BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Prosedur Pengoperasian Sistem Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mengoperasikan switching amplifier yang dirancang adalah sebagai berikut : 1. Siapkan modul input, modul FPGA, dan modul output-nya. 2. Sambungkan modul input dan modul output dengan development board FPGA. 3. Nyalakan development board FPGA. 4. Hubungkan development board FPGA dengan ke PC melalui sebuah kabel paralel. 5. Aktifkan ISE Webpack 6.1i yang sudah ter-install dengan benar pada PC. 6. Load proyek yang diinginkan, dalam hal ini proyek digital PWM. 7. Lakukan sintesis dan implementasi desain. 8. Generate Programming File sehingga menghasilkan sebuah bit file. 9. Konfigurasikan bit file tersebut ke chip FPGA melalui kabel paralel yang telah terhubung sebelumnya. 10. Hubungkan power supply ke modul input dan modul output. 41 4.2 Implementasi Sistem Hasil perancangan pada PC diimplementasikan ke development board dengan menjalankan langkah-langkah sesuai dengan prosedur pengoperasian sistem. 4.3 Evaluasi Sistem Evaluasi terhadap sistem dibedakan menjadi dua, yaitu evaluasi menggunakan data input konstan dan gelombang sinus. Berikut ini diberikan evaluasi pada modul FPGA dan evaluasi pada modul output. 4.4 Evaluasi Modul FPGA Evaluasi terhadap modul FPGA dilakukan dengan menggunakan input berupa data konstan. Evaluasi dengan dua cara, yaitu secara teoritis dan secara praktis (hasil pengujian). Dengan membandingkan hasil output berdasarkan teoritis dan praktisnya, maka dapat dilihat bahwa modul FPGA yang dirancang berfungsi dengan benar dan sesuai dengan teori. 4.4.1 Proses Noise Shaping Secara Teoritis Dengan Data Konstan Input dari Noise Shaper adalah data 16 bit, sesuai dengan output dari data buffer. Sebagai contoh, apabila input diberi nilai konstan sebesar 1088, maka outputnya akan berfluktuasi antara 1024 dan 1280 (nilai quntizer terdekat) dengan nilai ratarata mendekati 1088. Berdasarkan algoritma yang telah dirancang, maka Noise Shaper melakukan perhitungan sebagai berikut : Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Noise Shaper Dengan Input Konstan 41 clock 0 1 2 3 4 5 6 7 dst… Input – X(z) Biner Desimal 0000 0100 0100 0000 1088 0000 0100 0100 0000 1088 0000 0100 0100 0000 1088 0000 0100 0100 0000 1088 0000 0100 0100 0000 1088 0000 0100 0100 0000 1088 0000 0100 0100 0000 1088 0000 0100 0100 0000 1088 Output terkuantisasi – Y(z) Biner Desimal 0000 0100 0000 0000 1024 0000 0101 0000 0000 1280 0000 0100 0000 0000 1024 0000 0100 0000 0000 1024 0000 0100 0000 0000 1024 0000 0100 0000 0000 1024 0000 0101 0000 0000 1280 0000 0100 0000 0000 1024 Nilai sample 1400 1300 1200 Output Input 1100 1000 900 clock 800 0 5 10 15 20 25 30 35 Gambar 4.1 Grafik Input dan Output Noise Shaper Dengan noise shaping orde 2, oversampling 8× (3 oktaf) serta kuantisasi output 8 bit, maka berdasarkan rumus 2.4, signal to error ratio maksimum pada bandwidth audio adalah 82,17 dB. 4.4.2 Proses MUPWM Secara Teoritis 41 Gambar 4.2 sampai Gambar 4.6 (tidak dengan skala sebenarnya), menggambarkan proses MUPWM secara teoritis dengan data input secara berurutan : 0 (nol), 64, 127, -64 dan -127. VA VB VOUT (=VA – VB) clock 0 7 71 134 142 satu siklus PWM Gambar 4.2 Timing Diagram Output MUPWM dengan data input = 0 VA VB VOUT (=VA – VB) clock 0 7 71 134 142 satu siklus PWM Gambar 4.3 Timing Diagram Output MUPWM dengan data input = 64 41 VA VB VOUT (=VA – VB) clock 0 7 71 134 142 satu siklus PWM Gambar 4.4 Timing Diagram Output MUPWM dengan data input = 127 VA VB VOUT (=VA – VB) clock 0 7 71 134 142 satu siklus PWM Gambar 4.5 Timing Diagram Output MUPWM dengan data input = -64 41 VA VB VOUT (=VA – VB) clock 0 7 71 134 142 satu siklus PWM Gambar 4.6 Timing Diagram Output MUPWM dengan data input = -127 4.4.3 Evaluasi Modul FPGA Secara Praktis Menggunakan Data Konstan Gambar 4.7 sampai Gambar 4.11, menggambarkan output MUPWM yang diukur dengan osiloskop digital, dengan data input secara berurutan : 0 (nol), 64, 127, 64 dan -127. Gambar 4.7 Output FPGA CH-1 = POA, CH-2 = POB, untuk D = 0 41 Gambar 4.8 Output FPGA dengan CH-1 = POA, CH-2 = POB, untuk D = 64 Gambar 4.9 Output FPGA dengan CH-1 = POA, CH-2 = POB, untuk D = 127 41 Gambar 4.10 Output FPGA dengan CH-1 = POA, CH-2 = POB, untuk D = -64 Gambar 4.11 Output FPGA dengan CH-1 = POA, CH-2 = POB, untuk D = -127 41 4.5 Evaluasi Modul Output Evaluasi modul output dilakukan dengan mengevaluasi Driver MOSFET, proses switching pada H-Bridge MOSFET dan evaluasi output filter. 4.5.1 Evaluasi Pada MOSFET Driver Berdasarkan input yang diterima oleh Driver MOSFET, maka Driver MOSFET merespon dengan mengeluarkan output berupa sinyal pulsa high atau low kepada setiap MOSFET dalam rangkaian H-Bridge MOSFET. Ketika input low, maka Driver MOSFET memberikan output low kepada High-side MOSFET dan high kepada Lowside MOSFET. Ketika input high, maka Driver MOSFET memberikan output high kepada High-side MOSFET dan low kepada Low-side MOSFET. Gambar 4.12 Output POA dari FPGA dengan D = 0 sebagai input untuk salah satu Driver MOSFET 41 Gambar 4.13 Output Driver MOSFET untuk low side MOSFET A Gambar 4.14 Output Driver MOSFET untuk high side MOSFET A Pada Gambar 4.14, terlihat bahwa tegangan output high side driver mencapai 17 V. Untuk mencapai keadaan ON, high side MOSFET memerlukan tegangan gate minimal sebesar Vcc + Vgs(th). IC Driver MOSFET memompa tegangan hingga 12 V + 5 V = 17 V. 41 Gambar 4.15 Output VA dari pasangan MOSFET A dengan D = 0 4.5.2 Evaluasi H-Bridge MOSFET Dengan Data Konstan Berdasarkan input yang diterima dari Driver MOSFET, maka H-Bridge MOSFET merespon dengan mengeluarkan output berupa sinyal pulsa positif atau negatif. Gambar 4.16 sampai Gambar 4.20, memperlihatkan output dari pasangan MOSFET pada rangkaian H-Bridge dengan data konstan mulai dari 0, 64, 127, -64 dan terakhir -127. Gambar 4.21 memperlihatkan tegangan output yang dihasilkan dengan data 0. Pada gambar tersebut, terlihat bahwa dengan pulsa inisial tegangan output yang dihasilkan adalah nol. 41 Gambar 4.16 Output H-Bridge MOSFET CH-1 = VA, CH-2 = VB, untuk D = 0 Gambar 4.17 Output H-Bridge MOSFET CH-1 = VA, CH-2 = VB, untuk D = 64 41 . Gambar 4.18 Output H-Bridge MOSFET CH-1 = VA, CH-2 = VB, untuk D = 127 Gambar 4.19 Output H-Bridge MOSFET CH-1 = VA, CH-2 = VB, untuk D = -64 41 Gambar 4.20 Output H-Bridge MOSFET CH-1 = VA, CH-2 = VB, untuk D = -127 Vout Gambar 4.21 Vout saat Pulsa Inisial CH-1 = VA, CH-2 = VB, Vout = VA-VB 41 4.5.3 Evaluasi Output Filter Berdasarkan perhitungan pada subbab 3.3.3, diperoleh frekuensi natural 35,4 KHz dengan damping ratio sebesar 1. Berikut ini akan diberikan tabel perbandingan antara frekuensi dengan Gain (dB) dari output filter. Tabel 4.2 Perbandingan frekuensi dengan Gain (dB) Frekuensi (Hz) 1 10 100 1000 10000 20000 22700 30000 35446 100000 200000 333100 352800 Gain (dB) 0 0 0 0 - 0,67 - 2,41 -3 - 4,7 -6 - 19 - 30,3 - 39 - 40 . 5 0 -5 1 10 100 1000 10000 100000 1000000 -10 -15 Av (dB) -20 -25 -30 -35 -40 -45 Frekuensi Gambar 4.22 Grafik Tanggapan Frekuensi Output Filter 41 Pengujian output filter dilakukan dengan data input berupa gelombang sinus frekuensi 1,38 KHz. Ouput dari rangkaian H-Bridge merupakan sinyal unipolar PWM yang mengandung gelombang sinus (Gambar 4.23). Gambar 4.23 Vout H-Bridge dengan Data Gelombang Sinus Kemudian LC filter melakukan proses demodulasi, yaitu mengubah sinyal unipolar PWM menjadi gelombang sinus. (Gambar 4.24) Gambar 4.24 Output LC Filter 41 4.6 Evaluasi Efisiensi Daya Switching Amplifier Efisiensi daya merupakan perbandingan antara daya output yang dihasilkan dengan daya input yang diserap oleh amplifier. Secara teoritis efisiensi dari switching amplifier adalah mendekati 100 %, namun pada praktisnya ketidak idealan berbagai komponen yang digunakan dalam switching amplifier menyebabkan efisiensi tidak mungkin dapat mencapai 100 %. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan beban berupa resistor 4 ohm. Penggunaan beban induktif menyebabkan daya yang terukur bukan daya real karena arus tidak sefasa dengan tegangan. Tegangan yang terukur pada beban adalah 5,5 V(RMS), sehingga daya output (Po) adalah : Po = V 2 5,5 2 = = 7,56 watt R 4 Arus yang terukur pada switching amplifier adalah 0,80 A dengan tegangan supply terukur sebesar 11,25 V, sehingga daya input (Pi) adalah : Pi = V × I = 11,25 × 0,80 = 9 watt Maka efisiensi daya adalah : η= Po 7,56 × 100% = × 100% = 84% Pi 9 Sebagai perbandingan efisiensi daya tertinggi penguat daya linear dicapai oleh penguat kelas B yang secara teoritis mempunyai efisiensi sebesar 78,5 % 41