BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri (Chaer, 2007: 32). Setiap bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia belum bisa dikatakan bahasa, bila bunyi tersebut tidak mengandung makna. Bahasa biasanya digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, maksud, dan tujuan kepada orang lain. Manusia sangat membutuhkan bahasa, karena bahasa banyak memberikan fungsi dan manfaat bagi manusia. Salah satu bahasa daerah yang masih digunakan oleh masyarakat penuturnya adalah bahasa Batak Karo. Bahasa Batak Karo adalah bahasa yang digunakan di Sumatera bagian Utara. Bahasa Batak Karo merupakan salah satu dari empat bahasa Batak lainnya yang menjadi kerabatnya. Keempat bahasa yang menjadi kerabat bahasa Batak Karo adalah bahasa Batak Toba, bahasa Batak Pakpak Dairi, bahasa Batak Simalungun, dan bahasa Batak Angkola Mandailing. Penyebutan kelima bahasa tersebut sering disingkat saja dengan bahasa Karo, bahasa Toba, bahasa Pakpak Dairi, bahasa Simalungun, dan bahasa Angkola (Sibarani, 1997: 2). Di kalangan masyarakat, mereka menyebut diri mereka sebagai “kalak Karo” atau orang Karo. Sedangkan bahasa asli Karo mereka sebut sebagai “cakap Karo” atau bahasa Karo (Woollams, 2004:4). Sebagai bahasa daerah, bahasa Universitas Sumatera Utara Batak Karo memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat Batak Karo, terutama bagi masyarakat yang tinggal di desa-desa. Karena masyarakat Batak Karo umumnya menggunakan bahasa Batak Karo sebagai alat komunikasi mereka dalam kehidupan sehari-hari. Woollams (2004: 2-3) mengungkapkan masyarakat Batak Karo bermukim di wilayah sebelah Barat Laut Danau Toba yang mencakup luas wilayah sekitar 5.000 kilometer persegi yang secara astronomis terletak sekitar antara 3º dan 3º30´ Lintang Utara serta 98º dan 98º30´ Bujur Timur. Wilayah Tanah Karo tersusun atas dua wilayah utama sebagai berikut: b. Dataran tinggi Tanah Karo, yang mencakup seluruh wilayah Kabupaten Karo dengan pusat administratifnya di kota Kabanjahe. Wilayah dataran tinggi Tanah Karo ini menjorok ke Selatan hingga masuk ke wilayah Kabupaten Dairi (khususnya Kecamatan Taneh Pinem dan Tiga Lingga), serta ke arah Timur masuk ke bagian wilayah Kecamatan Si Lima Kuta yang terletak di Kabupaten Simalungun. Masyarakat Karo menyebut wilayah permukiman dataran tinggi ini dengan nama Karo Gugung. c. Dataran rendah Tanah Karo, yang mencakup wilayah-wilayah kecamatan dari Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang yang terletak pada bagian ujung Selatan secara geografis (namun tertinggi secara topografis). Wilayah ini dimulai dari wilayah Tanah Karo yang membentang ke bawah hingga mencapai sekitar kampung-kampung Bahorok, Namo Ukur, Pancur Batu, dan Namo Rambe yang ada di sebelah Utara, serta Bangun Purba, Universitas Sumatera Utara Tiga Juhar, dan Gunung Meriah di sisi Timur. Masyarakat Karo menyebut daerah ini dengan nama Karo Jahe (Karo Hilir). Bahasa Batak Karo merupakan bahasa yang mempunyai ciri dan kekhasan tersendiri yang berbeda dari bahasa-bahasa batak lainnya, bahkan dari rumpun bahasa lain yang ada. Ciri dan kekhasan tersebut tampak dari fonologi, leksikon, tata bentuk kata, bahkan tata kalimatnya. Adanya keunikan bahasa Batak Karo tersebut menjadi alasan penting bagi peneliti untuk melakukan penelitian ini, karena hingga saat ini penelitian tentang bahasa Batak Karo belum banyak dilakukan. Peneliti juga berharap dengan adanya penelitian ini, bahasa Batak Karo sebagai bahasa daerah dapat dipelihara dan dilestarikan sehingga bangsa Indonesia kelak tidak akan kehilangan salah satu unsur budaya identitas suku bangsa. Kalimat-kalimat yang digunakan dalam proses berbahasa tentu saja memiliki hubungan satu sama lain. Dalam sebuah kalimat, kita sering menemukan kata depan atau yang lebih dikenal dengan preposisi. Preposisi adalah kata yang biasa terdapat di depan nomina, misalnya: dari, dengan, di dan ke (Alwi, 2005:894). Dengan adanya perkembangan linguistik modern, ahli-ahli linguistik modern berusaha mencari suatu kaidah untuk menggolongkan kelas kata yang lebih struktural. Sehingga kata-kata dapat dibagi atas empat kelas kata yaitu: 1) Kata Benda, 2) Kata Kerja, 3) Kata Sifat, dan 4) Kata Tugas. Alwi (2003: 287) mengatakan kata tugas hanya mempunyai arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Berdasarkan peranannya dalam frasa Universitas Sumatera Utara atau kalimat, ia membagi kata tugas menjadi lima kelompok yaitu : 1) preposisi, 2) konjungtor, 3) interjeksi, 4) artikula, dan 5) partikel penegas. Alwi (2003: 288) mengatakan preposisi juga disebut kata depan, menandai berbagai hubungan makna antara konstituen di depan preposisi tersebut dengan konstituen di belakangnya. Tarigan (1984:50) mengatakan istilah preposisi digunakan untuk mengacu pada sebuah kategori kata yang terletak di depan kategori lain, terutama nomina, untuk membentuk frase preposisi. Preposisi dalam sebuah kalimat tidak memiliki arti tanpa kehadiran kata dari kategori lain sebagai pelengkapnya. Misalnya: Saya di rumah. Berdasarkan contoh tersebut, kata di tidak akan memiliki arti apabila tidak disertai kata dari kategori lain yaitu rumah. Jadi preposisi tidak memiliki makna leksikal melainkan memiliki makna gramatikal, yaitu makna yang ditimbulkan akibat adanya hubungan antara kata yang satu dengan kata yang lain dalam sebuah kalimat. Karena preposisi tidak memiliki makna bebas yang dapat berdiri sendiri. Begitu pentingnya preposisi dalam sebuah kalimat, dapat ditunjukkan dalam contoh : Saya di rumah. Apabila preposisi di dihilangkan, maka kalimat tersebut menjadi Saya rumah. Kalimat tersebut tidak gramatikal dan tidak memiliki arti. Jadi preposisi dalam sebuah kalimat sangat penting. Setiap bahasa secara umum memiliki kata depan atau preposisi, begitu juga dalam bahasa Batak Karo. Preposisi dalam bahasa Batak Karo misalnya: i, ku, bas, arah, dan sebagainya. Masalah preposisi dalam bahasa Indonesia sudah banyak diteliti oleh para ahli sebelumnya. Universitas Sumatera Utara Namun masalah preposisi dalam bahasa Batak Karo belum pernah diteliti, sehingga peneliti tertarik untuk menelitinya. Hal yang unik sekaligus menarik dari penelitian ini adalah dalam bahasa Indonesia, preposisi ke menyatakan tempat yang akan dituju. Namun dalam bahasa Batak Karo, kata yang menyertai preposisi tersebut ikut mempengaruhi pemilihan preposisi yang akan digunakan dalam sebuah kalimat. Misalnya: a. Lawes ia teluna ku kerangen. Mereka bertiga pergi ke hutan. b. Itatapna kempak kesunduten. Ia melihat ke Barat. c. É maka ngerana ia taré kakana. Dan ia pun berbicara ke kakaknya. Dari contoh di atas jelas terlihat, kata yang menyertai preposisi tersebut ikut mempengaruhi pemilihan preposisi yang akan digunakan dalam sebuah kalimat, yaitu preposisi ku, kempak, dan tare yang berarti ke dalam bahasa Indonesia. Hal itulah yang memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian tentang Preposisi dalam Bahasa Batak Karo. Penelitian tentang preposisi sudah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya termasuk penelitian preposisi dalam bahasa Batak Karo, tetapi peneliti belum menemukan penelitian yang berkaitan dengan bentuk dan bagaimana penggunaan preposisi dalam Bahasa Batak Karo. Hal inilah jugalah yang membuat peneliti tertarik membahas tentang Preposisi dalam Bahasa Batak Karo. Universitas Sumatera Utara 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibicarakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah bentuk preposisi dalam bahasa Batak Karo ? 2. Bagaimanakah fungsi preposisi dalam sebuah kalimat dalam bahasa Batak Karo ? 1.3 Batasan Masalah Sebuah penelitian sangat membutuhkan batasan masalah agar penelitian tersebut terarah dan tidak terlalu luas sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan “Preposisi dalam Bahasa Batak Karo” sebagai objek penelitian. Peneliti membatasi objek penelitian ini hanya dari preposisi yang digunakan dalam bahasa Batak Karo di Desa Kwala Mencirim, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan dan mengetahui bentuk preposisi dalam bahasa Batak Karo. 2. Mendeskripsikan fungsi preposisi dalam sebuah kalimat dalam bahasa Batak Karo. Universitas Sumatera Utara 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoretis Adapun manfaat teoretis dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut: 1. Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang penggunaan preposisi dalam kalimat bahasa Batak Karo. 2. Menjadi sumber masukan bagi peneliti lain dalam mengkaji lebih lanjut mengenai preposisi dalam bahasa Batak Karo. 1.5.2 Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut: 1. Memperkenalkan bahasa Batak Karo kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah yang dapat memperkaya kebudayaan nasional. 2. Sebagai informasi bagi pemerintah daerah mengenai hasil penelitian baru tentang bahasa Batak Karo. 3. Melakukan pelestarian, pembinaan, dan Pengembangan salah satu bahasa nusantara yaitu bahasa Batak Karo di desa Kwala Mencirim, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat. Universitas Sumatera Utara