PENGEMBANGAN METODE PADA MATA PELAJARAN FIKIH SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTS NURUL HUDA CIMANGGU CINGAMBUL MAJALENGKA Oleh Drs. LAILY HILALIYAH Nip. 150 223 606 MTS. NURUL HUDA CIMANGGU CINGAMBUL MAJALENGKA 2 2008 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ruang lingkup pendidikan merupakan sendi yang berharga dalam kehidupan. Pendidikan keagamaan salah satunya merupakan aspek yang penting bagi anak didik dalam menyokong perkembangan belajar anak dalam proses menimba ilmu pengetahuan. Madrasah Tsanawiyah sebagai satuan pendidikan keagamaan di Indonesia merupakan lingkungan pembelajaran formal bagi peserta didik yang secara khusus berbasis agama, yaitu agama Islam. Dalam pembelajaran aspek keagamaan senantiasa berlandaskan pada azas Islam yaitu Al Qur’an dan As Sunnah, sebagaimana Hadist Rasulullah SAW yaitu : “Telah kuwasiatkan (berikan) bagimu sekalian yang jika kamu berpegang teguh pada keduanya kamu tidak akan tersesat selamanya yaitu Kitabullah (Al Qur’an) dan Sunnah Rasul (Al Hadits)” . (H.R. Bukhari dan Muslim). Pendidikan keagamaan yang diajarkan di madrasah secara khusus lebih banyak jam materi pembelajarannya dibandingkan dengan sekolah umum. Luasnya materi keagamaan telah membagi ranah pendidikan agama Islam pada tiga aspek yaitu : 1) Afektif : pengembangan sikap keagamaan, pada materi Tauhid, Akidah Akhlak 2) Kognitif : pengembangan pengetahuan 1 3 keagamaan, pada materi Tarikh (sejarah Islam), Al Qur’an Hadits, dll. 3) Psikomotor : pengembangan kemampuan/kecakapan keagamaan, pada materi Fikih (Syari’ah), Lughatul Arabiyah (Nahwu dan Sharaf), dll. Fikih sebagai salah satu mata pelajaran yang mendasar menyangkut tentang pembelajaran syariah. Hal ini membahas tentang persoalan hukum Islam yang menyangkut antara wajib, haram, sunah, makruh dan mubah yang menentukan terhadap pelaksanaan ajaran Islam. Berdasarkan studi pendahuluan di MTs. Nurul Huda Cimanggu Cingambul Majalengka didapatkan temuan pada beberapa permasalahan KBM Fikih seperti ; sulitnya menerapkan metode mengajar Fikih yang tepat, sulitnya pencernaan belajar anak terhadap objek materi berikut aplikasi langsung dalam kehidupan sehari-hari guna meningkatkan prestasi pendidikan agama Islam. Maka berangkat dari permasalahan tersebut di atas peneliti melakukan analisa dalam penulisan yang berjudul : “PENGEMBANGAN METODE PADA MATA PELAJARAN FIKIH SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTS NURUL HUDA CIMANGGU CINGAMBUL MAJALENGKA”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan beberapa hal sebagai berikut : 1. Sejauh mana metode yang dikembangkan pada mata pelajaran Fikih di MTs Nurul Huda Cimanggu Cingambul Majalengka ? 4 2. Sejauh mana upaya peningkatan prestasi pendidikan agama Islam siswa MTs Nurul Huda Cimanggu Cingambul Majalengka ? 3. Sejauh mana metode yang dikembangkan pada mata pelajaran Fikih guna meningkatkan prestasi pendidikan agama Islam siswa MTs Nurul Huda Cimanggu Cingambul Majalengka ? C. Tujuan Pembahasan Dari permasalahan yang telah dirumuskan diketahui beberapa tujuan yang akan dibahas yaitu : 4. Ingin mengetahui metode yang dikembangkan pada mata pelajaran Fikih di MTs Nurul Huda Cimanggu Cingambul Majalengka. 5. Ingin mengetahui upaya peningkatan prestasi pendidikan agama Islam siswa MTs Nurul Huda Cimanggu Cingambul Majalengka. 6. Ingin mengetahui metode yang dikembangkan pada mata pelajaran Fikih guna meningkatkan prestasi pendidikan agama Islam siswa MTs Nurul Huda Cimanggu Cingambul Majalengka. D. Kerangka Pemikiran Syariah disebut juga Fikih, pada mulanya kata “Fikih” secara etimologi berarti “pengetahuan“ menunjukan orang yang ahli dalam ilmu-ilmu agama Islam yang disebut “Faqih“. Menurut Bakir Adullah dan Munir Subarman menerangkan bahwa “Fikih membahas persoalan hukum Islam yang berkisar antara wajib, haram, sunah, makruh dan mubah”. 5 Sehubungan dengan luasnya materi pembahasan Fikih, maka perlu diterapkan suatu metode yang tepat dalam kegiatan pembelajaran. Termasuk menyangkut pendekatan, strategi, rencana pembelajaran, dan cara belajar anak dalam penerimaan terhadap materi pelajaran. Berdasarkan konsepnya, Fikih merupakan ilmu yang bersifat pengamalan dan terapan dalam kehidupan sehari-hari menyangkut hukum syariat untuk melaksanakan ajaran Islam. Beberapa metode yang tepat hendaknya disesuaikan dengan kajian materi yang dibahas sehingga mudah dicerna anak didik. Dalam upaya peningkatan prestasi pendidikan agama Islam, maka metode yang tepat diantaranya adalah metode drill, demonstrasi dan praktek, diskusi, pembiasaan dan metode lainnya guna meningkatkan minat, motivasi dan prestasi anak terhadap materi pelajaran. Berdasarkan objektifitas keadaan yang ada, menunjukkan kebanyakan guru tidak menerapkan metode yang tepat sekalipun menggunakannya seringkali tidak sesuai dengan kondisi kemampuan anak didik. Hal ini telah menimbulkan dampak signifikasi metodik pembelajaran yang kurang berarti tehadap penguasaan belajar anak didik pada materi. Sehingga muncul beberapa permasalahan pada anak didik seperti ; kesulitan belajar, teknik belajar yang tidak terarah, kurangnya pemahaman konsep materi, rendahnya pencapaian prestasi, sehingga menuntut para orang tua murid melakukan bimbingan belajar informal (keluarga) di rumah. 6 Bagi sebagian orang tua yang memiliki latar pendidikan yang memadai seperti lulusan SLTA dan/ PT tidak menjadi masalah, karena mereka akan mampu membimbing bantuan belajar anak, namun bagi sebagian orang tua dengan latar pendidikan rendah akan tidak faham dan kesulitan, dan hal ini sebagai kasus yang diakibatkan dampak dari signifikasi penerapan metode pembelajaran guru di sekolah yang kurang berarti dan telah terjadi ketidaksesuaian penerapan metode, sehingga penggunaan metode pada sebagian guru cenderung mengambang dilatarbelakangi oleh kurangnya profesionalisme guru dalam mengola pembelajaran. Adapun ruang lingkup yang akan dikembangkan dalam pembahasan penulisan makalah ini digambarkan dalam kerangka dibawah ini : Metode Pengajaran Analisa Penentuan Perencanaan Prestasi PAI Siswa KBM Fikih Kognitif Afektif Psikomotor E. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian : MTs Nurul Huda Cimanggu Cingambul Majalengka Waktu Penelitian : Bulan April – Juni 2007 7 BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG PENGEMBANGAN METODE PADA MATA PELAJARAN FIKIH SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Pengembangan Metode Mata Pelajaran Fikih Metode secara harfiah berarti ‘cara’, dalam pemakaian yang umum diartikan sebagai suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis. Menurut Muhibbin Syah (1997) “Metode berarti prosedur sistematis (tata cara yang berurutan ) yang biasa digunakan untuk menyelidiki fenomena (gejala-gejala) kejiwaan seperti metode klinik, eksperimen, dan sebagainya”. Maka metode mengajar berarti metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Tardif (1989) menyatakan bahwa ”Metode mengajar ialah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa”. Ruang lingkup metode keberadaannya cukup luas, hal ini menyangkut strategi, pola dan konsep yang semuanya tergantung pada pelaku (guru) yang memberikan pengaruhnya kepada subjek yang diberi pelajaran (murid). 8 Pada prinsipnya, tidak satu-pun metode mengajar yang dapat dipandang sempurna dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam semua bidang studi. Karena setiap bidang yang mengunakan metode semuanya memiliki kunggulan dan kekhasan tersendiri, sebaliknya “Guru yang profesional dan kreatif justru hanya6akan memilih metode mengajar yang lebih tepat setelah menetapkan topik pembahasan materi dan tujuan pelajaran serta jenis kegiatan belajar siswa yang dibutuhkan” (Muhibbin Syah, 1997). Luasnya metodologi mata pelajaran Fikih telah melatar-belakangi Fikih sebagai sub pedidikan agama Islam menjadi satu bidang studi tersendiri di satuan pendidikan basis agama (madrasah). Berdasarkan ragam jenis pokok bahasan Fikih maka dapat dilakukan beberapa pola yang sesuai sebelum memilih dan menggunakan metode yang tepat. B. Analisa Metode Penggunaan metode yang sesuai berpengaruh terhadap ketepatan sasaran pengajaran. Maka sebelum metode ditentukan perlu dianalisa bebarapa hal sebagai berikut : 1 Identifikasi materi Berdasarkan kajian secara metodologis maka pokok bahasan pelajaran Fikih dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1). Ubudiyah (Peribadatan), yang termasuk kategori pembahasan ubudiyah adalah yang berkenaan dengan ibadah-ibadah mahdah yaitu peribadatan yang diwajibkan bagi setiap pemeluk agama 9 Islam, seperti shalat, zakat, puasa (shaum Ramadhan), dan haji ke Baitullah. 2). Muamalah, yang termasuk kategori pembahasan muamalah yaitu yang berkenaan dengan ibadah-ibadah ghair mahdah dan peribadatan yang berhubungan dengan hubungan antara sesama manusia seperti, jual beli, syirkah, hiyalah, mnghormati orang tua, dan lain sebagainya. 3). Munakahat, yang termasuk kategori pembahasan munakahat adalah yang berkenaan dengan persoalan ; pernikahan/perkawinan, talak, cerai, rujuk dan mawaris. 4). Jinayat, yang termasuk kategori pembahasan jinayat adalah persoalan - persoalan yang berkenaan dengan : tindak pidan, seperti hukum potong tangan bagi pencuri, ranjam 100 kali bagi pezina dan 80 kali bagi seorang saksi palsu, qishas bagi pembunuh dan hukuman denda bagi muslim yang ghasab. 2 Tujuan metode Setelah diketahui ragamnya materi/pokok bahasan Fikih maka selanjutnya ditentukan dan dipilih tujuan penggunaan metode dalam proses belajar yang akan dilangsungkan, diantaranya sebagai berikut : 1) Peningkatan profesionalisme guru dalam pola pembelajaran, dalam hal ini dilatarbelakangi karena guru belum pernah mempergunakan metode secara tepat dalam KBM 10 2) Program percontohan, dalam hal ini penggunaan metode mejadi sebuah teknik belajar yang apabila setelah dilakukan ternyata membuahkan peningkatan pada prestasi maka akn dilakukan tindak lanjut yang serupa terhasdap KBM berikutnya. 3) Penentuan arah pendekatan belajar dalam KBM Fikih, tujuan ini biasanya dilatarbelakangi oleh sulitnya guru dalam melakukan pengajaran, dengan tujuan tersebut dapat diidentifikasi beragam indikator yang terdapat pada keadaan anak didik. 4) Memperkenalkan materi pada anak didik, tujuan ini berfungi secara sederhana memberikan informasi, wawasan ataupun pengetahuan pada objek materi yang tidak biasa dilakukan anak didik ataupun pada materi khusus, seperti Haji dan Umrah, pengelolaan amail zakat, dan materi lainnya. 5) Mingkatkan minat dan motivasi anak dalam belajar, tujuan ini biasanya dilatarbelakangi karena lesunya anak dalam pembelajaran, bosannya dalam KBM yang monoton, susahnya materi yang dikuasai anak, dan hal lainnya. Sehingga tujuan ini diarahkan untuk mengembalikan keaktifan anak dalam proses pembelajaran. 6) Pemberdayaan efektifitas sarana dan prasarana, tujuan ini berfungsi memanfaatkan sarana yang menunjang dan telah tersedia di sekolah, seperti mushala, mesjid, tempat wudlu, laboratorium, dan lainnya yang berhubungan pokok bahasan Fikih 11 seperti penggunaan tempat wudlu sebagai sarana praktek tata cara bersuci/berwudlu. 3 Media pendidikan Penggunaan media pada pembelajaran keagamaan terutama khususnya yang menyangkut syari’ah yaitu Fikih Ibadah amat dipengaruhi oleh fungsi media. Peran media pada pembelajaran fikih diantaranya : 1) Alat implementasi materi yang cenderung bersifat kelengkapan pada proses syari’ah, seperti air untuk berwudlu, debu untuk tayamum, dll. 2) Meningkatkan motivasi anak didik dalam menerima materi 3) Menambah gairah, minat belajar anak dan ketertarikannya terhadap penggunaan media 4) Menambah pengertian dan pemahaman anak terhadap objek materi yang direncanakan 5) Penentu arah pendekatan guna mencapai tujuan kompetensi pembelajaran sesuai dengan kurikulum pendidikan agama Islam. Media pendidikan pada proses pembelajaran bersifat komunikatif dan informatif yang secara jelas menggambarkan sejumlah uraian materi pokok yang harus dikuasai anak didik. Hal-hal menyangkut sub materi akan lebih mudah diterangkan guru dan anak didik mudah menerima pelajaran. Sehingga 12 secara mendasar media berperan dalam meningkatkan prestasi pembelajaran pendidikan agama Islam. Diantara pokok-pokok media yang terdapat dalam pembelajaran Fikif Islam menurut Dr. Zakiah Daradjat, diantaranya harus menyokong terhadap pembelajaran berikut ini : 1) Membantu tenaga pengajar dalam mengembangkan kurikulum, berikut pendekatan, strategi dan teknik yang diharapkan untuk mencapai tujuan pembelajaran 2) Membantu anak didik dalam menerima objek materi berdasarkan pemehaman dan pengertian yang jelas. 3) Penggunaan media diharapkan dapat mengembangkan ranah afektif, kognitif dan psikomotor anak disesuaikan dengan tingkat kemampuan intelegensinya dalam menerima objek materi. 4) Media pelajaran secara sederhana memuat pokok yang tidak terlepas dari unsur pendidikan Islam sesuai dengan Al Qur'an dan Al Hadits. Media yang biasa diterapkan pada pembelajaran fikih yang mendukung terhadap relevansi objek materi diantaranya : 1) Visual : berupa objek media yang dapat dilihat dengan panca inderawi, terutama mata. Dalam hal ini alat visual bersifat memberi pesan, peringatan yang dibuat secara sengaja untuk mendapatkan perhatian anak didik. Pada pembelajaran media visual ini terbagi pada dua kategori penggunaan yaitu kontinyu dan sementara tergantung tujuan yang diharapkan guru. Media yang bersifat kontinyu dapat berupa poster, 13 gambar pamflet, banner, dan media lainnya dengan kegunaan sebagai pajangan ataupun peringatan terhadap anak. Media ini biasa diletakkan di tembok kelas, mushala maupun ruangan guru. Media yang bersifat sementara hanya digunakan ketika proses pembelajaran berlangsung, yaitu media dijadikan sebagai alat bantu menjelaskan materi untuk tujuan tertentu, seperti diagram, denah, gambar dan lainnya yang dibuat pada karton/kertas. 2) Audio : berupa objek media yang dapat didengar oleh indra pendengaran anak. Dalam hal ini audio bersifat mengarahkan dan menuntun pendengaran anak untuk lebih memperhatikan dengan serius terhadap materi yang harus dikuasainya. Audio pada pembelajaran fikih bersifat drill dan langsung sehingga memudahkan anak untuk menghafal dan mempelajari materi sesuai contoh yang sebenarnya, misalnya dengan menggunakan tape recorder, MP3 dan audio lainnya. Penggunaan audio bersifat sementara yaitu hanya digunakan pada sesi pembelajaran yang dianggap khusus oleh guru dan dengan latar belakang tujuan yang diharapkan guna meningkatkan minat belajar anak didik. 3) Audio Visual : berupa objek media yang bersifat tiga dimensi, dapat diraba, didengar dan dilihat panca indrawi. Media yang tepat sesuai dengan teknologi seperti televisi dan OHP. Penyelenggaraan media ini cukup terbatas karena disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang terdapat di lingkungan pendidikan tersebut. Kegiatan pembelajaran dengan fasilitas audio visual ini jika dilakukan cukup sejajar dengan pembawaan 14 zaman dimana anak hidup pada keadaan teknologi yang cukup modern. Pergaulan anak terbiasa dengan alat elektronik di lingkungannya seperti televisi, radio, komputer dan terutama anak-anak di lingkungan perkotaan. Sehingga penggunaan media audio visual di lingkungan sekolah di daerah perkotaan mulai digalakan tidak hanya pada termin pembelajaran tertentu tetapi secara berkala. Pembelajaran dengan media audio visual memiliki keuntungan yang lebih baik dibandingkan media lainnya karena segala panca indra anak bekerja secara optimal untuk mencurahkan perhatiannya pada materi pelajaran. C. Penentuan Metode Metode yang dikembangkan seorang guru dalam mengajar hendaknya diimbangi dengan beberapa kondisi sebagai berikut : 2). Kondisi Kelembagaan - Metode yang dikembangkan hendaknya mendapatkan kebijaksanaan dan wewenang dari sekolah (kepala sekolah/pengembang program). - Metode hendaknya sudah dipercontohkan terlebih dahulu, sebelum dilakukan sebagai acuan program pengembangan metode pembelajaran untuk menghindari kegagalan metode. - Pada pembelajarn fikih khususnya disesuaikan dengan prasarana yang terdapat di sekolah seperti mushala 15 sekolah, tempat wudlu, perlengkapan dan peralatan ibadah lainnya untuk menunjang efektifitas pembelajaran yang tepat. 3). Kondisi Tenaga Pengajar - Tenaga pengajar benar-benar mampu mengolah dan siap mengaplikasikan metode secara nyata pada pembelajaran yang konkret - Tenaga pengajar/guru mendapat rekomendasi dan izin untuk menerapkan metode yang dipilih dari pimpinan sekolah - Mampu dan menguasai ruang lingkup materi/bahan ajar sehingga ketimpangan pada penggunaan metode dapat direfleksikan sebagai substansi tindak lanjut Pada pembelajarn fikih secara pembelajaran kemudian hari. - khusus dituntut guru menguasai dan memiliki pengalaman nyata, seperti materi haji diterangkan oleh guru yang telah berhaji dan sebagainya. 4). Kondisi Peserta Didik - Kemampuan anak didik telah terukur pada beberapa evaluasi sebelumnya, sehingga penentuan metode berlandaskan kemampuan anak. Jika penggunaan metode guru tidak seimbang dengan kemampuan anak maka akan terjadi disignifikasi metodik yaitu ketidakberartian penggunaan metode. Maka 16 jika hal ini terjadi efisiensi pembelajaran hilang, yang berarti proses pembelajaran selama metode tersebut digunakan menjadi sia-sia dan tidak mendapatkan hasil pembelajaran tepatnya Penggunaan metode guru lebih diaklamasikan pada anak didik sehingga dengan persetujuannya anak memahami tujuan instruksional umum maupun khusus dan mengetahui tujuan yang diharapkan guru - Metode disesuaikan dengan budaya pergaulan sehari-hari anak di lingkungannya sehingga metode diapresiasikan dalam adat kebiasaan maupun norma daerah (lokalitas) biasanya dikembangkan pada muatan lokal sekolah pada otoritas pendidikan. - Pengembangan metode lebih jauhnya disesuaikan dengan keadaan umur, 3- 5 tahun, 6-12 tahun, 1317 tahun, yaitu metode sebagiannya disesuaikan dengan kondisi pengalaman riil anak yang telah dimilikinya, karena tanpa kemampuan pengalaman anak akan sulit mencerna pembelajaran secara rampung sebagai hasil pembelajaran. - Secara khusus pada pelajaran fikih kondisi anak minimalnya telah menguasai 30 % dari objek materi yang diajarkan sehingga fungsi metode bertindak sebagai peningkat wawasan dan pengetahuan anak terhadap materi terutama pada pembelajaran yang bersifat praktik. 17 D. Perencanaan Metode Penerapan metode pembelajaran yang sesuai dan paling baik adalah jenis pendekatan yang mendapatkan hasil pembelajaran yang baik dan bermutu. Seorang guru hendaknya tidak terlalu berfokus pada sistematika dan metode belajar kontemporer yang dikembangkan para ahli pendidikan, dengan arti bahwa metode yang dikembangkan tidak sepenuhnya persis sama penerapannya dengan pendapat para ahli tetapi pendapat para ahli tersebut merupakan patokan dasar yang pada prosesnya dikembalikan pada teknik dan pendekatan yang sesuai dengan kondisi lingkungan pembelajaran daerah masing-masing. Seperti pada konteks pembelajaran bahasa Inggris untuk memudahkan lafal anak tidak sepenuhnya menggunakan aksen dan logat orang inggris akan tetapi disesuaikan dengan logat daerah masing-masing. Menunjang pada pembelajaran fikih metode yang direncanakan sangat beragam dan semua bergantung pada kecakapan guru dalam mengaplikasikannya. Ragam metode tersebut diantaranya ; metode ceramah, interaktif, directional, learning, demonstrasi, dan metode lainnya. Tetapi sepenuhnya keberhasilan adalah tergantung pada perencanaan awal dan akhir sehingga memperoleh ketuntasan pembelajaran. Kesenjangan perencanaan pembelajaran terutama pendidikan keagamaan pada kenyataan yang terjadi hanya bertindak sebagai penonton dan tidak cukup bermain terutama di lingkungan pendidikan negeri. Banyak kasus perencanaan pembelajaran yang tidak tuntas, sehingga hal ini 18 melatarbelakangi shadow metodik yaitu bayangan semu metode yang akhirnya perencanaan metode pendidikan agama Islam di berbagai sekolah seolah-olah mengambang dan tidak terukur tindak lanjut keberhasilan sesuai standar pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan tidak tuntasnya buta huruf Al Qur'an dan beberapa ragam syariah Islam yang kurang dikuasai anak didik. Sehingga menuntut peran pelaku pendidikan formil di lingkungan untuk terbebani dengan kondisi tersebut. Salah satu standar perencanaan penggunaan metode yang bersifat standar internasional pada pembelajaran keagamaan diantaranya sebagai berikut : a. Latar belakang/kondisional Keadaan yang bersifat fisik dan psikis pada satu kelas hendaknya dipelajari. Dalam hal ini menyangkut ; keadaan orang tua, lingkungan dan pergaulan anak didik; keadaan/kebiasaan pergaulan kelas dan permasalahannya ; item individu personil anak didik ; termasuk data-data lainnya yang terukur dengan statistik nilai konkret prestasi pembelajaran. Pada sub ini merupakan evaluasi awal yang diukur dengan tindakan apersepsi maupun tindakan observasi yang dicatat sebelumnya oleh guru atau pengawas kelas. Seperti item kondisi pada satu kelas terbiasa dengan keadaan ribut karena sebagian besar murid bersikap aktif dan item lainnya b. Analisa permasalahan Setelah kronologis keadaan secara lengkap diambil maka beberapa permasalahan penting (krusial) dianalisa secara umum maupun secara 19 khusus. Analisa umum menyangkut keadaan seluruh anak, seperti didapati pada satu kelas seluruh anak kurang mengerti dengan perhitungan zakat, dll. Analisa khusus menyangkut keadaan individu anak seperti satu anak A sangat sukar untuk melakukan duduk tahiyat akhir yang benar, dan hal lainnya c. Tujuan kompetensi Berdasarkan analisa sejumlah permasalahan yang terkumpul dirumuskan untuk mendapatkan tujuan yang diharapkan sebagai pengarah rencana tindakan metode. Seperti ditentukan tujuan pada satu kelas untuk mata pelajaran fikih sub materi zakat dengan tujuan metode anak menguasai perhitungan zakat, dan item lainnya. d. Strategi belajar Tindakan guru untuk merencanakan sedetail mungkin pencapaian tujuan diselaraskan dengan latar belakang, analisa permasalahan dan tujuan yang diharapkan. Seperti dengan kondisi yang ribut, anak kurang memahami perhitungan zakat dan tujuan agar anak mampu mengerti hitungan zakat maka ditentukan strategi classification yaitu guru membagi anak pada beberapa kelompok secara sembarang dengan perhitungan zakat yang berbeda masing-masing kelompok sehingga diharapkan kondisi kelas tenang ataupun hal lainnya yang sesuai. e. Pendekatan/teknik Satu analisa perencanaan dengan lainnya merupakan unit sistem yangberkaitan satu sama lainnya. Sehingga pendekatan yang tepat perlu 20 dilakukan sesuai unsur perencanaan. Berdasarkan contoh masalah di atas guru dapat melakukan tindakan Lobying yaitu mendekati anak berhadaphadapan dengan guru, interaction yaitu menanyai murid secara timbal balik, ataupun teknik direct yaitu secara langsung guru mengarahkan materi dalam tindakan menjelaskan maupun memberi peringatan. f. Standar keberhasilan Berdasarkan patokan tujuan, ditetapkan apa yang menjadi standar keberhasilan dari semua yang direncanakan dan diharapkan suksesnya penerapan metode. Dalam permasalahan di atas dapat ditentukan seperti keberhasilannya adalah anak didik mampu menghitung zakat dengan tepat pada evaluasi ujian semester ataupun hal lainnya yang dibuktikan secara konret (kuantitatif) pada proses KBM. g. Evaluasi keberhasilan Jika seluruh perencanaan bergulir dan lancar selanjutnya dievaluasi ketimpangan-ketimpangan yang terjadi dari seluruh proses perencanaan. Misalnya item satu pada sub perencanaan teknik/pendekatan dengan lobying anak terlihat acuh, ataupun pada item dua pada ujian terlihat soal perhitungan terlihat susah diisi anak. h. Balancing metode Penyelarasan tujuan awal dikalkulasikan sejauhmana kesesuaiannya terhadap standar keberhasilan apakah penerapan metode telah sesuai dengan evaluasi pada standar keberhasilan yang hendak dicapai ataukah belum. Jika cocok maka penerapan metode dianggap 21 sesuai, dan sebaliknya jika tidak maka metode dianggap kurang signifikan (tidak berarti). Langkah selanjutnya dianalisa keuntungan dan kekurangan dari metode yang telah diterapkan untuk keputusan diterapkan kembali, diperbaiki atau diganti dengan metode yang baru i. Tindak lanjut metode/feed back Tindak lanjut dilakukan sebagai cleaning terhadap keadaan sisa/bekas penerapan metode. Poin-poin tersebut bisa melekat dan nampak pada guru dan murid. Namun semuanya bergantung pada keputusan diterapkan/tidak diterapkannya kembali metode tersebut. Jika metode tersebut akan dikembangkan lagi maka beberapa poin bersifat positif yaitu proses cleaning bertindak dalam menumbuhkembangkan kembali poin yang membekas, seperti dengan metode lobying anak dengan mudah bergaul dengan guru untuk keperluan sesuatu maka afeksi tersebut tidak perlu dihilangkan dengan membagi jarak guru kepada murid. Jika metode tersebut akan diganti maka poin bersifat negatif yaitu proses cleaning bertindak dalam menghilangkan bekas tersebut, seperti dengan teknik lobying anak semakin mendekat hubungannya dengan guru maka guru bersikeras untuk menjaga jarak dengan kewibawaannya yang bersifat positif dengan tujuan menghilangkan dampak metode yang akan diganti dengan metode yang lainnya. 22 BAB III PEMBAHASAN Berdasarkan teoritis yang telah dipaparkan tentang pengembangan metode pembelajaran Fikif, maka guna meningkatkan prestasi mata pelajaran fikih ditentukan upaya tersebut dengan dasar sistematika pembelajaran Fikih sebagai berikut : 23 A. Ubudiyah (Peribadatan), berupa pembahasan ubudiyah adalah yang berkenaan dengan ibadah-ibadah mahdah yaitu peribadatan yang diwajibkan bagi setiap pemeluk agama Islam, seperti shalat, zakat, puasa (shaum Ramadhan), dan haji ke Baitullah. Sifat objek materi bersifat kognitif dan psikomotor yaitu anak didik selain mengetahui materi ubudiyah juga mampu melaksanakannya pada aplikasi sehari-hari sesuai dengan tuntunan Al Qur'an dan Al Hadits. Pada prakteknya metode yang diterapkan pada pembelajaran sesuai dengan unsur-unsur ubudiyah. Hal yang menyangkut pengembangan kognitif guru dapat melakukan tidakan metode ceramah (teoritis) secara lazimnya mengajar kontekstual. Untuk pengembangan kognitif guru menerapkan metode yang bersifat praktik, misalnya : 1. Aspek Shalat, guru dapat menerapkan metode demonstrasi, metode pembiasaan dengan harapan menjadi rutinitas bagi anak, yang dapat dikembangkan dengan ekstrakurikuler shalat dhuha berjamaah secara berkala setiap minggu pada hari yang ditentukan. Metode drill pembelajaran langsung secara berkala pembelajaran shalat mulai dari awal sampai akhir secara sempurna yang disisipkan pada 5-10 menit awal 21 sebelum pembelajaran. Tes langsung setiap 5-10 menit akhir setiap pembelajaran sehingga anak dapat mempersiapkan kemampuannya di rumah dan penerapan metode lainnya yang relevan. 24 2. Aspek Zakat, metode pembiasaan yang diterapkan tidak secara langsung pada pembelajaran tetapi bersifat rutinitas. Seperti menggalakan kencleng siswa setiap hari jum’at, mengumpulkan dana untuk keperluan sosial seperti ketika ada anak yang sakit dan hal lainnya. Pada pengembangan metode dapat diterapkan dengan recording/pencatatan seperti membuat daftar setiap anak dalam kartu sosial zakat yang kemudian diranking dengan reward/hadiah di akhir semester. Atau membentuk tim baitul mal siswa dengan bimbingan guru sehingga siswa terampil dalam mengolah manajemen zakat dan hal lainnya. 3. Shaum/puasa, pendekatan metode diterapkan dengan memposisikan pelajaran pada hari sunah puasa seperti senin dan kamis. Cara tersebut digunakan sebagai dasar bagi guru untuk mengidentifikasi siswa yang melakukan puasa sunah, ataupun guru dan murid secara serempak melakukan puasa untuk dianalisa kemudian. Tentu saja cara tersebut belum cocok bagi anak usia dini tetapi bagi usia remaja hal tersebut merupakan pembelajaran dalam menempuh sikap (afeksi) dalam kehidupan seperti menahan hawa nafsu, syahwat, amarah dan lainnya sebagai bekal masa dewasa. 4. Haji dan Ihram, dilakukan secara sederhana pada metode demonstrasi satu termin acara/pelajaran dengan penggunaan alat perlengkapan haji, dapat juga dilakukan dengan manasik haji. Jikapun tidak lebih tepat dengan menggunakan audio visual seperti tayangan televisi/OHP yang menyangkut pelaksanaan haji dan umroh semenjak 25 awal sampai akhir, sehingga intuisi anak berkembang seolah mereka masuk dalam ruang nyata kejadian yang sebenarnya. B. Muamalah, berkenaan dengan ibadah-ibadah ghair mahdah dan peribadatan yang berhubungan dengan hubungan antara sesama manusia seperti, jual beli, syirkah, hiyalah, mnghormati orang tua, dan lain sebagainya. Bentuk unsur PAI ini bersifat menyeluruh afektif, kognitif dan psikomotor, sehingga penerapa metode akan cukup sulit. Selebihnya pada peningkatan prestasi beberapa upaya dapat dilakukan seperti : 1. Metode sosiodrama, pada kegiatan ini siswa dalam kelompok bertindak membawakan drama tentang bersikap sopan santun, jual beli yang benar, keluarga yang sakinah dan hal lainnya. Evaluasi terukur dengan tindakan langsung dramatisir tersebut untuk lebih lanjut dikupas secara kognitif dalam diskusi terhadap sikap yang terjadi pada drama tersebut. 2. Metode interaktif, guru bertindak dalam mengajukan masalah yang dikomentari anak didik untuk selanjutnya dikembalikan pada siswa di kelas. Guru dapat bertindak menunjuk sampel seorang murid untuk dijadikan figur dengan tingkah lakunya berdasarkan pengamatan siswa lainnya. Analisa sikap dilakukan untuk kemudian diselaraskan dengan teoritis pembelajaran. 3. Metode Tugas, dalam hal ini guru memberikan tugas pada anak untuk membuat laporan pergaulan anak-anak di lingkungannya untuk 26 kemudian beberapa tulisan yang bagus dianalisa bersama, sehingga guru dapat dengan mudah mengomentari materi berdasarkan bukti yang konkret dari anak didik serta metode lainnya yang sesuai. C. Munakahat, berkenaan dengan persoalan ; pernikahan/perkawinan, talak, cerai, rujuk dan mawaris. Pada prosesnya penerapan metode cukup sulit dan kurang dikembangkan guru tetapi pada prinsip metode hal tersebut dapat dikembangkan. Seperti setelah dilakukan materi pernikahan secara teoritis dapat berlanjut pada demonstrasi, dimana siswa mengadakan kegiatan demo pernikahan dan masingmasing siswa ditunjuk bagiannya masing-masing; wali hakim, mempelai dan saksi yang tentu akan mengundang perhatian anak didik. Pada kenyataan kehidupan di lingkungan diharapkan anak mampu membedakan pembelajaran tersebut dengan kejadian yang sebenarnya biasa terjadi di masyarakat, karena walaupun bagaimana pembelajaran munakahat merupakan aspek penting bagi remaja/anak didik di kemudian hari setelah dewasa. D. Jinayat, merupakan persoalan-persoalan yang berkenaan dengan : tindak pidana, seperti hukum potong tangan bagi pencuri, ranjam 100 kali bagi pezina dan 80 kali bagi seorang saksi palsu, qishas bagi pembunuh dan hukuman denda bagi muslim yang ghasab. Pada unsur PAI ini tindakan pengajaran dilakukan dengan metode yang orsinil. Guru dengan kewibawaannya menggunakan metode ceramah secara teoritis dan ditunjang penerapan bentuk pengajaran 27 yang tepat seperti dengan menggunakan media visual, OHP, bagan-bagan, ataupun diagram materi dengan keseriusan sesuai dengan kerasnya hukum ajaran Islam yang berlaku. Pembelajaran yang dilakukan pada unsur ini berbentuk sebagai pembinaan, pendidikan dan bimbingan yang bersifat kualitatif sehingga bentuk metode yang diterapkan dapat dilakukan dengan pelaksanaan kedisiplinan siswa dalam memasuki kelas, hukuman peringatan guru terhadap perilaku siswa di lingkungan sekolah. BAB IV dan 28 PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan teoritis dan kenyataan yang terjadi di lingkungan sekolah dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Penerapan metode pembelajaran Fikih yang dikembangkan di MTs Cimanggu Cingambul Majalengka masih dilakukan cukup sederhana dan dalam bentuk pengajaran yang orsinil yaitu metode ceramah dan menjelaskan materi secara teoritis. Keterbatasan tersebut masih tertuju pada peningkatan nilai dan belum mencapai prestasi secara kualitatif guna mengejar standar prestasi dengan sekolah lainnya secara kompetitif. 2. Perencanaan metode pembelajaran Fikih yang diupayakan di MTs Cimanggu Cingambul Majalengka bertolak ukur pada kurikulum pendidikan keagamaan. Perencanaan pengembangan metode fikih masih dalam tahap perintisan, hal ini disesuaikan dengan kelengkapan sarana dan prasarana yang terbatas, termasuk penggunaan media belajar yang monoton dengan modal buku sumber pelajaran yang kurang diaplikasikan dengan beragam metode guna meraih minat pembelajaran anak terhadp materi fikih. 3. Upaya yang dilakukan guna meningkatkan prestasi pelajaran Fikih secara sederhana telah dilakukan dengan mengupas materi secara detail dan jelas pada KBM, melakukan pembinaan yang bersifat afektif dan anjuran pengamalan terhadap ajaran Islam Al Qur'an dan Al Hadits untuk 26 29 mencapai akhlakulkarimah. Peningkatan prestasi pun tidak hanya didukung pembelajaran formil akan tetapi ditunjang peran informil seperti pendidikan keagamaan keluarga, pendidikan keagamaan di lingkungan, berbentuk pengajian rutinitas anak di surau lingkungannya sesuai dengan adat daerah yang islami. a. Saran Beberapa harapan dari penulisan ini terhadap kenyataan yang terjadi di lingkungan sekolah dipertimbangkan sebagai berikut : 4. Pihak sekolah hendaknya memberikan kewenangan bagi guru mata pelajaran Fikih secara khusus untuk mengembangkan metode yang sesuai yang tiada lain guna meningkatkan prestasi PAI anak didik. 5. Guru mata pelajaran Fikih dan pelajaran lainnya hendaknya melakukan kerjasama yang solid dalam membentuk wahana lingkungan sekolah yang lebih agamis dan terbuka dengan masing–masing metode yang diterapkannya sehingga tidak terjadi disignifikasi metodik pembelajaran. 6. Anak didik diharapkan lebih aktif dan berperan dalam menunjang tujuan peningkatan prestasi secara kualitatif maupun kuantitaif, yang diantaranya menerapkan pergaulan yang berakhlakulkarimah sehari-hari. 30 DAFTAR PUSTAKA Daradjat. Zakiah, 1986, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Bina Ilmu. Ibrahim, Syaodih. Nana, 2003, Perencanaan Pengajaran, Jakarta : Rineka Cipta. Nasution, 1986, Didaktik Asas-asas Mengajar, Bandung : Jemmars. Sodikin, Abuy, 2002, Metodologi Studi Islam, Bandung : Insan Mandiri. Sardiman, 1986, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Rajagrafindo. Syah. Muhibbin, 1997, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Remaja Rosdakarya Team, 2003, Sisdiknas 2003, Bandung : Fokusmedia.