SIARAN PERS MOGOK KERJA PARA PEKERJA CARREFOUR INDONESIA Konfederasi Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonsia (KASBI) sebagai induk organisasi dari Serikat Pekerja Carrefour Indonesia (SPCI), serikat buruh yang berada di lingkungan perusahaan CARREFOUR INDONESIA, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang retail yang mempunyai gerai di berbagai kota di Indonesia dengan ini memberitahukan bahwa para pekerja Carrefour Indonesia yang tergabung dalam SPCI mulai minggu depan tepatnya mulai hari Jum’at tanggal 26 Agustus 2011 akan melakukan MOGOK KERJA di seluruh gerai CARREFOUR INDONESIA. Sehubungan dengan akan dilaksanakannya Mogok Kerja tersebut, Konfederasi KASBI dan SPCI dengan ini menjelaskan sebagai berikut : 1. Serikat Pekerja Carrefour Indonesia sejak berdirinya bertujuan untuk terciptanya Hubungan Industrial yang adil dan layak serta membangun rasa solidaritas antar sesama buruh PT. Carrefour Indonesia di semua level, kemudian oleh Dewan Pimpinan Pusat serta Dewan Pimpinan Cabang Serikat Pekerja Carrefour Indonesia tujuan tersebut berusaha diaplikasikan dalam bentuk Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dan semangat kebersamaan dalam setiap aktifitas atau ketika terjadinya tindakan semena‐mena pihak manajemen di semua toko atau gerai. Salah satu point besar dalam Perjanjian Kerja Bersama yang hingga saat ini dengan gigih terus diperjuangkan adalah, usaha untuk peniadaan atau penghapusan hubungan kerja yang menggunakan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan memberikan bentuk‐bentuk kongkrit solidaritas kepada individu atau seorang anggota yang mengalami perselisihan dengan pihak manajemen PT. Carrefour Indonesia di seluruh toko atau gerai. 2. Perjuangan agar terciptanya Hubungan Industrial yang adil dan layak, baik dalam bentuk Perjanjian Kerja Bersama, Penghapusan terhadap Perjanjian Kerja Waktu Tertentu serta bentuk‐bentuk dukungan solidaritas kepada individu atau anggota. Dilakukan oleh DPP dan DPC SPCI bukan tanpa dasar atau tidak memiliki landasan hukum, namun hal‐hal tersebut merupakan hak normative yang dilindungi oleh ketentuan perundang‐undangan yang berlaku. 3. Namun tujuan dari Serikat Pekerja Carrefour Indonesia tersebut, selalu mendapat hambatan dari pihak perusahaan. Bentuk‐bentuk hambatan dimaksud adalah sebagai berikut: a. Tentang Perjanjian Kerja Bersama; Referendum atau pemungutan suara yang di tawarkan oleh Serikat Pekerja Carrefour Indonesia, agar dilaksanakan secara tertutup di dalam bilik surat pemungutan suara serta tidak menggunakan materai tidak diterima atau di tolak oleh pihak manajemen PT. Carrefour Indonesia. Kenapa kemudian Serikat Pekerja Carrefour Indonesia meminta proses referendum dilaksanakan secara tertutup dan rahasia, karena praktek referendum sebelumnya dilaksanakan terbuka, menggunakan materai (perorang) yang itu di biayai oleh serikat. Tidak sebatas itu saja, pemungutan suara tersebutpun menyebutkan indentitas. Tentu saja, ketakutan akan mendapat intimidasi dari pihak manajemen muncul dan sehingga buruh/pekerja menjadi enggan untuk memilih. Dan, lebih parahnya lagi adalah perhitungan suara yang Abstain di klaim menjadi suara milik perusahaan. b. Tentang Pemutusan hubungan Kerja; Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan terhadap seorang pengurus serikat yang menjabat di Divisi Advokasi DPP SPCI bernama Pakpin Sinaga, Jl. Cipinang Kebembem Blok E No. 3, RT 013/RW 013 ,Pisangan Timur, Jakarta – Indonesia Tlp. +62 8131 7331 801 atau +62 8131 0418 482 dilakukan secara sewenang‐wenang tanpa mengindahkan ketentuan atau prosedur yang telah menjadi acuan baku dalam undang‐undang ketenagakerjaan. Dengan tindakan perusahaan yang demikian, maka muncullah solidaritas dari seluruh anggota serikat untuk memberikan dukungan kepada Sdr. Pakpin Sinaga dengan menggunakan pita hitam sebagai bentuk keprihatinan. c. Tentang Pita Hitam; penggunaan pita hitam yang dikenakan oleh anggota SPCI sebagai bentuk solidaritas dan keprihatinan, ternyata di jawab dengan pihak manajemen perusahaan dengan berbagai bentuk. Mulai dari pemberian Surat Peringatan secara beruntun dalam waktu atau hari yang sama, sampai dengan Skorsing dengan batas waktu yang tidak ditentukan. Dan, jumlah pekerja atau anggota serikat yang mendapat Surat Peringatan maupun Skorsing terus bertambah oleh karena penggunaan pita hitam. Dalih atau dasar yang digunakan oleh manajemen perusahaan dalam pemberian sanksi tersebut adalah, bahwa pekerja menggunakan atribut di luar seragam (uniform) yang telah ditentukan perusahaan. Aneh dan sungguh mengada‐ada tindakan manajemen perusahaan tersebut. Menyimak dari kejadian atau peristiwa tersebut diatas, kami berpendapat bahwa apa yang dilakukan manajemen perusahaan PT. Carrefour Indonesia sudah sangat arogan. Dan, kami pun menilai bahwa tindakan Manajemen PT. Carrefour Indonesia merupakan bentuk upaya sistematis untuk menghabisi keberadaan serikat pekerja di perusahaan khususnya kepada SPCI‐KASBI. Mengapa kami memiliki pendapat dan penilaian demikian, setidaknya ada beberapa hal yang soroti dalam hal ini; Pertama, usaha untuk mengadakan Perjanjian Kerja Bersama di dalam sebuah perusahaan merupakan hak normative yang di miliki oleh Serikat Pekerja Carrefour Indonesia dan hal itu di jamin oleh Undang Undang No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh serta Undang Undang no. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Sehingga, tidak ada alasan bagi perusahaan untuk tidak menerima atau menolaknya dengan cara‐cara menghambat atau membuat mekanisme‐mekanisme yang sulit sebagai tahapan menuju proses perundingan Perjanjian Kerja Bersama. Kedua, Serikat Pekerja Carrefour Indonesia dalam kurun waktu beberapa bulan ini. Telah berupaya melalui jalur‐jalur hokum yang tersedia, terkait dengan Penerapan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT). Walaupun sesungguhnya, berdasarkan peraturan yang ada. Khusus untuk perusahaan yang bergerak di bidang jasa Swalayan/Retail, Barang Eceran dan sejenisnya itu tidak di benarkan perusahaan menerapkan perjanjian kerja yang di dasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. Namun, untuk memperkuat peraturan tersebut Serikat Pekerja Carrefour Indonesia mengujinya kembali di ranah Yudikatif atau dengan kata lain mengajukan gugatan di Pengadilan Hubungan Industrial, hasilnya Majelis Hakim memutuskan “DEMI HUKUM PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU BERUBAH MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU”. Tentu…, lagi‐lagi pihak Manajemen PT. Carrefour Indonesia tidak tinggal diam. Kemudian mengajukan Kasasi kepada Mahkamah Agung. Dan hasilnya lagi, bahwa Majelis Hakim pada Tingkat Kasasi memperkuat Putusan Pengadilan Hubungan Industrial. Ketiga, Manajemen PT. Carrefour Indonesia mengacuhkan perundang‐undangan yang berlaku khususnya mengenai Pemutusan Hubungan Kerja. Sangat jelas dan terang yang tertulis dalam Undang Undang Ketenagakerjaan Pasal 170 yang berbunyi “PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA YANG DILAKUKAN TIDAK MEMENUHI KETENTUAN PASAL 151 AYAT (3) BATAL DEMI HUKUM DAN PENGUSAHA WAJIB MEMPERKERJAKAN PEKERJA/BURUH YANG BERSANGKUTAN SERTA MEMBAYAR SELURUH UPAH DAN HAK YANG SEHARUSNYA DI TERIMA”. Jl. Cipinang Kebembem Blok E No. 3, RT 013/RW 013 ,Pisangan Timur, Jakarta – Indonesia Tlp. +62 8131 7331 801 atau +62 8131 0418 482 Dan yang ke Empat atau terakhir, pemberian Sanksi dalam bentuk Surat Peringatan dan Skorsing kepada anggota SPCI yang mengenkan Pita Hitam sebagai bentuk solidaritas dan keprihatinan. Adalah merupakan bentuk pelarangan atas kebebasan berekspresi, itulah adalah sebuah pelanggaran Hak Asasi Manusia. Berdasarkan hal‐hal tersebut di atas, Konfederasi KASBI menilai bahwa PIHAK PERUSAHAAN PT. CARREFOUR INDONESIA telah melakukan tindakan yang dapat dikategorikan sebagai UNION BUSTING dan menghalang‐halangi terciptanya hubungan industrial yang harmonis, yang saling hormat menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan berkeadilan. Oleh karena itu SPCI memutuskan untuk mempergunakan senjata pamungkas kaum buruh yaitu MOGOK KERJA untuk menekan agar Pengusaha menghentikan tindakan‐tindakannya yang negative terhadap para pekerja Carrefour Indonesia dan segera melaksanakan pembuatan PKB. MOGOK KERJA merupakan tindakan yang sah dan menjadi HAK PARA PEKERJA/SERIKAT BURUH sebagai pelaksanaan HAK MENGELUARKAN PENDAPAT berdasarkan ketentuan Pasal 28E ayat 3 UUD 1945, dan Pasal 137 UU Ketenagakerjaan. Mogok Kerja yang dilakukan SPCI juga telah dilaksanakan sesuai ketentuan asal 140 UU Ketenagakerjaan, yaitu telah diberitahukan ke Dinas Tenaga Kerja dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari sebelum mogok kerja dilaksanakan dan telah memenuhi persyaratan yang ditentukan. Oleh karena itu MOGOK KERJA ini adalah sah dan mendapatkan perlindungan hukum sebagaimana ditentukan ketentuan perundang‐undangan yang berlaku. Dikarenakan Mogok Kerja yang dilakukan SPCI adalah sah dan merupakan hak serikat pekerja yang dilindungi oleh perundang‐undangan, maka menurut Pasal 143 ayat 1 UU Ketenagakerjaan: PENGUSAHA atau siapapun juga dilarang menghalang‐halangi pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh melakukan mogok kerja yang sah. Tindakan menghalang‐halangi MOGOK KERJA yang sah dapat dipidana berdasarkan Pasal 143 UUK dan merupakan tindakan pidana anti serikat buruh atau UNION BUSTING berdasarkan UU Serikat Buruh/Pekerja. Selain itu berdasarkan Pasal 144 UUK, PENGUSAHA dilarang. mengganti pekerja/buruh yang mogok kerja dengan pekerja/buruh lain dari luar perusahaan; atau memberikan sanksi atau tindakan balasan dalam bentuk apapun kepada pekerja/buruh dan pengurus serikat pekerja/serikat buruh selama dan sesudah melakukan mogok kerja. Demikianlah penjelasan Konfederasi KASBI dan SPCI mengenai MOGOK KERJA yang akan kami laksanakan sebagai bentuk perjuangan untuk peningkatan kesejahteraan para pekerja Carrefour Indonesia. Jakarta, 18 Agustus 2011 Pengurus Pusat Konfederasi Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) Ketua Umum Sekretaris Jenderal ( NINING ELITOS ) ( ABDUL RACHMAN) Jl. Cipinang Kebembem Blok E No. 3, RT 013/RW 013 ,Pisangan Timur, Jakarta – Indonesia Tlp. +62 8131 7331 801 atau +62 8131 0418 482