Emboli Air Ketuban Dr. Fredrico Patria, SpOG (Poliklinik Kebidanan dan Kandungan RSIA Permata Cibubur) Emboli air ketuban adalah masuknya cairan ketuban beserta komponennya ke dalam sirkulasi darah ibu. Yang dimaksud komponen disini ialah unsur-unsur yang terdapat di air ketuban, seperti lapisan kulit janin yang terlepas, rambut janin, lapisan lemak janin, dan musin/cairan kental. Secara keseluruhan, insiden berkisar antara 1 dalam 8000 sampai 1 dalam 80000 kehamilan. Di Amerika, emboli air ketuban menempati 10 persen dari penyebab kematian ibu, sedangkan di Inggris, persentasenya berkisar 16 persen. Sebagian besar penderita emboli air ketuban yang selamat, menderita gangguan neurologis. Emboli air ketuban dapat terjadi saat persalinan, baik normal maupun melalui operasi Caesar. Pada saat persalinan, terdapat risiko untuk terjadinya emboli air ketuban karena banyak pembuluh darah balik yang terbuka, yang memungkinkan air ketuban masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyumbat pembuluh darah balik. Beberapa faktor risiko dalam emboli air ketuban adalah : 1. Meningkatnya usia ibu 2. Multiparitas (banyak anak) 3. Adanya mekoneum 4. Laserasi serviks 5. Kematian janin dalam kandungan 6. Kontraksi yang terlalu kuat 7. Persalinan singkat 8. Plasenta akreta 9. Air ketuban yang banyak 10. Robeknya rahim 11. Adanya riwayat alergi atau atopi pada 12. Adanya infeksi pada selaput ketuban 13. Bayi besar ibu Meskipun demikian, para ahli berpendapat bahwa kondisi emboli air ketuban tidak dapat dihindarkan. Pada saat persalinan, selaput ketuban pecah dan pembuluh darah ibu (terutama vena) terbuka. Akibat tekanan tinggi karena rasa mulas yang luar biasa, air ketuban beserta komponennya berkemungkinan masuk ke dalam sirkulasi darah. Selanjutnya air ketuban dapat menyumbat pembuluh darah di paru-paru ibu. Jika sumbatan di paru meluas, lama kelamaan bisa menyumbat aliran darah jantung. Akibatnya timbul gangguan pada jantung dan paru-paru. Cotton pada tahun 1996, mengemukakan teori untuk menjelaskan kerusakan yang terjadi dalam kasus emboli air ketuban. Secara patofisiologis, terjadi dua fase : Fase pertama : air ketuban beserta komponennya memasuki sirkulasi darah -> adanya mediator biokimiawi yang dikeluarkan oleh tubuh -> terjadi vasospasme arteri paru-paru -> terjadi hipertensi pembuluh darah dari paru -> kenaikan tekanan ventrikel kanan -> terjadi hipoksia -> adanya kerusakan otot jantung dan paru-paru -> gagal jantung kiri -> terjadi kegagalan pernafasan Fase kedua : adanya mediator biokimiawi -> gangguan pembekuan darah (DIC) -> fase perdarahan yang ditandai dengan perdarahan dan hilangnya kontraksi rahim Gejala klinis : Gangguan pernapasan Cyanosis atau kebiruan Gangguan aliran darah, atau syok Perdarahan Koma Lebih dari 50 persen pasien dengan emboli air ketuban mengalami kematian dalam 1 jam pertama, dan 50 persen pasien yang selamat akan mengalami gangguan pembekuan darah (DIC) yang timbul sebagai perdarahan dari rahim atau dari luka operasi. Proses emboli air ketuban bisa berlangsung sangat cepat. Pada umumnya dalam 1 jam sesudah melahirkan, nyawa ibu yang mengalami emboli air ketuban tidak lagi bisa tertolong. Apalagi muncul secara tiba-tiba tanpa diduga sebelumnya dan proses berlangsung dengan cepat. Pada ibu bersalin kasus emboli air ketuban kematiannya mencapai 86%. Terapi yang diberikan biasanya hanya berupa terapi suportif, sesuai dengan gejala yang timbul Pada gejala sesak nafas, ibu diberi oksigen atau dimasukan ke dalam alat bantu nafas, bila sumbatan yang terjadi sedikit, gejala sesak napas dapat menghilang Pada gangguan yang berupa pembekuan darah atau ibu mengalami perdarahan hebat, yang dapat dilakukan transfusi darah Kasus emboli air ketuban sulit dicegah, tidak dapat diprediksi. Diagnosis pasti didapat dengan otopsi. Dimana terlihat komponen air ketuban tersebar di pembuluh darah paru.Diagnosis yang bisa ditegakkan adalah diagnosis klinis dimana dokter akan mengamati gejala klinis si ibu, apakah ia mengalami sesak nafas, wajah kebiruan, terjadi gangguan sirkulasi jantung, tensi darah turun mendadak, bahkan sampai jantung berhenti atau gangguan perdarahan. Risiko emboli air ketuban tidak dapat diantisipasi jauh-jauh hari karena emboli air ketuban paling sering terjadi saat persalinan, perjalanan kehamilan yang lancar tidak menjamin seorang ibu aman dari ancaman emboli air ketuban Telah dibaca 1108 kali