I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan mulut merupakan bagian fundamental kesehatan umum dan kesejahteraan hidup (Kwan, dkk., 2005). Kesehatan gigi dan mulut adalah bagian integral dari kesehatan tubuh secara keseluruhan. Rongga mulut merupakan gerbang utama masuknya segala sesuatu yang akan diproses di dalam tubuh, sehingga rongga mulut menjadi cermin kesehatan tubuh manusia. Status kesehatan gigi dan mulut menjadi hal penting untuk diketahui, karena menjadi salah satu aspek dalam status kesehatan umum dan kesejahteraan hidup. Kesejahteraan atau kualitas hidup manusia dapat dipengaruhi oleh adanya penyakit yang mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari. Pemikiran mengenai kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut atau biasa disebut Oral Health Related Quality of Life (OHRQoL) adalah produk dari banyak penelitian tentang dampak penyakit mulut pada berbagai aspek kehidupan (AlShamrany, 2006). OHRQoL merupakan suatu kondisi yang tidak dapat diukur secara langsung, namun merupakan representasi dari keadaan yang saling memengaruhi antar beberapa faktor, di antaranya adalah status kesehatan, umur, jenis kelamin dan tempat tinggal (Mc Grath, 2004). Mashoto, dkk.(2009) menyatakan status kesehatan mulut berhubungan erat dengan kualitas hidup.Salah satu upaya dalam peningkatan kualitas hidup adalah penilaian status kesehatan gigi dan mulut sejak dini. Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) Depkes RI Tahun (2013) mencatat bahwa terdapat 25,9% masalah penyakit gigi dan mulut pada masyarakat Indonesia. Hasil Riskesdas Tahun 2013 juga menunjukkan bahwa 32,1% masalah kesehatan gigi dan mulut menimpa masyarakat di daerah D. I. Yogyakarta. Persentase ini cukup tinggi dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia yang rata-rata berkisar 2030%. Masalah kesehatan gigi dan mulut yang terjadi pada anak-anak Indonesia juga terbilang cukup tinggi, hal ini sesuai dengan hasil Riskesdas Tahun 2013 yang menunjukkan bahwa terdapat 25,3% masalah kesehatan gigi dan mulut pada anak kelompok umur 10-14 tahun. Hasil ini merupakan peningkatan kontinyu dari kelompok umur < 1 tahun hingga 10-14 tahun. Hal ini memberikan arti bahwa anak telah mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut sejak dini, bahkan sejak umur < 1 tahun. Statistik menunjukkan bahwa penyakit gigi dan mulut menyerang hampir tiap orang. Penyakit ini mencapai lebih 80% anak-anak di negara maju maupun berkembang (Kwan, dkk, 2005). Berdasarkan hasil survey Riskesdas (2013) diketahui pula angka DMFT pada kelompok anak umur 12-14 tahun adalah sebesar 1,4% dengan persentase masalah gigi Decay/D (jumlah gigi permanen yang mengalami karies, namun belum diobati atau ditambal) sebesar 1,02%. Timbulnya masalah karies gigi sangat berkaitan dengan konsumsi makanan yang bersifat kariogenik (Kidd dan Bechal, 2012). Ketika anak-anak mulai memasuki usia sekolah, maka mereka akan mempunyai risiko karies yang tinggi, karena pada usia tersebut anak-anak menyukai jajan makanan dan minuman sesuai keinginannya. Karies gigi bersifat progresif dan kumulatif, apabila dibiarkan tanpa disertai perawatan daam kurun waktu tertentu kemungkinan akan bertambah parah (Kidd dan Bechal, 2012; Nurlaila, dkk., 2005; Angela, 2005). Penilaian status kesehatan gigi dan mulut anak sejak dini perlu dilakukan agar dapat dilakukan upaya pencegahan dan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut lebih awal. Kesehatan mulut dapat memengaruhi kondisi kesehatan umum yang tentunya akan berdampak pada kualitas hidup secara signifikan atau masalah kesehatan mulut akan memengaruhi kualitas kehidupan manusia (Kwan, dkk., 2005). Keadaan mulut yang buruk, misalnya banyaknya gigi hilang akibat sebagai akibat gigi rusak atau trauma yang tidak dirawat, akan mengganggu fungsi dan aktivitas rongga mulut sehingga akan memengaruhi status gizi serta akan mempunyai dampak pada kualitas hidup (Sheiham, 2001). Pada masa anak-anak, kondisi tersebut akan mempunyai dampak pada tumbuh kembang dan kesejahteraan anak serta secara signifikan akan berdampak pada kehidupan mereka kelak (WHO, 2007). Pengaruh kesehatan mulut pada kualitas hidup individu mencerminkan norma sosial yang kompleks, nilai-nilai budaya, kepercayaan dan tradisi (Sriyono, 2009). Kesejahteraan hidup manusia sebaiknya dimulai dari sejak dini.Upaya pencegahan dan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak sejak dini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Penelitian mengenai penilaian OHRQoL telah menggunakan beberapa indikator, salah satunya adalah keterbatasan fungsi gigi dan mulut (Natalia, dkk, 2012).Penelitian yang dilakukan pada pasien-pasien penderita penyakit gigi dan mulut, menemukan bahwa pengukuran klinis seperti jumlah gigi yang mengalami karies berupa DMFT mampu menjelaskan status fungsi dari gigi dan mulut. Masalah karies gigi yang terjadi pada anak-anak dapat menyebabkan keterbatasan fungsi pada gigi dan mulut mereka, sehingga kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut akan rendah. Evaluasi dampak kesehatan mulut terhadap kualitas hidup anak membutuhkan penetapan khusus karena anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Karakteristik anak yang membedakan dengan orang dewasa adalah kurangnya kemampuan untuk mengambil keputusan yang berhubungan dengan kesehatan mulutnya dan perbedaan dalam hal persepsi dan pengalaman, sehingga penelitian unuk mengetahui hubungan antara status kesehatan mulut dengan OHRQoL pada anak sangat dibutuhkan untuk menetapkan upaya pencegahan dan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sejak awal dan berkala agar tercipta kesejahteraan hidup yang lebih baik. Hal ini pula yang mendasari dilakukannya penelitian siswa siswi MTs. Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta. Kegiatan penelitian yang dilakukan di sana diharapkan dapat mendorong para siswa siswi untuk mengetahui edukasi pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Seluruh siswa siswi MTs. Ali Maksum merupakan santri Pondok Pesantren Krapyak, sekolah berasrama bagi siswa siswinya, sehingga kegiatan pondok pesantren sehari-hari yang mereka jalani dapat membentuk pola perilaku dan kebiasaan yang tidak jauh berbeda antar satu sama lain, sehingga tidak akan banyak faktor luar yang berpengaruh ketika dilakukan penelitian mengenai hubungan antara status kesehatan gigi dan mulut dengan OHRQoL. Secara geografis, letak MTs. Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak yang tidak terlalu jauh dengan Rumah Sakit Gigi dan Mulut FKG UGM, sehingga fasilitas layanan kesehatan akan cukup mudah untuk dijangkau dengan melakukan perawatan gigi dan mulut di sana setelah dilakukan pemeriksaan saat penelitian. Hal ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam membangun kesadaran akan pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sejak dini B. Rumusan Masalah Bagaimana hubungan antara status kesehatan gigi dan mulut dengan Oral Health Related Quality of Life (OHRQoL) pada siswa siswi MTs. Ali Maksum Yogyakarta? C. Keaslian Penelitian Penelitian Natalia, dkk. (2012) mengenai Oral Health Related Quality of Life pada Anak Usia 12 tahun di Northern Norway dan North-West Russia. Subjek penelitian ini merupakan anak-anak yang diambil dari 15 sekolah di Arkhangelsk dan 7 sekolah di Tromso.Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa Child Perception Questionnaire (CPQ11-14). Persamaan penelitian ini dengan peneliian yang telah dilakukan Natalia, dkk terletak pada alat ukur yang digunakan, yakni CPQ11-14, sedangkan perbedaannya terletak pada subjek dan tempat penelitian, penghitungan status kesehatan gigi dan mulut, serta analisis hubungan antara status kesehatan gigi dan mulut dengan OHRQoL . Pada penelitian ini digunakan 3 alat ukur untuk menghitung status kesehatan gigi dan mulut, yaitu DMF-T untuk mengukur status karies gigi, OHIS untuk mengukur status kebersihan mulut, sedangkan GI (Gingival Index) digunakan untuk mengukur status kesehatan gingiva. D. Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan antara status kesehatan gigi dan mulut dengan Oral Health Related Quality of Life (OHRQoL) pada siswa siswi MTs. Ali Maksum Yogyakarta. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi : 1. Masukan kepada pihak sekolah dan pondok pesantren agar dapat mengevaluasi hasil pemeriksaan status kesehatan gigi dan mulut para siswa/i dengan mengupayakan program-program kesehatan yang menunjang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut santri secara rutin dan berkala. 2. Dasar ilmiah bagi peneliti untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai hubungan antara status kesehatan gigi dan mulut dengan OHRQoL