41 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS

advertisement
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1
Kerangka Berpikir dan Konsep Penelitian
3.1.1 Kerangka Berpikir
Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang
perlu terus dilaksanakan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Sejak
diundangkannya UU Nomor 22 Tahun 1999 dan UU Nomor 25 Tahun 1999 yang
telah dirubah menjadi UU Nomor 32 Tahun 2004 dan UU Nomor 33 Tahun 2004,
pembangunan daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah. Ciri
utama yang menunjukkan suatu daerah mampu berotonomi terletak pada
kemampuan keuangan daerahnya. Artinya daerah otonomi harus memiliki
kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan secara
mandiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai
untuk membiayai penyelengaraan pemerintah daerah. Daerah yang mempunyai
pendapatan yang cukup besar dan independen akan mempunyai posisi yang lebih
baik dari pada yang tergantung dari dana Pemerintah Pusat, sebab dengan
pembiayaan yang lebih banyak diperoleh dari usaha sendiri, maka pemerintah
daerah akan lebih fleksibel dalam mengelola keuangannya.
Sumber-sumber pendapatan pemerintah daerah terdiri atas PAD, Dana
Perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. PAD terdiri atas pajak
daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
lain-lain PAD yang sah. Berdasarkan UU No 28 tahun 2009 yang merupakan
perubahan dari UU Nomor 34 Tahun 2000 dan UU Nomor 18 Tahun 1997 tentang
41
42
pajak dan retribusi daerah, yang termasuk pajak Kabupaten/Kota adalah pajak
hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak
mineral bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang
burung walet, pajak bumi dan bangunan dan bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan
Pemerintah saat ini terus meningkatkan upaya untuk menggali penerimaan
dalam negeri dari sektor pajak karena sektor pajak merupakan penerimaan yang
sangat potensial untuk terus digali. Hasil dari penerimaan pajak dalam negeri
merupakan sumber pendanaan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran
dan untuk mengatasi masalah sosial. Melihat hal tersebut
dibutuhkan penerimaan pajak yang cukup besar untuk pendanaan dalam
melaksanakan tanggung jawab negara (Rusyadi, 2009). Pajak Hotel, Pajak
Restoran dan Pajak hiburan merupakan pajak daerah di Kota Denpasar yang
memberikan kontribusi yang besar bagi PAD Kota Denpasar. Pajak daerah
selanjutnya dipergunakan oleh pemerintah daerah sebagai sumber pembiayaan
pembangunan daerah.
Sejak diberlakukannya UU No 28 Tahun 2009 tentang pajak dan retribusi
daerah dan dituangkan dalam Perda Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2011 tentang
Pajak Hotel, Perda Kota Denpasar nomor 3 Tahun 2011 tentang Pajak Restoran
dan Perda Nomor 4 tentang Pajak Hiburan di Kota Denpasar, maka sistem
pemungutan pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan dilakukan dengan self
assessment system. Peningkatan penerimaan
pajak daerah yang dapat
meningkatkan PAD Kota Denpasar. Wajib pajak hotel adalah wajib pungut atas
pajak hotel yang dibayarkan oleh obyek pajak selaku pengguna jasa hotel
43
(konsumen), wajib pajak restoran adalah wajib pungut atas pajak restoran dari
konsumen dan wajib pajak hiburan adalah wajib pungut atas pajak hiburan.
Setiap kali terjadi transaksi wajib pajak berhak melakukan pemungutan
atas pajak tersebut dan berkewajiban melakukan pencatatan, pelaporan dan
penyetoran atas pajak tersebut kepada pemerintah daerah, oleh karena itu masalah
kepatuhan wajib pajak untuk menghitung, melaporkan dan menyetorkan pajak
hotel, pajak resoran dan pajak hiburan dalam rangka meningkatkan pendapatan
yang berguna bagi pembangunan sangatlah diperlukan. Peningkatan penerimaan
pajak hotel , pajak restoran dan pajak hiburan di Kota Denpasar dari tahun 2009
sampai 2014 menunjukkan persentase yang semakin menurun. Salah satu
penyebabnya adalah karena masih terdapatnya tunggakan dari pajak-pajak
tersebut.
Peningkatan tunggakan pajak
tersebut merupakan salah satu faktor
kurangnya kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.
Faktor yang
diperkirakan menjadi penyebab belum maksimalnya penerimaan pajak (Lintje,
2012) adalah masih rendahnya kepatuhan pajak (tax compliance). Beberapa hal
yang memicu rendahnya kepatuhan pajak (Rahma, 2013) antara lain pertama,
wajib pajak umumnya cendrung menghindari pembayaran pajak. Kedua, tingkat
kepatuhan wajib pajak masih terbatas pada yang bersifat administratif. Selain itu
rendahnya kepatuhan wajib pajak disebabkan oleh pengetahuan sebagian besar
wajib pajak tentang pajak serta persepsi wajib pajak tentang pajak dan petugas
pajak yang masih rendah, disamping itu pemeriksaan pajak juga merupakan kunci
dari kepatuhan pajak karena pemeriksaan pajak mempunyai efek jera yang
signifikan terhadap wajib pajak.
44
UU No.28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi daerah
(Self Assessment System
UU No.32/2004
UU No.33/2004
Kemandirian
Daerah
Dalam
Pelaksanaan
Otonomi Daerah
Pajak Asli
Daerah
(PAD)
Perda Kota Dps No 3/2011
Perda Kota Dps No 4/2011
Perda Kota Dps No 5/2011
Pajak Daerah
-Pajak Hotel
-Pajak Restoran
-Pajak Hiburan
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Kepatuhan
Wajib Pajak
Gambar 3.1
Kerangka Berpikir Penelitian Analisis Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Membayar Pajak Hotel, Pajak
Restoran dan Pajak Hiburan Di Kota Denpasar
45
3.1.2
Konsep Penelitian
Self assessment system merupakan pemungutan pajak yang memberi
wewenang, kepercayaan, tanggungjawab kepada wajib pajak untuk menghitung,
membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Dalam
sistem ini wajib pajak harus memenuhi persyaratan yaitu memiliki kesadaran,
kejujuran, hasrat
membayar dan kedisiplinan. Salah satu faktor yang
mempengaruhi self assessment system adalah kesadaran wajib pajak. Kesadaran
wajib pajak dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya. Meningkatkan kesadaran wajib pajak dapat dilakukan
karena pemahaman wajib pajak tentang kewajiban moral di bidang perpajakan.
Penelitian yang dilakukan oleh Hardika (2006), menemukan bukti empiris bahwa
kesadaran wajib pajak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak. Penelitian Fitria (2010), di KPP Jakarta Selatan juga menyatakan bahwa
kesadaran yang dimiliki oleh wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan
wajib pajak.
Pemahaman mengenai arti dan manfaat pajak dapat meningkatkan
kesadaran dari wajib pajak (Susilawati, 2013). Pengetahuan perpajakan mengukur
persepsi wajib pajak terkait dengan pengetahuan tentang tarif pajak, kewajiban
dan hak, peraturan perpajakan yang berlaku, sanksi perpajakan serta perhitungan
dan pelaporan pajak. Pengetahuan tentang peraturan pajak sangat penting untuk
menumbuhkan perilaku patuh, karena bagaimana mungkin wajib patuh apabila
mereka tidak mengetahui bagaimana peraturan perpajakannya. Dengan adanya
pengetahuan wajib pajak tentang pajak yang baik akan dapat memperkecil adanya
46
tax evation (Witono, 2008). Menurut Supriyatin dan Hidayati (2008) menyatakan
bahwa pengetahuan pajak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
Meningkatkan kepatuhan wajib pajak dapat pula dilakukan melalui
peningkatan kualitas pelayanan. Pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan
yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dan tetap dalam batas dalam
memenuhi standar pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan serta harus
dilakukan secara terus menerus. Menurur Supadmi (2009) salah satu upaya
dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak adalah dengan memberikan kualitas
pelayanan yang baik bagi wajib pajak mengan menyediakan sarana prasarana
maupun sistem informasi terutama dalam pembentukan perilaku pegawai yang
berdasarkan prinsip budaya kerja profesional yang siap melayani masyarakat
selaku wajib pajak. Penelitian senada yang dilakukan oleh Andriani (2014)
menyebutkan bahwa kualitas pelayanan mempunyai pengaruh yang positif
terhadap kesadaran wajib pajak. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Yudi (2011) bahwa wajib pajak akan meningkatkan
kepatuhannya bila merasa puas dengan kualitas pelayanan yang berikan oleh
fiskus.
Pemeriksaan pajak (Jarunee, 2010) adalah strategi untuk mencegah dan
menekan penggelapan pajak
dan meningkatkan kemampuan negara untuk
mengumpulkan pajak dan meningkatkan kinerja dari sistem pajak. Pemeriksaan
pajak
merupakan kunci dari kepatuhan pajak, karena pemeriksaan pajak
mempunyai efek jera yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian
yang dilakukan oleh Handayani dalam Rahma Aulia (2012) menyatakan bahwa
47
pemeriksaan pajak berpengaruh signifikan terhadap
kepatuhan pajak
dan
kepatuhan pajak berpengaruh signifikan terhadap self assessment system.
Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan kerangka konsep penelitian
seperti Gambar 3.2
Pengetahuan
Pajak
(X1)
Kualitas
Pelayanan
(X2)
Kesadaran
Wajib Pajak
(Y)b
b7
5bbb
Kepatuhan
Wajib Pajak
(Z)
Pemeriksaan
Pajak (X3)
Gambar 3.2
Kerangka Konsep Penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Membayar Pajak Hotel, Pajak
Restoran dan Pajak Hiburan Di Dinas Pendapatan Kota Denpasar
48
3.2 Hipotesis Penelitian
Untuk memecahkan masalah yang ada maka perlu suatu hipotesis sehingga
suatu penelitian dan pemecahan masalah akan lebih terarah. Hipotesis adalah
jawaban sementara atau jawaban teoritis terhadap pertanyaan-pertanyaan yang
dikemukakan dalam perumusan masalah. Hipotesis tersebut diuji (dibuktikan)
kebenarannya atau ketidakbenarannya dengan pengumpulan dan penganalisaan
data penelitian. Adapun hipotesis yang dikemukakan adalah sebagai berikut.
1) Pengetahuan pajak, kualitas pelayanan dan pemeriksaan pajak berpengaruh
positif terhadap kesadaran wajib pajak membayar pajak hotel, pajak restoran
dan pajak hiburan di Kota Denpasar.
2) Pengetahuan pajak, kualitas pelayanan, pemeriksaan pajak dan kesadaran
wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak membayar
pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan di Kota Denpasar.
3) Pengetahuan pajak, kualitas pelayanan dan pemeriksaan pajak berpengaruh
signifikan secara tidak langsung terhadap kepatuhan wajib pajak melalui
kesadaran wajib pajak membayar pajak hotel, pajak restoran dan pajak
hiburan di Kota Denpasar.
.
Download