6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gunung Berapi Gunung berapi adalah lubang atau saluran yang menghubungkan suatu wadah yang berisi bahan yang disebut magma. Suatu ketika bahan bahan tersebut ditempatkan melalui saluran bumi dan sering terhimpun di sekelilingnya sehingga membangun suatu kerucut yang dinamakan kerucut gunung api (Koesoemadinata, 1977). Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang didefinisikan sebagai suatu saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan saat dia meletus. Secara singkat, gunung berapi adalah gunung yang masih aktif dalam mengeluarkan material di dalamnya (Rukaesih, 2004). Jenis-jenis gunung berapi berdasarkan bentuknya: a. Stratovolcano Gunung berapi ini tersusun dari beberapa jenis batuan hasil letusan yang tersusun secara berlapis-lapis. Jenis gunung berapi ini membentuk suatu kerucut besar (raksasa) dan terkadang bentuknya tidak beraturan. Hal ini dikarenakan adanya letusan yang terjadi beberapa ratus kali. Gunung Merapi di Yogyakarta termasuk gunung berapi jenis ini. b. Perisai Di Indonesia tidak ada gunung yang berbentuk perisai. Gunung api perisai contohnya Maona Loa Hawaii, Amerika Serikat. Gunung api perisai terjadi karena magma cair keluar dengan tekanan rendah tanpa adanya letusan. Lereng gunung yang terbentuk menjadi sangat landai. Universitas Sumatera Utara 7 c. Cinder Cone Gunung jenis Cinder Cone merupakan gunung berapi yang abu dan pecahan kecil batuan vulkaniknya menyebar di sekeliling gunung. Sebagian besar gunung jenis ini membentuk mangkuk di puncaknya. Gunung jenis ini jarang yang mempunyai tinggi di atas 500 meter dari permukaan tanah sekitarnya. d. Kaldera Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat sehingga melempar ujung atas gunung dan membentuk cekungan. Gunung Bromo termasuk gunung jenis ini (Hartuti, 2009). 2.1.1 Klasifikasi Gunung Berapi di Indonesia Kalanagan Vulkanologi Indonesia mengelompokkan Gunung Merapi kedalam 3 tipe berdasarkan catatan sejarah letusan erupsinya. Gunung Api tipe A Gunung Berapi yang tercatat pernah mengalami erupsi magnetic sekurang kurangnya satu kali sesudah tahun 1600. Gunung Api tipe B Gunung Berapi yang sesudah tahun 1600 belum tercatat lagi mengadakan erupsi magmatik namun masih memeperlihatkan gejala kegiatan vulkanik seperti kegiatan sofatara. Gunung Api tipe C Gunung Berapi yang sejarah erupsinya tidak diketahui dalam catatan manusia, namun masih terdapat tanda tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola pada tingkat lemah.(Albert,2012). Universitas Sumatera Utara 8 2.2. Debu Vulkanik Pada tanggal 13 februari 2014, Gunung Kelud meletus. Gunung yang terletak di perbatasan antara kabupaten Kediri, kabupaten Blitar, dan kabupaten Malang telah ber status siaga sejak 2 februari 2014 dan ditingkatkan statusnya menjadi waspada 8 hari kemudian. Letusan yang sangat besar menimbulkan suara yang terdengar hingga radius puluhan kilometer.Walaupun saat ini aktivitasnya cenderung turun, namun statusnya masih dinyatakan awas. Bencana yang sama sebelumnya juga terjadi di Gunung Sinabung pada 2013 lalu. Letusannya melepaskan awan panas dan abu vulkanik yang menjangkau kawasan Sibolangit dan Berastagi. Guguran lava pijar dan semburan awan panas masih terus dihasilkan sampai 3 januari 2014 dan hingga kini rentetan gempa, letusan, dan luncuran awan panas masih terjadi secara terus menerus. Sampai saat ini, letusan kecil masih terjadi di gunung sinabung mencapai kota Medan yang jaraknya sekitar 30 km dari pusat letusan. Korban jiwa pun berjatuhan, terutama akibat terkena sapuan awan panas, yang mencapai 17 orang. (Suryani,2014) Gambar 2.1 Gunung Sinabung Aktifitas gunung sinabung pernah mengeluarkan debu vulkanik dan asap tahun 2010. Kemudian pada tahun 2013 mengeluarkan , menyemburkan debu vulkanik lagi. Hasil dari erupsi gunung tersebut mengeluarkan kabut asap yang Universitas Sumatera Utara 9 tebal hitam. Dan debu vulkanik tersebut menutupi ribuan hektar tanaman para petani di sekitar gunung tersebut. Abu vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan dan dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan bahkan ribuan kilometer dari kawah karena pengaruh hembusan angin. Adanya abu vulkanik merupakan akibat dari proses erupsi gunung berapi. Letusan gunung api adalah merupakan bagian dari aktifitas vulkanik yang dikenal dengan istilah erupsi. Erupsi adalah fenomena keluarnya magma dari dalam bumi karena dorongan dari gas yang bertekanan tinggi dalam perut bumi atau karena gerakan lempeng bumi, tumpukan tekanan dan panas cairan magma. Debu vulkanik mengakibatkan tanaman petani yang berada di lereng gunung banyak yang mati dan rusak. Diperkirakan seluas 15,341 Ha tanaman pertanian di tanah Karo terancam gagal panen (Mariani S, 2013). Gambar 2.2 Erupsi Gunung Sinabung Universitas Sumatera Utara 10 2.3 Efek Debu Vulkanik 2.3.1. Kesuburan tanah Debu vulkanik yang terbentuk dari lapukan materi dari letusan gunung berapi yang subur mengandung unsur hara N,P,S, unsur mikro yang tinggi. Allophan adalah Aluminosilikat amorf yang dengan bahan organik dapat membentuk ikatan kompleks. Di daerah kering, tanah dari abu vulkanik tersebut memiliki warna tanah yang tidak sehitam dari daerah lain. Sifat-sifat tanah allophan adalah: 1. Profil tanahnya dalam. 2. Lapisan atas maupun permukaannya gembur serta berwarna hitam. 3. Lapisan subsoil berwarna kecoklatan dan terasa licin bila digosok diantar jari-jari. 4. Bulk densitynya sangat rendah (< 0,85). 5. Daya tahan terhadap air tinggi. 6. Perkembangan struktur tanah baik. 7. Daya lekat maupun plastisitasnya tidak ada bila lembab. 8. Sukar dibasahi kembali bila sudah kering serta dapat mengapung di atas permukaan air (Sudaryo, 2009). 2.3.2. Tanaman Salah satu gas yang disemburkan oleh Gunung Sinabung adalah gas fluor (F2.) Gas ini coklat kekuningan, korosif dan sangat beracun. Seperti CO2, itu lebih berat dari udara dan cenderung untuk mengumpulkan di daerah rendah. Hidrogen fluorida (Hf), sangat korosif dan beracun, dan menyebabkan luka bakar internal yang mengerikan dan kalsium serangan di sistem kerangka.. Bahkan setelah gas terlihat atau asam telah hilang, fluor dapat diserap ke dalam tanaman, dan mungkin dapat meracuni orang dan hewan untuk waktu yang lama setelah letusan (Ball Jesicca,2010). Universitas Sumatera Utara 11 2.4. Logam Logam berasal dari kerak bumi yang berupa bahan-bahan murni, organik dan anorganik. Logam itu sendiri dalam kerak bumi dibagi menjadi logam makro dan logam mikro, di mana logam makro ditemukan lebih dari 1.000 mg/kg dan logam mikro jumlahnya kurang dari 500 mg/kg (Darmono, 1995). Tabel 1. Logam logam Makro dan Mikro yang ditemukan dalam kerak bumi Kelompok Logam Simbol Jumlah (mg/kg) Makro Mikro Alumunium Al 81.300 Besi Fe 50.000 Kalsium Ca 36.300 Natrium Na 28.300 Kalium K 25.900 Magnesium Mg 20.900 Mangan Mn 1.000 Barium Ba 425 Nikel Ni 75 Seng Zn 70 Tembaga Cu 55 Plumbun Pb 12.5 Uranium U 2.7 Timah Sn 2 Kadmium Cd 0.2 Merkuri Hg 0.08 Perak Ag 0.07 Putih Universitas Sumatera Utara 12 Emas Au 0.004 Logam dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu logam esensial dan logam nonesensial. Logam esensial adalah logam yang diperlukan untuk membantu reaksi-reaksi biokimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup seperti membantu kerja enzim atau pembentukan sel darah merah. Beberapa Logam esensial yaitu Na, K, Fe, Mg, Ca Sebaliknya logam nonesensial adalah logam yang keberadaannya dalam tubuh makhluk hidup dapat menimbulkan pengaruhpengaruh negatif dan apabila kandungannya tinggi akan dapat merusak organorgan tubuh makhluk hidup yang bersangkutan. Sedangkan contoh logam nonesensial yaitu Hg, Pb, Cd, dan As (Palar, 2004) 2.4.1. Logam Berat Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai massa jenis lebih besar dari 5 gram/cm3, antara lain Cd, Hg, Pb, Zn, dan Ni. Logam berat Cd, Hg, dan Pb dinamakan sebagai logam non esensial dan pada tingkat tertentu menjadi logam beracun bagi makhluk hidup.( Subowo, 1999) Berdasarkan densitasnya, golongan logam dibagi atas dua golongan, yaitu golongan logam berat ( heavy metals) mempunyai densitas >5 gram/cm3 sedangkan logam golongan logam ringan (light metals) <5 gram/cm3 (Hutagalung, 2004 dalam Ermawati 2010) Karakteristik logam berat yaitu 1. Memiliki spesifikasi gravitasi yang sangat besar (>4) 2. Mempunyai nomor atom 22-34 dan 40-50 serta unsur lantanida dan aktinida 3. Mempunyai respon biokimia yang spesifik pada organisme hidup ( Palar, 2008) 2.4.2. Timbal (Pb) Kadar timbal pada kerak bumi sekitar 15 mg/kg. Timbal diserap dengan baik oleh tanah sehingga pengaruhnya terhadap tanaman relatif kecil. Akumulasi Universitas Sumatera Utara 13 timbal di dalam tubuh manusia mengakibatkan gangguan pada otak dan ginjal, serta kemunduran mental pada anak yang sedang tumbuh ( Effendi, 2003). Timbal (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat. Timbal memiliki titik lebur yang rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan. Timbal adalah logam yang lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat. Logam ini mempunyai nomor atom 82 dengan berat atom 207,20. Titik didih timbal adalah 1740 0C dan memiliki massa jenis 11,34 g/cm3. Timbal (Pb) adalah logam yang mendapat perhatian karena bersifat toksik melalui konsumsi makanan, minuman, udara, air, serta debu yang tercemar Pb. Intoksikasi Pb bisa terjadi melalui jalur oral, lewat makanan, minuman, pernafasan, kontak lewat kulit, kontak lewat mata, serta lewat parenteral. Kadar Pb dalam tanah berkisar 5-25 ppm dan dalam air tanah 1-60 ppm. Bahan pangan yang mengandung kontaminan Pb cukup tinggi adalah sayuran yang ditanam di tepi jalan raya dengan rata-rata sebesar 28,78 ppm, jauh di atas batas aman yang diizinkan oleh Badan POM sebesar 2 ppm. Logam Pb tidak dibutuhkan oleh tubuh manusia sehingga bila makanan dan minuman tercemar Pb dikonsumsi, maka di dalam tubuh manusia, Pb bisa menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam pembentukan Hemoglobin (Hb) dan sebagian kecil Pb diekskresikan lewat urine atau feses karena sebagian terikat oleh protein, sedangkan sebagian lagi terakumulasi dalam ginjal, hati, kuku, jaringan lemak, dan rambut. Keracunan akibat kontaminasi logam Pb bisa menimbulkan berbagai macam hal seperti memperpendek umur sel darah merah, menurunkan jumlah sel darah merah yang masih muda (retikulosit), meningkatkan kandungan Fe dalam plasma darah. Bentuk ion Pb2+ mampu menggantikan keberadaan ion Ca2+ yang terdapat dalam jaringan tulang. Timbal bersifat kumulatif. Pb bisa menimbulkan kerusakan otak dengan gejala epilepsi, halusinasi, kerusakan otak besar, dan delirium. Ibu hamil yang terkontaminasi Pb bisa mengalami keguguran, tidak berkembangnya sel otak embrio, kematian janin waktu lahir. Timbal bersifat karsinogen dalam dosis tinggi paparan Pb secara kronis bisa mengakibatkan kelelahan, kelesuan, gangguan iritabilitas, gangguan gastrointestinal, kehilangan Universitas Sumatera Utara 14 libido, infertilitas pada laki-laki, gangguan menstruasi serta aborsi spontan pada wanita, depresi, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, daya ingat terganggu dan sulit tidur. Pb bisa merusak jaringan syaraf, fungsi ginjal, menurunnya kemampuan belajar. Kandungan Pb dalam darah berkorelasi dengan tingkat kecerdasan manusia, semakin tinggi kadar Pb dalam darah semakin rendah poin IQ. Kelainan fungsi otak terjadi karena Pb secara kompetitif menggantikan peranan Zn, Cu, dan Fe dalam mengatur fungsi sistem syaraf pusat (Widowati, 2008). Keracunan yang ditimbulkan oleh persenyawaan logam Pb dapat terjadi karena masuknya persenyawaan logam tersebut ke dalam tubuh. Proses masuknya Pb ke dalam tubuh dapat melalui beberapa jalur, yaitu melalui makanan dan minuman, udara dan perembesan atau penetrasi melalui selaput atau lapisan kulit (Palar, 2004). Meskipun jumlah Pb yang diserap oleh tubuh hanya sedikit, logam ini ternyata menjadi sangat berbahaya. Hal ini disebabkan karena Timbal (Pb) adalah logam toksik yang bersifat kumulatif dan bentuk senyawanya dapat memberikan efek racun terhadap fungsi organ yang terdapat dalam tubuh (Suharto, 2005). Gejala yang khas dari keracunan Pb antara lain: 1. Anemia: Pb dapat menghambat pembentukan hemoglobin (Hb) sehingga menyebabkan anemia. Selain itu, lebih dari 95% Pb yang terbawa dalam aliran darah dapat berikatan dengan eritrosit yang menyebabkan mudah pecahnya eritrosit tersebut (Darmono, 1995). 2. Aminociduria: terjadinya kelebihan asam amino dalam urin disebabkan ikut sertanya senyawa Pb yang terlarut dalam darah ke system urinaria (ginjal) yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada saluran ginjal (Darmono, 1995). 3. Gastroenteritis: keadaan ini disebabkan reaksi rangsangan garam Pb pada mukosa saluran pencernaan, sehingga menyebabkan pembengkakan, gerak kontraksi saluran lumen dan usus terhenti, peristaltik menurun sehingga terjadi konstipasi (Darmono, 1995). Universitas Sumatera Utara 15 2.4.3. Mangan (Mn) Mangan (Mn) adalah kation logam yang memiliki karakteristik kimia serupa dengan besi. Mangan berada dalam bentuk manganous (Mn2+) dan manganik (Mn4+). Di dalam tanah, Mn4+ berada dalam bentuk senyawa mangan dioksida. Pada perairan dengan kondisi anaerob akibat dekomposisi bahan organik dengan kadar yang tinggi, Mn4+ yang bersifat larut. Mangan merupakan nutrien renik yang esensial bagi tumbuhan dan hewan. Logam ini berperan dalam pertumbuhan dan merupakan salah satu komponen penting pada sistem enzim. Defisiensi mangan dapa mengakibatkan pertumbuhan terhambat, serta sistem saraf dan reproduksi terganggu. Pada tumbuhan, mangan merupakan unsur esensial dalam proses metabolisme. Meskipun tidak bersifat toksik, mangan dapat mengendalikan kadar unsur toksik di perairan, misalnya logam berat. Jika dibiarkan di udara terbuka dan mendapat cukup oksigen, air dengan kadar mangan (Mn2+) tinggi (lebih dari0,01 mg/liter) akan membentuk koloid karena terjadinya proses oksidasi Mn2+ menjadi Mn4+. Koloid ini mengalami presipitasi membentuk warna cokelat gelap sehingga air menjadi keruh. (Effendi, 2003). Logam Mn merupakan salah satu logam dengan jumlah sangat besar di dalam tanah, dalam bentuk oksida maupun hidroksida. Senyawa Mn secara alami berbentuk padat di lingkungan dan hanya sebagian kecil yang berada dalam air dan di udara sebagai debu. Bila kadar Mn relatif tinggi dalam air maka kualitas air menurun sehingga tidak layak digunakan baik untuk industri maupun keperluan rumah tangga. Beberapa organisme seperti diatome, moluska, dan sepon mengakumulasikan Mn. Ikan mampu mengakumulasikan hingga 5 ppm, hewan mamalia mampu mengakumulasikan hingga 3 ppm dalam jaringan sehingga kadar normal dalam jaringan adalah 1 ppm. Syarat air minum kadar mangan diperbolehkan 0,1 ppm, sedangkan untuk air bersih 0,5 ppm. Tanaman mahoni dan kembang sepatu mampu mengakumulasikan logam berat Cu, Zn, Cd, Pb, dan Mn secara fisiologis unsur tersebut digunakan oleh hampir semua pohon sebagai katalis reaksi metabolisme Universitas Sumatera Utara 16 dan berperan dalam pembentukan organ tumbuhan. Kadar Mn yang tinggi dalam tanah bisa bersifat toksik dan pH rendah pada tanah dapat menyebabkan defisiensi Mn pada tanaman. Tingginya konsentrasi Mn pada tanah bisa mengakibatkan pembengkakan dinding sel, mengeringkan daun, dan munculnya bercak coklat pada daun. Paparan Mn dalam debu tidak boleh melebihi 5 gram/cm3, dalam waktu singkat akan menimbulkan toksisitas seperti infeksi saluran pernafasan. Paparan Mn lewat kulit bisa mengakibatkan tremor, kegagalan koordinasi, dan dapat mengakibatkan munculnya tumor. Konsumsi Mn melebihi 11mg/hari menunjukkan gejala gangguan sistem syaraf (Widowati, 2008). 2.4.4. Zink (Zn) Seng (Zn) adalah komponen alam yang terdapat dalam kerak bumi. Zn adalah logam yang memiiki karakteristik cukup reaktif, berwarna putih-kebiruan, pudar bila terkena uap udara dan terbakar bila kena uap udara dengan api hijau terang. Zn dapat bereaksi dngan asam, basa, dan senyawa non logm. Zn memiliki nomor atom 30 dan memliki titik lebur 419,73oC (Widowati, 2008). Seng (zink) termasuk unsur yang terdapat dalam jumlah berlimpah di alam. Kadar seng pada kerak bumi sekitar 70 mg/kg. Kelarutan unsur seng dan oksida seng dalam air relatif rendah. Seng yang berikatan dengan klorida dan sulfat mudah terlarut, sehingga kadar seng dalam air sangat dipengaruhi oleh bentuk senyawanya. Jika perairan bersifat asam, kelarutan seng meningkat. Kadar seng di perairan alami < 0.05 mg/liter pada perairan asam mencapai 50 mg/liter dan pada perairan laut 0,01 mg/liter. Seng termasuk unsur yang esensial bagi makhluk hidup, yakni berfungsi untuk membantu kerja enzim. Seng juga diperlukan dalam proses fotosintesis sebagai agen bagi transfer hidrogen dan berperan dalam pembentukan protein. Kadar seng pada air minum sebaiknya tidak lebih dari 5 mg/liter. Toksisitas seng menurun dengan meningkatnya kesadahan dan meningkat dengan meningkatnya suhu dan menurunnya oksigen terlarut. (Effendi, 2003). Unsur ini penting dan berguna dalam metabolisme, dengan kebutuhan perhari 10-15 mg. pada konsentrasi 675 – 2280 mg/l dapat menyebabkan muntah. Universitas Sumatera Utara 17 Dengan garam-garam seng akan menjadi seperti susu pada konsentrasi 30 mg/l dan menjadi berasa seperti logam pada konsentrasi 40 mg/l. Batas konsentrasi tertinggi sebagai standar yang akan ditetapkan harus di bawah batas konsentrasi yang dapat menimbulkan rasa. Dalam jumlah kecil merupakan unsur yang penting untuk metabolisme, karena kekurangan Zn dapat menyebabkan pertumbuhan anak terhambat. Dalam jumlah besar unsur ini dapat menimbulkan rasa pahit dan sepat pada air minum (Sutrisno, 1996). Davis dan Cornwell (1991) mengemukakan bahwa seng tidak bersifat toksik bagi manusia, akan tetapi pada kadar yang tinggi dapat menimbulkan rasa pada air. 2.4.5. Besi (Fe) Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir setiap tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe lebih besar dari 1 mg/l tetapi di dalam air tanah kadar Fe dapat jauh lebih tinggi (Alaerts dan Santika, 1984). Keberadaan besi pada kerak bumi menempati posisi keempat terbesar. Besi ditemukan dalam bentuk kation ferro (Fe2+) dan ferri (Fe3+). Pada pH sekitar 7,5–7,7 ion ferri mengalami oksidasi dan berikatan dengan hidroksida membentuk Fe(OH)3 yang bersifat tidak larut dan mengendap di dasar perairan membentuk warna kemerahan pada substrat dasar. Besi termasuk unsur yang esensial bagi makhluk hidup. Pada tumbuhan, termasuk algae, besi berperan sebagai penyusun sitokrom dan klorofil. Kadar besi yang berlebihan selain dapat mngakibatkan timbulnya warna merah juga mengakibatkan karat pada peralatan yang terbuat dari logam, serta dapat memudarkan bahan celupan (dyes) dan tekstil. Pada tumbuhan, besi berperan dalam sistem enzim da transfer elektron pada proses fotosintesis. Namun, kadar besi yang berlebihan dapat menghambat fiksasi unsur lainnya. (Effendi, 2003). Kadar besi di perairan yang mendapat cukup aerasi hampir tidak pernah lebih dari 0.3 mg/liter. Kadar besi di perairan alami berkisar anara 0.05 – 0.2 mg/liter. Pada air tanah dangkal dengan kadar oksigen yang rendah, kadar besi dapat mencapai 10 – 100 mg/liter. Kadar besi > 1.0 mg/liter dianggap Universitas Sumatera Utara 18 membahayakan kehidupan organisme akuatik. Air yang dipergunakan bagi air minum sebaiknya memiliki kadar besi kurang dari 0.3 mg/liter (Effendi, 2003). Adanya unsur besi dalam air diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan unsur tersebut. Zat besi merupakan suatu unsur penting dan berguna untuk metabolisme tubuh. Besi dibutuhkan tubuh dalam pembentukan haemoglobin. Untuk keperluan ini tubuh membutuhkan 7 – 35 mg unsur tersebut perhari, yang tidak hanya diperoleh dari air seperti dari sayuran yang mengandung banyak zat besi. Konsentrasi unsur ini dalam air yang melebihi 2 mg/l akan menimbulkan noda-noda pada peralatan dan bahan-bahan berwarna putih. Adanya unsur ini juga menimbulkan bau dan warna pada air minum. Konsentrasi melebihi 1 mg/l dapat menyebabkan warna air menjadi kemerah–merahan dan dapat menyebabkan endapan pada pipa logam (Sutrisno. 1996). Sekalipun Fe diperlukan oleh tubuh, tetapi dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian sering kali disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini. Debu Fe juga dapat terakumulasi di dalam alveoli dan menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru (Slamet, 1994). Kelebihan Fe jarang terjadi akibat konsumsi yang berasal dari makanan, tetapi oleh konsumsi suplemen Fe. Fe bersifat toksik bila jumlah transferin melebihi kebutuhan sehingga mengikat Fe bebas. Konsumsi Fe berlebih berkibat pada meningkatnya feritrin dan hemosiderin dalam sel parenkim hati. Kadar Fe dalam feritrin dan hemosiderin juga meningkat Salah satu penyebab serangan jantung adalah tingginya kadar Fe dalam tubuh. Wanita pre-menopause kurang beresiko terserang penyakit jantung karena mampu mengurangi kelebihan Fe saat menstruasi, sementara itu waanita menopause lebih beresiko terserang penyakit jantung koroner. Dosis yang melebihi 20 mg/kg berat pada manusia menyebabkan toksisitas dengan LD50 Fe 60 mg/kg. Konsumsi suplemen Fe melebihi 45mg/hari bisa menimbulkan iritasi lambung, anak-anak dapat meninggal bila terpapar per oral sebesar 200mg sampai 5,85gr Fe. Salah satu kekurangan tubuh manusia adalah tidak terdapatnya mekanisme kontrol pembuangan Fe di dalam tubuh (Widowati, 2008). Universitas Sumatera Utara 19 Keracunan Fe ini dapat menyebabkan permeabilitas dinding pembuluh darah kapiler meningkat sehingga plasma darah merembes keluar. Akibatnya, volume darah menurun, dan hipoksia jaringan menyebabkan asidosis. Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa toksisitas akut dari Fe ini menyebabkan lamanya proses koagulasi darah (Darmono, 2001). 2.4.6. Magnesium (Mg) Magnesium (Mg) merupakan salah satu jenis logam ringan. Magnesium mempunyai nomor atom 12 dengan berat atom 24,3050. Titik didih Mg adalah 1105 0C dan memiliki massa jenis 1,74 gram/cm3 (Widowati, 2008). Mg berfungsi bagi tanaman yaitu untuk: a. menyehatkan klorofil b. mengatur peredaran zat makanan dalam tubuh tanaman, dan c. mengatur peredaran zat karbohidrat dalam tubuh tanaman (Mulyani, 2005) Magnesium (Mg) adalah logam alkali tanah yang cukup berlimpah pada perairan alami. Bersama dengan kalsium, magnesium merupakan penyusun utama kesadahan. Garam-garam magnesium bersifat mudah larut dan cenderung bertahan sebagai larutan, meskipun garam-garam kalsium telah mengalami presipitasi. Magnesium bersifat tidak toksik, bahkan menguntungkan bagi fungsi hati dan sistem saraf. ( Effendi,2003). Akan tetapi, Cole(1998) mengemukakan bahwa kadar MgSO4 yang berlebihan dapat mengakibatkan anesthesia pada organisme vertebrata dan avertebrata. Pada tumbuhan, magnesium terdapat pada klorofil. 2.5. Destruksi Destruksi merupakan suatu cara perlakuan perombakan senyawa menjadi unsur-unsurnya sehingga dapat dianalisis. Jenis destruksi yang dikenal dalam ilmu kimia ada dua jenis yaitu destruksi basah dan destruksi kering. Kedua destruksi ini memiliki teknik pengerjaan dan lama pemanasan atau pendestruksian yang berbeda. 2.5.1. Destruksi Kering Universitas Sumatera Utara 20 Destruksi kering merupakan penguraian (perombakan) senyawa organik logam dalam sampel menjadi logam-logam anorganik dengan jalan pengabuan sampel dan memerlukan suhu pemanasan tertentu. Pada teknik ini sampel dipanaskan secara bertahap diudara terbuka untuk menguapkan kandungan air,menguraikan dan mengoksidasi sampel,dimana akhirnya sampel diabukan pada tanur dengan suhu pengabuan 450 – 550 0C.Bila oksidasi logam yang bersifat mudah menguap sepertinya analisis Kadmium dan Krom maka perlakuan tidak memberikan hasil yang baik,sebab pada suhu tinggi oksida-oksida logam ini telah habis menguap (untuk analisis Kadmium dan Krom dilakukan pada suhu antara 300 – 320 0C.Namun terdapat juga perlakuan destruksi kering pada suhu pengabuan pada suhu 750 0C atau bahkan 980 0C (Raimon, 1992). Masalah utama dengan teknik yang sederhana ini bahwa tiap unsur dapat diubah menjadi senyawa yang mudah menguap secara cepat sehingga hilang sebagian atau keseluruhan logam tersebut.Kehilangan dengan cara penguapan ini akan menjadi lebih besar jika pengabuan dilakukan pada suhu yang lebih tinggi lagi.Akan tetapi jika pengabuan dilakukan pada suhu yang lebih rendah maka sampel tidak akan diabukan secara keseluruhan dan juga kan menjadi faktor kesalahan.Maka sebaiknya prosedur ini dilakukan didalam tanur sehingga kita dapat mengatur temperatur dan menentukan temperatur yang cocok dimana temperatur yang dipakai harus disesuaikan dengan unsur yang akan dianalisa (Haswel, 1991). Dekstruksi kering merupakan yang paling umum digunakan dengan cara membakar habis bagian organik dan meninggalkan residu anorganik sebagai abu untuk analisis lebih lanjut. Pada destruksi kering suhu pengabuan harus diperhatikan karena banyak elemen abu yang dapat menguap pada suhu tinggi, selain itu suhu pengabuan juga dapat menyebabkan dekomposisi senyawa tertentu. Oleh karena itu suhu pengabuan untuk setiap bahan berbeda beda bergantung komponen yang ada dalam bahan tersebut. Pengabuan kering dapat diterapkan pada hampir semua analisa mineral, kecuali merkuri dan arsen. Cara ini lebih membutuhkan sedikit ketelitian sehingga mampu menganalisa bahan lebih banyak dari pada pengabuan basah. (Apriyanto, 1989). Namun pada destruksi kering sering terjadi kehilangan unsur-unsur mikro tertentu karena suhu Universitas Sumatera Utara 21 pemanasan yang tinggi, dapat juga terjadi reaksi antara unsur dengan wadah (Hidayati, 2013). 2.5.2. Destruksi Basah Destruksi basah merupakan proses perombakan sample dengan menggunakan asam kuat baik tunggal maupun campuran. Kemudian dioksidasi dengan menggunakan zat oksidator. Pelarut yang digunakan pada metode ini adalah asam nitrat , asam sulfat , asam perkhlorat , asam klorida yang dapat digunakan secara tunggal maupun campuran. Destruksi basah dengan menggunakan asam nitrat pertama kali dilakukan cerius untuk penentuan SP, As dan logam dalam senyawa organik. Tahap perlakuan destruksi basah adalah sampel dimasukkan dalam labu takar , kemudian ditambahkan 8mL asam nitrat 65% (HNO3) pekat. Setelah itu sampel dilarutkan dalam asam nitrat 10 % , kemudian disaring melalui kertas saring whatman 42 dan dimasukkan kedalam gelas ukur 50mL dengan menggunakan corong plastic polytilen. Selanjutnya ditambahkan dengan aquabides dan ad 50mL. Dekstruksi basah yaitu pemanasan sampel (organik atau biologis) dengan adanya pengoksidasi kuat seperti asam-asam mineral baik tunggal maupun campuran. Jika dalam sampel dimasukkan zat pengoksidasi, lalu dipanaskan pada temperatur yang cukup tinggi dan jika pemanasan dilakukan secara kontiniu pada waktu yang cukup lama, maka sampel akan teroksidasi sempurna sehingga meninggalkan berbagai elemen-elemen pada larutan asam dalam bentuk senyawa anorganik yang sesuai untuk dianalisis (Anderson, 1987). Dekstruksi basah pada prinsipnya adalah penggunaan asam nitrat untuk mendekstruksi zat organik pada suhu rendah dengan maksud mengurangi kehilangan mineral akibat penguapan. Pada tahap selanjutnya, proses seringkali berlangsung sangat cepat akibat pengaruh asam perklorat atau hidrat peroksida. Dekstruksi basah pada umumnya digunakan untuk menganalisa arsen, tembaga, timah hitam, timah putih, dan seng (Hidayati, 2013). Ada tiga macam cara kerja dekstruksi basah, yaitu : 1. Dekstruksi basah menggunakan HNO3 dan HClO4 2. Dekstruksi basah menggunakan HNO3, H2SO4 dan HClO4 Universitas Sumatera Utara 22 3. Dekstruksi basah menggunakan HNO3, H2SO4 dan H2O2 (Hidayati, 2013). Menurut Sumardi (1981: 507), metode destruksi basah lebih baik dari pada cara kering karena tidak banyak bahan yang hilang dengan suhu pengabuan yang sangat tinggi. Hal ini merupakan salah satu faktor mengapa cara basah lebih sering digunakan oleh para peneliti. Di samping itu destruksi dengan cara basah biasanya dilakukan untuk memperbaiki cara kering yang biasanya memerlukan waktu yang lama (Hidayati, 2013). 2.6. Spektrometri ICP-OES Variant Liberty Inductively Couple plasma merupakan spektroskopi nyala untuk menganalisa unsur logam dalam suatu bahan. Bahan yang akan dianalisa harus berwujud larutan yang homogen.Ada sekitar 80 unsur yang dapat dianalisa dengan menggunakan alat ini.Kelebihan alat ini adalah sangat selektif dan dapat digunakan untuk mengukur beberapa unsur sekaligus didalam sampel pada saat pengukuran. Akan tetapi dengan semakin banyaknya permintaan pengukuran ternyata alat ini mempunyai kelemahan yaitu akan menjadi kurang sensitif terhadap pengukuran unsur yang mempunyai panjang gelombang dibawah 200 nm.Keterbatasan pengukuran tersebut ditunjukkan dengan nilai limit deteksi yang diperoleh. (Siti Amini 1997). 2.6.1. Prinsip Kerja Alat Inductively Couple Plasma (ICP) Prinsip umum dari alat ini adalah dengan mengukur intensitas energi / radiasi yang dipancarkan oleh unsur-unsur yang mengalami perubahan tingkat energi atom (eksitasi / ionisasi).Larutan sampel dihisap dan dialirkan melalui tabung kapiler ke nebulizer. Nebulizer akan mengubah larutan sampel menjadi bentuk aerosol yang selanjutnya diinjeksi oleh ICP. Pada temperatur plasma maka sampel akan mengalami ionisasi dan eksitasi.Atom yang tereksitasi akan kembali kedalam keadaan awal (ground state ) dan memancarkan sinar radiasi.Sinar radiasi ini akan didispersi dengan komponen optik.Sinar yang terdispersi ,secara berurutan akan muncul pada masing-masing panjang gelombang unsur dan dirubah dalam bentuk sinyak listrik yang besarnya sebanding dengan sinar yang Universitas Sumatera Utara 23 dipancarkan oleh besarnya konsentrasi unsur.Sinyal ini kemudian diperoses oleh bagian sistim pengolahan data (Siti Amini, 1997). Penggunaan ICP pertama kali dilakukan oleh Reed tahun 1961 yang ingin melihat refraksi Kristal (titik didih) pada logam aluminium. Kelebihan alat ini adalah sangat selektif dan dapat digunakan untuk mengukur beberapa unsur sekaligus berurutan dalam setiap pengukuran. Inductively Couple plasma merupakan spektroskopi nyala untuk menganalisa unsur logam dalam suatu bahan. Bahan yang akan dianalisa harus berwujud larutan yang homogen.Ada sekitar 80 unsur yang dapat dianalisa dengan menggunakan alat ini.Kelebihan alat ini adalah sangat selektif dan dapat digunakan untuk mengukur beberapa unsur sekaligus didalam sampel pada saat pengukuran. Akan tetapi dengan semakin banyaknya permintaan pengukuran ternyata alat ini mempunyai kelemahan yaitu akan menjadi kurang sensitif terhadap pengukuran unsur yang mempunyai panjang gelombang dibawah 200 nm.Keterbatasan pengukuran tersebut ditunjukkan dengan nilai limit deteksi yang diperoleh. (Siti Amini 1997). Komponen alat ICP-OES Variant Liberty 1. Penghantar sampel 2. ICP torch 3. Generator pengatur gelombang 4. Optik Spektrometer 5. Detektor 6. Pengatur komputerisasi instrument , pengumpulan dan analisis data. 2.6.2. Instrumentasi Inductively Couple Plasma (ICP) a. Plasma Plasma sebuah gas terionisasi , ketika obor dinyatakan medan magnet yang kuat. b. Medan Magnet Sebuah medan magnet adalah medan vektor yang dapat memberikan suatu gaya magnet pada muatan listrik bergerak dan pada dipol magnetik. Ketika ditempatkan dalam medan magnet , magnet dipol cenderung untuk menyelaraskan dengan medan magnet dari RF generator dihidupkan.Argon gas yang mengalir melalui dinyalakan dengan satuan tesla. Argon gas yang terionisasi dalam bidang Universitas Sumatera Utara 24 ini dan mengalir dalam suatu pola simetris rotationally kearah medan magnet kumparan RF. Yang stabil , suhu tinggi plasma sekitar 7000 K ini kemudian dihasilkan sebagai hasil dari tumbukan inelastis dibuat antara atom argon netral dan partikel bermuatan. c. Pompa Peristaltik Sebuah pompa peristaltik adalah jenis pompa perpindahan positif digunakan untuk memompa berbagai cairan. Fluida yang terkandung dalam tabung fleksibel yang dipasang di dalam casing pompa melingkar memberikan sebuah berair atau sampel organic menjadi nebulizer. d. Nebulizer Nebulizer berfungsi untuk mengubah cairan sampel menjadi aerosol. e. Spray chamber Spray chamber berfungsi untuk mentransportasikan aerosol ke plasma , pada spray chamberini aerosol mengalami desolvasi atau volatisasi yaitu proses penghilangan pelarut sehingga didapatkan aerosol kering yang bentuknya telah seragam. f. RF generator RF generator adalah alat yang menyediakan tegangan (700-1500 Watt) untuk menyalakan plasma dengan argon sebagai sumber gas nya. Tegangan ini ditransferkan ke plasma melalui load coil , yang mengelilingi puncak dari obor. g. Difraksi Kisi Dalam optik , kisi difraksi adalah komponen optic dengan pola yang teratur yang terbagi menjadi beberapa sinar cahaya perjalanan di arah yang berbeda dimana ia di pisahkan menjadi komponen radiasi dalam spektrometer optik. Intensitas cahaya kemudian diukur dengan photomultipier. h. Photomultiplier Photomultiplier merupakan sebuah tabung vakum , dan lebih khusus lagi phototubes , dimana alat ini sangat sensitif terhadap detektor cahaya dalam bentuk sinar ultraviolet , cahaya tampak , dan infra merah. Inductively coupled plasma – optic emission spectrometer (ICP-OES) merupakan alat yang digunakan untuk menganalisa unsur logam dalam suatu bahan. Bahan yang dianalisa dengan alat ini harus dalam bentuk larutan yang Universitas Sumatera Utara 25 homogen. Alat ini merupakan alat analisis kimia kuantitatif yang mempunyai kemampuan menganalisa 80% unsur yang ada dalam sistem periodik. Penggunaan ICP pertama kali dilakukan oleh Reed tahun 1961 yang ingin melihat refraksi Kristal (titik didih) pada logam aluminium. Kelebihan alat ini adalah sangat selektif dan dapat digunakan untuk mengukur beberapa unsur sekaligus berurutan dalam setiap pengukuran. Komponen alat ICP-OES Variant Liberty 1. Penghantar sampel 2. ICP torch 3. Generator pengatur gelombang 4. Optik Spektrometer 5. Detektor 6. Pengatur komputerisasi instrument , pengumpulan dan analisis data. Skema Alat Inductively Coupled Plasma (ICP) Variant Liberty Universitas Sumatera Utara 26 Cara kerja ICP-OES Variant Liberty Prinsip umum pada pengukuran ini adalah mengukur intensitas energy/radiasi yang dipancarkan oleh unsur yang mengalami perubahan tingkat energi atom. Larutan sampel dihisap dan dialirkan melalui capillary tube ke nebulizer. Nebulizer akan mengubah larutan sampel ke bentuk aerosol yang kemudian diinjeksikan ke ICP-OES. Pada temperatur plasma sekitar 6000-8000°C, sampel – sampel akan teratomisasi dan tereksitasi. Atom yang tereksitasi akan kembali ke keadaan awal sambil memancarkan sinar radiasi. Sinar radiasi ini didispersi oleh komponen optic. Sinar yang terdispersi secara berurutan muncul pada bagian masing – masing panjang gelombang unsur dan diubah dalam bentuk sinyal listrik dan besarnya sebanding dengan sinar yang dipancarkan oleh besarnya konsentrasi unsur. Sinyal listrik ini kemudian diproses oleh sistem pengolahan data. ( Tarigan, 2015) Universitas Sumatera Utara