UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS PETERNAKAN/ILMU DAN INDUSTRI PETERNAKAN Jl. Fauna 3 Karangmalang, Kampus UGM Yogyakarta55281 Buku 2: BAHAN AJAR (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) <Modul Pembelajaran Pertemuan ke 11> MANAJEMEN AGROBISNIS Semester IV/3 SKS/PTE 2102 Oleh Dr Tri Anggraeni Kusumastuti,S.P.,M.P. Prof Dr Ir Sudi Nurtini,SU Dr. Ir. Rini Widiati,MS Dr Ir Suci Paramitasari Syahlani,MM Mujtahiddah Anggriani U.M., SPt,MP,PhD Pertemuan ke 11 MANAJEMEN KEUANGAN : ANALISIS RASIO KEUANGAN Waktu: 1x pertemuan @100 menit Soal-tugas Web4 (1) Macam dan guna analisis rasio keuangan (2) Tolok ukur produktivitas Audio/Video Mampu menginterpretasika n dan mengukur rasio keuangan serta analisis pengembalian atas modal dalam rangka efisiensi kinerja keuangan suatu industri peternakan. Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Gambar Tujuan Ajar/ Keluaran/ Indikator Presentasi 11 Media Ajar1 Teks Pertemuan ke A. RPKM Minggu Kesebelas v v v - v - Metode Evaluasi dan Penilaian2 Latihan PAP (soal hitungan) Metode Ajar (STAR)3 Collaborativ e Learning (ceramah dosen dengan alat bantu notebook dan LCD) dilanjutkan pembahasa n soal dari dosen , dan didiskusikan secara kelompok Aktivitas Mahasiswa (1) Baca bahan ajar sebelum kuliah, (2) Unduh bahan ajar setelah kuliah, Aktivitas Dosen/ Nama Pengajar Sumber Ajar Memandu Pustaka diskusi dan buku: menjelaskan 6,26 di depan kelas. Pengajar: Sudi Nurtini B. Bahan Ajar Minggu Kesebelas PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Singkat Minggu kesebelas perkuliahan menjelaskan tentang berbagai jenis rasio keuangan dan penggunaannya nilai dan penggunaan analisis ROI (Return-On-Investment) atau pengembalian atas modal. 1.2. Manfaat Pembelajaran Berbagai jenis rasio keuangan dan penggunaannya dalam proses pengambilan keputusan serta nilai dan penggunaan analisis ROI sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk menjelaskan mengetahui pentingnya peran analisis dan rasio keuangan sebagai alat ukur kinerja dalam manajemen keuangan 1.3. Learning Outcome Mahasiswa diharapkan mampu menginterpretasikan dan mengukur rasio keuangan serta analisis pengembalian atas modal dalam rangka efisiensi kinerja keuangan suatu industri peternakan. PENYAJIAN 1.1.Materi Pembelajaran Dalam manajemen keuangan bisnis, pada umumnya analisis rasio digunakan untuk mengatasi kelemahan analisis yang hanya didasarkan pada perbedaan nilai uang saja, yang kadang-kadang membingungkan dan bahkan menyesatkan (Downey and Erickson, 1987). Sebagai contoh, Perusahaan A Perusahaan B Aktiva lancar (Rp) 2.000.000.000,00 10.000.000.000,00 Kewajiban lancar(Rp) 1.000.000.000,00 9.000.000.000,00 Kelebihan aktiva lancar(Rp) 1.000.000.000,00 1.000.000.000,00 Kedua perusahaan tersebut mempunyai margin yang sama berupa aktiva lancar atas kewajiban lancar. Tetapi perusahaan A lebih sehat dari pada perusahaan B, dalam kasus ini dilihat dari rasio aktiva lancar terhadap kewajiban lancar akan menggambarkan situasi dengan lebih tepat. Analisis rasio adalah sangat sederhana namun memberikan manfaat yang sangat berguna bagi para manajer. Para manajer dapat mengembangkan analisis keuangan dengan indikator yang diperlukan sesuai dengan kebijakan-kebijakan, program – program perusahaan untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini tidak mesti semua rasio digunakan karena diantara agribisnis terdapat perbedaan ukuran dan jenis yang sangat besar serta perbedaan program/kebijakan. Meskipun demikian, analisis rasio keuangan berguna untuk mengukur prestasi perusahaan secara mudah, karena: - mudah dihitung, - mudah dibandingkan, - mudah dimengerti dan memudahkan dalam mengkomunikasikan posisi keuangan perusahaan kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan selain manajemen. Tujuan rasio keuangan Pertimbangan bagi bank dalam pemberian kredit sehingga bank menekankan pada rasio likuiditas (analisis jangka pendek) dan rasio solvabilitas (hutang jangka panjang). Bagi bank, debitur dalam jangka pendek dianggap bisa melunasi hutangnya jika nilai likuiditasnya tinggi, sedangkan untuk hutang jangka panjang lebih ditekankan pada nisbah solvabilitas. Macam-macam rasio dari sudut pandang manajemen (Downey dkk, 1987) 1. Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan cara membandingkan laba dengan penjualan dan modal sendiri dan total aset. a. Gross profit marjin (rasio marjin kotor) . Semakin tinggi maka semakin bagus penjualan – harga pokok penjualan x 100% (R/L ; a : b) penjualan b. Net profit marjin (rasio pendapatan terhadap penjualan) pendapatan (marjin kotor - total biaya) x 100% (R/L ; r : a) penjualan 3. Rate of return on net worth (rasio laba terhadap modal ekuitas) (R/L ; w: qq) laba x 100% kekayaan bersih (equity/modal sendiri) 4. Operating Profit Ratio ( rasio laba terhadap penjualan) (R/L ; w : a) laba bersih (laba sesudah dikurangi bunga + pajak) x 100% penjualan Tabel 11.1. Contoh Perhitungan Rugi Laba (R/L) Hilltop Feltilizer, Inc. Perhintungan rugi-laba Tahun yang berakhir pada 31 Desember 1984 (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) (r) (s) (t) (u) (v) (w) Penjualan Harga pokok penjualan Marjin kotor Beban operasi Gaji dan upah, termasuk tunjangan Pajak local, perizinan Asuransi Penyusutan Sewa dan “lease” Iklan dan promosi Beban kantor Utilitas (air, listrik) Pemeliharaan dan perbaikan Piutang yang tidak tertagih Perbekalan (perlengkapan) Lain – lain Jumlah biaya operasi Laba operasi bersih Beban bunga Pendapatan di luar operasi Laba bersih sebelum pajak Pajak penghasilan Laba bersih setelah pajak $ 1.000.000 750.000 250.000 75.000 5.000 6.000 20.000 7.000 5.000 2.000 3.000 17.000 2.000 4.000 4.000 150.000 100.000 15.000 5.000 $ 90.000 40.000 50.000 2. Likuiditas yaitu kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang jangka pendek. Semakin tinggi CR berarti perusahan semakin liquid atau mampu memenuhi kewajiban finansial yang harus segera dilunasi. a. Rasio lancar (current ratio) jumlah aktiva lancar x 100% (neraca ; h :gg) jumlah kewajiban lancar b. Rasio cepat (quick ratio) jumlah kas + piutang usaha x 100% % (neraca; c + d : gg) kewajiban lancar c. Ratio tunai (cash ratio) kas hutang lancar x 100% Cara mempertinggi Current Ratio : 1. Menambah aktiva lancar , dengan cara : a) menjual aktiva tetap , b) menambah hutang jangka panjang, atau c) menambah modal sendiri 2. Mengurangi hutang lancer, dengan cara : a) menjual sebagian aktiva tetap, b) menambah hutang jangka panjang, atau c) menambah modal sendiri 3. Mengurangi aktiva lancar dan hutang lancar secara bersamaan. Caranya antara lain dengan cara melunasi hutang lancar dengan menggunakan uang kas (jika ada). Tabel 11.2. Contoh laporan neraca keuangan Hilltop Feltilizer, Inc. Neraca 31 Desember 1984 (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) (l) (m) (n) (o) (p) (q) (r) (s) (aa) (bb) (cc) (dd) (ee) (ff) (gg) (hh) (ii) (jj) (kk) (ll) (mm) (nn) (oo) (pp) (qq) (rr) Aktiva (asset) Aktiva lancar : Kas Piutang usaha Persediaan Beban yang dibayar di muka Lain – lain Jumlah aktiva lancar Aktiva tetap Tanah Bangunan Kurangi: Akumulasi penyusutan Peralatan Kurangi: Akumulasi penyusutan Jumlah aktiva tetap Aktiva lain - lain Jumlah aktiva Kewajiban Kewajiban lancar : Hutang usaha Wesel bayar Hutang pajak Hutang gaji Jumlah kewajiban lancar Kewajiban jangka panjang Hipotek Lain – lain Jumlah kewajiban jangka panjang Jumlah kewajiban Kekayaan bersih Penanaman modal pemilik Saham biasa Laba yang ditahan Jumlah kekayaan bersih Jumlah kewajiban dan kekayaan bersih $ 50.000 150.000 80.000 10.000 10.000 300.000 $ 20.000 100.000 50.000 70.000 250.000 130.000 120.000 190.000 10.000 $ 500.000 43.000 100.000 5.000 2.000 150.000 40.000 10.000 50.000 200.000 200.000 100.000 300.000 $ 500.000 3. Solvabilitas (laverage ratio) Kemampuan perusahaan dalam melunasi semua hutangnya baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang (total hutang). Perusahaan dikatakan solvabel jika mempunyai aktiva yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya, namun demikian belum tentu bahwa perusahaan itu likuid. Misalnya diketahui solvabilitas 60% artinya setiap Rp 60 hutang dijamin oleh Rp 100 modal sendiri. Ada 4 macam keadaan : 1. Likuid tetapi tidak solvabel 2. Likuid dan solvabel 3. Tidak liquid tapi solvabel 4. Tidak likuid dan tidak solvabel. Laverage factor (total debt to total assets) Jumlah kewajiban Laverage factor = x 100% (neraca ; ll : qq) Jumlah kekayaan bersih Laverage factor 0% berarti tidak ada hutang, semua aktiva perusahaan berasal dari modal sendiri. Laverage factor 50% berarti 50% dari aktiva perusahaan berasal dari hutang. Laverage factor 100% berarti seluruh aktiva perusahaan berasal dari hutang Laverage Ratio Total debt to equity ratio (memperhitungkan jumlah aktiva bersih perusahaan) Kekayaan bersih x 100% (neraca ; qq : ( h-gg) + (q-kk) ) Jumlah aktiva bersih Longterm debt to equity ratio (memperhitungkan kekayaan bersih pemilik pada jangka panjang) Total hutang jangka panjang x 100% (neraca : kk dan qq) Kekayaan bersih (Modal sendiri) Untuk meningkatkan solvabilitas bisa ditempuh dengan cara : 1. Menambah aktiva tanpa menambah hutang, atau menambah aktiva relatif lebih besar daripada tambahan hutangnya. 2. Mengurangi hutang tanpa mengurangi aktiva atau mengurangi hutang relatif lebih besar daripada berkurangnya aktiva. 4. Efisiensi, berhubungan dengan tingkat efisiensi atau kinerja perusahaan a. Rasio perputaran (turnover ratio) menentukan intensitas penggunaan aktiva dengan melihat berapa kali aktiva berputar dalam 1 periode. jumlah penjualan perputaran aktiva = (R/L a : neraca s) jumlah aktiva Semakin cepat perputaran dalam 1 tahun maka semakin baik. Semakin besar penjualan dengan jumlah aktiva yang sama berarti semakin besar tingkat pengembalian atas investasi. Cara peningkatan volume penjualan : Menggunakan aktiva secara lebih efektif Menaikkan harga Mengurangi jumlah aktiva yang tidak digunakan secara efektif. Mengurangi piutang usaha Memilih alternatif yang lebih baik untuk menggunakan uang kas yang tersedia. b. Perputaran Persediaan penjualan tingkat perputaran persediaan = (R/L a, neraca e) persediaan akhir Tingkat perputaran menunjukkan sampai dimana keberhasilan pengeluaran modal kerja. Bila modal terikat dalam bentuk persediaan : 1. Penjualan harus menghasilkan marjin yang tinggi. 2. Dapat memperbesar beban bunga atas inveatsi dalam bentuk persediaan jika digunakan pembiayaan jangka pendek pada suku bunga yang tinggi. Tingkat perputaran yang terlalu tinggi dapat menunjukkan peluang penjualan yang hilang diakibatkan oleh persediaan yang usang atau tidak mampu memenuhi persyaratan penyerahan. Laba dapat diperbesar dengan cara potongan harga lebih tinggi daripada suku bunga. Bisnis dengan perputaran yang rendah akan mempunyai marjin yang tinggi. c. Rasio piutang usaha , menunjukkan jangka waktu (periode) rata-rata untuk menagih piutang usaha. piutang usaha Rasio = x 360 hari (neraca d : R/L a) penjualan = jumlah beberapa hari yang ada dalam bentuk piutang usaha beberapa hari perlu untuk menagih hutang usaha Semakin panjang periode penagihan maka laba turun (semakin bertambah biaya penagiahan, bunga atas dana yang tertanam dalam piutang, dan piutang yang tidak tertagih). Periode penagihan terlalu singkat maka kebijakan kredit terlalu ketat sehingga penjualan berkurang. Periode penagihan tidak boleh lebih panjang dari satu sepertiga kali periode pembayaran (jatuh tempo) yang sudah ditetapkan. d.Rasio Efisiensi Upah , bertujuan untuk memantau biaya pekerja biaya tenaga kerja rasio = = persentase biaya jumlah penjualan (R/L ; e : a) Tolok ukur produktivitas perusahaan Ditunjukkan oleh 3 tolok ukur yaitu : - Laba atas penjualan (laba bersih dibagi dengan penjualan) - Pengembalian atas aktiva (total penjualan dibagi total aktiva) - Leverage atau pengungkit (aktiva total dibagi dengan kekayaan bersih) Kombinasi dari ketiga faktor atau tolok ukur ini menjadi 1 rasio yang disebut ROI (Return on Investment) atau kemampuan untuk menghasilkan laba. ROI = (total aktiva atau Hasil Penjualan / Total Biaya Produksi) x 100% Semakin besar volume penjualan pada jumlah aktiva tertentu maka ROI perusahaan semakin tinggi. ROI diukur dalam bentuk pengembalian atas kekayaan bersih atau modal ekuitas (return on net worth atau RONW). Peningkatan ketiga ratio akan menyebabkan peningkatan ROI. Penjualan, Rp = 100% Marjin Kotor, % Harga pokok penjualan, % Beban, % Laba operasi bersih, % - Beban bunga, % Upah, % Laba bersih + Promosi, % Pendapatan lainnya, % Distribusi, % Pengembalian atas Aktiva total Sewa dan Penyusutan, % Lainnya, % x Kas + Piutang Usaha Persediaan Lainnya + Penjualan, Rp Aktiva Lancar + + + Tanah Bangunan Peralatan Lainnya Perputaran aktiva Total Aktiva + + x Aktiva Tetap + Kewajiban lancar + Kewajiban total Kewajiban jangka panjang + Investasi total Kekayaan bersih + Leverage (Pengungkit) Kekayaan bersih Gambar 11.1. Proses bertahap yang menghasilkan ROI Pengembalian atas kekayaan bersih, % 1.2. Rangkuman 1. Analisis rasio sangat berguna bagi para manajer untuk mengembangkan analisis keuangan dengan indikator yang diperlukan sesuai dengan kebijakan-kebijakan , program-program perusahaan untuk mencapai tujuan. 2. Analisis rasio profitabilitas , menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan cara membandingkan laba dengan penjualan dan modal sendiri dan total aset. Rasio ini bisa diukur dengan menggunakan Gross profit marjin (rasio marjin kotor) , Net profit marjin (rasio pendapatan terhadap penjualan), Rate of return on net worth (rasio laba terhadap modal ekuitas, dan Operating Profit Ratio ( rasio laba terhadap penjualan 3 . Likuiditas yaitu kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang jangka pendek. Pengukuran rasio ini dapat diukur dengan pendekatan rasio lancar (current ratio) , Rasio cepat (quick ratio) atau Ratio tunai (cash ratio) 4. Solvabilitas (laverage ratio) yaitu kemampuan perusahaan dalam melunasi semua hutangnya baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang (total hutang). Pengukuran rasio ini dapat diukur dengan pendekatan Laverage factor (total debt to total assets) , Total debt to equity ratio (memperhitungkan jumlah aktiva bersih perusahaan) , Longterm debt to equity ratio (memperhitungkan kekayaan bersih pemilik pada jangka panjang) 5. Efisiensi berhubungan dengan tingkat efisiensi atau kinerja perusahaan. Pengukuran rasio ini dapat diukur dengan pendekatan Rasio perputaran (turnover ratio) , Perputaran Persediaan , Rasio piutang usaha , dan Rasio Efisiensi Upah . 6. Tolok ukur produktivitas perusahaan ditunjukkan oleh laba atas penjualan (laba bersih dibagi dengan penjualan) , pengembalian atas aktiva (total penjualan dibagi total aktiva), dan leverage atau pengungkit (aktiva total dibagi dengan kekayaan bersih). Kombinasi dari ketiga faktor atau tolok ukur ini menjadi 1 rasio yang disebut ROI (Return on Investment) atau kemampuan untuk menghasilkan laba. 1.3.Bahan, Sumber Informasi dan Referensi Downey, D and S. P. Erickson. 1987. Agribusiness Management. 2 nd Edition, McGraw-Hill 297 Book Co. Inc. New York. Widiati R dan TA Kusumastuti. 2013. Manajemen Agribisnis : Aplikasi pada Industri Peternakan. Cetakan I. Penerbit Citra Gama Sakti. Yogyakarta PENUTUP Test Formatif berbentuk latihan Evaluasi penilaian Dilakukan dengan PAP (Penilaian Acuan Patokan) karena hasil akhir perhitungan nilainya sudah pasti.