Executive Summary

advertisement
Executive Summary Tujuan desentralisasi antara lain adalah mendekatkan pemerintah dengan masyarakat sebagai pihak yang dilayani. Kedekatan ini memungkinkan pemerintah dapat mengakomodasikan kebutuhan masyarakat dan mengartikulasikannya ke dalam program pemerintah. Selain itu desentralisasi juga memudahkan akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan serta memudahkan akses masyarakat dalam mengawasi pemerintahan daerahnya. Singkatnya desentralisasi mengasah responsifitas, profesionalitas dan akuntabilitas pemerintah daerah. Konsep desentralisasi tersebut membawa harapan yang besar akan perubahan pelayanan public, atau minimal pelayanan dasar khususnya bidang kesehatan dan pendidikan. Pencapaian tujuan desentralisasi tersebut, amat tergantung pada kinerja organisasi pemerintah daerah yang menyelenggarakan pelayanan publik. Terkait dengan pemikiran tersebut, perlu dicermati bahwa saat ini masih banyak terdapat permasalahan terkait dengan performa bidang pendidikan dan kesehatan, meskipun pemerintah telah mencanangkan berbagai program untuk melakukan perbaikan kondisi ini. Untuk itu, perlu dilakukan sebuah evaluasi terhadap kinerja organisasi pemerintah daerah bidang pelayanan publik. Dalam kajian ini pelayanan public dibatasi pada pelayanan Kesehatan dan pendidikan. Kajian ini menggunakan pendekatan kuantitatif bersifat evaluatif dan komparatif dengan pengumpulan data primer melalui kuesioner dan data sekunder melalui wawancara yang melibatkan pembuat kebijakan di Dinas Kesehatan dan Pendidikan, serta Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Analisis dilakukan dengan menggunakan Data Envelopment Analisis (DEA). Data Envelopment Analisis merupakan merupakan metode analisis non‐parametrik yang sangat bermanfaat dalam manajemen pelayanan (service management) dan teknik penolokukuran (benchmarking technique) yang awalnya dikembangkan oleh Charnes, Cooper dan Rhodes (1978). Metode ini secara massive telah digunakan untuk melihat tingkat effisiensi teknis dalam berbagai organisasi baik public maupun swasta. Berbagai organisasi public yang menggunakan DEA sebagai alat analisis kinerja diantaranya bidang pendidikan, kesehatan, perumahan, dan sebagainya. Bahkan dalam pandangan Oyama (2008), DEA merupakan salah satu teknik dalam operation research yang cukup sering digunakan dalam sector public. iv
Pada dasarnya DEA membandingkan unit‐unit pelayanan yang disebut dengan decision making unit (DMU) dengan mempertimbangkan semua sumberdaya yang digunakan (Input) dan pelayanan yang diberikan (Output), dan mengidentifikasi DMU yang paling efisien dan DMU yang tidak efisien. DEA mampu menghitung nilai projeksi pada mana pengurangan sumberdaya dan peningkatan pelayanan dapat dilakukan oleh DMU yang tidak efisien sehingga dapat mencapai tingkat yang paling efisien. Informasi yang diberikan oleh DEA tentang kinerja (performance) seluruh DMU dapat dimanfaatkan untuk transfer sistem dan keahlian manajerial dari DMU yang terkelola dengan baik dan lebih efisien ke DMU yang kurang efisien. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas DMU yang tidak efisien, mengurangi biaya, dan meningkatkan keuntungan Pada kajian ini indikator Input dan Output ditetapkan sesuai dengan informasi atau data yang tersedia. Adapun data yang tersedia dari DMU bidang pelayanan pendidikan dapat bervariasi meliputi: banyaknya guru tetap dan guru honorer; banyaknya siswa; banyaknya ruang kelas dan ruang pendukung; besarnya biaya operasional; banyaknya calon siswa yang mendaftar; banyaknya siswa yang diterima; persentase kelulusan; nilai rata‐rata ujian nasional mata pelajaran matematika, bahasa Indonesia, dan IPA. Data atau informasi yang tersedia dari DMU bidang pelayanan kesehatan dapat bervariasi meliputi: banyaknya tenaga medis, paramedis, nonmedis, dan nonparamedis; banyaknya tempat tidur pasien; besarnya biaya operasional; banyaknya kunjungan pasien; banyaknya masyarakat dalam jangkauan; banyaknya balita gizi buruk yang ditangani, banyaknya balita yang diimunisasi, banyaknya peserta keluarga berencana (KB); banyaknya kelahiran bayi; banyaknya pos pelayanan terpadu (posyandu) binaan. Dari Batam, jumlah SD yang dievaluasi sebanyak 35, SMP 9 dan Puskesmas 11 buah. Dari Pangkal Pinang jumlah DMU yang dievaluasi terdiri dari SD sebanyak 40 buah, SMP sebanyak 9, dan Puskesmas sebanyak 7. Dari Kota Kendari jumlah DMU yang dievaluasi terdiri dari SD sebanyak 11, SMP sebanyak 13, dan puskesmas 3. Dari Kabupaten Badung jumlah DMU yang dievaluasi terdiri dari SD sebanyak 18, SMP sebanyak 14, dan puskesmas 9. Dari Kota Tasikmalaya jumlah DMU yang dievaluasi terdiri dari SD sebanyak 48, SMP sebanyak 21, dan puskesmas 17. Dari Kota Yogya jumlah DMU yang dievaluasi terdiri dari SD sebanyak 113, SMP sebanyak 16, dan puskesmas 18. Dari Kota Mataram jumlah DMU yang dievaluasi terdiri dari SD sebanyak 11, SMP sebanyak 63, dan puskesmas 6. Dari Kota Padang jumlah DMU yang dievaluasi terdiri dari SD sebanyak 11, SMP sebanyak 36, dan puskesmas 21. v
Dengan menggunakan DEA diperoleh hasil score dan ranking tingkat efisiensi SD, SMP dan Puskesmas sebagai DMU, yang perbandingan efisiensinya dilakukan terhadap DMU sejenis yang memiliki kinerja baik (best practice) di Kota yang sama. Dari hasil DEA juga telah diperoleh rekomendasi indicator mana yang perlu ditingkatkan atau diturunkan untuk membuat DMU tersebut menjadi efisien. Hasil analisis juga merekomendasikan DMU efisien yang bisa dijadikan rujukan bagi DMU yang masih kurang efisien. Dari hasil kajian tersebut, disimpulkan bahwa dengan penentuan indicator input dan output yang tepat sesuai tujuan evaluasi, DEA dapat dijadikan sebagai salah satu alat untuk melihat tingkat kinerja pelayanan public dengan pendekatan kuantitatif yang handal dan dapat dilakukan dengan mudah. vi
Download