2. tinjauan pustaka

advertisement
5
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerang Darah (Anadara granosa)
2.1.1. Kalsifikasi dan morfologi
Menurut Broom (1985), Klasifikasi Kerang darah Anadara granosa adalah
sebagai berikut :
Filum
: Mollusca
Kelas
: Bivalvia
Famili
: Arcidae
Sub famili
: Anadarinae
Genus
: Anadara
Spesies
: Anadara granosa
Nama umum : Blood cockle
Nama FAO
: En - Blood cockle, Fr - Arche granuleuse, Sp - Arca del Pacífico
occidental (Linnaeus 1758).
Nama Lokal
: Anadara granosa memiliki beberapa nama sinonim, diantaranya
yaitu kerang darah di Indonesia dan Hai-gai di Jepang (Linnaeus
1758).
Gambar 3. Kerang Darah (Anadara granosa)
Kelas bivalvia disebut juga pelecypoda atau lamillibranchia bagian dari
Moluska umumnya berbentuk seperti kijing, tiram, remis. Memiliki karakteristik
yang khas yaitu memiliki tubuh dua pipih lateral. Seluruh tubuhnya ditutupi oleh
6
cangkang (bivalvia) yang berhubungan di bagian dorsal dengan adanya “hinge
ligament” merupakan pita elastis yang terdiri dari bahan organik seperti tanduk
(conchiolin) (Barnes 1987). Kedua keping cangkang tersebut ditautkan oleh otot
aduktor (aduktor postorior dan aduktor anterior). Kedua keping cangkang ini dapat
terbuka dengan adanya kontraksi otot aduktor. Antara otot aduktor dan hinge
ligament ini bekerja secara antagonis (Beesley et al. 1998 in Prwuri 2005).
Barnes (1987) menyatakan pada cangkang terdapat bagian tertua yang disebut
dengan umbo dan batas umbo adalah sampai artikulasi garis umur pertumbuhan
pertama. Cangkang moluska terbuat dari deposit mineral kalsium karbonat dan
berfungsi untuk melindungi dari perubahan lingkungan dan serangan predator.
Cangkang kerang terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan periostrakum yang
merupakan lapisan terluar dan melindungi dua lapisan kapur yang terdapat di
bawahnya yaitu lapisan prismatik dan lapisan nacre (Beesley et al. 1998 in Prawuri
2005).
Dance (1977) menyatakan, kerang darah mempunyai cangkang yang tebal,
berbentuk seperti ellips dan terdapat 20-21 garis vertikal pada permukaan yang di
mulai pada bagian ventral sampai dengan bagian dorsal. Terdapat duri-duri yang
pedek, berwarna putih seperti kecoklatan pada lapisan periostrakum. Warga
Anadarinae mempunyai organ siphon yang tidak berkembang dengan sempurna,
aliran air masuk (Inhalent) dan keluar (exhalent) terjadi melalui organ yang berada
di bagian butiran (pesterior margin) dari cangkangnya. Tipe habitat yang berupa
lumpur akan dengan mudah diserap oleh kerang darah, sehingga kerang memperoleh
pakan yang terkandung di lumpur dalam bentuk detritus Telelepte (1990) in Erianto
(2005). Menurut Nurjanah et al. (2005) menyatakan kandungan proksimat kerang
darah kering terdiri atas 8.74% abu, 76.00% protein, 9.75% lemak.
2.1.2. Distribusi dan makanan
Menurut Sedana et al. (2004) in Wiyono (2009) musim penangkapan kerang
di bagian utara jawa barat berlangsung dari bulan Agustus hingga Desember
sedangkan musim paceklik terjadi pada periode Februari sampai Juli dengan musim
puncak paceklik pada bulan Mei. Pathansali (1966) menyatakan distribusi kerang
darah meliputi Laut Merah, Laut Cina Selatan, Vietnam, China, Hong Kong,
7
Thailand, Filippina, Jepang dan Indonesia yang tersebar di kawasan pesisir pantai.
Kerang darah hidup di perairan pantai yang memiliki pasir berlumpur dan dapat juga
ditemukan pada ekosistem estuari, mangrove dan padang lamun (Mzighani 1758 in
Nurdin et al. 2006).
Kerang darah termasuk ke dalam anggota Andarinae, tidak menggunakan
siphon untuk berjalan. Pembukaan cangkang terdiri atas inhalant dan exhalant,
sedangkan untuk mengalirkan makanannya menggunakan margin posterior yang
berasal dari kulit. Kerang ini banyak hidup di lumpur dan bagian dari posteriornya
menonjol ke permukaan Broom (1985).
Broom (1985), menjelaskan bahwa kerang darah dapat hidup di daerah
tropis. Kemampuan kerang tersebut sebagai hewan pemakan deposit atau sebagai
pemakan suspensi pada perairan yang mempunyai padatan tersuspensi yang sangat
tinggi. Anadara granosa disebut Bloody Cockles karena terdapat kandungan
hemoglogin dalam eritrosit darahnya yang memungkinkan untuk dapat bertahan
hidup pada perairan yag mempunyai kadar oksigen terlarut rendah.
2.2. Parameter Fisika-Kimia Perairan bagi Kehidupan Kerang Darah
Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi kehidupan kerang darah
seperti parameter fisika dan kimia. Parameter fisika terdiri atas suhu, salinitas dan
arus. Adapun parameter kimia yaitu DO (oksigen terlarut) dan pH.
2.2.1. Parameter fisika
Semua spesies Anadara yang termasuk ekonomis penting dan umumnya
mendiami substrat yang lunak. Kerang darah dapat ditemukan pada substrat lumpur
berpasir tetapi densitas tinggi di daerah intertidal berbatasan dengan mangrove
(Pathansali 1966). Anadara biasanya terdapat pada lumpur halus atau kadangkadang berpasir dan berasosiasi dengan pohon-pohon bakau (Squires et al. 1985 in
Mubarak 1987).
Pergerakan ombak merupakan faktor yang penting di daerah ini. Pada dasar
yang lunak, jalur ombak dapat menimbulkan gerakan bergelombang besar di dasar
yang sangat mempengaruhi stabilitas substrat, partikel substrat yang teraduk akan
8
tersuspensi kembali. Hal ini sangat mempengaruhi hewan infauna yang hidup di
dalam substrat. Pergerakan ombak akan menentukan tipe partikel yang terkandung
dalam air. Pergerakan ombak yang kuat akan memindahkan partikel halus sebagai
suspensi dan memisahkan partikel yang lebih kasar (pasir). Arus adalah pergerakan
masa air yang bergerak secara horizontal. Angin yang mendorong pergerakan air
permukaan menghasilkan volume air yang besar. Pergerakan arus ini mempengaruhi
penyebaran organisme laut dan menentukan tipe substrat (Nybakken 1988).
Puncak kepadatan Anadara granosa biasanya di sekitar pertengahan daerah
pasang. Pada beberapa daerah populasi A. granosa berlimpah di daerah subtidal.
Koloni A. granosa di Penang, Malaysia, terdapat di daerah pertengahan daerah
pasang sampai daerah pasang purnama terendah. Daerah sekitar Penak Malaysia,
dari pertengahan daerah pasang tinggi sampai pasang terendah. Variasi ini dianggap
karena pengaruh dari perbedaan salinitas (Broom 1985).
Salinitas adalah konsentrasi total ion yang terdapat di perairan (Boyd 1988 in
Effendi 2003). Salinitas dinyatakan dalam satu dan semua bahan organik telah
dioksidasi. Salinitas dinyatakan dalam satuan g/kg atau permil (‰). Nilai perairan
payau antara 0.5‰-30‰ (Effendi 2003). Menurut Broom (1985) kerang darah dapat
hidup dengan salinitas bervariasi antara 28-31‰. Salinitas mempunyai peranan
penting dalam kehidupan organisme, misalnya dalam distribusi biota akuatik.
(Nybakken 1988).
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengontrol
kehidupan dan penyebaran organisme dalam suatu perairan. Suhu akan
mempengaruhi aktivitas metabolisme dan perkembangbiakan pola kehidupan
tersebut (Nybakken 1988). Suhu air pada permukaan dipengaruhi oleh kondisi
meteorologi. Faktor-faktor meteorologi yang berperan ialah curah hujan, penguapan,
kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin, dan intensitas radiasi matahari.
Oleh karena itu, suhu di permukaan biasanya mengikuti pula dengan pola musiman
(Nontji 1987).
Suhu untuk Spesies Anadara bervariasi tergantung dengan letak geografisnya.
Pengukuran suhu permukaan A. granosa pada daerah Malaysia sepanjang tahun
umumnya berkisar antara 29O sampai 32OC. Boonruang dan Janekarn (1983) in
9
Broom (1985) menyatakan temperatur subtrat sebagai tempat populasi A. granosa
berkisar 25-31.4OC dan suhu air sebesar 25-32.8OC.
Arus adalah massa air yang selalu bergerak, yang dapat ditimbulkan oleh
kekuatan angin yang bertiup di permukaan air (Nybakken 1988). Arus merupakan
faktor fisika yang mempengaruhi kehidupan organisme akuatik terutama organisme
bentik. Arus yang kuat dapat menyebabkan ketidakseimbangan dasar perairan yang
lunak seperti dasar perairan berpasir atau berlumpur.
Pergerakan air yang ditimbulkan oleh gelombang dan arus juga memiliki
pengaruh yang penting terhadap bentos, mempengaruhi lingkungan sekitar, seperti
ukuran sedimen, kekeruhan, dan banyaknya fraksi debu juga stress fisik yang
dialami organisme-organisme dasar. Pada daerah yang sangat tertutup dimana
kecepatan arusnya sangat lemah, yaitu kurang dari 10 cm/detik, organisme bentik
dapat menetap, tumbuh dan bergerak bebas tanpa terganggu (Tabel 1).
Tabel 1. Kecepatan arus dan efeknya terhadap organisme dasar
Kecepatan arus
(cm/detik)
Kategori
> 100
Cepat
10-100
Sedang
< 10
Sangat lemah
<5
Sangat lemah
sekali
Keterangan
Organisme bentik sangat terpengaruh oleh arus yang
cepat sehingga dapat menyebabkan stress fisik, sangat
sulit untuk menetap
Menguntungkan bagi organisme dasar dan perairan
terbuka, terjadi pencampuran dan pembauran antara
bahan organik dan anorganik, tidak terjadi akumulasi
Organisme bentik dapat menetap, tumbuh dan
bergerak bebas, pencampuran mulai berkurang,
begitu pula dengan pembaruan gas-gas terlarut dan
bahan-bahan penting lain
Kurangnya pencampuran, terjadi stratifikasi kolom
air, oxycline dan berkurangnya oksigen bagi
organisme dasar
(Sumber : Wood 1987)
2.2.2. Parameter Kimia
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan bagi tanaman dan hewan di dalam air.
Kadar oksigen terlarut berfluktuasi secara harian dan musiman tergantung pada
percampuran (mixing) dan pergerakan masa air, aktivitas fotosintesis, respirasi dan
limbah yang masuk ke dalam air (Effendi 2003). Menurut Bayne (1973) in Broom
(1985) A. granosa dapat hidup pada habitat dengan kandungan oksigen yang rendah.
10
Hal tersebut mungkin karena A. granosa memiliki hemoglobin dan eritrosit di dalam
darahnya (Kawamoto 1928 in Broom 1985). Kadar oksigen terlarut optimum bagi
moluska bentik adalah 4.1-6.6 ppm, sedangkan kadar minimal yang masih dalam
batas toleransi adalah 4 ppm (Clark 1974 in Ippah 2007). Peranan oksigen di
perairan cukup penting yakni untuk pernapasan, yang juga merupakan salah satu
komponen utama bagi metabolisme organisme perairan. Sumber utama oksigen di
perairan berasal dari difusi udara, fotosintesis fitoplanton dan tumbuhan air lainya
serta air hujan dan aliran permukaan yang masuk (Moriber 1974 in Dody et al.
2000).
Menurut Tebbut (1992) in Effendi (2003) menyatakan pH hanya
menggambarkan konsentrasi ion hidrogen. pH juga mempengaruhi toksisitas suatu
senyawa kimia. Senyawa amonium yang dapat terionisasi banyak ditemukan pada
perairan yang memiliki pH rendah. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap
perubahan pH. Menurut Mayunar et al. (1995) batas toleransi pH bagi organisme air
adalah 6.5-8.5.
2.3. Kandungan Logam Berat pada Kerang Darah
Keberadaan logam berat pada kerang darah sangat dipengaruhi oleh
lingkungan seperti adanya industri. Logam berat yang terdapat di perairan seperti
Timbal hitam (Pb), Merkuri (Hg) dan Kadmium (Cd). Timbal hitam (Pb) ditemukan
dalam bentuk terlarut dan tersuspensi. Kelarutan timbal cukup rendah sehingga
kadar timbal di air relatif sedikit. Kadar dan toksisitas dipengaruhi oleh kesadahan,
pH, alkalinitas dan kadar oksigen (Effendi 2003).
Kisaran baku mutu konsentrasi logam berat perairan untuk Pb (timbal) dan Cd
(Kadmium) yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia (KepMen LH No. 51
Tahun 2004) yang ditetapkan yaitu (> 0.001 ppm). Menurut Sukiyanti (1987) in
Buwono et al. (2005) logam berat yang terakumulasi dalam jaringan tubuh
mengakibatkan keracunan dan kematian bagi biota air yang mengkonsumsinya.
Nilai Hg (Merkuri) standar yang ditetapkan Kep Men LH No. 51 Tahun 2004 masih
dapat ditorerier bagi kerang darah yaitu < 0.008 ppm. Kisaran baku mutu di
sedimen, menurut baku mutu yang dikeluarkan oleh pemerintah Belanda
(IACD/CEDA 1997), kandungan Pb yang tidak terlalu berbahaya bagi lingkungan
11
bila masih di bawah standar yang telah ditetapkan (< 85 ppm). Kandungan Cd
(Kadmium) yang diperoleh juga dibawah baku mutu yaitu 0.8 ppm. Baku mutu
IADC/CEDA (1997) rata-rata kandungan Hg yang ditetapkan (< 0.3 ppm).
2.4. Analisis Frekuensi Panjang
Pengkajian stok (stock assessment) pada intinya memerlukan data komposisi
umur. Pada perairan beriklim sedang, data komposisi umur biasanya dapat diperoleh
melalui perhitungan cincin pada bagian keras badan ikan seperi tulang telinga
(otolit) atau sisik. Perbedaan penumpukan yang dilakukan pada musim dingin dan
panas dapat dideteksi. Selain itu, spesies ikan beriklim ”sedang” biasanya memijah
satu kali dalam setahun dalam waktu yang relatif singkat, sehingga pemisahan kelas
umur atau kohortnya mudah. Berbeda dengan perairan beriklim tropis kurang
tegasnya perbedaan musim menyebabkan perbedaan kelas umur untuk sebagian
besar spesies tropis yang menjadi masalah. Perbedaan musiman ini juga
memungkinkan untuk mendeteksi adanya perbedaan kohort spesies tropis, melalui
analisis sempel frekuensi Panjang (Sparre & Venema 1999).
Sparre & Venema (1999), juga mengatakan beberapa metode numerik telah
dikembangkan yang memungkinkan dilakukannya konversi atas data frekuensi
panjang kedalam komposisi umur. Oleh karena itu, kompromi paling baik bagi
pengkajian stok dari spesies tropis adalah suatu analisis sejumlah data frekuensi
panjang. Analisis data frekuensi panjang bertujuan untuk menentukan umur terhadap
kelompok-kelompok panjang tertentu. Dengan kata lain, tujuannya adalah untuk
memisahkan suatu distribusi frekuensi panjang yang komplek ke dalam sejumlah
kelompok ukuran.
Ketika suatu contoh besar yang tidak bisa diambil dari suatu stok ikan atau
invertebrata, panjang masing-masing individu bisa diukur dan digambarkan sebagai
diagram frekuensi panjang. Jika pemijahan terjadi sebagai suatu peristiwa diskret,
hal ini akan menghasilkan kelompok ukuran atau kelas yang berbeda yang
dibuktikan dengan puncak atau modus pada distribusi frekuensi panjang (King
1995).
12
2.5. Pertumbuhan
Menurut Broom (1985) dilakukan pengambilan Anadara granosa pada
perairan yang alami selama enam bulan panjangnya mencapai 4-5 mm, sedangkan
pengambilan setelah satu tahun panjangnya sebesar 30 mm. Hal tersebut dapat
bervariasi tergantung dengan kondisi lingkungan. Pada pengamatan yang dilakukan
oleh Pathansali (1966) in Broom (1985) panjang awal sebesar 4-8 mm, menjadi 25.4
mm selama enam bulan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dapat
digolongkan menjadi dua bagian yang besar yaitu faktor dalam dan faktor luar.
Faktor-faktor ini ada yang dapat dikontrol dan ada juga yang tidak. Faktor dalam
adalah faktor yang sulit untuk dikontrol, diantaranya adalah keturunan, jenis
kelamin, umur, parasit, dan penyakit (Effendie 1997).
Faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan seperti suhu air,
kandungan oksigen terlarut, amonia, salinitas, dan fotoperiod (panjang hari).
Faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain dan bersama-sama dengan faktorfaktor lainnya seperti kompetisi, jumlah dan kualitas makanan, umur, serta tingkat
kematian yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan ikan (dalam hal ini adalah
kerang). Faktor-faktor yang paling banyak mempengaruhi pertumbuhan adalah
jumlah dan ukuran pakan yang tersedia, jumlah individu yang menggunakan pakan
yang tersedia, kualitas air terutama suhu, oksigen terlarut, umur, ukuran ikan serta
kematangan gonad (Effendie 1997).
2.6. Hubungan Panjang Berat
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu
waktu (Effendie 1997). Analisa hubungan panjang berat dapat digunakan untuk
mempelajari pertumbuhan. Berdasarkan Effendie (1997) terdapat dua faktor yang
berpengaruh dalam pertumbuhan yaitu faktor dalam dan luar. Faktor dalam antara
lain keturunan, jenis kelamin, penyakit, hormon, dan kemampuan memanfaatkan
makanan, sedangkan faktor luar diantaranya ketersediaan makanan, kompetisi dalam
memanfaatkan ruang dan suhu perairan.
Pola pertumbuhan dapat dipelajari melalui analisa hubungan panjang berat.
Persamaan hubungan panjang berat kerang dimanfaatkan untuk berat kerang melalui
panjangnya dan menjelaskan sifat pertumbuhannya. Berat dapat dianggap suatu
13
fungsi dari panjang. Hubungan panjang berat hampir mengikuti hukum kubik yaitu
berat kerang sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Dengan kata lain, hubungan ini
dapat dimanfaatkan untuk menduga berat melalui panjang (Effendie 1997).
Hasil analisis hubungan panjang berat akan menghasilkan suatu nilai konstanta
(b) yaitu harga pangkat yang menunjukkan pola pertunbuhan kerang. Menurut
Effendie (1997) kerang yang memiliki pola pertumbuhan isometrik (b=3), yaitu
pertambahan panjangnya seimbang dengan pertumbuhan berat, sebaliknya pada
kerang dengan pola pertumbuhan allometrik (b≠3), yaitu pertambahan panjang tidak
seimbang dengan pertambahan berat. Pertumbuhan dinyatakan allometrik positif
apabila b>3, yang menandakan bahwa pertambahan berat lebih cepat dibandingkan
pertambahan panjang. Sedangkan pertumbuhan dinyatakan allometrik negatif
apabila b<3, yang berarti bahwa pertambahan panjang lebih cepat dbandingkan
pertambahan berat (Ricker 1970 in Effendie 1997).
2.7. Laju Mortalitas (Z)
Berkurannya individu pada satu populasi melalui kematian dapat dibahas
dari persentase individu yang hidup (tingkat survival). dengan satu interval waktu
tertentu, atau persentase individu yang mati (tingkat mortalitas). Terdapat banyak
faktor pada lingkungan laut yang mengurangi kesempatan untuk hidup (survival)
individu pada satu populasi. Hal ini meliputi kekurangan makanan, kompetisi dan
adanya predasi. Tingkat kematian juvenil yang lebih sedikit, karena umumnya
mempunyai pemangsa lebih sedikit, setelah rekrutmen, kematian tingkat dewasa
adalah konstan dari sisa hidupnya (King 1995). Menurut Sparre & Venema (1999)
mortalitas alami adalah mortalitas yang terjadi karena berbagai sebab selain
penangkapan seperti pemangsaan, penyakit, stres pemijahan, kelaparan, dan usia tua.
2.8. Rekrutmen
Pada suatu model analitik diperlukan konsep umur. Hal tersebut berkaitan
dengan panjang badan pada sekelompok individu yang memiliki umur yang sama
yang disebut dengan kohort. Tahap pertama kehidupan larva sisanya sedikit
dipengaruhi oleh perikanan. Rekruit yaitu jumlah kerang yang telah mencapai suatu
14
umur tertentu, dan masuknya induvidu dalam satu waktu disebut musim rekruitmen.
Pada negara beriklim sedang pola rekrutmen dibedakan berdasarkan musim yaitu
kohort musim semi dan kohort musim gugur (Pauly & Navaluna 1983 in Sparre &
Venema 1999).
Rekrutmen adalah penambahan anggota baru ke dalam suatu kelompok.
Dalam suatu perikanan, rekruitmen ini dapat diartikan sebagai penambahan suplai
baru (yang sudah dapat dieksploitasi) ke dalam stok lama yang sudah ada dan
sedang dieksploitasi. Suplai baru ini ialah hasil reproduksi yang telah tersedia pada
tahapan tertentu dari daur hidupnya dan telah mencapai ukuran tertentu sehingga
dapat tertangkap dengan alat penangkapan yang digunakan dalam perikanan. Rekuit
ini berasal dari sejumlah stok reproduktif yang dewasa, sehingga ada hubungan stok
dewasa dengan stok rekruitnya (Effendie 1997).
Selanjutnya Effendie (1997) menyatakan, hubungan yang umum antara stok
dewasa dengan rekruitnya yaitu antara jumlah pemijah (spawner). Rekruit,
dihadapkan pada tiga faktor yang berasal dari konsep pertumbuhan populasi satu
spesies diantaranya bila tidak ada pemijahan tidak ada rekrutmen, semua populasi
mempunyai kapasitas untuk tumbuh, kecuali yang akan punah dan populasi itu
jumlahnya terbatas, karena faktor alam yang dapat menambah kecepatan mortalitas,
demikian pula populasi itu tumbuh. Apabila jumlah stok ikan dewasa sedikit,
mungkin produksi rekuit rendah. Rekrutmen dapat terjadi apabila jumlah stok
dewasa banyak mungkin produksi rekuit rendah pula. Proses rekrutmen pada
bivalvia berhubungan dengan siklus hidup yang berasal dari larva, juvenil sampai
dewasa. Berikut adalah tahap siklus hidup bivalvia (Gambar 4).
Siklus hidup bivalvia pada tahap pertama mengalami fertilisasi yaitu telur
menetas menjadi larva trochophore dan secara bertahap akan berubah menjadi larva
veliger yang di sebut sebagai tahap straight-hinge. Menurut Setyobudiandi (2004)
Selama beberapa minggu larva bersifat planktonik hingga saatnya menetap dan
bentuknya berubah seperti individu dewasa. Sebagian kecil dari jumlah telur yang
dipijahkan dapat terfertilisasi dan berkembang menjadi larva. Selama fase
planktonik larva sangat rentan terhadap predator.
15
Gambar 4. Siklus hidup Bivalvia
(www.mrcmekong.org)
Pada saat larva memasuki tahap akhir (post larva), larva memerlukan subtrat
untuk menunjang proses penempelan (settlement). Sebagian biota umumnya, seluruh
proses dalam daur hidup kerang memerlukan habitat dengan kondisi tertentu agar
dapat menunjang pertumbuhan, pematangan gonad, ganetogenesis dan metamorfosis
pre-larva menjadi trochophore. Daya tahan hidup setelah menempel (post settling
survival) akan optimal jika kondisi lingkungan hidupnya terpenuhi, sehingga kerang
dapat tumbuh berkembang menjadi individu dewasa.
Download