model alokasi investasi pemerintah dan swasta

advertisement
VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN
PENELITIAN LANJUTAN
8.1. Kesimpulan
Hasil studi menunjukkan bahwa prioritas alokasi investasi ke sektor
pertanian dan industri berbasis pertanian yang didukung pembangunan
infrastruktur atau melalui penerapan strategi ADLI yang didukung dengan
pembangunan infrastruktur dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang
tinggi dan sekaligus dapat menurunkan disparitas ekonomi antar wilayah.
Sementara strategi pembangunan lainnya (prioritas alokasi investasi ke sektor
industri atau jasa yang masing-masing didukung pembangunan infrastruktur)
menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah dan justru meningkatkan
disparitas ekonomi antar wilayah.
Dibandingkan strategi pembangunan lainnya, strategi pembangunan ADLI
yang didukung oleh pembangunan infrastruktur tidak hanya mempunyai daya
dorong yang paling kuat dalam memacu pertumbuhan output di hampir seluruh
sektor perekonomian, akan tetapi juga paling kuat mendorong peningkatan upah
sektoral, upah riil agregat dan pendapatan rumah tangga riil karena meskipun
strategi pembangunan ini tidak sekuat strategi pembangunan lain dalam
menurunkan harga sektoral, namun penurunan harga di kelompok sektor pertanian
yang begitu besar menyebabkan strategi pembangunan ADLI yang didukung
pembangunan infrastruktur menghasilkan dampak terbesar dalam penurunan IHK.
Pada gilirannya, strategi pembangunan tersebut menghasilkan dampak tertinggi
terhadap peningkatan pengeluaran rumah tangga riil agregat dan pengeluaran
pemerintah; namun dalam mendorong peningkatan ekspor dan penurunan impor
347
tidak sekuat strategi pembangunan lain karena deflasi yang tinggi tersebut disertai
peningkatan devaluasi yang lebih rendah. Namun Peningkatan pengeluaran riil
dan
pengeluaran
pemerintah
yang
begitu
besar
menyebabkan
strategi
pembangunan ADLI yang didukung infrastruktur menghasilkan dampak terbesar
juga dalam peningkatan GDP riil dan PDRB riil di masing-masing wilayah.
Karena strategi pembangunan ADLI yang didukung pembangunan
infrastruktur menghasilkan pertumbuhan output yang bias ke kelompok sektor
pertanian (tanaman bahan makanan, peternakan dan perikanan), kelompok sektor
jasa (jasa pemerintah dan jasa lainnya), dan sektor lain khususnya transportasi air
dan udara, sektor hotel dan restauran, serta industri makanan olahan sejalan
dengan bias produktivitas dan elastisitas pengeluarannya maka secara umum
wilayah-wilayah dengan sumber PDRB utama dari sektor-sektor tersebut atau
wilayah sentra produksi pertanian (NTT, Maluku, Bengkulu, Lampung dan
Gorontalo) dan atau wilayah tujuan wisata seperti Bali, DIY dan Maluku
mengalami peningkatan PDRB riil yang relatif tinggi. Sebagian besar wilayah
tersebut merupakan wilayah dengan tingkat pendapatan perkapita yang relatif
rendah kecuali Bali dan Jawa Timur. Tingkat pertumbuhan PDRB yang bias ke
wilayah dengan pendapatan perkapita yang relatif rendah menyebabkan strategi
pembangunan
ADLI
yang
didukung
pembangunan
infrastruktur
dapat
menurunkan disparitas ekonomi antar wilayah; dan sebaliknya dengan strategi
pembangunan lainnya.
Akan tetapi lemahnya kemampuan investasi dalam meningkatkan
produktivitas di kelompok sektor industri berbasis pertanian dan dampak
peningkatan produktivitas dari pembangunan infrastruktur yang bias ke kelompok
sektor industri non pertanian, kelompok sektor jasa dan sektor lain menyebabkan
348
strategi ADLI yang didukung pembangunan infrastruktur kurang mampu
mengembangkan industri berbasis pertanian. Dengan demikian, strategi ADLI
yang didukung pembangunan infrastruktur menghasilkan dampak yang kurang
kuat dalam mendorong peningkatan kesempatan kerja dan pemerataan dalam
distribusi pendapatan rumah tangga.
Kondisi ini juga yang menyebabkan
penurunan disparitas ekonomi antar wilayah relatif kecil.
Kurang berkembangnya industri berbasis pertanian dalam strategi
pembangunan ADLI yang didukung pembangunan infrastruktur, menyebabkan
penurunan harga di kelompok sektor pertanian begitu besar, jauh lebih besar
daripada penurunan outputnya sehingga pada gilirannya kelompok sektor
pertanian mengalami penurunan upah sektoral, sedangkan kelompok sektor
lainnya mengalami peningkatan upah.
Pada gilirannya strategi tersebut
menghasilkan dampak peningkatan pendapatan rumah tangga yang masih bias ke
rumah tangga golongan atas baik di pedesaan maupun di perkotaan, akan tetapi
lebih baik dibandingkan dampak strategi pembangunan lainnya.
Disamping itu, kurang berkembangnya industri berbasis pertanian dalam
strategi pembangunan ADLI
yang didukung pembangunan infrastruktur
menyebabkan sebagian besar sektor mengalami penurunan kesempatan kerja dan
penurunan kesempatan kerja terbesar terjadi di kelompok sektor pertanian. Namun
demikian, strategi ADLI yang didukung pembangunan infrastruktur efektif dalam
memperluas kesempatan kerja di sektor pertanian tanaman bahan makanan,
kelompok sektor industri berbasis pertanian; sebagian kelompok sektor lain,
khususnya sektor hotel dan restauran, sektor angkutan darat; sebagian kelompok
sektor jasa khususnya jasa pemerintah dan jasa lain; serta industri alat angkutan
349
mesin dimana pertumbuhan outputnya juga paling efektif karena setor-sektor
tersebut memiliki keterkaitan yang erat.
8.2.
Implikasi Kebijakan
Berdasarkan studi ini menunjukkan bahwa strategi pembangunan ADLI
atau industrialisasi yang memprioritaskan investasi ke sektor pertanian dan
industri berbasis pertanian serta didukung dengan pembangunan infrastruktur
selain mempunyai daya dorong yang kuat dalam memacu pertumbuhan ekonomi
sektoral, wilayah dan makro; juga mempunyai kemampuan dalam menurunkan
disparitas ekonomi antar wilayah karena dengan prioritas alokasi investasi ke
sektor-sektor tersebut wilayah-wilayah dengan pendapatan perkapita relatif rendah
PDRBnya tumbuh lebih tinggi.
Dengan demikian, pada kondisi tingkat disparitas ekonomi antar wilayah
yang masih sangat tinggi, peran pemerintah pusat masih sangat diperlukan untuk
memprioritaskan alokasi dana pembangunan ke sektor-sektor tersebut secara
bersamaan dan lebih diprioritaskan kepada wilayah-wilayah dengan pendapatan
perkapita rendah atau wilayah-wilayah dengan sumber PDRB utama dari sektor
pertanian. Sementara pemerintah daerah khususnya yang didukung dengan
kebijakan pemerintah pusat, terutama pemerintah daerah yang daerahnya memiliki
pendapatan perkapita relatif rendah harus lebih intensif dan sungguh-sungguh
untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk dapat menarik investasi
swasta baik asing maupun domestik dimana dalam studi ini peningkatan investasi
mampu meningkatkan produktivitas dimana peningkatan produktivitas terbesar
terjadi di sektor pertanian dan investasi di infrastruktur mampu meningkatkan
produktivitas di semua sektor perekonomian.
350
Dampak pembangunan infrastruktur (jalan dan irigasi) yang bias ke
industri non pertanian, kelompok sektor jasa dan kelompok sektor lain
(perdagangan, hotel dan restaurant, transportasi dan komunikasi) mengindikasikan
bahwa pembangunan infrastruktur jalan masih bias ke wilayah Jawa dan
perkotaan karena memang sektor-sektor tersebut juga lebih terpusat di wilayah
Jawa dan perkotaan. Dengan demikian agar implementasi strategi ADLI yang
didukung oleh infrastruktur lebih efektif khususnya dalam menurunkan tingkat
disparitas antar wilayah, memperluas kesempatan kerja serta pemerataan distribusi
pendapatan antar golongan rumah tangga maka pembangunan infratruktur jalan
dan irigasi harus diprioritaskan ke wilayah di luar Jawa khususnya wilayahwilayah dengan pendapatan perkapita yang relatif rendah atau wilayah sentra
produksi pertanian.
Di samping itu hasil studi ini menunjukkan bahwa dalam implementasi
strategi pembangunan ADLI, keberhasilan pembangunan sektor pertanian tidak
hanya tergantung kepada pembangunan di sektor pertanian itu sendiri, akan tetapi
juga sangat tergantung pada kemajuan pembangunan di sektor industri berbasis
pertanian. Stategi ADLI yang tidak diikuti oleh kemajuan yang lebih besar di
industri berbasis pertanian seperti yang terlihat dalam studi ini akan menyebabkan
penurunan harga yang sangat besar, jauhlebih besar dari peningkatan outputnya
sehingga permintaan di sektor pertanian tetap bersifat inelastis dan pada gilirannya
peningkatan pendapatan rumah tangga pertanian juga pendapatan rumahtagga
buruh tani relatif kecil bahkan mungkin mengalami penurunan sehingga kemudian
terjadi pengurangan kesempatan kerja. Dalam hal ini, maka pemerintah perlu
memfokuskan kebijakan yang dapat mendorong peningkatan produktivitas yang
besar di kelompok sektor industri berbasis pertanian.
Kebijakan ini juga
351
diperlukan dalam upaya memperluas kesempatan kerja di kelompok sektor
industri tersebut untuk menampung surplus tenaga kerja atau penurunan tenaga
kerja di sektor pertanian. Untuk mendukung pembangunan sektor pertanian dan
pembangunan ekonomi wilayah prioritas, selain harus dikembangkan kelompok
sektor industri berbasis pertanian juga harus dikembangkan sektor yang terkait
kuat lainnya yakni sektor jasa pemerintah, jasa lainnya, hotel dan restaurant,
angkutan darat, dan industri alat angkutan mesin.
8.3.
Implikasi Penelitian Lanjutan
Dalam studi ini digunakan model multiregional CGE top-down. Dengan
model ini dampak perubahan produktivitas yang distimulir peningkatan investasi
terhadap perekonomian mikro, makro dan wilayah dapat dijelaskan dengan baik.
Namun demikian, model ini juga memiliki keterbatasan terutama dalam
menganalisis dampaknya terhadap perekonomian wilayah.
Dampak terhadap
perekonomian wilayah dalam model multiregional CGE top-down ini ditentukan
berdasarkan pangsa yang konstan bagi setiap wilayah terhadap perekonomian
nasional. Oleh karena itu shock tidak dapat dilakukan dari sisi suplai spesifik
wilayah, pemetaan dimensi wilayah muncul tanpa adanya feedback dari wilayah
yang didisagregasi; dalam hal ini efek dari kebijakan yang berasal dari dalam
wilayah tidak dapat terlihat. Dalam era otonomi daerah dan desentralisasi fiskal
dewasa ini, kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah akan menjadi
penting pengaruhnya terhadap perkembangan ekonomi wilayah dan nasional.
Oleh karena itu, penelitian selanjutnya sangat disarankan untuk menggunakan
model multiregional CGE bottom-up.
352
Agar model dapat menangkap dinamika waktu secara penuh, artinya dapat
memprediksi dampak dari tahun ke tahun, maka penelitian selanjutnya sangat
disarankan untuk menerapkan model CGE full dynamic. Model CGE recursive
dynamic yang digunakan dalam studi ini prediksinya masih terbatas pada skala
periodik.
Disamping itu, agar model mampu mengabstraksikan kondisi riil
perekonomian Indonesia maka pada penelitian selanjutnya sangat disarankan
untuk untuk mengestimasi parameter behavioural (investment capital ratio,
parameter investasi, faktor depresiasi) yang dalam studi ini diambil dari studi
sebelumnya dan bukan didasarkan pada perkonomian Indonesia.
Karena masalah keterbatasan data, dalam studi ini belum dapat
direkomendasikan investasi harus dalam bentuk apa karena dalam studi ini yang
dimaksud ivestasi masih investasi secara umum. Oleh karena itu studi selanjutnya
perlu membedakan bentuk investasi (apakah dalam bentuk research and
development, modal dan atau peralatan, pendidikan atau peningkatan SDM) agar
dapat diketahui sebetulnya bentuk investasi apa yang lebih efektif dalam
meningkatkan produktivitas yang mungkin di masing-masing sektor akan berbeda.
Disamping itu, dalam studi ini nilai investasi sektoral yang diperoleh hanya
didisagregasi ke dalam sembilan sektor, sementara perekonomian nasional dalam
studi ini dibedakan kedalam 30 sektor sehingga kemudian nilai produktivitas
sektoral yang diestimasi diasumsikan sama untuk yang termasuk dalam satu
kelompok sektor. Dengan demikian, penelitian selanjutnya nilai investasi sektoral
perlu lebih disesuikan dengan jumlah sektor yang akan dianalisis agar dapat lebih
menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
Download