malang tahun 2012 mencapai 3787 ton, yang menjadi salah satu
produsen TTC terbesar di provinsi Jawa Timur (DKP Provinsi Jawa Timur 2013).
Tingginya produksi Kabupaten Malang didukung dengan adanya keberadaan
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Pondokdadap. Posisi PPP Pondokdadap yang
strategis dan dilindungi oleh Pulau Sempu sebagai breakwater alami menjadi
tempat yang aman bagi kapal-kapal yang ingin berlabuh. Sebagian besar kapalkapal tersebut melakukan kegiatan penangkapan di dekat Samudera Hindia yang
merupakan daerah penangkapan potensial untuk ikan pelagis jenis TTC (UPPP
Pondokdadap 2012).
Komoditas TTC di perairan selatan Jawa Timur banyak ditangkap
menggunakan alat tangkap pancing dengan kapal tonda (sekoci). Pangkalan
Pendaratan Ikan (2007) dalam Hermawan (2011) menyatakan bahwa jumlah kapal
tonda di PPP Pondokdadap berkembang cukup pesat, pada tahun 2001 hanya
berjumlah 30 unit, namun pada tahun 2007 jumlahnya meningkat sebanyak 318
unit dan pada tahun 2008 menjadi 335 unit. Peningkatan tersebut dikarenakan
preferensi nelayan terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan kelembagaan yang
terdapat di PPP Pondokdadap, yaitu tingginya harga jual hasil tangkapan kapal
tonda, prospek pasar yang baik, dan adanya tempat pendaratan dan pelelangan
ikan. Sebagian besar nelayan Sendang Biru mengoperasikan kapal tonda dibantu
dengan menggunakan alat bantu penangkapan yang dikenal dengan rumpon.
Prinsip utama rumpon adalah mengumpulkan ikan, dimana ikan-ikan yang
berkumpul di sekitar rumpon diduga karena mencari tempat berlindung atau
mencari makan. Hasil penelitian Yusfiandayani (2004) menunjukkan bahwa
mekanisme berkumpulnya ikan pelagis kecil di sekitar rumpon cenderung
disebabkan oleh proses rantai makanan yang diawali dengan tahapan terbentuknya
kolonisasi mikroorganisme yang menempel pada bahan atraktor rumpon,
berkumpulnya pemangsa mikroorganisme disekitar rumpon, berkumpulnya ikan
2
penjaring (ikan herbivora) dan berkumpulnya ikan predator (karnivora dan
omnivora).
Penggunaan rumpon pada perikanan tonda awalnya dianggap cukup
efektif karena nelayan dapat langsung menemukan daerah penangkapan yang
potensial sehingga dapat meminimalisir biaya operasional penangkapan.
Pemanfaatan rumpon saat ini ternyata menimbulkan permasalahan, seperti adanya
konflik horisontal diantara nelayan, tingginya upaya penangkapan yang dilakukan
di sekitar rumpon, hingga adanya kenaikan jumlah rumpon (ilegal) yang dipasang
di perairan. Budiono (2005) pada penelitiannya menyebutkan bahwa pada tahun
1990, nelayan Sendang Biru mengenal rumpon bekas nelayan Philipina dan
mereka belum mengetahui fungsi dari rumpon tersebut, hingga pada tahun 1997
nelayan andon dari Sulawesi Selatan (suku Bugis) datang ke wilayah Sendang
Biru menggunakan kapal tonda (sekoci) sebanyak 12-13 unit dengan alat tangkap
handline dilengkapi dengan rumpon sebagai alat bantu penangkapan.
Produktivitas nelayan andon tersebut ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan
nelayan lokal, sehingga menimbulkan kecemburuan yang memicu terjadinya
konflik antara nelayan lokal dengan nelayan andon. Konflik mencapai puncaknya
antara Juni hingga Agustus 1997, dimana nelayan lokal melakukan unjuk rasa
menolak kehadiran nelayan andon yang beroperasi di perairan Sendang Biru.
Konflik berhasil diredam oleh tokoh masyarakat setempat dengan melakukan
negoisasi terhadap nelayan lokal sehingga nelayan lokal bersedia menerima
kembali nelayan andon. Situasi ini ternyata memicu konflik susulan, dimulai dari
banyaknya nelayan kapal tonda yang beroperasi di lokasi rumpon dan beberapa
nelayan andon yang memasang rumpon di lokasi yang dirahasiakan. Peningkatan
jumlah kapal tiap tahunnya akan meningkatkan jumlah upaya penangkapan yang
dikhawatirkan mempengaruhi sumberdaya ikan yang menjadi target tangkapan
dari kapal tonda. Hermawan (2011) menyatakan bahwa hasil tangkapan tuna dan
cakalang yang didaratkan di PPP Pondokdadap sebagian besar didominasi oleh
ikan yang berukuran kecil atau tidak layak tangkap, sehingga mempengaruhi
keberlangsungan keberadaan sumberdaya ikan yang menjadi target tangkapan di
perairan.
Pengaturan mengenai rumpon dan alat penangkapan ikan sebenarnya telah
ditetapkan oleh pemerintah dalam peraturan Kementerian Kelautan dan Perikanan
(KKP) PER.02/MEN/2011 tentang jalur penangkapan ikan, penempatan alat
penangkapan ikan, dan alat bantu penangkapan ikan di wilayah pengelolaan
Negara Republik Indonesia (KKPb 2013). Kenyataan di lapangan sering
menunjukkan kondisi yang berlawanan. Hal ini akan membawa dampak negatif
terhadap kondisi perikanan khususnya perikanan tonda jika dibiarkan terus
menerus. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu kajian, khususnya di PPP
Pondokdadap untuk melihat seluruh permasalahan secara lebih detail dan
menyeluruh, yang dikaji dari aspek teknis, ekologi, sosial, kelembagaan, dan
ekonomi sehingga dapat ditemukan model konseptual yang dapat membantu
memecahkan permasalahan pada unit perikanan tonda dengan rumpon di PPP
Pondokdadap.
3
Perumusan Masalah
Peningkatan dan perkembangan permintaan pasar saat ini terhadap
komoditas perikanan khususnya jenis TTC membuat pemerintah dan pengusaha
perikanan semakin meningkatkan produksinya, seperti yang terjadi di PPP
Pondokdadap, Malang, Provinsi Jawa Timur. Peningkatan ini terlihat dari
perkembangan jumlah kapal tonda dan alat tangkap pancing di PPP Pondokdadap
yang biasanya digunakan untuk menangkap ikan jenis TTC. Hal tersebut juga
akan memacu peningkatan pemanfaatan rumpon yang biasanya digunakan
nelayan sebagai alat bantu penangkapan dalam perikanan tonda.
Pengoperasian unit perikanan tonda dengan rumpon di PPP Pondokdadap
yang semakin meningkat ternyata menimbulkan permasalahan yang berpengaruh
terhadap kondisi perikanan tonda. Konflik horizontal karena perebutan daerah
penangkapan dan sumberdaya, tidak berizinnya pengoperasian unit perikanan
tonda dan rumpon, berubahnya kondisi sumberdaya ikan yang menjadi target
tangkapan, dan adanya permasalahan ekonomi diantara nelayan dengan
pengambek menjadi permasalahan yang harus disoroti pada unit perikanan tonda
dengan rumpon di PPP Pondokdadap.
Permasalahan yang terjadi di PPP Pondokdadap memiliki hubungan yang
saling terkait. Keterkaitan tersebut membuat permasalahan yang terjadi semakin
kompleks, sehingga diperlukan pendekatan sistem untuk membantu
menyelesaikan seluruh persoalan yang ada. Salah satu pendekatan sistem yang
dapat digunakan adalah Soft System Methodology (SSM). Cara kerja metode ini
adalah merinci permasalahan yang terjadi berdasarkan aktor atau pelaku yang
terlibat dengan melihat pola dan hubungan diantara para aktor. Pengkajian
masalah yang terjadi dalam penelitian ini dibatasi dalam lima aspek, yaitu aspek
teknis, ekologi, ekonomi, sosial, dan kelembagaan. Penyelesaian masalah tersebut
dapat dilakukan dengan melihat inti permasalahan yang diuraikan menjadi
beberapa pertanyaan, yaitu:
(1) Bagaimana pola dan keterkaitan masalah diantara aspek kajian, meliputi
aspek teknis, ekologi, ekonomi, sosial, dan kelembagaan; dan
(2) Bagaimana solusi yang tepat terhadap permasalahan pada seluruh aspek
kajian.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
(1) Memformulasikan permasalahan pada unit perikanan tonda dengan rumpon
di PPP Pondokdadap berdasarkan aspek teknis, ekologi, sosial, kelembagaan,
dan ekonomi; dan
(2) Membuat model konseptual sebagai solusi terhadap permasalahan pada unit
perikanan tonda dengan rumpon di PPP Pondokdadap.
4
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
pemerintah daerah setempat sebagai salah satu alternatif untuk dapat mengelola
perikanan tonda di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Diharapkan dapat menjadi
salah satu masukan bagi pengusaha perikanan yang berkecimpung di bidang
perikanan tonda untuk mengoptimalkan usahanya.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan dibatasi dalam beberapa aspek, yaitu aspek
teknis, ekologi, sosial, kelembagaan, dan ekonomi. Aspek teknis mengkaji
mengenai metode operasi penangkapan dan pemasangan rumpon serta
produktivitas rata-rata per kapal dan per nelayan. Analisis jumlah, jenis, dan
komposisi hasil tangkapan, serta pengaruh pemasangan rumpon terhadap
sumberdaya ikan merupakan kajian dalam aspek ekologi. Analisis pengaruh
perikanan tonda dengan rumpon terhadap pendapatan masyarakat sekitar dan
hubungan antar masyarakat (ada/tidaknya konflik) termasuk dalam aspek sosial.
Sistem perizinan dan pengaturan pengoperasian unit perikanan tonda dengan
rumpon secara lebih detail dikaji dalam aspek kelembagaan. Variabel ekonomi
berupa pemasaran, analisis usaha, analisis finansial, dan pendapatan nelayan
dikaji dalam aspek ekonomi.
Seluruh aspek tersebut dikaji dengan menggunakan pendekatan Soft
System Methodology (SSM). Penggambaran permasalahan dengan rich picture
akan dikaji lebih lanjut dengan melihat hubungan diantara aktor yang terlibat dan
kondisi yang diinginkan dengan root definition. Root definition tersebut akan
digunakan untuk merumuskan model konseptual yang dapat digunakan sebagai
solusi terhadap permasalahan yang terjadi pada sistem perikanan tonda dengan
rumpon di PPP Pondokdadap Sendang Biru, Malang, Jawa Timur.
Kerangka Pemikiran
Permasalahan yang terjadi pada unit perikanan tonda dengan rumpon
seperti telah dijelaskan pada subbab-subbab sebelumnya memerlukan
penyelesaian secara menyeluruh. Penyelesaian dengan pendekatan sistem
khususnya dengan menggunakan Soft System Methodology (SSM) merupakan
salah satu cara yang tepat untuk dilakukan. Hal ini bertujuan agar seluruh masalah
yang terjadi dapat ditemukan dengan melihat permasalahan inti pada setiap aspek,
yaitu aspek teknis, ekologi, ekonomi, sosial, dan kelembagaan. Penemuan dan
pengungkapan masalah yang selanjutnya diformulasikan dalam rich picture akan
membantu peneliti untuk melihat permasalahan secara lebih detail. Keterlibatan
aktor, struktur masalah, dan elemen lainnya diidentifikasi lebih dalam dengan root
definition, yang nantinya akan digunakan untuk membuat model konseptual
sebagai rekomendasi terhadap pengelolaan unit perikanan tonda dengan rumpon
di PPP Pondokdadap, Sendang Biru, Malang (Gambar 1.1)
5
Mulai
Permasalahan
Peningkatan unit perikanan tonda, pemanfaatan rumpon tidak sesuai aturan, kecilnya ukuran
hasil tangkapan, khususnya jenis tuna, dan konflik horizontal diantara nelayan .
Solusi?
Analisis permasalahan dengan pendekatan sistem → Soft System Methodology (SSM)
Penemuan dan pengungkapan masalah pada aspek kajian
Aspek Teknis
 Metode operasi unit perikanan tonda
dengan rumpon → analisis deskriptif;
 Produktivitas rata-rata per kapal/tahun/trip
dan per nelayan/tahun/trip → analisis
produktivitas.
Aspek Ekologi
 Jumlah, jenis, dan komposisi
hasil tangkapan, serta pengaruh
pemasangan rumpon terhadap
sumberdaya ikan → analisis
deskriptif.
Aspek Kelembagaan
 Pengaruh kelembagaan terhadap unit
perikanan tonda dengan rumpon → analisis
deskriptif;
 Sistem perizinan dan pengaturan
pengoperasian unit perikanan tonda →
analisis deskriptif.
Aspek Ekonomi
 Pemasaran dan pendapatan
→ analisis deskriptif;
 Keuntungan → analisis
usaha;
 Analisis finansial → NPV,
IRR, Net B/C.
 Pendapatan nelayan →
analisis pendapatan
Aspek Sosial
 Pengaruh perikanan tonda dengan rumpon terhadap pendapatan masyarakat → analisis
deskriptif;
 Pengaruh perikanan tonda dengan rumpon terhadap hubungan antar masyarakat
(ada/tidaknya konflik) → analisis deskriptif.
Formulasi masalah pada tiap aspek kajian dengan rich picture
Pengidentifikasian masalah berdasarkan elemen pembentuk dengan root definition
Pembuatan model konseptual
Rekomendasi model konseptual
Selesai
Gambar 1.1 Kerangka pemikiran penelitian
Download