BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini

advertisement
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini berfokus pada proses mendapatkan, mengembangkan, dan
memanfaatkan IC, serta persepsi karyawan mengenai IC di organisasi penyedia jasa
urun dana. Dengan seluruh proses tersebut, peneliti menyajikan analisis kinerja
organisasi dari tahun ke tahun. Dalam studi kasus ini, organisasi penyedia jasa urun
dana yang diteliti adalah Kitabisa. Studi kasus ini memberikan beberapa pandangan
baru mengenai IC di organsiasi penyedia jasa urun dana. Berikut adalah beberapa
kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini:
1. Proses mendapatkan IC untuk Kitabisa dilakukan saat rekruitmen. Sebagai
organisasi penyedia jasa urun dana berbasis donasi, kualitas calon karyawan
Kitabisa bukan didasarkan pada gelar pendidikan tertentu atau pengalaman
bekerja sebelumnya, melainkan jiwa sosial. Calon karyawan yang memiliki
jiwa sosial yang tinggi serta memiliki pengalaman terlibat dalam organsasi
sosial dianggap memiliki misi yang sama dengan Kitabisa.
Di samping itu, rekruitmen menggunakan sistem penyerahan (referral).
Untuk perusahaan rintisan yang sedang berkembang, sistem ini dianggap
sebagai kunci pertumbuhan karena setiap karyawan yang merekrut
karyawan baru dituntut untuk merasa bertanggung jawab. Sebagai timbal
baliknya, karyawan tersebut akan mendapat bonus. Selain itu, kohesi
antarkaryawan dapat lebih cepat terbangun.
88
Pengembangan IC di Kitabisa dilakukan dengan beberapa cara. Salah
satunya adalah partisipasi pelatihan. Setiap karyawan diberikan kesempatan
untuk meningkatkan kemampuan mereka melalui pelatihan yang dibiayai
Kitabisa. Sebagai persyaratannya, karyawan dituntut untuk mencari sendiri
peluang pelatihan dan mengajukannya ke pihak manajemen atas. Budaya
untuk terus belajar membuat karyawan terbiasa untuk berbagi hasil
pelatihan satu sama lain. Tidak hanya itu, pelatihan yang dilakukan dapat
berupa pelatihan formal di luar, pelatihan di tempat kerja, pelatihan virtual,
maupun pembelian buku tertentu.
Karyawan yang bekerja dengan baik diberikan insentif yang bersifat
nonmaterial, yaitu kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya di
bidang lain. Hal ini membangun sifat kompetitif karyawan, sekaligus
membawa manfat bagi Kitabisa. Di samping itu, pengembangan IC
dilakukan dengan memberikan kesempatan karyawan untuk terjun langsung
ke suatu kondisi. Pihak manajemen atas memberikan ruang kepada
karyawan magang dan/atau karyawan baru untuk bertemu langsung dengan
para pemangku kepentingan dan belajar dari setiap diskusi.
2. Kitabisa memanfaatkan IC melalui berbagai cara. Pertama, Kitabisa
mengadakan rapat formal secara mingguan. Rapat ini digunakan untuk
berkoordinasi secara keseluruhan, antardivisi, maupun internal di dalam
tim. Pada setiap rapat, ide dari karyawan secara bebas disampaikan,
diseleksi, dan diwujudkan menjadi inovasi baru. Tidak hanya dari
karyawan, pelanggan Kitabisa diberikan kesempatan untuk menyampaikan
89
idenya secara langsung. Kitabisa secara terbuka memberi kesempatan
kepada para donatur dan inisiator untuk menyampaikan ide mengenai
peningkatan layanan donasi.
Sejak tahun 2015, Kitabisa berubah bentuk dari yayasan menjadi PT.
Perubahan bentuk ini menjadikan Kitabisa memiliki investor dan jaringan
sendiri. Perluasan jarigan ini memberikan Kitabisa relasi baru yang
menguntungkan bagi Kitabisa.
Dari tahun ke tahun jumlah karyawan Kitabisa juga terus meningkat.
Pada tahun 2016, jumlah karyawan Kitabisa meningkat menjadi 16 orang.
Jumlah ini memungkinkan Kitabisa untuk menempatkan seluruh karyawan
ke dalam empat divisi utama, yaitu pemasaran, operasional, produk, dan
pengembangan bisnis. Dengan deskripsi pekerjaan yang jelas, proses
pemanfaatan IC di Kitabisa menjadi lebih baik.
3. Kinerja Kitabisa dari tahun 2013 sampai 2016 (November) diukur dengan
dua pengukuran, yaitu gross donation value (GDV) dan return on assets
(ROA). Total donasi dari tahun 2013 hingga 2016 (November) terus
meningkat sehingga GDV Kitabisa meningkat dari tahun ke tahun. Untuk
perhitungan ROA, Kitabisa baru dapat mengukur dari tahun 2014 karena
sebelumnya Kitabisa berbentuk yayasan yang berada di bawah payung
organisasi lain sehingga tidak mencatat aset apapun. Perhitungan aset yang
sebenarnya baru dapat dilakukan di tahun 2015 ketika Kitabisa berubah
bentuk dari yayasan menjadi PT. Dari tahun 2015 hingga 2016 (November),
90
ROA Kitabisa telah meningkat. Meningkatnya kinerja keuangan
dipengaruhi oleh jumlah karyawan yang semakin banyak setiap tahunnya.
4. Persepsi karyawan mengenai kegunaan ketiga dimensi modal intelektual ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu jenis kelamin, usia, tingkat
pendidikan, lama bekerja, dan divisi tempat ia bekerja. Faktor-faktor
tersebut memberikan pengaruh atas jawaban responden mengenai arti
penting setiap variabel. Meskipun begitu, secara keseluruhan, karyawan
menilai modal relasi lebih penting daripada modal manusia dan modal
organisasi.
Sejak berubah bentuk menjadi PT di tahun 2015, ruang gerak Kitabisa
untuk menjalin relasi semakin lebar sehingga hubungan yang terbangun
antara Kitabisa dengan para pemangku kepentingan semakin kuat.
Karyawan Kitabisa menyadari bahwa sifat alamiah organisasi penyedia jasa
urun dana adalah bisnis kepercayaan. Maka dari itu, seluruh divisi di
Kitabisa berupaya untuk menjaga kepercayaan pelanggan. Kepercayaan ini
ditopang dengan produk yang dirancang secara baik oleh divisi produk dan
pengembangan bisnis. Divisi operasional berperan untuk menjaga
kepercayaan dengan memberikan pelayanan yang cepat dan jelas bagi
pelanggan. Divisi pemasaran bertanggung jawab menjaring pelanggan baru
dengan merangkai cerita sukses dan pembaharuan dari donatur dan inisiator
yang telah berhasil.
5. Jawaban karyawan mengenai kegunaan setiap variabel di ketiga dimensi IC
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama dengan persepsi arti penting.
91
Akan tetapi secara keseluruhan, karyawan Kitabisa menganggap modal
manusia, modal organisasi, dan modal relasi memiliki nilai kegunaan yang
tidak jauh berbeda. Karyawan beranggapan bahwa jika sumber daya
manusia yang bekerja di dalam Kitabisa memiliki kemampuan organisasi
yang baik, maka hubungan dengan para pemangku kepentingan menjadi
semakin kuat. Artinya, ketiga dimensi IC dapat memberikan nilai kegunaan
tertinggi apabila ketiganya dimanfaatkan secara bersama.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memiliki beberapa keterbatasan,
di antaranya:
1. Pada dasarnya, terdapat beberapa jenis organisasi penyedia jasa urun dana
lain, seperti organisasi berbasis donasi, ekuitas, dan pinjam-meminjam
Penelitian ini dilakukan dengan metode studi kasus pada satu organisasi
penyedia jasa urun dana yang berbasis donasi sehingga untuk organisasi
dengan basis lain berkemungkinan memiliki pandangan yang berbeda.
2. Salah satu metode penelitian yang dilakukan peneliti adalah wawancara.
Wawancara dilakukan kepada empat orang karyawan, yaitu CEO; Manajer
Keuangan, AU, dan SDM; Manajer Operasional; dan Campus Coordinator
sehingga mungkin saja karyawan lain memiliki penilaian yang berbeda.
Selain itu, peneliti tidak dapat mewawancarai satu co-founder Kitabisa
lainnya, yaitu CMO. Hal ini disebabkan karena CMO Kitabisa sedang
berada di New Zealand selama dua bulan ketika penelitian ini dilakukan.
92
3. Data keuangan yang didapatkan peneliti berasal dari keterangan Manajer
Keuangan, AU, dan SDM ketika wawancara sehingga ada kemungkinan
jumlahnya tidak tercantum secara detail. Peneliti tidak dapat mengakses
laporan keuangan secara langsung karena Kitabisa bukan merupakan
perusahaan publik.
5.3 Saran
Adanya keterbatasan waktu dan sumber daya membuat peneliti hanya
melakukan studi kasus di satu organisasi penyedia jasa urun dana saja. Untuk
itu, penelitian di organisasi penyedia jasa urun dana lain yang telah berdiri lebih
lama dan memiliki karyawan yang lebih banyak sangat disarankan. Selain itu,
metode wawancara dapat dilakukan kepada seluruh karyawan agar pandangan
mengenai IC bisa didapatkan secara lebih mendalam sehingga dapat
meningkatkan hasil penelitian mengenai IC di organsiasi penyedia jasa urun
dana.
93
Download