BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Pemasaran Komunikasi pemasaran adalah aspek penting dalam keseluruhan misi pemasaran serta penentu suksesnya pemasaran. Dalam dekade terakhir ini, komponen komunikasi pemasaran dalam bauran pemasran menjadi semakin penting. Bahkan telah diklaim bahwa ”pemasaran di era 1990-an adalah komunikasi dan komunikasi adalah pemasar. Keduanya tak terpisahkan. Komunikasi pemasaran dapat dipahami dengan menguraikan dua unsur pokoknya, yaitu komunikasi dan pemasaran. Komunikasi adalah proses dimana pemikiran dan pemahaman disampaikan antarindividu, atau antara organisasi dengan individu. Pemasar adalah sekumpulan kegiatan dimana perusahaan dan organisasi lainnya mentransfer nilai-nilai (pertukaran) antara mereka dengan pelanggannya. Hubungan antara pemasaran dengan komunikasi merupakan hubungan yang erat. Maka inti dari komunikasi pemasaran adalah persamaan persepsi atas nilai melalui interaksi. Nilai disini dapat diletakkan dalam kerangka pemahaman tentang merek. Nilai merek! Menurut Hermawan Kartajaya (2006:19-32) bahwa merek adalah indikator value. Tujuan akhir dari pembangunan merek adalah brand equity.1 Kotler dan Keller menyatakan bahwa, “Marketing communications are means by which firms attempt to inform, persuade, and remind comsumers – directly or 1 Estaswara. Think IMC. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 2008. Hal 217 10 11 indirectly – about the products and brands they sell”.2 Artinya, Komunikasi pemasaran adalah sarana yang digunakan perusahaan dalam upaya untuk menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung tentang produk dan merek yang mereka jual. Dengan demikian, komunikasi pemasaran seharusnya didefinisikan sebagai proses dan konsep manajemen pesan untuk menyelaraskan persepsi tentang nilai merek melalui interaksi dengan semua significant audience perusahaan dalam jangka panjang dengan mengoordinasikan secara sinergis semua elemen komunikasi guna mendukung efisiensi dan efektifitas kinerja bisnis dan pemasaran dalam mencapai tujuannya.3 2.2 Merek Persaingan antar merek yang ketat menyebabkan merek yang merupakan pembeda dengan produk pesaing menjadi salah satu asset perusahaan yang nilainya patut diperhitungkan. Angka penjualan dalam proses akuisisi merek HM Sampoerna oleh perusahaan Philip Morris diperkirakan jauh melebihi nilai asset real-nya.4 Belajar dari kasus tersebut, merek seyogyanyan dikelola, dikembangkan, diperkuat dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan keuntungan kompetitif yang maksimal dan berkelanjutan. 2 Philip Kotler dan Kevin L Keller. Manajemen Pemasaran Edisi 12 jilid.2. Jakarta :PT Indeks. 2009, Hal 498 3 Ibid 4 M. Sadat, Andi. Brand Belief :Strategi Membangun Merek Berbasis Keyakinan. Jakarta: Salemba Empat. 2009. Hal. 160-161 12 Merek penting untuk dikelola dan dikembangkan karena mereka lebih bermakna daripada sekedar produk. Produk hanya menjelaskan atribut fisik berikut dimensinya sehingga tidak lebih dari komoditi yang dapat dipertukarkan dan bahkan dapat ditiru oleh pesaing, sedangkan merek menjelaskan emosi serta perasaan keterhubungan yang unik dengan konsumennya. Hal ini dapat terjadi karena mereka mengandung nilai- nilai yang bersifat intangible, emosional, keyakinan, harapan, serta dengan persepsi konsumen. 2.2.1 Pengertian Merek Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol desain ataupun kombinasinya yang mengidentifikasikan suatu produk/jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Identifikasi tersebut juga berfungsi untuk membedakannya dengan produk yang ditawarkan oleh perusahaan pesaing. Lebih jauh, sebenarnya merek merupakan nilai tangible dan intangible yang terwakili dalam sebuah trademark (merek dagang) yang mampu menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri di pasar bila diatur dengan tepat.5 Namun, merek lebih dari sekedar penamaan produk. Bahkan, semua produk itu sendiri adalah merek. Merek merupkan persepsi dari kesatuan informasi dan pengalaman yang dapat dipercaya mengenai perusahaan dan/atau produk yang ditawrkan dalam persaingan pasar. Merek memberikan nilai lebih atas produk.6 Menurut MarkPlus & Co mendefinisikan merek secara simple sebagai “value indicator”, yaitu indikator yang menggambarkan seberapa kokoh dan solidnya value 5 6 Darmadi Durianto. Strategi Menaklukkan Pasar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.2004, Hal 1 Ibid, 261 13 yang kita tawarkan ke pelanggan.7 Karena merek menggambarkan value yang ditawarkan, maka ia menjadi alat kunci bagi pelanggan dalam menetapkan pilihan pembelian. Karena itu Kita keliru besar kalau menganggap merek itu hanya sekedar sebuah nama. Merek mencerminkan sekumpulan value yang ditawarkan produk yang membedakannya dengan merek produk lain yang sejenis. Karena merepresentasikan value maka merek memberikan ”keamanan” dan ”garansi” kepada pelanggan dalam menetapkan pilihan pembelian. 2.2.2 Tujuan Merek Fandy Tjiptono menyatakan bahwa merek digunakan untuk beberapa tujuan antara lain :8 1. Sebagai identitas yang bermanfaat dalam diferensiasi atau membedakan suatu perusahaan dengan produk pesaingnya. Ini akan memudahkan konsumen untuk mengenalinya saat berbelanja dan saat melakukan pembelian ulang. 2. Alat promosi, sebagai daya tarik produk 3. Untuk mengendalikan pasar 4. Untuk membina citra denan memberikan keyakinan, jaminan kualitas serta prestise tertentu kepada konsumen 7 Hermawan , Kertajaya, dkk, Positioning, Diferensiasi, Brand. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2005, Hal 184 8 Fandy, Tjiptono. Brand Management. Yogyaarta: Andi. Hal 104 14 2.2.3 Makna Merek Makna merek secara sederhana dapat diartikan sebagai arti merek bagi pelanggan. Dalam hal ini perusahaan membangun kokoh arti totalitas merek ke dalam pikiran pelanggan dengan strategi mengaitkan banyak asosiasi merek berwujud (kinerja) dan tak berwujud (imajinasi).9 Dan dapat dibangun dengan dua building bloks, yakni: 1. Brand performance, berkenaan dengan kemampuan produk dan jasa dalam memenuhi kebutuhan fungsional konsumen. Pada hakikatnya, kinerja merek mencerminkan intrinsic properties merek dalam hal karakteristik inheren (bawaan) sebuah produk dan jasa. Secara garis besar, ada lima atribut dan manfaat pokok yang mendasari kinerja merek: a. unsur primer dan fitur suplemen; b. reliabilitas, durabilitas, dan serviceability produk; c. efektivitas, efisiensi, dan empati layanan; d. model dan desain; serta e. harga. 2. Brand imagery, menyangkut extrinsic properties produk dan jasa, yaitu kemampuan merek dalam memenuhi kebutuhan psikologis atau sosial pelanggan. Brand imagery bisa terbentuk secara langsung (melalui pengalaman konsumen dan kontaknya dengan produk, merek, pasar sasaran, atau situasi pemakaian) dan tidak langsung (melalui iklan dan komunikasi 9 Philip, Kotler dan Kevin L Keller. Manajemen Pemasaran Jilid 1. Jakarta : PT Indeks. 2007. Hal 339 15 pemasaran dari mulut ke mulut). Empat kategori utama brand imagery meliputi: a. profil pemakai, baik berdasarkan faktor demografi deskriptif (seperti usia, gender, ras, pendapatan) maupun psikografis abstrak (seperti sikap terhadap hidup, karir, kepemilikan, isu sosial atau institusi politik); b. situasi pembelian (berdasarkan tipe saluran distribusi, toko spesifik, kemudahan pembelian, dan sejenisnya) dan situasi pemakaian (kapan dan di mana merek digunakan); c. kepribadian dan nilai-nilai; serta d. sejarah, warisan (heritage), dan pengalaman. 2.3 Ekuitas Merek 2.3.1 Pengertian Ekuitas Merek Kotler mendefinisikan ekuitas merek sebagai nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa. ”Brand equity is added value endowed on products and services”.10 Nilai ini bisa dicerminkan dalam cara konsumen berpikir, merasa dan bertindak terhadap merek, harga, pangsa pasar, dan profitabilitas yang dimiliki perusahaan. Ekuitas merek merupakan aset tak berwujud yang penting, memiliki nilai psikologis dan keuangan bagi perusahaan. 10 Op.Cit, Hal 278 16 Menurut David Aaker dalam buku Darmadi Durianto, ”brand equity dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu:”11 1. Brand awareness (kesadaran merek) menunjukkan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. 2. Perceived quality (persepsi kualitas) mencerminkan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas/keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan dengan maksud yang diharapkan. 3. Brand loyalty (loyalitas merek) mencerminkan tingkat keterkaitan konsumen dengan suatu merek produk. 4. Other properietary brand assets (aset-aset merek lainnya) 5. Brand association (asosiasi merek) mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing, selebritas, dan lain-lain. Menurut David Aaker dalam buku Freddy Rangkuti,”ekuitas merek adalah seperangkat aset (dan kewajiban) terkait dengan nama merek dan simbol yang menambah (atau mengurangi dari) nilai yang diberikan oleh suatu produk atau jasa ke pelanggan dari perusahaan”.12 Berdasarkan pengertian di atas maka ekuitas merek adalah kekuatan dari merek yang menjajikan nilai yang diharapkan konsumen dan bisa mempengaruhi rasa 11 12 Darmadi Durianto. Strategi Menaklukkan Pasar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.2004, Hal 4 Freddy Rangkuti. The Power Of Brands. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2008, hal 39 17 percaya diri atas suatu produk sehingga akhirnya konsumen akan merasa mendapatkan kepuasan yang lebih dibandingkan produk lainnya. Menurut perspektif konsumen, sebuah merek memiliki ekuitas sebesar pengenalan konsumen atas merek tersebut dan menyimpannya dalam memori mereka beserta asosiasi merek yang mendukung, kuat dan unik.13 Ekuitas merek dalam perspektif konsumen terdiri dari dua bentuk pengetahuan tentang merek : kesadaran merek (brand awareness) dan citra merek (brand image). 13 Terence A Shimp. Periklanan Promosi: Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta : Erlangga. 2003, Hal 10 18 Gambar 2.1 Kerangka Ekuitas Merek Berbasis Konsumen14 Kesadaran akan merek Pengetahuan akan merek Pengenalan terhadap merek Kemampuan Untuk menguatkan merek Atribut Jenis-jenis Asosisasi merek Manfaat Hal-hal yang tidak berhubungan dengan produk (harga, kemasan, pemakaian dan citra penggunaan) Hal-hal yang berhubungan dengan produk (warna, ukuran, desain ) Fungsional Simbolis Pengalaman Citra Merek Evaluasi Keseluruhan Dukungan, kekuatan dan keunikan Asosisasi Merek 14 Ibid, hal 22 19 Kesadaran merek merupakan kemampuan sebuah merek untuk muncul dalam benak konsumen ketika mereka sedang memikirkan kategori produk tertentu dan seberapa mudahnya nama tersebut dimunculkan. Dibutuhkan komunikasi pemasaran melalui promotion mix untuk memunculkan kesadaran sebuah merek dalam benak konsumen. Dengan adanya komunikasi pemasaran kesadaran merek akan dengan mudah diingat oleh konsumen. Tidak hanya kesadaran merek komunikasi pemasaran juga bisa membantu dalam pengenalan merek (brand recognition) dan kemampuan untuk mengingat merek (brand recall) mencerminkan kesadaran yang lebih dalam. Dimensi kedua dari pengetahuan tentang merek yang berdasarkan konsumen (consumer-based knowledge) adalah citra dari sebuah merek. Citra merek (brand image) dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul dibenak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu. Asosiasi ini dapat dikonseptualisasikan berdasarkan : 1. Jenis 2. Dukungan 3. Kekuatan 4. Keunikan Perluasan merek ke dalam kategori produk yang sama memiliki keuntungan dari meminimalkan biaya pengembangan produk dan memperkecil resiko. Sedangkan perluasan merek ke dalam kategori produk yang berbeda ditujukan untuk menangkap peluang pasar dengan resiko akan meningkatnya resiko apabila produk tersebbut 20 gagal dipasaran. Menurut Aaker, strategi perluasan merek membutuhkan tiga tahap, yaitu 15 : 1. Mengidentifikasi asosiasi-asosiasi merek 2. Mengidentifikasi produk-produk yang berkaitan dengan asosiasi-asosiasi tersebut 3. Memiliki calon yang terbaik dari daftar produk tersebut untuk dilakukan uji konsep dan pengembangan produk baru. Perluasan merek akan berhasil apabila16 : 1. Asosiasi-asosiasi merek yang kuat memberikan poin pembeda dan keuntungan untuk perluasan 2. Perluasan tersebut membantu merek inti dengan cara menguatkan asosiasiasosiasi kunci, menghindari asosiasi-asosiasi negatif, dan menimbulkan pengenalan merek (asosiasi negatif akan muncul apabila merek hanya mengandalkan kesan kualitas, sehingga rentan terhadap persaingan). 2.4 Asosiasi Merek Menurut David Aaker dalam buku Rangkuti “mendefinisikan bahwa asosiasi merek adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek”.17 Asosiasi itu tidak hanya eksis namun juga mempunyai suatu tingkatan kekuatan. Kaitan pada merek akan lebih kuat jika dilandasi pada pengalaman untuk mengkomunikasikannya. Juga akan lebih kuat apabila kaitan itu didukung dengan 15 Ibid, hal 25 Ibid 17 Ibid, Hal 43 16 21 suatu jaringan dari kaitan-kaitan lain. Sebuah merek adalah seperangkat asosiasi, biasanya terangkai dalam bentuk yang bermakna. Asosiasi-asosiasi dapat menjadi pijakan dalam keputusan pembelian dan loyalitas merek. Asosiasi dan pencitraan, keduanya mewakili berbagai persepsi yang dapat mencerminkan realita obyektif. Suatu merek yang telah mapan akan mempunyai posisi yang menonjol dalam suatu kompetisi karena didukung oleh berbagai asosiasi yang kuat. Suatu brand positioning mencerminkan bagaimana orang memandang suatu merek. Positioning strategy dapat juga digunakan untuk merefleksikan bagaimana sebuah perusahaan sedang berusaha dipersepsikan. Asosiasi merek yang telah mapan akan memiliki posisi menonjol dalam persaingan bila didukung oleh berbagai asosiasi yang kuat, berbagai asosiasi merek yang saling berhubungan akan menimbulkan suatu rangkaian yang disebut brand image. Semakin banyak asosiasi yang saling berhubungan, maka semakin kuat brand image yang dimiliki oleh merek tersebut.18 18 Ibid 22 Gambar 2.2 Diagram Fungsi Asosiasi Merek19 Membantu proses/ penyusunan informasi Diferensiasi / posisi Asosiasi Merek Alasan untuk membeli Menciptakan sikap / perasaan Basis Perluasan Asosiasi merek yang membentuk citra merek, merupakan pijakan konsumen dalam keputusan pembelian. Asosiasi merek dapat menciptakan suatu nilai bagi perusahaan dan para pelanggan, karena ia dapat membantu proses penyusunan informasi untuk membedakan mereka yang satu dari mereka yang lain. Terdapat lima fungsi asosiasi merek, yaitu 20 : 1) Membantu memproses/menyusun informasi Asosiasi-asosiasi dapat membantu mengikhtisarkan sekumpulan fakta dan spesifikasi yang mungkin sulit diproses dan diakses para pelanggan. Sebuah asosiasi bisa menciptakan informasi padat bagi pelanggan dan bisa mempengaruhi 19 20 Ibid Ibid 23 pengingatan kembali atas informasi tersebut, terutama saat mengambil keputusan. Asosiasi juga bisa mempengaruhi interpretasi mengenai fakta-fakta. 2) Membedakan/memposisikan merek Suatu asosiasi bisa memberikan landasan yang penting bagi usaha untuk membedakan dan memisahkan suatu merek dengan merek yang lain. Asosiasiasosiasi pembeda bisa menjadi keuntungan kompetitif yang penting. Jika sebuah merek sudah dalam kondisi yang mapan (dalam kaitannya dengan para competitor) untuk suatu atribut utama dalam kelas produk tertentu atau untuk suatu aplikasi tertentu, para competitor akan kesulitan untuk menyerang. 3) Membangkitkan alasan untuk membeli Banyak asosiasi merek, membutuhkan berbagai atribut produk atau manfaat pelanggan (customer benefits) yang bisa menyodorkan suatu alas an spesifik untuk membeli dan menggunakan merek tersebut. Asosiasi-asosiasi ini merupakan landasan dari keputusan pembelian dan loyalitas merek. Beberapa asosiasi juga mempengaruhi keputusan pembelian dengan cara memberikan kredibilitas dan rasa percaya diri atas merek tersebut. 4) Menciptaakan sikap/perasaan positif Beberapa asosiasi mampu merangsang suatu perasaan positif yang akhirnya berpengaruh pada merek yang bersangkutan. Beberapa asosiasi mampu menciptakan perasaan positif selama pengalaman menggunakan dan mengubah pengalaman tersebut menjadi sesuatu yang lain daripada yang lain. 5) Memberikan landasan bagi perluasan 24 Suatu asosiasi bisa menghasilkan suatu landasan bagi suatu perusahaan dengan menciptakan rasa kesesuaian (sense of fit) antara merek dan sebuah produk baru atau dengan menghadirkan alasan untuk membeli produk perluasan tersebut. 2.4.1 Pembentuk Asosiasi Merek Keller menyatakan jumlah dari tipe asosiasi berhubungan kepada hasil dan citra, yang akhirnya akan membentuk merek. Maka pembentuk asosiasi merek didasarkan pada tiga dimensi, yaitu:21 a. Brand Strength (kekuatan merek) Asosiasi dapat dikarakteristikkan melalui asosasi yang berhubungan dengan kekuatan merek. Kukuatan asosiasi tergantung pada bagaimana informasi mempengaruhi konsumen (encoding) dan bagaimana bertahan dalam ingatan konsumen, sebagai bagian dari citra merek. Kekuatan asosiasi merek berfungsi sebagai pemrosesan informasi dari pesan yang diterima, baik dalam kuantitas maupun kualitas. Dua factor yang memfasilitasi kekuatan asosiasi adalah : 1) Keterkaitan personal terhadap informasi 2) Konsistensi dengan berbagai informasi Kekuatan merek sebagai fungsi dari kuantitas suatu proses penerimaan informasi dan kualitas dari proses penerimaan informasi tersebut. 21 Kevin, L Keller. Strategic Brand Management Building, Measuring and Managing Brand Equity, 2 nd ed. Upper Saddle River, N.J : Prentice Hall. 2003. Hal 71 25 Pengalaman merupakan sumber penciptaan informasi dalam menciptakan kekuatan atribut merek dan manfaatnya. Kukuatan asosisasi juga didasarkan pada word of mouth (teman, keluarga, dan lain-lain), selain itu berbagai program pemasaran juga mempengaruhi kekuatan dari asosiasi merek, seperti pengalaman setelah pembeliaan, harga, kualitas, rekomendasi, iklan, lingkungan sekitar, dan lain – lain. Kekuatan asosiasi merek berfungsi sebagai pemrosesan informasi dari pesan yang diterima, baik dalam kuantitas dan kualitas. Kekuatan merek ditentukan dari pengalaman langsung konsumen dengan merek, pesan-pesan yang sifatnya non komersial maupun yang komersial. Kekuatan merek berupa tingkatan tipe asosiasi merek yang menentukan konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian maupun untuk menginformasikan kepada orang lain. b. Brand Favorability (kesukaan merek) Untuk memilih kesukaan dan keunikan asosiasi merek maka diperlukan analisa yang cermat dari konsumen dan persaingan untuk menentukan posisi yang optimal untuk suatu merek. Kebaikan merek berhubungan dengan hirarki kebutuhan Maslow, yaitu kebutuhan fisik, keamanan, sosial, penghargaan dan aktualisasi diri. Setiap asosiasi berbeda, tergantung bagaimana konsumen mengevaluasinya dengan baik. Kesukaan merek adalah asosiasi yang berhubungan dengan kesukaan konsumen yang terbentuk dalam benak konsumen. Kesukaan merek 26 tercipta melalui keyakinan konsumen bahwa merek memiliki atribut dan manfaat yang berkaitan dengan pemenuhan keinginan dan kebutuhan mereka, misalnya berpikir positif terhadap suatu merek. Kesukaan merek adalah asosiasi merek yang diinginkan untuk konsumen dan yang berhasil disampaikan oleh produk dan disampaikan oleh program pemasaran yang mendukung merek seperti, merek tersebut dipandang sangat nyaman, handal, efektif, efisien, penuh warna, dan sebagainya. c. Brand Uniqueness (keunikan merek) Untuk menciptakan perbedaan respon terhadap konsumen, suatu merek harus memiliki asosiasi keunikan pada produknya. Keunikan merek adalah asosiasi yang berhubungan dengan keunikan merek yang tercipta dari asosiasi strength dan favorability, yang ada di benak kosumen yang membuat sebuah merek berbeda dengan lainnya. Merek harus memiliki keunggulan dalam bersaing atau “penjualan yang unik” yang dapat memberikan alasan kepada konsumen untuk membeli merek tersebut. Keunikan merek tersebut tergantung pada atribut atau karakteristik produk, dan non-product seperti persepsi kualitas, kemajuan teknologi yang terdapat pada merek. Sebuah produk atau jasa dapat dikarakteristikkan melalui sekumpulan asosiasi yang meliputi kepercayaan mengenai sekumpulan kategori produk atau jasa tersebut, misalnya : warna dari produk tersebut, system pelayanan yang efisien dan kompeten, ketahanan dari produk tersebut, tambahan-tambahan (fitur) dari suatu 27 produk. Jadi keunikan asosiasi merek berkaitan dengan komunikasi yang secara eksplisit dapat dibandingkan dengan pesaing atau hal penting yang implisit tanpa penyebutan referensi persaingan. Keunikan asosiasi merek berkaitan dengan komunikasi yang secara eksplisit dapat dibandingkan dengan pesaing atau hal penting yang implisit tanpa penyebutan referensi persaingan jadi, keunikan berkaitan dengan sesuatu/perbedaan yang dimiliki oleh suatu merek dibandingkan dengan merek lain atau kategori produk lain. Asosiasi merek sebagai informasi penghubung yang dihubungkan kepada mereka dalam memori dan berisikan makna dari merek tersebut dalam ingatan konsumen. Asosiasi berhubungan dengan fungsi yang mewakili gambaran produk atau atribut suatu merek, selain itu asosiasi dapat menciptakan kemudahan dalam menerima suatu merek dan menciptakan ingatan berkepanjangan dalam memori konsumen. Pada umumnya asosiasi merek terutama menjadi dasar dalam keputusan pembelian dan loyalitas pelanggan terhadap merek tersebut. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek atau brand image di dalamm benak konsumen. Asosiasi mempunyai tingkatan kekuatan, yang dapat menciptakan citra merek dan menjadi dasar untuk keputusan pembelian dan loyalitas merek (Aaker,1991). Asosiasi sangat penting untuk memahami efektifitas media, sebagai ingatan pesan merek, serta berfungsi untuk menetapkan hubungan unsur-unsur kegiatan dan merek yang berbeda. Konsumen dapat mengembangkan keragaman asosiasi nama merek 28 dan kemudian mengelompokkan dalam co-branding produk, memproses informasi, membedakan merek, membantu pilihan pembelian yang rasional, menciptakan sikap dan perasaan positif, serta memberikan dasar menciptakan rasa kesesuaian antara nama merek dan produk baru. 2.4.2 Acuan Asosiasi Merek Asosiasi-asosiasi yang terkait dengan suatu merek umumnya dihubungkan dengan berbagai hal berikut22: 1) Atribut produk (product attributes) Atribut produk yang paling banyak digunakan dalam strategi positioning adalah mengasosiasikan suatu obyek dengan salah satu atau beberapa atribut atau karakteristik produk yang bermakna dan saling mendukung, sehingga asosiasi bisa secara langsung diterjemahkan dalam alasan untuk pembelian suatu produk. 2) Atribut tak berwujud (intangibles attributes) Suatu faktor tak berwujud merupakan atribut umum, seperti halnya persepsi kualitas, kemajuan teknologi, inovasi, atau kesan nilai yang mengikhtisarkan serangkaian atribut yang obyektif. 3) Manfaat bagi konsumen (customers benefits) Biasanya terdapat hubungan antara atribut produk dan manfaat bagi konsumen. Terdapat dua manfaat bagi konsumen, yaitu: 22 . Darmadi Durianto. Strategi Menaklukkan Pasar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.2004, Hal 70-72 29 a. Manfaat rasional (rational benefit), adalah manfaat yang berkaitan erat dengan suatu atribut produk dari produk yang dapat menjadi bagian dari proses pengambilan keputusan yang rasional. b. Manfaat psikologis (psychological benefit), seringkali merupakan konsekuensi ekstrim dalam proses pembentukan sikap, berkaitan dengan perasaan yang ditimbulkan ketika membeli atau menggunakan merek tersebut. 4) Harga relatif (relative price) Evaluasi terhadap suatu merek di sebagian kelas produk ini akan diawali dengan penentuan posisi merek tersebut dalam satu atau dua dari tingkat harga. 5) Penggunaan (application) Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan merek tersebut dengan suatu penggunaan atau aplikasi tertentu. 6) Pengguna/konsumen (user/customer) Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan sebuah merek dengan sebuah tipe pengguna atau konsumen dari produk tersebut. 7) Orang terkenal/khalayak (celebrity/person) Mengkaitkan orang terkenal atau artis dengan sebuah merek dapat mentransfer asosiasi kuat yang dimiliki oleh orang terkenal ke merek tersebut. 8) Gaya hidup/kepribadian (lifestyle/personality) 30 Sebuah merek bisa diilhami oleh para konsumen merek tersebut dengan aneka kepribadian dan karakteristik gaya hidup yang hampir sama. 9) Kelas produk (product class) Beberapa merek perlu membuat keputusan positioning yang menentukan dan melibatkan asosiasi-asosiasi kelas produk. 10) Para pesaing (competitors) Mengetahui pesaing dan berusaha untuk menyamai atau bahkan mengungguli pesaing. 11) Negara/wilayah geografis (country/geographic area) Sebuah negara dapat menjadi simbol yang kuat asalkan memiliki hubungan yang erat dengan produk, bahan, dan kemampuan. Pada umumnya asosiasi merek (terutama yang membentuk brand image-nya) menjadi pijakan konsumen dalam keputusan pembelian dan loyalitas pada merek tersebut. Dalam prakteknya, didapati banyak sekali kemungkinan asosiasi dan varian dari asosiasi merek yang dapat memberikan nilai bagi suatu merek, dipandang dari sisi perusahaan maupun dari sisi pengguna. Disamping beberapa acuan yang telah disebutkan, beberapa merek juga memiliki asosiasi dengan berbagai hal lain yang belum disebutkan di atas. Dalam kenyataannya, tiak semua merek produk memiliki semua asosiasi di atas. Merek tertentu berasosiasi dengan berbagai hal di atas dan merek lainnya berasosiasi dengan beberapa hal yang lain. 31 Nilai yang mendasari sebuah merek seringkali merupakan sekumpulan asosiasi atau makna dari merek tersebut. Asosiasi-asosiasi memberi pijakan bagi pengambilan keputusan pembelian, karena akan menuntun konsumen dalam memberi nilai tambah bagi perusahaan dan pelanggannya jika asosiasi tersebu membantu proses penyusunan informasi, membedakan merek tersebut dari yang lain, membangkitkan alasan untuk membeli, menciptakan sikap positif dan memberikan landasan bagi perluasan merek. Asosiasi dapat membantu merangkum sekumpulan fakta dan spesifikasi yang mungkin sulit diproses dan diakses para pelanggan. Sebuah asosiasi dapat menciptakan informasi yang padat bagi pelanggan, mempengaruhi interpretasi terhadap fakta-fakta dan mempengaruhi pengingatan kembali pada saat pengambilan keputusan. Maka asosiasi merek adalah mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing, selebritis, dan lain-lain. 2.5 Hubungan Asosiasi Merek dengan Citra Merek Asosiasi yang diingat konsumen dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek didalam benak konsumen. Citra merek adalah persepsi tentang merek yang direfleksikan oleh asosasi merek yang ada dalam benak konsumen. Asosiasi merek adalah informasi lain yang dianggap penting mengenai suatu produk yang ada 32 dibenak konsumen. Konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap citra merek. Asosiasi dan pencitraan keduanya mewakili berbagai realita obyektif merek yang telah mapan dan memiliki posisi yang menonjol dalam kompetisi karena didukung asosiasi merek kuat. Asosiasi merek dapat menciptakan suatu nilai bagi perusahaan dan pelanggan, sehingga dapat membantu proses penyusunan informasi untuk membedakan merek satu dengan merek lain. Asosiasi merek yang kuat dapat meningkatkan citra merek suatu produk. 2.6 Definisi Citra Merek Menurut Kotler dan Keller citra merek adalah persepsi pelanggan terhadap suatu merek yang digambarkan melalui asosiasi merek yang ada dalam ingatan konsumen.23 Menurut Kotler citra merek merupakan syarat dari merek yang kuat. Citra yang dibentuk harus jelas dan memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan pesaing. Saat perbedaan dan keunggulan merek dihadapkan dengan merek lain, dan muncullah posisi merek. Citra yang efektif dapat mencerminkan tiga hal, yaitu 24 : 1) Membangun karakter produk dan memberikan value proposition. 2) Menyampaikan karakter produk secara unik sehingga berbeda dengan para pesaingnya. 3) Memberi kekuatan emosional dari kekuatan rasional. 23 24 Philip, Kotler dan Kevin L Keller. Pemasaran jilid.1. Jakarta : PT Indeks. 2007. Hal 346 Ibid, 350 33 Setiap perusahaan berlomba-lomba menciptakan produk yang positif agar produknya tersebut dikenal dan diterima baik oleh pelanggan sehingga dapat memiliki citra merek yang positif juga. Dengan melakukan berbagai cara tersebut, citra merek suatu produk dapat meningkat dimata pelanggan. .