BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manusia Gerobak Urbanisasi adalah bentuk global yang berupa perpindahan manusia menuju kota, tempat-tempat yang diyakini mampu memenuhi kebutuhannya tersebut. Menurut Satriyanto dan Putra (dalam Suparlan, 2009) bahwa kelompok orang miskin terbagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama memiliki rumah dengan mengontrak, tinggal di rumah-rumah petak, pekerjaan sektor informal, berkeluarga atau jika membujang, tinggal dalam kelompok-kelompok yang jenis pekerjaannya sama. Fasilitas kamar mandi dan ruang cuci biasanya digunakan secara kolektif. Kelompok kedua membangun rumah semi permanen di atas tanah-tanah kosong, dekat pasar, dibawah jembatan atau dipinggir kali atau rel kereta api/stasiun. Jenis pekerjaan didominasi pekerjaan pemulung, tukang sampah bekas dan tak jarang preman-preman (istilah untuk “penjaga keamanan). Kelompok ketiga tidak mampu memiliki rumah, tinggal dimana saja mereka bisa untuk sementara waktu dan berpindah-pindah, alat bantu mereka gerobak, mengerjakan apa saja yang bisa mereka lakukan (misalnya mengemis), mereka pungut (misalnya di pasar untuk mendapat sisa-sisa barang jualan) atau mereka mencari barang-barang yang mereka pakai atau jual/bisa didaur ulang. Merujuk perihal istilah manusia gerobak, gerobak sendri diartikan sebagaisebuah alat angkut atau alat transportasi tradisional menggunakan tenaga manusia. Pada mulanya gerobak berupa sebuah tempat terbuat dari kayu 1 dengan dua roda dan dua pegangan/kemudi, bentuknya mirip dengan becak tradisional cina namun ukurannya lebih besa (wikipedia, 2007). Dengan alat bantu ini, kelompok ketiga dalam paparan di atas menempati ruang-ruang publik yang tidak digunakan. Mereka menggunakan sumber daya yang ada di kota dan “bersaing” dengan kelompok yang telah datang lebih dulu dan “mapan” dalam urusan pekerjaan dengan alat bantu tersebut seperti pekerja kebersihan (Satriyanto dan Putra, 2009). 2.2 Komunikasi Seksual 2.2.1 Pengertian Komunikasi Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin communication yang berarti ‘pemberitahuan’ atau ‘pertukaran pikiran’. Jadi secara garis besar dalam satu proses komukasi haruslah terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran dan pengertian antara kominikator (penyebar pesan) dan komunikan (penerima pesan) (Suprato, 2009). Ada pun beberapa definisi komunikasi dari para pakar, sebagai berikut : a. Komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa mengatakan apa dengan cara apa, kepada siapa dengan efek apa (Leswell). b. Komunikasi adalah penyebaran informasi, ide–ide sebagai sikap atau emosi dari seseorang kepada orang lain (Theodorson dan Thedorson). c. Komunikasi merupakan komunikasi antar pribadi yang menggunakan sistem simbol linguistik, seperti sistem simbol verbal (kata-kata) dan non verbal. Sistem ini dapat di sosialisasikan secara langsung/tatap muka atau melalui media lain (tulisan, oral, dan visual) (Karlfried Knapp). 2 d. Menurut Suprapto (2009) bahwa dari definisi tersebut, ,akan dapat digolongkan ada tiga pengertian utama komunikasi, yaitu pengertian secara etimologis, ternimologis, paradigmatis. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat di simpulkan makna dari komunikasi secara etimologi, terminologis, paradigmatis : a. Secara etimologis, komunikasi dipelajari menurut asal–usul kata, yaitu komunikasi berasal dari bahasa latin ‘communicatio’ dan kata ini bersumber pada kata ‘comminis’ yang berarti sama makna mengenai sesuatu yang hal yang dikomunikasikan. b. Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. c. Secara paradigmatis, komunikasi berarti pola yang meliputi sejumlah komponen berkolerasi satu sama lain secara fungsional untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 2.2.2 Pengertian Seksual Istilah “seks” secara etimologis, berasal dari bahasa Latin “sexus” kemudian diturunkan menjadi bahasa Perancis Kuno “sexe”. Istilah ini merupakan teks bahasa Inggris pertengahan yang bisa dilacak pada periode 1150-1500 M. Secara terminologis seks adalah nafsu syahwat, yaitu suatu kekuatan pendorong hidup yang biasanya disebut dengan insting/ naluri yang dimiliki oleh setiap manusia, baik dimiliki laki-laki maupun perempuan yang mempertemukan mereka guna meneruskan kelanjutan keturunan manusia (Referensi makalah, 2012). 3 2.2.3 Pengertian Komunikasi Seksual Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi seksual adalah penyampain informai kepada pasangan mengenai kebutuhan nafsu syahwat yang biasanya disebut dengan insting/ naluri yang dimiliki oleh setiap manusia dengan metode verbal, non verbal ataupun dengan media lain (tulisan, oral, dan visual). Menurut Croks dan Baur (1999) bahwa ada beberapa hal mengapa komunikasi dalam hubungan seksual menjadi penting, yaitu : a. Komunikasi seksual memiliki peran penting dalam tercapainya kepuasan seksual dengan pasangan. b. Komunikasi tidak harus selalu dalam bentuk komunikasi verbal. c. Terjalinnya komunikasi dengan pasangan dapat memberikan pengetahuan tambahan mengenai hasrat dan kebutuhan pasangan dalam hal seksual. d. Komunikasi seksual yang efektif berdasarkan mutual empathy perasaan bahwa adanya rasa saling peduli antar satu sama lain. Para pasangan yang yang sedang mengalami masalah pernikahan seringkali menyebutkan kurangnya komunikasi sebagai penyebab utama masalah mereka. Tetapi pasangan yang bisa mengatasi perbedaan mereka adalah pasangan yang memiliki keterampilan komunikasi yang lebih baik. Dapat menghadapi perbedaan–perbedaan pasanngan mereka (Devis, W.M. 2004). 4 2.2.4 Penghambat komunikasi seksual (Croks dan Baur 1999) a. Socialization and Sexual Communication • Pola asuh saat masa kanak-kanak dapat mempengaruhi kesulitan untuk membicarakan hal seksual di masa dewasa seks adalah hal tabu. • Anak-anak yang tidak memiliki model dalam komunikasi verbal dalam hal seksual kemungkinan memiliki hambatan dalam membicarakan hal seksual (keinginan, kebutuhan) dengan pasangan. • Language and Sexual Communication. • Hambatan terjadi akibat kesulitan dalam penggunaan kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan kebutuhan seksual. • Tidak memiliki pengetahuan dalam istilah-istilah seksual (bahasa sehari-hari vs istilah ilmiah). b. Gender-based Communication Styles • Ada pola komunikasi yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. • Dalam berkomunikasi, laki-laki cenderung bertujuan untuk mencari menang-kalah, perempuan pemberian berkomunikasi solusi atau dengan nasehat, tujuan sedangkan untuk mencari kedekatan dan keintiman. c. Anxieties About Sexual Communication • Cemas untuk menonjolkan keinginan diri kepada orang lain. 5 • Ketika seseorang membuka diri, maka orang tersebut menempatkan dirinya pada posisi yang rapuh terhadap penilaian, kritik bahkan penolakan. • Tidak adanya atau kurangnya rasa percaya antar pasangan menyebabkan resiko membuka diri dalam hal kebutuhan seksual terlalu besar. 2.2.5 Nonverbal Sexual Communication (Croks dan Baur 1999) : a. Facial Expression • Memandang wajah pasangan saat berhubungan seksual dapat memberikan banyak informasi apakah pasangan menikmati aktivitas seksual tersebut atau tidak. • Ekspresi muka yang menunjukkan minat, antusiasme dan apresiasi merupakan petunjuk positif bagi pasangan untuk terus melakukan aktivitas seksual. b. Touching • Cara menyentuh pasangan dapat berpengaruh besar terhadap kepuasan seksual. • Apabila terjadi pertengkaran atau ketegangan antar pasangan, maka sentuhan dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendekatkan hubungan kembali. c. Sounds • Kebanyakan orang akan mengeluarkan suara, seperti desahan, saat melakukan hubungan seksual. • Bagi banyak orang, suara desahan dan nafas yang semakin cepat, dapat menimbulkan rangsangan seksual. 6 • Beberapa orang menahan dirinya untuk tidak mengeluarkan suara saat melakukan hubungan seksual di mana hal ini justru dapat menyebabkan gairah pasangan menjadi berkurang. 2.2.6 Permulaan Berbicara (Croks dan Baur 1999) a. Talking about Talking • Saat mengalami kesulitan untuk membicarakan suatu topik, maka bisa dimulai dengan membicarakan atau diskusikan mengenai mengapa hal tersebut sulit dibicarakan. • Misal: sulit membicarakan mengenai seks. Diskusikan mengapa masing-masing pihak sulit untuk berbicara secara terbuka mengenai seks. • Mulailah pembicaraan dengan hal-hal yang umum dan setelah merasa nyaman barulah membicarakan mengenai hal-hal yang personal. b. Reading and Discussing • Banyak orang merasa lebih mudah untuk membaca buku atau artikel mengenai seks dibandingkan membicarakannya. • Masing-masing dapat membaca suatu buku atau artikel secara terpisah dan kemudian mendiskusikannya dengan pasangan. c. Sharing Sexual Histories Mulailah dengan topik-topik yang umum, seperti: bagaimana pendidikan seks saat di sekolah dahulu? Kapan saat pertama kamu belajar tentang seks? 7 2.2.7 Sikap Berbicara (Croks dan Baur1999) : a. Listening dan Feedback • Semua bentuk komunikasi akan efektif bila pihak yang terlibat aktif berperan sebagai komunikator dan pendengar. b. Be an Active Listener • Pendengar aktif menunjukkan secara positif bahwa dirinya tertarik dengan topik pembicaraan dan memahami isi dari pembicaraan. • Dapat ditunjukkan dengan ekspresi muka, menganggukkan kepala, mengajukan pertanyaan (misal: bisakah kamu memberi contoh?), berkomentar pendek (misal: saya mengerti inti dari ucapan kamu). c. Maintain Eye Contact • Jagalah kontak mata saat berkomunikasi dengan pasangan untuk menunjukkan bahwa kita perduli dengan pembicaraan yang tengah berlangsung dan lawan bicara merasa dihargai. d. Provide Feedback • Usahakan untuk memberikan feedback secara verbal agar terhindar dari kesalahpahaman. • Kita juga dapat menanyakan respon dari pasangan dengan menanyakan:”Apa pendapatmu mengenai apa yang baru saya katakan?” e. Support Your Partner’s Communication Efforts. • Dukungan dari pasangan saat salah satu mengungkapkan suatu hal yang sulit untuk dikatakan merupakan suatu hal yang sangat penting. 8 • Dukungan dapat diberikan secara verbal dengan mengatakan: “Saya senang kamu mengatakan mengenai perasaan kamu sebenarnya” f. Express Unconditional Positive Regard • Memberikan rasa yakin pada pasangan bahwa apapun yang mereka katakan atau lakukan, kita akan selalu memberikan dukungan dan menghargai pasangan. g. Use Paraphrasing • Pendengar merangkum ucapan lawan bicaranya dengan menggunakan kata-kata sendiri. 2.2.8 Menemukan Kebutuhan Pasangan Salah satu cara terbaik untuk mengetahui kebutuhan pasangan adalah dengan mengajukan pertanyaan. Dalam mengajukan pertanyaan perlu dipertimbangkan berbagai faktor agar pertanyaan tersebut menjadi efektif (Croks dan Baur, 1999). a. Yes-or-No Questions. Bayangkan bila pertanyaan-pertanyaan seperti ini diajukan kepada Anda oleh pasangan: • Apakah tadi menyenangkan? • Kamu suka oral sex? • Apakah kamu suka kalau saya melakukan hal ini? • Apakah saya pasangan yang baik? Kelemahan dari pertanyaan ini adalah ini tidak memberikan kesempatan untuk melakukan diskusi terhadap pertanyaan yang diajukan. 9 b. Open-Ended Questions. Pertanyaan Terbuka/ Memberikan kebebasan bagi pasangan untuk mengekspresikan perasaannya terhadap pertanyaan yang diajukan. • Misal: 1. Hal apa saja yang memberikan kepuasan bagimu saat kita berhubungan seks? 2. Di bagian mana saja kamu suka disentuh? 3. Posisi apa saja yang kamu sukai ketika kita berhubungan? 4. Bagaimana perasaan kamu mengenai oral sex? d. Entah/ Atau Pertanyaan (Either/Or Questions). Bentuk pertanyaan seperti ini dapat lebih menghasilkan respon daripada close-ended dan kadang-kadang dari bentuk pertanyaan open-ended juga. Contoh pertanyaan: • Apakah kau lebih suka lampu menyala atau lampu dimatikan saat kita berhubungan seks? • Apakah kau suka dengan cara saya menyentuhmu atau kau ingin kita mencoba cara lain? • Apakah kau ingin membicarakannya sekarang atau menunggu beberapa menit lagi? e. Pengungkapan - Diri (Self-Disclosure) • Bentuk pertanyaan langsung sering mengakibatkan ketidaknyamanan sehingga dapat dilakukan dengan cara lain yaitu mulailah membuka diri terlebih dahulu (pengalaman, fantasi) 10 • Self-disclosure melibatkan give-and-take, di mana diharapkan pasangan melakukan hal yang serupa. Namun bila pasangan belum siap untuk membuka diri maka hal tersebut harus dihargai. • Membandingkan kesukaan masing-masing • Dapat dilakukan pada saat senggang atau setelah berhubungan seks f. Giving Permission. Memberikan keyakinan kepada pasangan untuk melakukan suatu hal 2.3 Kepuasan Seksual 2.3.1 Orgasme dan Ejakulasi Bagian Observasi dan Genekologi Fakultas Kedokteran Unifersitas Padjajaran (1999) menelaskan bahwa orgasme adalah suatu respon yang menyenangkan, dengan berkurangnya ketegangan, serta merupakan puncak dari kepuasan fisik dan emosional dalam aktivitas seksual. Perasangan khusus yang menyebabkan terjadinya orgasme meliputi : a. • adanya kenaikan yang nyata dari nadi, dari tekanan darah. • pernafasan yang lebih cepat dan dalam. Orgasme dan Ejakulasi Pada Laki – laki a) pada pria sensasi yang terasa diwilayah panggul yaitu pada penis prostat dan seminalis. Orgasme pada pria diikuti dengan ejakulasi, dan pada pria orgasme akan terjadi setelah rangsangan seks (Ghozally dan Karim, 2008). b) Orgasme yang terjadi pada laki –laki melibatkan kontraksi kejang otot atau spasmodik dari otot – otot secara berurutan yang membuat 11 lelaki berenjakulasi setelah lelaki mendapatkan rangsangan seksual yang efektif selama dua hingga empat menit. Tanda – tanda telah mencapai orgasme denyut nadi memperlihatkan kenaikan yang signifikan, tekanan darah naik, nafas lebih cepat (Komandoko, 2010). b. Orgasme pada Perempuan a) Pada wanita sensasi yang paling dirasakan pada daerah vagina, uterus dan cilitoris. Orgasme pada waniata bisa lebih cepat dan lebih sering terjadi pada saat masturbasi dibandingkan pada coitus, penyebabnya adalah banyaknya ujung syaraf pada baian vulva dan cilitoris sedangkan pada vagina lebi hsedikit (Ghozally dan Karim, 2008). b) Tanda orgasme yang terjadi pana wanita tidak jauh berbeda denga laki - laki yaitu tekanan darah, pernafasan yang semakin dalam dan cepat, nadi semakin naik, sehingga terjadi pelepasan yang secara cepat disusul pada keadaan normal (Ghozally dan Karim, 2008). c) Sejumlah pakar seks pada kenyataanya menyatakan tentang kemampuan titik G “mengejakulasikan” cairan bewarna jernih jika dirinya terangsang. Ini menyebabkan beberapa pakar menyimpulkan bahwa titik G bisa jadi merupakan persamaan kelenjar prostat pria (Chia dan Abrams, 1996). d) Hasil penelitian Lonnie Berbach salah seorang pakar Psikologi yang didukung Paul Jenner dalam bukunya Great Sex, mengatakan bahwa perempuan juga mengalami ejakulasi, enjakulasi perempuan ditandai dengan penyemburan cairan melalui uretra setelah G-spot-nya mendapatkan rangsangan seksual yang cukup (Komandoko, 2010). 12 2.4 Kerangka Pemikiran Pernikahan Hidup Sebagai Manusia Gerobak Komunikasi Seksual Tidak mengetahui kebutuhan Pasangan Mengetahui Kebutuhan Pasangan Kepuasan Seksual 13 Pasangan suami istri yang menikah atas dasar cinta dan berharap pernikahannya merupakan pernikahan yang bahagia dan nyaman, mereka dapat bekerja sama dalam hal apapun dan menimbulkan keharmonisan yang diharapkan, namun ternyata tidak semua pasangan mengalami hal tersebut. Kekurangan yang mereka miliki membuat aktivitas yang mereka lakukan tidak dapat di nikmati terutama aktivitas seks yang di lakukan pasangan suami istri yang berprofesi sebagai manusia gerobak tanpa memiliki tempat tinggal yang tetap dan nyaman dalam melakukan hubungan seksual. Dengan kehidupan mereka yang tidak menetap dan melakukan aktivitas apapun didalam gerobak bahkan seksual bagaimana komunikasi seksual dapat dilakukan, menurut Ghofur (2009) Gerobak adalah nadi kehidupan manusia gerobak, menjadi alat kerja sekaligus rumah karena sebagai alat kerja, gerobak berfungsi sebagai pendukung pekerjaan memulung, tempat menyimpan barang-barang bekas, dan alat transportasi sedangkan sebagai rumah, gerobak adalah tempat tidur, tempat melakukan hubungan seks, mengasuh anak, dan menyimpan barang-barang dan makanan. Aktivitas seks yang dilakukan oleh pasangan manusia gerobak ini jauh dari kata layak, proses seksual mukin bisa dikatakan sangat sikat dengan kondisi tersebut namun, proses komunikasi seksual sangat lah penting untuk pencapaian kepuas seksual, menurut Angelis (dalam Chandrasari 2009) bahwa salah satu faktor pendukung menciptakan keharmonisan keluarga adalah dengan melakukan komunikasi yang baik dengan pasangannya. Komunikasi yang baik merupakan elemen 14 terpenting dalam berhubungan intim sehingga kehidupan seks dalam pernikahan yang memuaskan biasanya memiliki pola komunikasi yang baik dalam mengekspresikan kebutuhan dan fantasinya, komunikasi yang baik antara suami istri merupakan hal yang sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan seksual yang harmonis. 15