BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Arrester Arrester adalah alat proteksi bagi peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (switching surge). Alat ini bersifat sebagai by-pass disekitar isolasi yang membentuk jalan dan mudah dilalui oleh arus kilat ke sistem pentanahan sehingga tidak menimbulkan tegangan lebih yang tinggi dan tidak merusak isolasi peralatan listrik. By-pass itu harus sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aliran daya sistem frekwensi 50 Hz, jadi pada saat keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator, bila timbul tegangan surja alat ini bersifat sebagai konduktor yang tahanannya relative rendah sehingga dapat melakukan arus yang tinggi ke tanah. Setelah surja hilang, arrester harus dapat dengan cepat kembali menjadi isolasi. Sesuai dengan fungsinya, yaitu arrester melindungi peralatan listrik pada sistem jaringan terhadap tegangan lebih yang disebabkan petir atau surja hubung, maka pada umumnya arrester dipasang pada setiap ujung SUTT yang memasuki gardu induk. Di gardu induk besar ada kalanya pada trafo dipasang juga arrester untuk menjamin terlindungnya trafo dan peralatan lainnya dari tegangan lebih tersebut. Bentuk arrester pada umumnya adalah seperti gambar 2.1 5 Gambar 2.1 Bentuk Umum Arrester 2.2 Gerbang Logika Digital Gerbang logika digital dikenal pula sebagai perangkat digit atau sebagai perangkat logika (logic device). Perangkat ini memiliki satu atau lebih masukan dan satu keluaran. Masing masing masukan (input) atau keluaran (output) hanya mengenal dua keadaan logika, yaitu logika '0' (nol, rendah) atau logika '1' (satu, tinggi) yang oleh perangkat logika, '0' direpresentasikan dengan tegangan 0 sampai 0,7 Volt DC (Direct Current, arus searah), sedangkan logika '1' diwakili oleh tegangan DC setinggi 3,5 sampai 5 Volt untuk jenis perangkat logika IC TTL (Integrated Circuit Transistor-Transistor Logic) dan 3,5 sampai 15 Volt untuk jenis perangkat IC CMOS (Integrated Circuit Complementary Metal Oxyde Semiconductor). 6 2.2.1 Gerbang AND Gerbang AND dapat memiliki dua masukan atau lebih. Gerbang ini akan menghasilkan keluaran 1 hanya apabila semua masukannya sebesar 1. Dengan kata lain apabila salah satu masukannya 0 maka keluarannya pasti 0. Sebagai contoh, perhatikanlah kasus berikut: Sebuah tim ganda dari regu bulutangkis Indonesia, adalah absah apabila kedua anggotanya lengkap hadir, yaitu Amir dan Badu. Apabila salah satu dari Amir atau Badu ada yang absen atau tidak hadir, maka regu tersebut tidak absah untuk Mewakili Indonesia dalam turnamen bulu tangkis tersebut. Dalam dunia logika digital, semua aspek positif dari suatu kasus diinterpretasikan sebagai true (baca: tru) suatu kata bahasa Inggris yang berarti 'benar'. Pada komputer (sebagai perangkat), 'true' diwujudkan sebagai logika '1' atau 'high' (baca: hay') = tinggi. Pada tingkat perangkat keras, 'true' mempunyai acuan tegangan listrik mendekati 5 Volt DC (dalam TTL Level).} Pada kasus di atas, yang termasuk aspek positif adalah 'absah' dan 'hadir'. Sebaliknya, logika digital menentukan bahwa semua aspek negatif dalam suatu kasus harus dianggap sebagai false (baca: fals) yang berarti 'salah'. Ini dimanifestasikan sebagai logika '0' atau low = rendah oleh komputer (sebagai perangkat). Perangkat keras melaksanakan hal ini dengan memberikan tegangan DC mendekati atau sama dengan nol Volt, TTL level. Yang termasuk aspek negatif dalam hal ini adalah 'tidak absah' dan 'absen'. Dengan demikian, kita sudah dapat menjabarkan kasus tersebut secara logika seperti ini: a. Penyelesaian (output) kasus disandikan dengan 'Q'. b. Peserta (input), dalam hal ini Amir dan Badu, disandikan sebagai A dan B. c. Sinopsis yang dihasilkan menyatakan bahwa: 7 - Q akan true apabila A dan B true - Q akan false bila salah satu di antara A dan B ada yang false Bentuk logika kasus diatas disebut logika 'AND', yang dalam bahasa Indonesia berarti 'DAN'. Tampaknya, nama logika ini diperoleh dengan mengambil patokan pada sinopsis bagian pertama, yang menyatakan bahwa output akan true bila A dan B true. Penjabaran dapat lebih disederhanakan lagi dengan mempergunakan tabel yang bernama 'Tabel Kebenaran' (truth table). Bentuk tabel kebenaran dalam kasus ini adalah sebagai berikut: Gambar 2.2 Simbol dan Tabel Kebenaran untuk Gerbang AND 2.2.2 Gerbang OR Keluaran gerbang OR akan sebesar 0 hanya apabila semua masukannya 0 dan keluarannya akan sebesar 1 apabila saling tidak ada salah satu masukannya yang bernilai 1. Sebagai contoh, perhatikanlah kasus berikut: Dalam suatu rapat Universitas, Amir dan badu bertindak sebagai wakil resmi Fakultas Teknik jurusan elektro. Sidang rapat menyatakan apabila salah satu dari Amir atau Badu hadir, maka hal itu sudah absah untuk mewakili fakultas tersebut. Untuk kasus ini, penjabaran masalah tidak banyak berbeda dengan yang sebelumnya yaitu: a. Penyelesaian (output) kasus disandikan dengan 'Q'. 8 b. Peserta (input), dalam hal ini Amir dan Badu, disandikan sebagai A dan B. c. Sinopsis yang dihasilkan menyatakan bahwa: - Q akan true apabila salah satu dari A dan B ada dalam kondisi true. - Q akan false, apabila A dan B (semuanya) ada dalam keadaan false. Kasus ini memakai bentuk logika 'OR' dan tabel kebenarannya menjadi tersusun sebagai berikut : Gambar 2.3 Simbol dan Tabel Kebenara untuk Gerbang OR 2.2.3 Gerbang NOT Pada gerbang ini nilai keluarannya selalu berlawanan dengan nilai masukannya. Apabila masukannya sebesar 0 maka keluarannya akan sebesar 1 dan sebaliknya apabila masukannya sebesar 1 maka keluarannya akan sebesar 0. Pada tabel kebenaran gerbang NOT berikut, yaitu tabel yang menggambarkan hubungan antara masukan (A) dan keluaran (B) perangkat digit gerbang NOT. Gambar 2.4 Simbol dan Tabel Kebenara untuk Gerbang NOT 9 2.3 Flip-Flop Flip-Flop adalah suatu rangkaian logika dengan dua buah output, dimana satu output merupakan komplemen dari output yang lainnya. Rangkaian logika untuk Flip-Flop ini tersedia dalam bentuk IC. Terdapat beberapa jenis Flip-Flop dasar, yaitu SR Flip-Flop, JK Flip-Flop, D Flip-Flop, T Flip-Flop. Beberapa FlipFlop akan merespon input saat diberikan pulsa jam. Beberapa jenis Flip-Flop yang lain dilengkapi pula dengan input DC “Set” dan “Clear”. Input-input yang diberikan pada DC-set dan Clear ini disebut input asinkron, sedangkan input-input normalnya disebut input sinkron. Gambar 2.5 Gambar Simbol Jenis-jenis Flip-Flop Ditinjau dari input-input yang diberikan Flip-Flop dapat dikategorikan pada input aktif tinggi dan input aktif rendah, demikian pula dengan pulsa clock, terdapat Flip-Flop yang akan aktif dengan transisi turun. Berikut adalah tabel kebenaran untuk beberapa jenis Flip-Flop. 10 Tabel 2.1 Tabel Kebenaran untuk JK, SR, dan D-Flip-Flop A). SR-Flip-Flop INPUT OUTPUT S R Q 0 0 Q0 0 1 0 1 0 1 1 1 X B). JK-Flip-Flop INPUT OUTPUT J K Q 0 0 Q0 0 1 0 1 0 1 1 1 Togle C). D-Flip-Flop INPUT OUTPUT D Q 0 0 1 1 11 Dari tabel kebenaran tersebut di atas dapat dibuat tabel eksitasi untuk sebuah Flip-Flop. Tabel eksitasi adalah suatu tabel yang digunakan untuk menentukan input-input pada Flip-Flop guna mendrive Flip-Flop agar outputnya berada pada keadaan yang kita kehendaki. Tabel 2.2 Contoh Tabel Eksitasi Untuk JK-Flip-Flop 2.4 Qt Qt+1 J K 0 0 0 0 0 1 1 x 1 0 X 1 1 1 X 0 Decoder Decoder membentuk fungsi yang berlawanan dengan encoder. Keluaran suatu decoder akan sama dengan jumlah kode yang dapat dihasilkan oleh kombinasi jumlah saluran masukannya. Sebagai contoh decoder biner dengan tiga buah masukan seperti ditunjukan pada gambar 3.12 yang memiliki 23 atau sama dengan 8 jumlah keluaran. Gambar 2.6 Simbol Decoder 12 Tabel kebenaran Decoder biner 3 ke 8 masukan ditunjukan pada tabel kebenaran berikut : Tabel 2.3 Tabel Kebenaran Decoder 3 ke 8 Masukan Keluaran A B C F0 F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 2.5 Seven Segment Sebuah tujuh-segment display (singkatan: "7-seg (ment) layar"), kurang biasa dikenal sebagai tujuh segment indikator, adalah sebuah bentuk perangkat layar elektronik untuk menampilkan angka decimal yang merupakan alternatif yang lebih kompleks. Tampilan seven segmen banyak digunakan dalam jam digital, elektronik meter, dan perangkat elektronik lainnya untuk menampilkan informasi numerik. seven segment terdiri dari susunan delapan buah LED. Gambar seve segment bisa dilihat pada gambar dibawah ini. 13 Gambar 2.7 Bentuk Umum Seven Segment seven segment ada 2 tipe yaitu common anode dan common cathode. Perbedaan common anode dan common cathode terletak pada kaki common nya, untuk common anode, kaki common-nya berupa anoda dari delapan LED, sedangkan common cathode kaki common-nya berupa katoda dari delapan LED. Lihat gambar seven segmen display dibawah ini. Gambar 2.8 Seven Segment Display 2.6 Relay Relay adalah suatu alat yang dapat menghubungkan atau memutuskan suatu rangkaian. Relay bekerja berdasarkan arus listrik yang mengalirnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan relay diantaranya : 1. Tegangan yang diperlukan untuk mengerjakan relay itu sendiri. 14 2. Banyaknya kontak-kontak dan jenis kontak yang diperlukan, ini tergantung pada banyak dan jenis rangkaian yang akan menggunakan relay. 3. Kuat arus yang diperlukan untuk mengerjakan relay. 4. Cara kerja relay, hal ini ditentukan oleh deskripsi kerja dari rangkaian. 5. Resistansi lilitan ditentukan dari diameter kawat dan banyaknya jumlah lilitan relay. 6. Daya yang diperlukan oleh relay Gambar 2.9 Relay 2.7 Programmable Logic Control (PLC) Sebuah PLC (Programmable Logic Controller) adalah sebuah alat yang digunakan untuk menggantikan rangkaian sederetan relai yang dijumpai pada sistem kontrol proses konvensional. PLC bekerja dengan cara mengamati masukan (melalui sensor-sensor terkait), kemudian melakukan proses dan melakukan tindakan sesuai yang dibutuhkan, yang berupa menghidupkan atau mematikan keluarannya. Semakin kompleks proses yang harus ditangani, semakin penting penggunaan PLC untuk mempermudah proses-proses tersebut (dan sekaligus menggantikan beberapa alat yang diperlukan). Selain itu sistem kontrol proses konvensional memiliki beberapa kelemahan, antara lain : 15 1). Perlu kerja keras saat dilakukan pengkabelan. 2). Kesulitan saat dilakukan penggantian dan atau perubahan. 3). Kesulitan saat dilakukan pelacakan kesalahan. 4). Saat terjadi masalah, waktu tunggu tidak menentu dan biasanya lama. Sedangkan penggunaan kontroler PLC memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan sistem kontrol konvesional, antara lain: 1). Dibandingkan dengan sistem kontrol proses konvensional, jumlah kabel yang dibutuhkan bisa berkurang hingga 80 %. 2). PLC mengkonsumsi daya lebih rendah dibandingkan dengan sistem kontrol proses konvensional (berbasis relay). 3). Fungsi diagnostik pada sebuah kontroler PLC membolehkan pendeteksian kesalahan yang mudah dan cepat. 4). Perubahan pada urutan operasional atau proses atau aplikasi dapat dilakukan dengan mudah, hanya dengan melakukan perubahan atau penggantian program, baik melalui terminal konsol maupun komputer PC. 5). Tidak membutuhkan spare part yang banyak. 6) . Ketahanan PLC jauh lebih baik dibandingkan dengan relay auto- mekanik. 2.7.1 Komponen-komponen PLC PLC sesungguhnya merupakan sistem mikrokontroller khusus untuk industri, artinya seperangkat perangkat lunak dan keras yang diadaptasi untuk 16 keperluan aplikasi dalam dunia industri. Elemen – elemen dasar sebuah PLC terdiri dari CPU, Memori, dan Perangkat Input/Output. Gambar dibawah menunjukkan elemen-elemen dari PLC Gambar 2.10 Elemen-Elemen PLC 2.7.1.1 CPU (Central Processing Unit) CPU merupakan otak dari sebuah kontroller PLC. CPU itu sendiri biasanya merupakan sebuah mikrokontroller (versi mini mikrokomputer lengkap). Pada awalnya merupakan mikrokontroller 8-bit seperti 8051, namun saat ini bisa merupakan mikrokontroller 16 atau 32-bit. 2.7.1.2 Memori Memori digunakan oleh PLC untuk sistem kontrol proses. Selain berfungsi untuk menyimpan sistem operasi, juga digunakan untuk menyimpan program yang harus dijalankan, dalam bentuk biner, hasil terjemahan diagram tangga yang telah dibuat oleh pemrogram. Sistem memori PLC dibagi berdasarkan tugas yang diberikan: 17 1. Executive Memory, lokasi memori untuk menyimpan kumpulan program secara permanen yang merupakan instruksi software, yaitu relay instruction, block transfer, dan math instruction. Lokasi memori ini tidak tersedia bagi pemakai tetapi memori ini yang menjalankan sistem. 2. Application Memory, lokasi memori untuk menyimpan kumpulan user program (program pemakai), yaitu area yang menyimpan ladder diagram, timer, dan data – data yang telah dimasukkan. 2.7.1.3 Tipe Memori PLC 1. ROM (Read Only Memory) ROM dirancang untuk menyimpan secara permanent yang telah fixed. Isinya masih bisa diuji dan dibaca tetapi tidak bisa dubah, ROM tidak memerlukan back up power untuk menjaga memorinya. Executive program biasanya disimpan di ROM. 2. RAM (Random Access Memory) RAM dikenal sebagai read write memori dan dirancang supaya informasi dapat ditulis dan dibaca dari lokasi manapun. Ada 2 jenis RAM, Volatile dan Non Volatile. Volatile memerlukan battery back up kalau power hilang sedangkan non volatile RAM akan menjaga programnya meskipun power hilang. 3. PROM (Programmable Read Only Memory) Memori ini biasanya digunakan untuk program yang diyakini benar untuk system control dengan PLC. Jika dibutuhkan perubahan algoritma pada sistem kontrol tersebut, maka PROM harus diganti (di upload) dengan 18 program baru. PROM bisa digunakan sebagai back up permanen user program. 4. EPROM (Erasable Programmable Read Only Memory) Memori ini mirip PROM, tetapi masih dapat dihapus dengan membuka jendela dibagian atas IC dengan disinari UV selama beberapa menit. EPROM bisa dipertimbangkan sebagai alat penyimpanan semi permanen sehingga akan menyimpan sebuah program secara permanen sampai dirasakan perlu adanya perubahan. 5. EEPROM (Electrically Erasable Programmable Read Only Memory) Memori ini mirip EPROM, tetapi cara penghapusannya lebih fleksible. Cara penghapusan program dengan memberikan tegangan pada kedua kaki (pin) memori untuk proses burning. Hal ini berarti bahwa tipe memori ini bisa dipakai berulang. 2.7.1.4 Pemrograman PLC Kontroller PLC dapat diprogram melalui komputer, tetapi juga bisa diprogram melalui pemrograman manual, yang biasa disebut dengan konsol (console). Untuk keperluan ini dibutuhkan perangkat lunak, yang biasanya juga bergantung pada produk PLC-nya. 2.7.1.5 Operasional PLC Sebuah PLC bekerja secara kontinyu dengan cara men-scan program. Ibaratnya kita bisa mengilustrasikan satu siklus scan ini menjadi 3 langkah atau 3 tahap. Umumnya lebih dari 3 tetapi secara garis besarnya ada 3 tahap 19 sebagaimana ditunjukkan pada gambar dibawah. PERIKSA STATUS MASUKAN EKSEKUSI PROGRAM UPDATE STATUS KELUARAN Gambar 2.11 Proses Scanning Program PLC Keterangan : 1. Periksa status masukan, pertama PLC akan melihat masing-masing status keluaran apakah kondisinya sedang ON atau OFF. Dengan kata lain, apakah sensor yang terhubungkan dengan masukan pertama ON ? Bagaimana dengan yang terhubungkan pada masukan kedua ? Demikian seterusnya, hasilnya disimpan ke dalam memori yang terkait dan akan digunakan pada langkah berikutnya. 2. Eksekusi Program, berikutnya PLC akan mengerjakan atau mengeksekusi program Anda (diagram tangga) per instruksi. Mungkin program Anda mengatakan bahwa masukan pertama statusnya ON maka keluaran pertama akan di-ON-kan. Karena PLC sudah tahu masukan yang mana saja yang ON dan OFF, dari langkah pertama dapat ditentukan apakah memang keluaran pertama harus di-ON-kan atau tidak (berdasarkan status masukan pertama). Kemudian akan 20 menyimpan hasil eksekusi untuk digunakan kemudian. 3. Perbaharui status keluaran, akhirnya PLC akan memperbaharui atau mengupdate status keluaran. Pembaharuan keluaran ini bergantung pada masukan mana yang ON selama langkah 1 dan hasil dari eksekusi program di langkah 2. Jika masukan pertama statusnya ON, maka dari langkah 2, eksekusi program akan menghasilkan keluaran pertama, sehingga pada langkah 3 ini keluaran pertama akan diperbaharui menjadi ON. Setelah langkah 3, PLC akan menghalangi lagi scanning program-nya dari langkah 1, demikian seterusnya. Waktu scan didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan tiga langkah tersebut. Masing- masing langkah bisa memiliki waktu tanggap (response time) yang berbeda-beda, waktu total tanggap atau total response time adalah jumlah semua waktu tanggap masingmasing langkah. 2.8 PLC Allen Bradley Programmable Logic Controler (PLC) Allen Bradley merupakan salah satu jenis PLC yang banyak digunakan untuk keperluan otomasi di industri. Ada 2 macam bentuk PLC Allen Bradley yaitu bentuk compact dan bentuk modular. Untuk bentuk compact, PLC ini menggunakan system rak (CPU dan I/O jadi satu kesatuan) dengan kapasitas memori yang terbatas. 21 Gambar 2.12 Bentuk PLC Compact Sedangkan untuk PLC bentuk modular terdiri dari modul CPU dan modul I/O (merupakan bagian yang terpisah-pisah). Gambar 2.13 Bentuk PLC Modular 2.8.1 Modul PLC Allen Bradley Bentuk Modular Didalam 1 backplane ada yang bisa untuk 4, 7, 10, dan 13 modul. Pemilihan backplane disesuaikan dengan kebutuhan, semakin komplek system yang dibuat maka semakin banyak backplane yang digunakan. Apabila modul yang dibutuhkan lebih dari 13, maka harus menggunakan tambahan backplane karena tiap backplane maksimal untuk 13 modul saja. 22 2.8.2 Processor SLC 5/05 Kecerdasan PLC ditentukan oleh tipe prosesor (mikroprosesor) yang digunakan. Prosesor bertugas untuk memerintah dan mengontrol kegiatankegiatan di seluruh sistem. Prosesor tipe SLC 5/05(1747-L552C 5/05 CPU 32K Mem) mempunyai kapasitas maksimum 28,672 instruction words. 2.8.3 Analog Input (1746-N14) Modul analog input ini terdiri dari 4 channel, input tiap channel dapat berupa tegangan dc maupun arus dc. Untuk merubah input tegangan atau arus digunakan dip switch yang letaknya berada pada sisi modul. Pada modul tipe ini range tegangannya +/- 10 V sedangkan range arus +/- 20 mA. 2.8.4 Analog Output (1746-NO41) Seperti modul analog input, modul ini juga terdiri dari 4 channel namun output tiap channelnya hanya berupa arus dc dengan range 4mA – 21mA. 2.8.5 Digital Input (746-IB16) Modul digital input mempunyai 16 terminal. Inputnya berupa tegangan dc dengan range 10-30 V. 2.8.6 Digital Output (1746-OW16) Modul digital output mempunyai 2 channel dengan 8 terminal output tiap channelnya. Outputnya dapat berupa tegangan dc dengan range 5-125 V atau berupa tegangan ac dengan range 5-265 V. 23 2.8.7 Instruksi-Instruksi Pemrograman Instruksi-instruksi pemrograman PLC tipe ini yakni : Type Nama Mnemonic Relay Normally Close XIC Normally Open XIO Output Energize OTE Output Latch OTL Output Unlatch OTU One Shot Rising OSR Logic (Bit) Tabel 2.4 Tipe-tipe Relay Logic (Bit) Dimana : 1. Examine If Close (XIC) Gambar 2.14 Instruksi XIC Fungsi : Menentukan status bit B sebagai kondisi eksekusi untuk operasi selanjutnya di dalam suatu baris instruksi. 24 Contoh: Gambar 2.15 Contoh Penggunaan Instruksi XIC 2. Examine If Open (XIO) Gambar 2.16 Instruksi XIO Fungsi : Menentukan status dari invers bit B sebagai kondisi eksekusi untuk operasi selanjutnya di dalam suatu baris instruksi. Contoh : Gambar 2.17 Contoh Penggunaan Instruksi XIO 25 3. Output Energize (OTE) Gambar 2.18 Instruksi OTE Fungsi : Status bit B ON untuk suatu kondisi eksekusi ON dan status bit B akan OFF untuk suatu kondisi eksekusi OFF. Contoh : Gambar 2.19 Contoh Penggunaan OTE 4. Pewaktu (Timer) Timer pada jenis ini terdiri dari Timer On Delay (TON) dan Timer Off Delay (TOD). Alamat pada Timer dimulai dari T4:00 sampai 39. Timer ini dilengkapi dengan bits yang terdiri dari EN (Timer Enable Bit), TT (Timer Timing Bit) dan DN (Timer Done Bit). Simbol dari TON : 26 Gambar 2.20 Simbol TON Time Base = satuan waktu yang digunakan Preset = waktu yang dibutuhkan untuk mengaktifkan DN setelah EN aktif Accum = nilai timer, ketika Accum sama dengan Preset, DN aktif Contoh : Gambar 2.21 Contoh Penggunaan TON 5. Pencacah (Counter) Counter terdiri dari 2 bagian yakni CTU (Counter UP) dan CTD (Counter Down). Simbol dari CTU: Gambar 2.22 Simbol CTU Preset = hitungan dimana DN akan aktif Accum = nilai counter, ketika Accum sama dengan Preset, DN aktif 27 Contoh : Gambar 2.23 Contoh Penggunaan CTU 6. Reset (RES) Digunakan untuk mereset nilai accum dari suatu counter hingga nilai menjadi nol (untuk CTU). Contoh : Gambar 2.24 Contoh Penggunaan RES 7. Add (ADD) Nilai pada source A ditambahkan dengan nilai pada source B dan disimpan pada Destination. 28 Gambar 2.25 Simbol ADD Contoh : Gambar 2.26 Contoh Penggunaan ADD 8. Move ( MOV ) Proccessor meng-copy nilai pada source ke alamat tujuan destination Gambar 2.27 Simbol MOV Contoh : Gambar 2.28 Contoh Penggunaan MOV 29 9. Jump to Subroutine (JSR) Jika kondisi pada rung untuk instruksi JSR adalah true, maka processor akan jump ke subroutine dengan nomor yang bersesuaian. Gambar 2.29 Simbol JSR Contoh : Gambar 2.30 Contoh Penggunaan JSR 10. Subroutine (SBR) Target dari subroutine diidentifikasi oleh nomor file yang dimasukkan dalam instruksi JSR. Contoh : 30 Gambar 2.31 Simbol SBR 11. Return from Subroutine (RET) Instruksi output ini menandakan akhir dari subroutine atau akhir dari eksekusi subroutine sehingga scanning dilanjutkan ke rung setelah rung yang memanggil subroutine ini. Contoh : Gambar 2.32 Simbol RET 2.8.8 RSLogic 500 RSLogic merupakan software yang digunakan untuk membuat program didalam PLC. Adapun cara-cara yang harus dilakukan untuk membuat suatu program ladder diagram dengan menggunakan software ini adalah sebagai berikut : 1. Dari Start Menu Program pilih Program Files → Rockwell Software → RS Logix 500 English → RS Logix 500 English. 2. Pada layar monitor akan muncul logo RS Logix 500 English untuk beberapa saat saja. 3. Apabila kita ingin membuat suatu program ladder diagram yang baru maka pilihlah icon New sedangkan apabila kita ingin membuka sebuah file program ladder diagram yang telah kita buat sebelumnya maka pilihlah icon Open a File dan pilih nama file-nya. 31 4. Setelah itu akan muncul sebuah layar gambar yang digunakan untuk menggambar ataupun mengedit program ladder diagram yang telah kita buat sebelumnya. 5. Untuk meng-on-line-kan program ladder yang telah kita buat kedalam PLC Allen Bradley maka pilih icon ↓ disamping kata OFFLINE yang terletak di pojok sebelah kiri atas bidang gambar dan pilihlah Download. Apabila seluruh penulisan program ladder diagram yang telah kita buat adalah benar maka tidak akan muncul pesan kesalahan apapun pada layar monitor dan proses download akan selesai 100%. Kemudian apabila muncul perintah “Do you want to go Online ?” pada layar monitor maka pilihlah OK untuk meng-on-line-kan program ladder diagram tersebut kedalam PLC Allen Bradley dan apabila kita tidak ingin meng-on-linekan program tersebut maka klik Cancel. 2.9 Panel View 600 Panel View 600 merupakan panel yang dikeluarkan oleh manufacture allen Bradley yang memiliki komunikasi sangat simple dan banyak berbagai pilihan untuk mengkomunikasikan antara PLC dengan Panel view 600 antara lain, RS-232 port, USB port, dan Ethernet port. Gambar 2.33 Panel View 600 32 2.10 Kabel Ethernet Kabel data Ethernet terdiri dari 4 pasang kawat. Masing-masing mempunyai warna tertentu (solid) dengan pasangannya berwarnah putih bergarisgaris warna tertentu (solid), dipilin menjadi satu. Untuk performansi Ethernet yang baik, jangan membuka pilinan terlalu panjang (kira-kira ¼ inch). 2.10.1 Kode warna pada pasangan kabel Pair 1 : putih-biru/biru (white-blue/blue) Pair 2 : putih-orange/orange (white-orange/orange) Pair 3 : putih-hijau/hijau (white-green/green) Pair 4 : putih-coklat/coklat (white-brown/brown) Desain untuk 10BaseT Ethernet adalah warna orange dan hijau. Dua pasang lainnya, coklat dan biru, tidak digunakan. Berikut konfigurasi kabel menggunakan RJ-45: Gambar 2.34 Konfigurasi kabel RJ-45 Terdapat dua standard untuk kabel Ethernet ini, yaitu T-568A dan T-568B. Gambar di atas memperlihatkan kedua standard tersebut. Standard T-568B, 33 pasangan orange dan hijau diletakkan pada pin 1, 2 dan 3, 6. Standard T-568A membalikkan koneksi orange dan hijau, sehingga pasangan biru dan orange menjadi 4 pin yang berada di tengah, yang mebuat koneksi seperti ini lebih cocok untuk koneksi telco voice. T-568A telah dijadikan sebagai standard instalasi, sedangkan T-568B hanya sebagai alternative saja. 2.10.2 Nomor Pin Berikut nomor pin untuk kedua standard di atas: 1. T-568A Pin Color Pair Description 1 white/green 3 RecvData + 2 Green RecvData - 3 white/orange 2 TxData + 4 Blue 1 Unused 5 white/blue 1 Unused 6 orange 2 TxData - 7 white/brown 4 Unused 8 Brown Unused 3 4 34 2. T-568B Pin Color Pair Descrtipion 1 white/orange 2 TxData + 2 orange TxData - 3 white/green 3 RecvData + 4 Blue 1 Unused 5 white/blue 1 Unused 6 Green 3 RecvData - 7 white/brown 4 Unused 8 Brown Unused 2 4 2.10.3 Cross-over Cable (Kabel Silang) Ethernet Kabel Ethernet/LAN mempunyai 8 buah kawat (4 pair). Untuk kebutuhan koneksi yang menggunakan Kabel Silang, Ethernet membutuhkan 2 pasang kawat, satu pasang berfungsi sebagai transmiter dan satu pasang lagi berfungsi sebagai receiver. Berikut konfigurasi Kabel Silang menggunakan konektor RJ-45: 35 Gambar 2.35 Kabel Ethernet Cross Over Konfigurasi Pin: Pin 1 - Pin 3 Pin 2 - Pin 6 Koneksi seperti ini digunakan untuk menghubungkan : 1. Hub ke Hub. 2. Switch ke switch 3. Komputer ke komputer 4. Port Ethernet Router ke port Ethernte Router 5. Komputer ke Router 6.Komputer ke Modem IP (output modem berupa card Ethernet) 36 Gambar 2.36 Koneksi Cross Over Catatan : Koneksi antar Hub atau Switch dapat menggunakan kabel straight dengan memasang pada port uplink. Pada beberapa tipe Hub, terdapat tombol kecil yang dapat berfungsi menjadikan port sebagai UPLINK. 2.10.4 Kabel Straight-Through Konfigurasi kabel “straight-through” untuk Ethernet adalah, pin 1 pada konektor terhubung dengan pin 1 pada ujung konektor lawan, begitu seterusnya untuk pin 2 sampai 8. Koneksi kabel Straight-through digunakan untuk menghubungkan : 1. Antara Komputer ke Hub 2. Antara Komputer ke Switch 37