BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pengertian Risiko
Pada sebuah proyek konstruksi memiliki banyak hal yang harus
diperhitungkan
agar
pelaksanaan
sesuai
dengan
apa
yang
telah
direncanakan. Proyek konstruksi diasosiasikan memiliki risiko yang sangat
tinggi berdasarkan aktifitas yang dilakukan, proses , lingkungan dan
organisasinya. Risiko melibatkan banyak hal termasuk yang tidak terduga,
yang tidak diinginkan dan sering banyak faktor yang tidak terprediksi.
Beberapa hambatan dapat terjadi dan dapat mengganggu proses pelaksanaan
proyek konstruksi. Hambatan terjadi karena kurangnya perhitungan akan
risiko – risiko yang tidak diperhitungkan dengan baik pada awal konstruksi
dilaksanakan. Risiko merupakan sebuah halangan yang terdapat dalam
setiap proyek konstruksi, setiap kontraktor harus menangani itu dan para
pemilik proyek harus membayar untuk itu (Flanagan dan Norman, 1993).
Risiko sendiri adalah suatu hal yang terjadi diluar perhitungan yang
kondisinya tidak pasti dan memiliki dampak terhadap ruang lingkup proyek,
biaya, waktu dan mutu dari pekerjaan. Risiko memiliki banyak bentuk dan
ukuran dimana dideskripsikan sebagai “kemungkinan beberapa hal dapat
terjadi yang akan memberikan dampak terhadap sebuah tujuan”, resiko
sering ditentukan berdasarkan kejadian dan konsekuensi yang diakibatkan
oleh risiko tersebut dimana konsekuensinya bisa berdampak postif maupun
negatif (Alijoyo, 2006).
Risiko dan ketidakyakinan memiliki arti yang berbeda dimana risiko
(risk) berasal dari bahasa Prancis yaitu risqué dan digunakan dalam bidang
asuransi. Risiko dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu (Smith ,et al.,
1999):
4
a) Known Risks, risiko ini termasuk risko yang memiliki perubahan kecil
terhadap produkifitas dan harga yang sering terjadi dan tidak dapat
dihindarkan dalam proyek konstruksi.
b) Known Unknown Risk, adalah risiko yang diketahui dan diprediksi
akan terjadi yang propabilitasnya serta akibat yang terjadi diketahui.
c) Unknown Unknown Risk,
adalah risiko yang tidak diketahui akan
terjadi dan akibatnya tidak dapat diketahui oleh mayoritas staff.
Dalam konstruksi keoptimisan dalam sebuah proyek baru sering
menuju kepada sikap AGAP (All Goes According To Plan) dimana para
kontraktor menyediakan dana, estimasi dan waktu penyelesaian berdasarkan
AGAP namun konstruksi sendiri memiliki beberapa hal yang sangat sering
diluar perencanaan dan para kontraktor diharapkan lebih menggunakan
analisis WHIF (What Happen If) dimana diperlukan sebuah pemikiran jika
sesuatu dapat terjadi diluar perencanaan. (Flanagan dan Norman, 1993)
Risiko – risiko yang dibahas dalam manajemen risiko dalam
perkembangannya dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu:
1. Risiko Operasional
Risiko ini adalah risiko yang dapat timbul akibat tidak
berfungsinya sistem internal, kesalahan manusia maupun
kegagalan sistem. Sumber risiko ini merupakan sumber terluas
dibandingkan sumber risiko lainnya selain bersumber dari
kegiatan diatas juga bersumber dari kegiatan operasional dan jasa,
akuntansi,
system
teknologi
informasi,
system
informasi
manajemen atau system pengelolaan sumber daya manusia.
2. Risiko Hazard
Risiko ini merupakan suatu keadaan yang dapat memperbesar
kemungkinan terjadinya suatu musibah. Pengertian tersebut dapat
diperluas meliputi berbagai keadaan yang dapat menimbulkan
suatu kerugian. Risiko Hazard dapat diklasifikasikan menjadi 4
bentuk :
a) Physical Hazard, adalah suatu kondisi yang bersumber pada
karakterisik secara fisik dari suatu objek yang memperbesar
5
kemungkinan terjadi suatu musibah ataupun memperbesar
suatu kerugian.
b) Moral Hazard, adalah suatu kondisi yang bersumber dari
orang yang bersangkutan berkaitan dengan sikap mental atau
pandangan hidup serta kebiasaannya yang dapat memperbesar
kemungkinan tejadinya suatu musibah ataupun kerugian.
c) Morale
Hazard,
setiap
orang
pada
dasarnya
tidak
menginginkan terjadinya suatu kerugian, akan tetapi karena
merasa bahwa ia telah memperoleh jaminan baik atas diri
maupun harta miliknya, seringkali menimbulkan kecerobohan
atau kurang hati – hati.
d) Legal Hazard, Seringkalin berdasarkan peraturan – peraturan
ataupun undang – undang yang bertujuan melindungi
masyarakat justru diabaikan ataupun kurang diperhatikan
sehingga dapat memperbesar terjadinya suatu musibah.
3. Risiko Finansial
Risiko Finansial merupakan risiko yang diderita oleh investor
sebagai akibat dari ketidakmampuan emiten saham dan obligasi
memenuh kewajiban pembayaran deviden atau bunga serta pokok
pinjaman.
4. Strategik
Risiko ini terjadi karena serangkaian kondisi yang tidak terduga
yang
dapat
mengurangi
kemampuan
manajer
untuk
mengimplementasikan strateginya secara signifikan.
2.2 Manajemen Risiko
Risiko terjadi pada semua proyek konstruksi dan tidak dapat diabaikan
namun dapat dikurangi dan dipindahkan sehingga dapat dikontrol.
Pemahanan akan risiko sangat penting dan sangat diperlukan dalam
mengidentifikasikan dan menganalisis secara sistematis, menangani dan
melakukan pengkontrolan sehingga pencapaian tujuan proyek sesuai dengan
waktu (time), biaya (cost) dan kualitas (quality). Manajemen risiko memiliki
tujuan untuk dapat mengenali risiko sehingga nantinya dapat direncanakan
6
strategi penanganan yang akan dilakukan terhadap risiko yang akan muncul.
Strategi yang digunakan diperhitungkan dengan baik agar ampu untuk
mengurangi bahkan menghilangkan risiko yang muncul.
Tahapan – tahapan dalam melakukan manajemen risiko yaitu terlebih
dahulu melakukan identifikasi, mengklasifikasikan risiko yang akan terjadi,
melakukan analisis atas risiko – risiko yang telah teridentifikasi dan pada
tahap akhir melakukan penanganan – penanganan yang perlu dilakukan
berdasarkan berbagai macam pertimbangan untuk meminimalisir atau
menghilangkan risiko, seperti yang terdapat pada gambar dibawah:
Gambar 2.1 Alur Manajemen Risiko (Flanagan dan Norman, 1993)
Identifikasi risiko dilakukan untuk menentukan sumber- sumber serta
tipe risiko yang memungkinkan dan diperkirakan akan muncul dalam
sebuah proyek konstruksi. Klasifikasi risiko dilakukan untuk menentukan
tipe risiko dan efeknya bagi proyek maupun organisasi yang menanganinya,
setelah risiko diklasifikasikan maka selanjutnya dilakukan analisis risiko
7
yang gunanya untuk mengevaluasi dari konsekuensi serta akibat yang
muncul dari tipe – tipe risiko atau kombinasi dari banyak risiko dengan
menggunakan teknis analisis serta memperkirakan akibat dari risiko
menggunakan berbagai macam metode pengukuran risiko. Segala jenis
keputusan untuk melakukan penanganan risiko tergantung kepada pihak
yang membuat keputusan, dan respon risiko mempertimbangkan bagaimana
risiko tersebut akan ditangani dengan cara mentransfer risiko ke berbagai
pihak maupun menahan risiko tersebut.
2.3 Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko merupakan tahap awal dari manajemen risiko yang
memiliki peranan yang sangat penting dalam proses manajemen risiko.
Identifikasi risiko merupakan tahapan terumit dan juga paling menentukan
dalam proses manajemen risiko. Kesalahan akibat kurangnya perhitungan
dan pertimbangan dalam pengidentifikasian risiko dapat berakibat pada
ketidaktepatan penanganan risiko dan berujung pada keruguian – kerugian
yang timbul bagi pihak – pihak yang menanganinya.
Pada pengidentifikasian risiko yang harus dilakukan adalah menentukan
segala jenis sumber dan tipe risiko yang memungkinkan terjadi pada proyek
konstruksi. Sumber risiko yang akan muncul dapat menyebabkan sebuah
kejadian yang nantinya akan memberikan efek pada proyek konstruksi.
Sumber risiko bisa berasal dari inflasi, ketidakstabilan tanah, cuaca yang
berubah – ubah, distribusi material yang terlambat, spesifikasi yan tidak
sesuai, koordinasi yang buruk antar pekerja maupun staf.
Proses identifikasi risiko dilakukan secara terus menerus dalam
mengkategorikan dan memperkirakan risiko – risiko yang signifikan yang
terdapat dalam proyek konstruksi, seperti pada bagan dibawah ini (Al-Bahar
dan Crandall, 1990):
8
G
ambar 2.2 Proses Identifikasi Risiko (Al-Bahar dan Crandall, 1990)
Pada gambar diatas dapat dijelaskan proses-proses mengidentifikasian
risiko dimulai dari adanya ketidakpastian dalam proyek konstruksi. Segala
jenis
ketidakpastian
yang
mempengaruhi
kualitas,
biaya
maupun
produktifitas pekerjaan harus dipertimbangkan dan dipikirkan serta ditandai
(checklist) bahwa ketidakpastian ini berpengaruh pada kelancaran proses
pekerjaan proyek konstruksi.
Checklist inilah yang nantinya digunakan
sebagai langkah awal dalam penentuan risiko lebih lanjut. Setelah risiko
ditentukan maka harus dipikirkan pula hal – hal yang dapat ditimbulkan dari
segala jenis risiko yang muncul. Misalnya akibat yang dapat ditimbulkan
berpengaruh pada kecelakaan kerja, kerusakan struktur maupun waktu
pelaksanaan yang bertambah dan pada akhirnya akan berpengaruh pada
biaya yang dikeluarkan selama proses konstruksi berlangsung.
Dari hasil penelitian terdahulu dan dari berbagai literatur yang terkait
maka dapat diperoleh hasil berupa sumber risiko dan faktor – faktor yang
berpengaruh. Sumber risiko dan faktor – faktor risiko dapat dilihat pada
Tabel 2.1 dibawah ini:
9
Tabel 2.1 Sumber dan Faktor Risiko Berdasarkan Berbagai Literatur.
NO
PENGARANG
SUMBER
RESIKO
FAKTOR RESIKO
(D)
(A )
(B)
(C)
Bencana Alam
P1

P2
P3

P4
P5

P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
P14

Kebakaran
A
Cuaca buruk


Polusi


Lingkungan



Tidak Ramah Lingkungan

Degradasi Alam
B
Ekonomi dan
Finansial

Inflasi

Fluktuasi nilai tukar mata uang



Analisa pasar yang buruk

Kesalahan analisa investor

Perkiraan biaya yang tidak sesuai

Daya beli konsumen













Resiko pasar
Kenaikan pajak

Fluktuasi suku bunga

Pendapatan perkapita

Likuiditas akibat krisis





10
Tabel 2.1 Lanjutan
Perang

Embargo




Ketersedian Pekerja

Distribusi material akibat macet
Korupsi
Protes dari buruh, ahli lingkungan dan
masyarakat
C
Politik dan
Lingkungan








Stabilitas politik

Satbilitas Ekonomi

Perbedaan budaya, bahasa, agama

Tingkat kriminalitas





Penemuan arkeologi di lokasi proyek

Vandalisme
Keterlambatan birokrasi

Sikap pemerintah terhadap investor
Peraturan keamanan
D
Hukum

Ketidak pastian peraturan

Kebijakan ekspor, impor


Sistem peradilan yang bertentangan
Proses persetujuan yang rumit

Perubahan peraturan

Peraturan daerah





11
Tabel 2.1 Lanjutan
E
Tender dan
Kontrak
Pembatalan tender

Price dumping oleh kompetitor


Kontrak yang tidak menguntungkan


Kompetis i antar kontraktor
Des ign yang tidak s eles ai

Des ign yang tidak efektif

Kes alahan dan Kelalaian Des ign

Kurangnya s pes ifikas i

Des ign







Tidak lengkapnya des ign
D



Des ign yang tidak s etujui

Lambatnya res pon perubahan des ign

Terbatas nya inovas i dan kreatifitas

Permas alahan des ign

Kes alahan pemilihan tim

Kes elahan jadwal pekerjaan

Pengkoordinas ian yang buruk

Manajemen s umber daya yang buruk







SDA terbatas


Perbedaan s tandar keamanan dan
kes ehatan




Manajemen
Proyek


Cas h flow unbalance
E


Kualitas des ign
Pengaruh terhadap proyek lain

Perubahan manajemen
Keterlambatan kepemilikan lokas i
proyek

Kebutuhan yang tidak jelas
Kualitas kontraktor
Kurangnya komitmen manajemen
Hubungan yang tidak baik antar tim


Pembatalan oleh pihak terkait







12
Tabel 2.1 Lanjutan
Keterlambatan dalam menyelesaikan
masalah


Prestasi yang tidak pasti


Kurangnya informasi
Tidak konsistennya biaya, waktu dan
lingkup pekerjaan

Konflik SDM di satu organisasi

Permasalahan keuangan dari owner


Permasalahan keuangan dari kontraktor





Kegagalan subkontraktor

Kesalahan rencana anggaran


Pemotongan dana



Modal


Pembayaran yang terlambat



Kerusakan Struktur
Kerusakan Peralatan


F
Pengerjaan
Konstruksi
Kebakaran material dan alat

Kesalahan identifikasi keadaan tanah



Pekerja yang absen

Kualitas pekerja


Distribusi material akibat macet


Pengontrolan kualitas















Batasan pekerjaan
Produktivitas



Kualitas material
Kesalahan teknik konstruksi


Kecelakaan Pekerja






13
Tabel 2.1 Lanjutan
G
Teknologi
Ketersediaan alat

Adaptasi alat

Kelengkapan alat

Daya guna alat

Mesin
H


Kepemilikan hak cipta

Penanggungjawaban data

Lain-lain
14
Keterangan Pengarang Tabel 2.1
P1
Al-Bahar dan Crandall (1990)
P2
Kim dan Bajaj (2000)
P3
Skorupka (2003)
P4
Zhi (1995)
P5
De Marco dan Thaheem (2014)
P6
Dey (2009)
P7
Chileshe (2012)
P8
Sharma (2013)
P9
Zou dan Couani (2012)
P10
Chapman (2001)
P11
Sandyavitri (2009)
P12
Azhar ,et al. (), (Azhar ,et al., 2008)
P13
Smith ,et al. (1999)
P14
Flanagan dan Norman (1993)
2.4 Faktor Risiko Pada Proyek Pengembangan Gedung Hotel yang
Sedang Beroperasi
Berdasarkan sumber risiko dan faktor risiko pada tabel 2.1 maka didapat
sumber dan faktor risiko yang berpotensi muncul pada proyek
pengembangan gedung hotel yang sedang beroperasi dimana kondisinya
telah disesuaikan dengan keadaan di wilayah Badung dan Denpasar.
Beberapa faktor risiko yang muncul pada tabel 2.1 dieliminasi agar sesuai
dengan kondisi di wilayah Badung dan Denpasar, eliminasi dilakukan
dengan cara mempertimbangkan apakah faktor risiko tersebut dapat muncul
pada wilayah penelitian atau tidak. Apabila faktor risiko dianggap tidak
berpengaruh maka faktor risiko dihilangkan. Faktor dan sumber risiko yang
telah dieliminasi adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Variabel Risiko
15
No
Sumber Risiko
1
Lingkungan
Faktor Risiko
Bencana Alam
Cuaca Buruk
Polusi
2
Lingkungan
Sosial
Ketersediaan Pekerja
Protes dari masyarakat, pekerja, ahli lingkungan
Pencurian
Inflasi
3
Ekonomi dan
Finansial
Fluktuasi Nilai Tukar Mata Uang
Daya Beli Konsumen
Kenaikan Pajak
Fluktuasi Suku Bunga
Keterlambatan Birokrasi
Sikap Pemerintah Terhadap Investor
4
Regulasi
AMDAL
Perubahan Peraturan
Peraturan Daerah
Proses Persetujuan yang Rumit
5
Tender dan
Kontrak
Pembatalan Tender
Kontrak yang Tidak Menguntungkan
Kontrak yang Tidak Detail
Design yang Tidak Sesuai
Kesalahan dan Kelalaian dalam Design
6
Design
Tidak Lengkapnya Spesifikasi
Lambatnya Respon Perubahan Design
Terbatasnya Inovasi dan Kreatifitas
Kesalahan Pemilihan Tim
Kesalahan Penjadwalan Pekerjaan
Koordinasi yang Buruk
SDA Terbatas
Perubahan Manajemen
7
Manajemen
Proyek
Kurangnya Komitmen Manajemen
Hubungan yang Tidak Baik antar Tim
Keterlambatan dalam Merespon Permasalahan
Prestasi yang Tidak Pasti
Tidak Konsistennya Biaya, Waktu dan Lingkup
Pekerjaan
Permasalahan Keuangan Pihak Owner dan Kontraktor
16
Tabel 2.2 ( Lanjutan)
Kesalahan Rencana Anggaran
7
Manajemen
Proyek
Modal
Pembayaran yang Terlambat
Kegagalan Subkontraktor
Kerusakan Struktur Akibat Kesalahan Metode
Pengerjaan
Kerusakan Material
Distribusi Material yang Terganggu
8
Proses
Konstruksi
Kualitas Pekerja
Kualitas Material
Kesalahan Metode Konstruksi
Pengontrolan Kualitas
Produktifitas Pekerja
9
Teknologi
Ketersediaan Alat
Kelengkapan Alat
2.5 Reliabilitas dan Validitas Kuisioner
Dalam setiap penelitian, kriteria data yang harus diperhatikan adalah validitas
dan reliabilitas sebuah data. Validitas adalah suatu derajat ketepatan instrument
(alat ukur) yang digunakan dalam melakukan pengukuruan tentang apa yang
diukur. Validitas berguna untuk mengetahuo sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Sebuah instrument
dinyatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat
menunjukan data variabel yang diteliti secara tepat.
Sedangkan reliabilitas dapat dikatakan bahwa suatu instrument dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpul data. Sebuah instrument dikatakan
baik apabila mampu mengarahkan responden untuk memilih jawaban – jawaban
tertentu, dan instrument yang reliabel akan menghasilkan data yang dipercaya
apabila data memang sesuai dengan kenyataan. Reliabilitas instrument dapat diuji
menggunakan 2 cara yaitu dengan pengujian eksternal dan pengujian internal.
Pengujian eksternal dilakukan dengan menyusun dua perangkat instrument dan
keduanya diuji ke kelompok responden dan hasilnya dikorelasikan dengan
korelasi Pearson. Pengujian internal dapat dilakuakan salah satunya dengan cara
menggunakan Alpha Cronbach. Alpha Cronbach dapat diinterpretasikan sebagai
17
korelasi dari skala yang diamati dengan semua kemungkinan pengukuran skala
lain yang mengukur hal yang sama dan menggunakan jumlah butir pertanyaan
yang sama. Nilai Cronbach Alpha yang digunakan minimal bernilai 0.6 yang
dinyatakan cukup, semakin tinggi nilai Alpha maka semakin baik pula instrument
yang digunakan. Rumus dari koefisien relibilitas Alpha Cronbach adalah sebagai
berikut:
{
}
(2.1)
Keterangan:
k
= jumlah butir dalam skala pengukuran
2
= ragam (variance) dari butir ke –i
2
= ragam (variance) dari skor total
Rumus untuk si2 dan st2 adalah sebagai berikut:
(2.2)
(2.3)
Keterangan:
Jki = Jumlah kuadrat seluruh skor item
JKs = Jumlah kuadrat subjek
Pengujian reliabilitas dan validitas dapat dilakukan dengan berbagai program
bantu (software) misalnya SPSS (Statistical Product and Service Solution). SPSS
adalah sebuah program yang mampu melakukan analisis statistik dengan
manajemen data menggunakan menu – menu deskriptif dan sederhana sehingga
mudah dipahami cara operasinya. SPSS dapat membaca berbagai jenis data yang
dimasukan, program ini digunakan unttuk melakukan pengolahan data statistic
untuk berbagai riset sains dan social.
2.6 Pengklasifikasian Risiko dan Analisis Risiko
Klasifikasi risiko dibuat dengan tujuan mempermudah pemahaman dan
pembedaan risiko yang ada sehingga membantu dan memudahkan dalam
melakukan analisis risiko. Terdapat tiga cara untuk melakukan klasifikasi
risiko yaitu dengan melakukan identifikasi konsekuensi risiko, jenisnya dan
pengaruhnya seperti bagan dibawah ini (Flanagan dan Norman, 1993) :
18
Gambar 2.3 Klasifikasi Risiko (Flanagan dan Norman, 1993)
Berdasarkan konsekuensinya, risiko dapat dibagi berdasarkan frekuensi
kejadian, akibat risiko dan kemungkinannya. Berdasarkan pengaruh risiko,
risiko dibagi berdasarkan pengaruhnya terhadap perusahaan, lingkungan,
pasar dan proyek. Berdasarkan jenisnya, risiko dibagi risiko murni dan
risiko spekulasi.
Risiko murni (pure risk) adalah risiko yang dapat
berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin
menguntungkan. Salah satu jenis risiko murni adalah kebakaran, apabila
terjadi sebuah kebakaran pada area site maka kebakaran akan menimbulkan
kerugian. Risiko spekulasi adalah risiko yang dihadapi oleh perusahaan
yang dapat memberikan kerugian maupun keuntungan. Misalnya sebuah
perusahaan
melakukan
investasi,
investasi
ini
nantinya
akan
menguntungkan maupun merugikan pagi perusahaan tersebut.
Analisis risiko dapat dilakukakan secara kualitatif dan kuantitatif.
Secara kualitatif terfokus pada identifikasi dan penilaian risiko, dan secara
kuantitatif terfokus pada evaluasi probabilitas terhadap terjadinya risiko
dimana sumber risiko harus diidentifikasikan dan akibatnya diperhitungkan.
19
Analisis risiko secara kualitatif adalah proses dalam menilai pengaruh yang
kuat dan kemungkinan yang terjadi dalam mengidentifikasi risiko. Secara
kualitatif analisi risiko memiliki dua tujuan yaitu identifikasi dan penilaian
awal risiko yang sasarannya adalah menyusun sumber risiko utama dan
menggambarkan tingkat konsekuensi yang sering terjadi. Melakukan
analisis secara sistematis dapat membantu untuk (Godfrey, 1996):
1. Mengidentifikasi, menilai dan memberikan ranking risiko secara
jelas.
2. Memusatkan perhatian pada risiko dominan.
3. Memperjelas keputusan tentang kerugian.
4. Meminimalkan potensi kerugian apabila timbul keadaan terburuk.
5. Mengontrol aspek ketidakpastian.
6. Memperjelas peran setiap orang yang terlibat dalam manajemen
risiko.
Menurut Flanagan dan Norman (1993) langkah- langkah analisis risiko
adalaha sebagai berikut:
20
Gambar 2.4 Analisis Risiko (Flanagan dan Norman, 1993)
Dari Gambar 2.5 langkah awal untuk melakukan analisis risiko
adalah melakukan identifikasi risiko yang mungkin terjadi, selanjutnya
risiko – risiko yang teridentifikasi dinilai dengan penilaian risiko. Penilaian
dilakukan terhadap pengaruh risiko terhadap biaya, dan selanjutnya
dilakukan pengukuran terhadap risiko tersebut. Pengukuran terhadap risiko
dilakukan dengan dua cara yaitu secara kualitatif dan kuantitatif. Secara
kualitatif hasi dari penilaian risiko lebih terfokus pada keputusan langsung
yang diambil berdasarkan ranking, perbandingan maupun analisis deskriptif.
Secara kuantitatif dilakuakn dengan analisis probabilitas, sensitivitas,
simulasi dan analisis korelasi.
Godfrey (1996) menyebutkan nilai risiko ditentukan sebagai
perkalian
antara
kemungkinan
(likehood)
dengan
konsekuensi
21
(consequence) risiko.
Kemungkinan adalah peluang terjadinya kejadian
yang merugikan yang dinyatakan dalam jumlah kejadian pertahun. Dalam
memberikan penilaian untuk berbagai kemungkinan risiko yang muncul,
dapat menggunakan skala frekuensi (Likehood) pada tabel 2.3 dibawah ini:
Tabel 2.3 Skala Frekuensi (Likehood)
Tingkat Frekuensi
Peluang
Skala
Sangat sering
80 ≤ x ≤ 100%
5
Sering
60 ≤ x <80%
4
Kadang-kadang
40 ≤ x < 60%
3
Jarang
20 ≤ x < 40%
2
Sangat jarang
0 ≤ x < 20%
1
Sumber: (Godfrey, 1996)
Sedangkan konsekuensi adalah besaran kerugian yang diakbatkan oleh
terjadinya suatu kejadian yang merugikan yang dinyatakan dalam nilai
uang. Untuk menghitung besarnya konsekuensi pengaruh variabel risiko
dapat menggunakan skala konsekuensi pada tabel 2.4 berikut:
Tabel 2.4 Skala Konsekuensi (Consequences)
Tingkat Konsekuensi
Peluang
Skala
Sangat besar
80 ≤ x ≤ 100%
5
Besar
60 ≤ x <80%
4
Sedang
40 ≤ x < 60%
3
Kecil
20 ≤ x < 40%
2
Sangat kecil
0 ≤ x < 20%
1
Sumber: (Godfrey, 1996)
Setelah diketahui skala konsekuensi dan skala frekuensi maka analisis
tingkat penerimaan risiko dapat dilakukan. Penerimaan
risiko (risk
acceptability) adalah hasil perkalian antara modus (nilai yang paling sering
muncul) frekuensi dengan modus dari konsekuensi risiko. Sehingga dapat
dirumuskan sebagai berikut:
RI = P × I
(2.4)
Keterangan:
RI
= Risk Index
P
= Probability atau Kemungkinan (Likehood)
I
= Impact atau Dampak (Consequence)
22
Setelah didapatkan nilai Risk Index (RI) maka tingkat penerimaan risiko
dapat ditentukan seperti yang dapat dilihat pada tabel 2.5 dibawah ini:
Tabel 2.5 Penilaian Tingkat Penerimaan Risiko
Conseque
Catastropic
Critical
Serious
Marginal
Negligble
5
4
3
2
1
Unacceptable
Unacceptable
Unacceptable
Undesirable
Acceptable
25
20
15
10
5
Unacceptable
Unacceptable
Undesirable
Undesirable
Acceptable
20
16
12
8
4
Unacceptable
Undesirable
Undesirable
Acceptable
Acceptable
15
12
9
6
3
Undesirable
Undesirable
Acceptable
Acceptable
Neglegible
nces
Likehood
Frequent (5)
Probable (4)
Occasional (3)
Remote (2)
10
8
6
4
2
Improbable
(1)
Acceptable
Acceptable
Acceptable
Neglegible
Neglegible
5
4
3
2
1
Key
Description
Unacceptable
Guidance
Tidak dapat diterima, harus dihilangkan atau ditransfer
Undesirable
Tidak diharapkan, harus dihindari
Acceptable
Dapat Diterima
Neglegible
Dapat Diterima Sepenuhnya
Sumber: (Godfrey, 1996)
Dari tingkat pertimbangan nilai risiko dengan penerimaan risiko dari skala
frekuensi dan konsekuensi maka skala penerimaan risiko dapat disusun
menjadi:
Tabel 2.6 Skala Penerimaan Risiko
Penerimaan Risiko
Skala Penerimaan
Unacceptable
15 ≤ x ≤ 25
Undesirabled
8 ≤ x ≤ 15
Acceptable
3≤x≤8
Negliglible
1≤x≤3
23
Download