1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja ekonomi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kinerja ekonomi Indonesia yang mengesankan dalam 30 tahun terakhir
sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan
dan kerentanan dalam perbankan dan perusahaan. Krisis ekonomi Indonesia
disebabkan oleh hilangnya kepercayaan pasar yang menyebabkan arus modal
keluar. Rencana IMF dirancang untuk memulihkan pasar dengan menerapkan
program yang cakupannya luas, namun langkah-langkah yang ditunjuk bukan
tanpa kritik. Keberlanjutan pemulihan ekonomi di Indonesia tergantung pada dua
program penting, stabilitas dalam lingkungan ekonomi makro dan pelaksanaan
dan restrukturisasi utang perusahaan yang kredibel bersama dengan penguatan
situasi perbankan (Sri Mulyani, 2002:577).
Pada masa orde baru, Indonesia mulai membuka diri kepada dunia salah
satunya ditandai dengan perdagangan antarnegara. Perdagangan internasional
penting dalam perekonomian setiap negara dan bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Perdagangan internasional berperan penting karena
tidak ada satu negara pun di dunia yang dapat memenuhi semua kebutuhan dalam
negeri. Pembangunan awalnya berpusat pada sektor pertanian kemudian diarahkan
ke sektor industri karena melihat banyak negara yang diuntungkan melalui
industrialisasi. Dimulainya industrialisasi di Indonesia maka dibutuhkan devisa.
Sumber
pembiayaan
tersebut
disimpan
dipertanggungjawabkan oleh Bank Indonesia.
1
dalam
cadangan
devisa
yang
Cadangan devisa mempunyai peranan penting dan merupakan indikator
untuk menunjukkan kuat lemahnya fundamental perekonomian suatu negara,
selain itu merupakan kunci utama suatu negara untuk dapat menghindari krisis
ekonomi dan keuangan (Priadi dan Sekar, 2008:123). Akumulasi cadangan devisa
telah muncul sebagai alat moneter terutama setelah krisis Asia Timur tahun 1997
yang tidak hanya dapat merangsang ekonomi tetapi juga untuk menstabilkan
variabel yang paling rentan seperti nilai tukar, utang dan defisit (Commer,
2011:47).
Tabel 1.1 Cadangan Devisa Indonesia, Kurs Dollar Amerika Serikat, Utang
Luar Negeri dan Suku Bunga Kredit Tahun 1996-2010
Tahun
Cadangan
Devisa
(Juta USD)
Kurs Dollar
Amerika
Serikat
(Rp/USD)
Utang Luar
Negeri
(Juta USD)
Suku Bunga
Kredit Modal
Kerja
(%)
1996
19.125
2.383
110.171
1997
21.418
4.605
136.088
1998
23.762
10.492
150.886
1999
27.054
8.029
148.098
2000
29.394
9.595
141.693
2001
28.016
10.400
133.074
2002
31.571
8.940
131.343
2003
36.246
8.465
135.402
2004
36.321
9.290
137.024
2005
34.724
9.830
134.504
2006
42.586
9.020
132.633
2007
56.920
9.419
141.180
2008
51.639
10.950
155.080
2009
66.105
9.400
172.871
2010
96.207
8.991
202.413
Pertumbuhan
12,23
9,95
4,44
(%)
Sumber : Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia (Data Diolah)
2
19,04
21,98
32,27
28,89
18,43
19,19
18,25
15,07
13,41
16,23
15,07
13,00
15,22
15,23
12,83
-2,78
Dari data cadangan devisa Indonesia pada Tabel 1.1 menunjukkan jumlah
cadangan devisa yang paling tinggi yaitu pada tahun 2010 sebesar USD96.207
Juta, sedangkan pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi USD51.639 Juta
karena pada saat itu terjadi krisis global yang bermula dari Amerika Serikat yang
berimbas pada negara-negara di dunia tidak terkecuali di Indonesia. Cadangan
devisa dari tahun 1996-2010 tumbuh sebesar 12,23 persen.
Dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat,
hubungan ekonomi antarnegara akan menjadi saling terkait dan mengakibatkan
peningkatan arus perdagangan barang maupun uang serta modal antarnegara.
Terjadinya perubahan indikator makro di negara lain, secara tidak langsung akan
berdampak pada indikator suatu negara. Dengan diberlakukannya sistem nilai
tukar mengambang penuh/bebas (freely floating system) yang dimulai sejak
Agustus 1997, posisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (khususnya
US$) ditentukan oleh mekanisme pasar. Sejak masa itu naik turunnya nilai tukar
(fluktuasi) ditentukan oleh kekuatan pasar (Tri dan Hidayat, 2005:1). Perbedaan
nilai tukar mata uang suatu negara (kurs) pada prinsipnya ditentukan oleh
besarnya permintaan dan penawaran mata uang tersebut (Levi, 1996:129 dalam
Triyono, 2008:156).
Kurs ditentukan oleh adanya keseimbangan antara permintaan dan
penawaran yang terjadi di pasar, mengingat pengaruhnya yang besar bagi neraca
transaksi berjalan maupun bagi variabel-variabel makro ekonomi lainnya. Kurs
dapat dijadikan alat untuk mengukur kondisi perekonomian suatu negara.
Pertumbuhan nilai mata uang yang stabil menunjukkan bahwa negara tersebut
3
memiliki kondisi ekonomi yang relatif baik atau stabil (Salvator, 1997:10 dalam
Triyono, 2008:156).
Tabel 1.1 menunjukkan kurs dollar Amerika Serikat (USD) terhadap
rupiah mengalami depresiasi pada tahun 1998 sebesar Rp 10.400/USD. Hal ini
terjadi ketika Indonesia mengalami krisis moneter. Selanjutnya pada tahun 1999
mengalami apresiasi sebesar Rp 8.029/USD. Ini merupakan penguatan terbesar
hingga tahun 2010. Pada tahun 2008 nilai tukar rupiah kembali mengalami
depresiasi karena Indonesia terkena imbas krisis global. Kurs dollar Amerika
Serikat dari tahun 1996-2010 tumbuh sebesar 9,95 persen. Pertumbuhan kurs
dollar sebesar 9,95 persen menunjukkan fluktuasi kurs yang tidak signifikan.
Setiap negara akan selalu berupaya meningkatkan dan memajukan
kesejahteraan masyarakatnya melalui pembangunan. Negara berkembang
berupaya mengejar ketertinggalan dengan menggali dan mengembangkan sumber
daya alam yang dimiliki. Membangun proyek-proyek ekonomi tersebut
memerlukan dana yang cukup besar (Lia, 2007:53).
Negara-negara sedang berkembang melakukan utang dalam jumlah besar
selama lebih dari tiga dekade, kadang-kadang dengan tingkat suku bunga yang
cukup tinggi. Harapannya utang luar negeri tersebut dapat mempercepat
pembangunan melalui investasi yang lebih tinggi dan mempercepat pertumbuhan.
Namun berdasarkan teori ketergantungan utang (debt overhang theory), pada
tingkat akumulasi utang yang besar ternyata utang tersebut justru akan
menyebabkan pertumbuhan ekonomi akan menjadi lebih rendah. Hal ini
dikarenakan dalam jangka panjang utang akan lebih besar dari kemampuan
4
membayar negara debitur, biaya dari bunga utang diperkirakan akan mendesak
investasi domestik dan asing dan akhirnya menghambat pertumbuhan. (Pattilo:
2002 dalam Dini, 2005:265). Akumulasi utang terdiri dari 60 persen total utang
luar negeri adalah utang sektor publik, yakni utang pemerintah 52 persen, bank
pemerintah 3,24 persen dan BUMN 4,13 persen. Proporsi sektor swasta cukup
besar terhadap total utang luar negeri sebesar 40,5 persen. Utang pemerintah
terbesar berasal dari utang multilateral 21,2 persen, utang bilateral 17,2 persen,
serta kredit ekspor 10,8 persen (Basri, 2002:255).
Berdasarkan Tabel 1.1 utang luar negeri (ULN) selama 15 tahun
mengalami fluktuasi. Pada tahun 1998 utang luar negeri mengalami peningkatan
menjadi USD150.886 Juta karena dampak krisis moneter yang terjadi pada tahun
1997. Nilai utang luar negeri tahun 2007 hingga saat ini terus mengalami
peningkatan. Utang luar negeri tahun 1996-2010 tumbuh sebesar 4,44 persen.
Di beberapa negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura, Thailand,
Filipina, dan Indonesia, perkembangan pendalaman finansial kelihatan menonjol
setelah negara-negara tersebut melakukan deregulasi sistem finansialnya. Sebelum
adanya deregulasi, sistem finansial negara-negara tersebut ditandai oleh
banyaknya peraturan yang kurang mendorong terjadinya pendalaman finansial
seperti penentuan tingkat bunga oleh otoritas moneter penetapan pagu kredit,
cadangan wajib minimum yang tinggi. Tingkat bunga yang ditetapkan akan
cenderung jauh di bawah tingkat bunga keseimbangan dan tingkat inflasi. Dengan
demikian, laju inflasi jauh lebih besar daripada tingkat bunga nominal sehingga
5
tingkat bunga rill menjadi negatif. Hal ini dapat menimbulkan distorsi dalam
sistem keuangan karena kurangnya mobilisasi dana. (Taufik, 2004:438).
Tabel 1.1 menunjukkan suku bunga kredit modal kerja bank umum.
Penurunan suku bunga kredit yang paling tinggi terjadi pada tahun 2000,
sedangkan peningkatan yang paling tinggi terjadi pada 1998. Pada saat itu
perekonomian memburuk karena krisis moneter yang melanda Indonesia. Pada
2010 merupakan tingkat suku bunga terendah yaitu 12,83 persen selama kurun
waktu 15 tahun. Penurunan ini tidak terlepas dari membaiknya perekonomian
Indonesia dan tingkat inflasi yang cukup stabil. Kebijakan moneter yang
dijalankan Indonesia mulai menunjukkan konsistensinya.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1) Apakah kurs dollar Amerika Serikat, utang luar negeri dan suku bunga
kredit berpengaruh secara serempak terhadap cadangan devisa Indonesia
Tahun 1996-2010?
2) Bagaimana pengaruh kurs dollar Amerika Serikat, utang luar negeri dan
suku bunga kredit secara parsial terhadap cadangan devisa Indonesia
Tahun 1996-2010?
6
1.2
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.2.1
Tujuan penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan tersebut diatas yang menjadi tujuan
dalam penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui pengaruh kurs dollar Amerika Serikat, utang luar negeri
dan suku bunga kredit secara serempak terhadap cadangan devisa
Indonesia Tahun 1996-2010.
2) Untuk mengetahui pengaruh kurs dollar Amerika Serikat, utang luar negeri
dan suku bunga kredit secara parsial terhadap cadangan devisa Indonesia
Tahun 1996-2010.
1.2.2
Kegunaan penelitian
Berdasarkan latar belakang dan tujuan maka kegunaan penelitian ini
adalah:
1) Kegunaan praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan
bagi pemerintah dalam mengambil langkah-langkah kebijakan dalam
bidang perdagangan internasional khususnya yang berhubungan dengan
cadangan devisa.
2) Kegunaan teoritis
Penelitian ini merupakan kesempatan untuk meningkatkan pemahaman
dan mengaplikasi teori-teori yang diperoleh pada perkuliahan dengan
kondisi yang sebenarnya, khususnya mengenai keterkaitan antara kurs
7
dollar Amerika Serikat, utang luar negeri dan suku bunga kredit terhadap
cadangan devisa Indonesia tahun 1996-2010.
1.3
Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun berdasarkan bab secara sistematis, sehingga antara bab
yang satu dengan bab yang lainnya mempunyai hubungan yang erat. Adapun
sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Pada Bab I diuraikan tentang latar belakang masalah dimana dalam
penelitian ini penulis mengantarkan gambaran umum tentang ekonomi dan
perdagangan internasional yang kemudian difokuskan pada cadangan
devisa Indonesia tahun 1996-2010, selanjutnya menguraikan pokok
permasalahan, juga dibahas mengenai tujuan dan kegunaan penelitian serta
pada akhir bab ini dikemukakan mengenai sistematika penulisan.
Bab II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis
Pada Bab II menjelaskan tentang teori-teori yang relevan yang
mendukung pokok permasalahan, yaitu teori perdagangan internasional,
teori cadangan devisa, teori kurs dollar Amerika Serikat, teori utang luar
negeri, teori suku bunga serta pertimbangan dan acuan pada hasil
penelitian sebelumnya dan disajikan juga mengenai rumusan hipotesis dari
pokok permasalahan.
Bab III Metode Penelitian
Pada Bab III disajikan mengenai metode penelitian yang meliputi
lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi
8
operasional variabel, jenis dan sumber data dan teknik analisis data yang
akan dipergunakan dalam menjawab permasalahan.
Bab IV Pembahasan
Pada Bab IV disajikan gambaran umum penelitian dan membahas
mengenai hasil penelitian dengan menggunakan metode penelitian yang
ada.
Bab V Simpulan dan Saran
Bab V merupakan bab terakhir yang membahas kesimpulan dari
analisis yang dilakukan serta saran-saran terkait mengenai penelitian ini.
9
Download