bab ii landasan teori - Perpustakaan Universitas Mercu Buana

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Arrester
Arrester adalah alat proteksi bagi peralatan listrik terhadap tegangan lebih
yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (switching surge). Alat ini bersifat
sebagai by-pass disekitar isolasi yang membentuk jalan dan mudah dilalui oleh
arus kilat ke sistem pentanahan sehingga tidak menimbulkan tegangan lebih yang
tinggi dan tidak merusak isolasi peralatan listrik. By-pass itu harus sedemikian
rupa sehingga tidak mengganggu aliran daya sistem frekwensi 50 Hz, jadi pada
saat keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator, bila timbul tegangan surja
alat ini bersifat sebagai konduktor yang tahanannya relative rendah sehingga dapat
melakukan arus yang tinggi ke tanah. Setelah surja hilang, arrester harus dapat
dengan cepat kembali menjadi isolasi. Sesuai dengan fungsinya, yaitu arrester
melindungi peralatan listrik pada sistem jaringan terhadap tegangan lebih yang
disebabkan petir atau surja hubung, maka pada umumnya arrester dipasang pada
setiap ujung SUTT yang memasuki gardu induk. Di gardu induk besar ada
kalanya pada trafo dipasang juga arrester untuk menjamin terlindungnya trafo dan
peralatan lainnya dari tegangan lebih tersebut. Bentuk arrester pada umumnya
adalah seperti gambar 2.1
5
Gambar 2.1 Bentuk Umum Arrester
2.2
Gerbang Logika Digital
Gerbang logika digital dikenal pula sebagai perangkat digit atau sebagai
perangkat logika (logic device). Perangkat ini memiliki satu atau lebih masukan
dan satu keluaran. Masing masing masukan (input) atau keluaran (output) hanya
mengenal dua keadaan logika, yaitu logika '0' (nol, rendah) atau logika '1' (satu,
tinggi) yang oleh perangkat logika, '0' direpresentasikan dengan tegangan 0
sampai 0,7 Volt DC (Direct Current, arus searah), sedangkan logika '1' diwakili
oleh tegangan DC setinggi 3,5 sampai 5 Volt untuk jenis perangkat logika IC TTL
(Integrated Circuit Transistor-Transistor Logic) dan 3,5 sampai 15 Volt untuk
jenis perangkat IC CMOS (Integrated Circuit Complementary Metal Oxyde
Semiconductor).
6
2.2.1
Gerbang AND
Gerbang AND dapat memiliki dua masukan atau lebih. Gerbang ini akan
menghasilkan keluaran 1 hanya apabila semua masukannya sebesar 1. Dengan
kata lain apabila salah satu masukannya 0 maka keluarannya pasti 0. Sebagai
contoh, perhatikanlah kasus berikut:
Sebuah tim ganda dari regu bulutangkis Indonesia, adalah absah apabila
kedua anggotanya lengkap hadir, yaitu Amir dan Badu. Apabila salah satu dari
Amir atau Badu ada yang absen atau tidak hadir, maka regu tersebut tidak absah
untuk Mewakili Indonesia dalam turnamen bulu tangkis tersebut. Dalam dunia
logika digital, semua aspek positif dari suatu kasus diinterpretasikan sebagai true
(baca: tru) suatu kata bahasa Inggris yang berarti 'benar'. Pada komputer (sebagai
perangkat), 'true' diwujudkan sebagai logika '1' atau 'high' (baca: hay') = tinggi.
Pada tingkat perangkat keras, 'true' mempunyai acuan tegangan listrik mendekati
5 Volt DC (dalam TTL Level).} Pada kasus di atas, yang termasuk aspek positif
adalah 'absah' dan 'hadir'. Sebaliknya, logika digital menentukan bahwa semua
aspek negatif dalam suatu kasus harus dianggap sebagai false (baca: fals) yang
berarti 'salah'. Ini dimanifestasikan sebagai logika '0' atau low = rendah oleh
komputer (sebagai perangkat). Perangkat keras melaksanakan hal ini dengan
memberikan tegangan DC mendekati atau sama dengan nol Volt, TTL level. Yang
termasuk aspek negatif dalam hal ini adalah 'tidak absah' dan 'absen'. Dengan
demikian, kita sudah dapat menjabarkan kasus tersebut secara logika seperti ini:
a. Penyelesaian (output) kasus disandikan dengan 'Q'.
b. Peserta (input), dalam hal ini Amir dan Badu, disandikan sebagai A dan B.
c. Sinopsis yang dihasilkan menyatakan bahwa:
7
- Q akan true apabila A dan B true
- Q akan false bila salah satu di antara A dan B ada yang false
Bentuk logika kasus diatas disebut logika 'AND', yang dalam bahasa
Indonesia berarti 'DAN'. Tampaknya, nama logika ini diperoleh dengan
mengambil patokan pada sinopsis bagian pertama, yang menyatakan bahwa
output akan true bila A dan B true. Penjabaran dapat lebih disederhanakan lagi
dengan mempergunakan tabel yang bernama 'Tabel Kebenaran' (truth table).
Bentuk tabel kebenaran dalam kasus ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2 Simbol dan Tabel Kebenaran untuk Gerbang AND
2.2.2
Gerbang OR
Keluaran gerbang OR akan sebesar 0 hanya apabila semua masukannya 0
dan keluarannya akan sebesar 1 apabila saling tidak ada salah satu masukannya
yang bernilai 1. Sebagai contoh, perhatikanlah kasus berikut:
Dalam suatu rapat Universitas, Amir dan badu bertindak sebagai wakil
resmi Fakultas Teknik jurusan elektro. Sidang rapat menyatakan apabila salah satu
dari Amir atau Badu hadir, maka hal itu sudah absah untuk mewakili fakultas
tersebut. Untuk kasus ini, penjabaran masalah tidak banyak berbeda dengan yang
sebelumnya yaitu:
a. Penyelesaian (output) kasus disandikan dengan 'Q'.
8
b. Peserta (input), dalam hal ini Amir dan Badu, disandikan sebagai A dan B.
c. Sinopsis yang dihasilkan menyatakan bahwa:
- Q akan true apabila salah satu dari A dan B ada dalam kondisi true.
- Q akan false, apabila A dan B (semuanya) ada dalam keadaan false.
Kasus ini memakai bentuk logika 'OR' dan tabel kebenarannya menjadi tersusun
sebagai berikut :
Gambar 2.3 Simbol dan Tabel Kebenara untuk Gerbang OR
2.2.3
Gerbang NOT
Pada gerbang ini nilai keluarannya selalu berlawanan dengan nilai
masukannya. Apabila masukannya sebesar 0 maka keluarannya akan sebesar 1
dan sebaliknya apabila masukannya sebesar 1 maka keluarannya akan sebesar 0.
Pada tabel kebenaran gerbang NOT berikut, yaitu tabel yang menggambarkan
hubungan antara masukan (A) dan keluaran (B) perangkat digit gerbang NOT.
Gambar 2.4 Simbol dan Tabel Kebenara untuk Gerbang NOT
9
2.3
Flip-Flop
Flip-Flop adalah suatu rangkaian logika dengan dua buah output, dimana
satu output merupakan komplemen dari output yang lainnya. Rangkaian logika
untuk Flip-Flop ini tersedia dalam bentuk IC. Terdapat beberapa jenis Flip-Flop
dasar, yaitu SR Flip-Flop, JK Flip-Flop, D Flip-Flop, T Flip-Flop. Beberapa FlipFlop akan merespon input saat diberikan pulsa jam. Beberapa jenis Flip-Flop yang
lain dilengkapi pula dengan input DC “Set” dan “Clear”. Input-input yang
diberikan pada DC-set dan Clear ini disebut input asinkron, sedangkan input-input
normalnya disebut input sinkron.
Gambar 2.5 Gambar Simbol Jenis-jenis Flip-Flop
Ditinjau dari input-input yang diberikan Flip-Flop dapat dikategorikan
pada input aktif tinggi dan input aktif rendah, demikian pula dengan pulsa clock,
terdapat Flip-Flop yang akan aktif dengan transisi turun. Berikut adalah tabel
kebenaran untuk beberapa jenis Flip-Flop.
10
Tabel 2.1 Tabel Kebenaran untuk JK, SR, dan D-Flip-Flop
A). SR-Flip-Flop
INPUT
OUTPUT
S
R
Q
0
0
Q0
0
1
0
1
0
1
1
1
X
B). JK-Flip-Flop
INPUT
OUTPUT
J
K
Q
0
0
Q0
0
1
0
1
0
1
1
1
Togle
C). D-Flip-Flop
INPUT
OUTPUT
D
Q
0
0
1
1
11
Dari tabel kebenaran tersebut di atas dapat dibuat tabel eksitasi untuk
sebuah Flip-Flop. Tabel eksitasi adalah suatu tabel yang digunakan untuk
menentukan input-input pada Flip-Flop guna mendrive Flip-Flop agar outputnya
berada pada keadaan yang kita kehendaki.
Tabel 2.2 Contoh Tabel Eksitasi Untuk JK-Flip-Flop
2.4
Qt
Qt+1
J
K
0
0
0
0
0
1
1
x
1
0
X
1
1
1
X
0
Decoder
Decoder membentuk fungsi yang berlawanan dengan encoder. Keluaran
suatu decoder akan sama dengan jumlah kode yang dapat dihasilkan oleh
kombinasi jumlah saluran masukannya. Sebagai contoh decoder biner dengan tiga
buah masukan seperti ditunjukan pada gambar 3.12 yang memiliki 23 atau sama
dengan 8 jumlah keluaran.
Gambar 2.6 Simbol Decoder
12
Tabel kebenaran Decoder biner 3 ke 8 masukan ditunjukan pada tabel
kebenaran berikut :
Tabel 2.3 Tabel Kebenaran Decoder 3 ke 8
Masukan
Keluaran
A
B
C
F0
F1
F2
F3
F4
F5
F6
F7
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
2.5
Seven Segment
Sebuah tujuh-segment display (singkatan: "7-seg (ment) layar"), kurang
biasa dikenal sebagai tujuh segment indikator, adalah sebuah bentuk perangkat
layar elektronik untuk menampilkan angka decimal yang merupakan alternatif
yang lebih kompleks. Tampilan seven segmen banyak digunakan dalam jam
digital, elektronik meter, dan perangkat elektronik lainnya untuk menampilkan
informasi numerik. seven segment terdiri dari susunan delapan buah LED.
Gambar seve segment bisa dilihat pada gambar dibawah ini.
13
Gambar 2.7 Bentuk Umum Seven Segment
seven segment ada 2 tipe yaitu common anode dan common cathode.
Perbedaan common anode dan common cathode terletak pada kaki common nya,
untuk common anode, kaki common-nya berupa anoda dari delapan LED,
sedangkan common cathode kaki common-nya berupa katoda dari delapan LED.
Lihat gambar seven segmen display dibawah ini.
Gambar 2.8 Seven Segment Display
2.6
Relay
Relay adalah suatu alat yang dapat menghubungkan atau memutuskan
suatu rangkaian. Relay bekerja berdasarkan arus listrik yang mengalirnya. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pemasangan relay diantaranya :
1. Tegangan yang diperlukan untuk mengerjakan relay itu sendiri.
14
2. Banyaknya kontak-kontak dan jenis kontak yang diperlukan, ini
tergantung pada banyak dan jenis rangkaian yang akan menggunakan
relay.
3. Kuat arus yang diperlukan untuk mengerjakan relay.
4. Cara kerja relay, hal ini ditentukan oleh deskripsi kerja dari rangkaian.
5. Resistansi lilitan ditentukan dari diameter kawat dan banyaknya jumlah
lilitan relay.
6. Daya yang diperlukan oleh relay
Gambar 2.9 Relay
2.7
Programmable Logic Control (PLC)
Sebuah PLC (Programmable Logic Controller) adalah sebuah alat yang
digunakan untuk menggantikan rangkaian sederetan relai yang dijumpai pada
sistem kontrol proses konvensional. PLC bekerja dengan cara mengamati
masukan (melalui sensor-sensor terkait), kemudian melakukan proses dan
melakukan tindakan sesuai yang dibutuhkan, yang berupa menghidupkan atau
mematikan keluarannya. Semakin kompleks proses yang harus ditangani,
semakin penting penggunaan PLC untuk mempermudah proses-proses
tersebut
(dan sekaligus menggantikan beberapa alat yang diperlukan). Selain itu sistem
kontrol proses konvensional memiliki beberapa kelemahan, antara lain :
15
1). Perlu kerja keras saat dilakukan pengkabelan.
2). Kesulitan saat dilakukan penggantian dan atau perubahan.
3). Kesulitan saat dilakukan pelacakan kesalahan.
4). Saat terjadi masalah, waktu tunggu tidak menentu dan biasanya lama.
Sedangkan penggunaan kontroler PLC memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan dengan sistem kontrol konvesional, antara lain:
1). Dibandingkan dengan sistem kontrol proses konvensional, jumlah kabel yang
dibutuhkan bisa berkurang hingga 80 %.
2). PLC mengkonsumsi daya lebih rendah dibandingkan dengan sistem kontrol
proses konvensional (berbasis relay).
3). Fungsi diagnostik pada sebuah kontroler PLC membolehkan pendeteksian
kesalahan yang mudah dan cepat.
4). Perubahan pada urutan operasional atau proses atau aplikasi dapat dilakukan
dengan mudah, hanya dengan melakukan perubahan atau penggantian program,
baik melalui terminal konsol maupun komputer PC.
5). Tidak membutuhkan spare part yang banyak.
6) . Ketahanan PLC jauh lebih baik dibandingkan dengan relay auto- mekanik.
2.7.1
Komponen-komponen PLC
PLC sesungguhnya merupakan sistem mikrokontroller khusus untuk
industri, artinya seperangkat perangkat lunak dan keras yang diadaptasi untuk
16
keperluan aplikasi dalam dunia industri. Elemen – elemen dasar sebuah PLC
terdiri dari CPU, Memori, dan Perangkat Input/Output. Gambar dibawah
menunjukkan elemen-elemen dari PLC
Gambar 2.10 Elemen-Elemen PLC
2.7.1.1 CPU (Central Processing Unit)
CPU merupakan otak dari sebuah kontroller PLC. CPU itu sendiri
biasanya merupakan sebuah mikrokontroller (versi mini mikrokomputer lengkap).
Pada awalnya merupakan mikrokontroller 8-bit seperti 8051, namun saat ini bisa
merupakan mikrokontroller 16 atau 32-bit.
2.7.1.2 Memori
Memori digunakan oleh PLC untuk sistem kontrol proses. Selain berfungsi untuk
menyimpan sistem operasi, juga digunakan untuk menyimpan program yang harus
dijalankan, dalam bentuk biner, hasil terjemahan diagram tangga yang telah dibuat
oleh pemrogram. Sistem memori PLC dibagi berdasarkan tugas yang diberikan:
17
1. Executive Memory, lokasi memori untuk menyimpan kumpulan program
secara permanen yang merupakan instruksi software, yaitu relay
instruction, block transfer, dan math instruction. Lokasi memori ini tidak
tersedia bagi pemakai tetapi memori ini yang menjalankan sistem.
2. Application Memory, lokasi memori untuk menyimpan kumpulan user
program (program pemakai), yaitu area yang menyimpan ladder diagram,
timer, dan data – data yang telah dimasukkan.
2.7.1.3 Tipe Memori PLC
1.
ROM (Read Only Memory)
ROM dirancang untuk menyimpan secara permanent yang telah fixed.
Isinya masih bisa diuji dan dibaca tetapi tidak bisa dubah, ROM tidak
memerlukan back up power untuk menjaga memorinya. Executive
program biasanya disimpan di ROM.
2.
RAM (Random Access Memory)
RAM dikenal sebagai read write memori dan dirancang supaya informasi
dapat ditulis dan dibaca dari lokasi manapun. Ada 2 jenis RAM, Volatile
dan Non Volatile. Volatile memerlukan battery back up kalau power
hilang sedangkan non volatile RAM akan menjaga programnya meskipun
power hilang.
3.
PROM (Programmable Read Only Memory)
Memori ini biasanya digunakan untuk program yang diyakini benar untuk
system control dengan PLC. Jika dibutuhkan perubahan algoritma pada
sistem kontrol tersebut, maka PROM harus diganti (di upload) dengan
18
program baru. PROM bisa digunakan sebagai back up permanen user
program.
4.
EPROM (Erasable Programmable Read Only Memory)
Memori ini mirip PROM, tetapi masih dapat dihapus dengan membuka
jendela dibagian atas IC dengan disinari UV selama beberapa menit.
EPROM bisa dipertimbangkan sebagai alat penyimpanan semi permanen
sehingga akan menyimpan sebuah program secara permanen sampai
dirasakan perlu adanya perubahan.
5.
EEPROM (Electrically Erasable Programmable Read Only Memory)
Memori ini mirip EPROM, tetapi cara penghapusannya lebih fleksible.
Cara penghapusan program dengan memberikan tegangan pada kedua
kaki (pin) memori untuk proses burning. Hal ini berarti bahwa tipe
memori ini bisa dipakai berulang.
2.7.1.4 Pemrograman PLC
Kontroller PLC dapat diprogram melalui komputer, tetapi juga bisa
diprogram melalui pemrograman manual, yang biasa disebut dengan konsol
(console). Untuk keperluan ini dibutuhkan perangkat lunak, yang biasanya juga
bergantung pada produk PLC-nya.
2.7.1.5 Operasional PLC
Sebuah PLC bekerja secara kontinyu dengan cara men-scan program.
Ibaratnya kita bisa mengilustrasikan satu siklus scan ini menjadi 3 langkah atau 3
tahap. Umumnya lebih dari 3 tetapi secara garis besarnya ada 3 tahap
19
sebagaimana ditunjukkan pada gambar dibawah.
PERIKSA STATUS
MASUKAN
EKSEKUSI
PROGRAM
UPDATE STATUS
KELUARAN
Gambar 2.11 Proses Scanning Program PLC
Keterangan :
1. Periksa status masukan, pertama PLC akan melihat masing-masing status
keluaran apakah kondisinya sedang ON atau OFF. Dengan kata lain, apakah
sensor yang terhubungkan dengan masukan pertama ON ? Bagaimana dengan
yang terhubungkan pada masukan kedua ? Demikian
seterusnya, hasilnya
disimpan ke dalam memori yang terkait dan akan digunakan pada langkah
berikutnya.
2. Eksekusi Program, berikutnya PLC akan mengerjakan atau mengeksekusi
program Anda (diagram tangga) per instruksi. Mungkin program Anda
mengatakan bahwa masukan pertama statusnya ON maka keluaran pertama akan
di-ON-kan. Karena PLC sudah tahu masukan yang mana saja yang ON dan OFF,
dari langkah pertama dapat ditentukan apakah memang keluaran pertama harus
di-ON-kan atau tidak (berdasarkan status masukan pertama). Kemudian akan
20
menyimpan hasil eksekusi untuk digunakan kemudian.
3. Perbaharui status keluaran, akhirnya PLC akan memperbaharui atau
mengupdate status keluaran. Pembaharuan keluaran ini bergantung pada masukan
mana yang ON selama langkah 1 dan hasil dari eksekusi program di langkah 2.
Jika masukan pertama statusnya ON, maka dari langkah 2, eksekusi program
akan menghasilkan keluaran pertama, sehingga pada langkah 3 ini keluaran
pertama akan diperbaharui menjadi ON.
Setelah langkah 3, PLC akan menghalangi lagi scanning program-nya dari
langkah 1, demikian seterusnya. Waktu scan didefinisikan sebagai waktu yang
dibutuhkan untuk mengerjakan tiga langkah tersebut. Masing- masing langkah
bisa memiliki
waktu tanggap (response time) yang berbeda-beda, waktu total
tanggap atau total response time adalah jumlah semua waktu tanggap masingmasing langkah.
2.8
PLC Allen Bradley
Programmable Logic Controler (PLC) Allen Bradley merupakan salah
satu jenis PLC yang banyak digunakan untuk keperluan otomasi di industri. Ada 2
macam bentuk PLC Allen Bradley yaitu bentuk compact dan bentuk modular.
Untuk bentuk compact, PLC ini menggunakan system rak (CPU dan I/O jadi satu
kesatuan) dengan kapasitas memori yang terbatas.
21
Gambar 2.12 Bentuk PLC Compact
Sedangkan untuk PLC bentuk modular terdiri dari modul CPU dan modul I/O
(merupakan bagian yang terpisah-pisah).
Gambar 2.13 Bentuk PLC Modular
2.8.1
Modul PLC Allen Bradley Bentuk Modular
Didalam 1 backplane ada yang bisa untuk 4, 7, 10, dan 13 modul.
Pemilihan backplane disesuaikan dengan kebutuhan, semakin komplek system
yang dibuat maka semakin banyak backplane yang digunakan. Apabila modul
yang dibutuhkan lebih dari 13, maka harus menggunakan tambahan backplane
karena tiap backplane maksimal untuk 13 modul saja.
22
2.8.2
Processor SLC 5/05
Kecerdasan PLC ditentukan oleh tipe prosesor (mikroprosesor) yang
digunakan. Prosesor bertugas untuk memerintah dan mengontrol kegiatankegiatan di seluruh sistem. Prosesor tipe SLC 5/05(1747-L552C 5/05 CPU 32K Mem) mempunyai kapasitas maksimum 28,672 instruction words.
2.8.3
Analog Input (1746-N14)
Modul analog input ini terdiri dari 4 channel, input tiap channel dapat
berupa tegangan dc maupun arus dc. Untuk merubah input tegangan atau arus
digunakan dip switch yang letaknya berada pada sisi modul. Pada modul tipe ini
range tegangannya +/- 10 V sedangkan range arus +/- 20 mA.
2.8.4
Analog Output (1746-NO41)
Seperti modul analog input, modul ini juga terdiri dari 4 channel namun
output tiap channelnya hanya berupa arus dc dengan range 4mA – 21mA.
2.8.5
Digital Input (746-IB16)
Modul digital input mempunyai 16 terminal. Inputnya berupa tegangan dc
dengan range 10-30 V.
2.8.6
Digital Output (1746-OW16)
Modul digital output mempunyai 2 channel dengan 8 terminal output tiap
channelnya. Outputnya dapat berupa tegangan dc dengan range 5-125 V atau
berupa tegangan ac dengan range 5-265 V.
23
2.8.7
Instruksi-Instruksi Pemrograman
Instruksi-instruksi pemrograman PLC tipe ini yakni :
Type
Nama
Mnemonic
Relay
Normally Close
XIC
Normally Open
XIO
Output Energize
OTE
Output Latch
OTL
Output Unlatch
OTU
One Shot Rising
OSR
Logic (Bit)
Tabel 2.4 Tipe-tipe Relay Logic (Bit)
Dimana :
1. Examine If Close (XIC)
Gambar 2.14 Instruksi XIC
Fungsi :
Menentukan
status
bit
B
sebagai
kondisi eksekusi
untuk operasi selanjutnya di dalam suatu baris instruksi.
24
Contoh:
Gambar 2.15 Contoh Penggunaan Instruksi XIC
2. Examine If Open (XIO)
Gambar 2.16 Instruksi XIO
Fungsi : Menentukan status dari invers bit B sebagai kondisi
eksekusi untuk operasi selanjutnya di dalam suatu baris instruksi.
Contoh
:
Gambar 2.17 Contoh Penggunaan Instruksi XIO
25
3. Output Energize (OTE)
Gambar 2.18 Instruksi OTE
Fungsi :
Status bit B ON untuk suatu kondisi eksekusi ON
dan
status bit B akan OFF untuk suatu kondisi eksekusi OFF.
Contoh
:
Gambar 2.19 Contoh Penggunaan OTE
4. Pewaktu (Timer)
Timer pada jenis ini terdiri dari Timer On Delay (TON) dan Timer
Off Delay (TOD). Alamat pada Timer dimulai dari T4:00 sampai 39.
Timer ini dilengkapi dengan bits yang terdiri dari EN (Timer Enable
Bit), TT (Timer Timing Bit) dan DN (Timer Done Bit).
Simbol dari TON :
26
Gambar 2.20 Simbol TON
Time Base = satuan waktu yang digunakan
Preset
= waktu yang dibutuhkan untuk mengaktifkan DN setelah
EN aktif
Accum
= nilai timer, ketika Accum sama dengan Preset, DN aktif
Contoh :
Gambar 2.21 Contoh Penggunaan TON
5. Pencacah (Counter)
Counter terdiri dari 2 bagian yakni CTU (Counter UP) dan CTD
(Counter Down). Simbol dari CTU:
Gambar 2.22 Simbol CTU
Preset = hitungan dimana DN akan aktif
Accum = nilai counter, ketika Accum sama dengan Preset, DN aktif
27
Contoh :
Gambar 2.23 Contoh Penggunaan CTU
6. Reset (RES)
Digunakan untuk mereset nilai accum dari suatu counter hingga
nilai menjadi nol (untuk CTU).
Contoh :
Gambar 2.24 Contoh Penggunaan RES
7. Add (ADD)
Nilai pada source A ditambahkan dengan nilai pada source B dan
disimpan pada Destination.
28
Gambar 2.25 Simbol ADD
Contoh :
Gambar 2.26 Contoh Penggunaan ADD
8. Move ( MOV )
Proccessor meng-copy nilai pada source ke alamat tujuan
destination
Gambar 2.27 Simbol MOV
Contoh :
Gambar 2.28 Contoh Penggunaan MOV
29
9. Jump to Subroutine (JSR)
Jika kondisi pada rung untuk instruksi JSR adalah true, maka
processor akan jump ke subroutine dengan nomor yang bersesuaian.
Gambar 2.29 Simbol JSR
Contoh :
Gambar 2.30 Contoh Penggunaan JSR
10. Subroutine (SBR)
Target dari subroutine diidentifikasi oleh nomor file yang dimasukkan
dalam instruksi JSR.
Contoh :
30
Gambar 2.31 Simbol SBR
11. Return from Subroutine (RET)
Instruksi output ini menandakan akhir dari subroutine atau akhir dari
eksekusi subroutine sehingga scanning dilanjutkan ke rung setelah rung
yang memanggil subroutine ini.
Contoh :
Gambar 2.32 Simbol RET
2.8.8
RSLogic 500
RSLogic merupakan software yang digunakan untuk membuat program
didalam PLC. Adapun cara-cara yang harus dilakukan untuk membuat suatu
program ladder diagram dengan menggunakan software ini adalah sebagai
berikut :
1. Dari Start Menu Program pilih Program Files → Rockwell
Software → RS Logix 500 English → RS Logix 500 English.
2. Pada layar monitor akan muncul logo RS Logix 500 English untuk
beberapa saat saja.
3. Apabila kita ingin membuat suatu program ladder diagram yang baru
maka pilihlah icon New sedangkan apabila kita ingin membuka sebuah
file program ladder diagram yang telah kita buat sebelumnya maka
pilihlah icon Open a File dan pilih nama file-nya.
31
4. Setelah itu akan muncul sebuah layar gambar yang digunakan untuk
menggambar ataupun mengedit program ladder diagram yang telah kita
buat sebelumnya.
5. Untuk meng-on-line-kan program ladder yang telah kita buat kedalam
PLC Allen Bradley maka pilih icon ↓ disamping kata OFFLINE yang
terletak di pojok sebelah kiri atas bidang gambar dan pilihlah Download.
Apabila seluruh penulisan program ladder diagram yang telah kita buat
adalah benar maka tidak akan muncul pesan kesalahan apapun pada layar
monitor dan proses download akan selesai 100%. Kemudian apabila
muncul perintah “Do you want to go Online ?” pada layar monitor maka
pilihlah OK untuk meng-on-line-kan program ladder diagram tersebut
kedalam PLC Allen Bradley dan apabila kita tidak ingin meng-on-linekan program tersebut maka klik Cancel.
2.9
Panel View 600
Panel View 600 merupakan panel yang dikeluarkan oleh manufacture
allen Bradley yang memiliki komunikasi sangat simple dan banyak
berbagai pilihan untuk mengkomunikasikan antara PLC dengan Panel
view 600 antara lain, RS-232 port, USB port, dan Ethernet port.
Gambar 2.33 Panel View 600
32
2.10
Kabel Ethernet
Kabel data Ethernet terdiri dari 4 pasang kawat. Masing-masing
mempunyai warna tertentu (solid) dengan pasangannya berwarnah putih bergarisgaris warna tertentu (solid), dipilin menjadi satu. Untuk performansi Ethernet
yang baik, jangan membuka pilinan terlalu panjang (kira-kira ¼ inch).
2.10.1 Kode warna pada pasangan kabel
Pair 1 : putih-biru/biru (white-blue/blue)
Pair 2 : putih-orange/orange (white-orange/orange)
Pair 3 : putih-hijau/hijau (white-green/green)
Pair 4 : putih-coklat/coklat (white-brown/brown)
Desain untuk 10BaseT Ethernet adalah warna orange dan hijau. Dua pasang
lainnya, coklat dan biru, tidak digunakan. Berikut konfigurasi kabel menggunakan
RJ-45:
Gambar 2.34 Konfigurasi kabel RJ-45
Terdapat dua standard untuk kabel Ethernet ini, yaitu T-568A dan T-568B.
Gambar di atas memperlihatkan kedua standard tersebut. Standard T-568B,
33
pasangan orange dan hijau diletakkan pada pin 1, 2 dan 3, 6. Standard T-568A
membalikkan koneksi orange dan hijau, sehingga pasangan biru dan orange
menjadi 4 pin yang berada di tengah, yang mebuat koneksi seperti ini lebih cocok
untuk koneksi telco voice.
T-568A telah dijadikan sebagai standard instalasi, sedangkan T-568B hanya
sebagai alternative saja.
2.10.2 Nomor Pin
Berikut nomor pin untuk kedua standard di atas:
1. T-568A
Pin Color
Pair Description
1
white/green 3
RecvData +
2
Green
RecvData -
3
white/orange 2
TxData +
4
Blue
1
Unused
5
white/blue
1
Unused
6
orange
2
TxData -
7
white/brown 4
Unused
8
Brown
Unused
3
4
34
2. T-568B
Pin Color
Pair Descrtipion
1
white/orange 2
TxData +
2
orange
TxData -
3
white/green 3
RecvData +
4
Blue
1
Unused
5
white/blue
1
Unused
6
Green
3
RecvData -
7
white/brown 4
Unused
8
Brown
Unused
2
4
2.10.3 Cross-over Cable (Kabel Silang) Ethernet
Kabel Ethernet/LAN mempunyai 8 buah kawat (4 pair). Untuk kebutuhan
koneksi yang menggunakan Kabel Silang, Ethernet membutuhkan 2 pasang
kawat, satu pasang berfungsi sebagai transmiter dan satu pasang lagi berfungsi
sebagai receiver. Berikut konfigurasi Kabel Silang menggunakan konektor RJ-45:
35
Gambar 2.35 Kabel Ethernet Cross Over
Konfigurasi Pin:
Pin 1 - Pin 3
Pin 2 - Pin 6
Koneksi seperti ini digunakan untuk menghubungkan :
1. Hub ke Hub.
2. Switch ke switch
3. Komputer ke komputer
4. Port Ethernet Router ke port Ethernte Router
5. Komputer ke Router
6.Komputer ke Modem IP (output modem berupa card Ethernet)
36
Gambar 2.36 Koneksi Cross Over
Catatan : Koneksi antar Hub atau Switch dapat menggunakan kabel straight
dengan memasang pada port uplink. Pada beberapa tipe Hub, terdapat tombol
kecil yang dapat berfungsi menjadikan port sebagai UPLINK.
2.10.4 Kabel Straight-Through
Konfigurasi kabel “straight-through” untuk Ethernet adalah, pin 1 pada
konektor terhubung dengan pin 1 pada ujung konektor lawan, begitu seterusnya
untuk pin 2 sampai 8.
Koneksi kabel Straight-through digunakan untuk menghubungkan :
1. Antara Komputer ke Hub
2. Antara Komputer ke Switch
37
Download