60 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Komunitas mangrove yang ditemukan di kawasan ini terdiri atas 4 (empat) jenis, yaitu Avicennia marina, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata (mangrove sejati) dan Acanthus illicifolius (mangrove asosiasi). Kerapatan mangrove tertinggi dimiliki oleh jenis Avicennia marina mencapai 9 ind/100 m2 disertai dengan INP yang mencapai 300, sedangkan jenis lainnya memiliki peran yang sangat kecil. Hal ini ditunjukkan dengan kisaran INP 43-220. Komposisi tegakan rata-rata didominasi oleh tegakan anakan yang banyak ditemui hampir setiap stasiun pengamatan. Kondisi mangrove yang sangat kritis ditemui pada zona ketebalan mangrove rendah. Kondisi lingkungan perairan masih mendukung untuk kehidupan biota ekosistem mangrove. Namun, beberapa parameter yang telah melebihi baku mutu menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup KEP No.51/MNLH/I/2004, adalah kadar kekeruhan, ammonia, fosfat dan nitrat, sehingga status perairan di kawasan ini dapat dikatakan mengalami penyuburan akibat adanya masukan bahan organik yang bersumber dari aktivitas warga setempat, selain dipengaruhi oleh keberadaan mangrove yang ikut berperan sebagai penyuplai bahan organik. Secara umum karakteristik substrat di kawasan ini tergolong liat. Bagi jenis Avicennia spp., kondisi ini akan sedikit menyulitkan untuk masa pertumbuhan mangrove khususnya pada stadia semai dan anakan mengingat bahwa karakteristik fisik substrat liat sangat rapat dan sulit ditemukan rongga-rongga udara sehingga dapat menyulitkan akar-akar mangrove muda untuk mulai tumbuh dan berkembang. Demikian pula halnya dengan gastropoda, umumnya gastropoda yang memiliki kebiasaan meliang (infauna) lebih menyukai substrat berlumpur, sehingga dengan kondisi seperti ini keberadaan gastropoda yang hidup adalah jenis-jenis dari golongan epifauna yang tersebar di permukaaan substrat atau menempel pada perakaran, batang, bahkan daun mangrove. Jenis gastropoda yang ditemukan adalah Telescopium telescopium, Terebralia sulcata, Terebra bifrons, Cerithidea cingulata dan Littorina saxatilis. Komposisi tertinggi adalah Terebralia sulcata mencapai 51 %, artinya jenis ini memiliki 60 61 penyebaran luas dan ketahanan terhadap lingkungan yang tinggi. Keanekaragaman jenis tergolong sedang (1,11 H’ 1,36). Untuk keseragaman, jumlah individu setiap spesies relatif sama (indeks keseragaman mendekati 1) walaupun ada beberapa lokasi yang bersimpangan. Secara umum, hampir setiap stasiun pada lokasi pengamatan tidak terjadi dominansi. Hal ini menunjukkan tidak adanya spesies yang ditemukan dalam jumlah banyak sehingga komunitas gastropoda ini dapat dikatakan cukup baik kecuali pada stasiun III bernilai 1 dan stasiun IV cenderung mendekati 1 sehingga dapat menujukkan adanya dominansi spesies tertentu. Hal ini dapat dikaitkan dengan kondisi mangrove yang kritis pada lokasi ini. Berdasarkan data hasil tangkapan dengan menggunakan alat tangkap sero di ditemukan 3 jenis udang yaitu Penaeus merguensis (jerebung), Metapenaeus ensis (udang api-api), dan Mysis sp. (udang rebon). Produksi tertinggi dimiliki oleh jenis Penaeus merguensis (jerebung) dan Mysis sp. (udang rebon). Berdasarkan hasil analisis tiap komponen penyusun mangrove maka status ekologi mangrove di kawasan ini termasuk kategori tidak seimbang (tertekan), artinya telah ada pengaruh degradasi ekosistem yang berdampak terhadap keseimbangan komponen penyusun ekosistem ini. Oleh karena itu, alternatif pengelolaan yang lebih tepat adalah dengan upaya rehabilitasi mangrove secara terpadu. Tujuannya adalah untuk memulihkan kondisi ekosistem ini hingga dapat memenuhi fungsi-fungsinya kembali bagi kehidupan masyarakat pesisir, khususnya dalam hal meningkatkan produksi sumberdaya perikanan pesisir. 5.2. Saran Untuk penelitian lanjutan disarankan dilakukan uji korelasi antarparameter yang terkait. Disamping itu, perlu diperluas kembali cakupan daerah penelitian dengan titik-titik lokasi yang tepat guna mendapatkan data yang akurat dengan tetap memperhatikan penggunaan metoda sampling yang benar. 61