BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bawang hitam adalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bawang
hitam
adalah
bawang
putih
yang
diproses
dengan
memanaskannya pada suhu dan kelembaban yang dikontrol selama kurang
lebih satu bulan (Choi et al., 2014). Bawang hitam berpotensi terutama
sebagai flavoring agent. Bawang hitam memiliki komponen volatil dengan
beragam diskripsi odor. Adapun beberapa diskripsi odor dari bawang hitam
tersebut adalah meat, dark cocholate, honey-like, almond, sweet, caramel dan
cytrus-like (Jeon et al., 2012).
Banyak penelitian menunjukkan manfaat kesehatan dari bawang hitam.
Lee et al, (2009) menyatakan konsumsi bawang hitam signifikan menurunkan
hepatic thiobarbituric acid reactive substances (TBARS), meningkatkan
aktivitas enzim superoxide dismutase (SOD), glutathione peroxidase
(GSH- Px), catalase (CAT) dan mensugestikan bahwa dapat dimanfaatkan
untuk pencegahan komplikasi diabetes tipe 2.
Bawang hitam memiliki
aktivitas antioksidan lebih kuat dibandingkan bawang putih. S-allyl-cistein
(SAC) adalah salah satu senyawa asam amino mengandung sulfur utama yang
dianggap bertanggung jawab atas manfaat efek bawang putih, meliputi
antioksidan, antikanker dan neurotropik (Kodera et al., 2002). Jumlah SAC
dalam bawang hitam lima sampai enam kali lebih tinggi dari pada bawang
putih dengan perlakuan suhu 700C dan RH 70% (Bae et al., 2014).
Pembuatan bawang hitam berdasarkan Choi et al. (2014) adalah dengan
memanaskan bawang putih dalam termohigrostatic chamber pada suhu 70 °C
dan RH 90% diamati selama 35 hari. Pada penelitian tersebut aktivitas
antioksidan paling tinggi pada waktu pemanasan hari ke-21, kemudian terjadi
penurunan signifikan hingga hari ke-35. Disisi lain, terjadi perubahan warna
bawang putih kearah warna coklat-hitam selama proses pemanasan.
Bawang putih mengandung asam amino bebas dan gula reduksi.
Lee dan Harnly (2005) menyatakan bahwa asam amino bebas yang terdapat
pada bawang putih yaitu alanin, glisin, valin, leusin, isoleusin, treonin, serin,
prolin, seistein, asparagin, asam asparat, asam glutamat, fenil alanin, glutamin,
lisin, tirosin dan tritofan. Zhang et al., (2015) menyatakan kadar gula reduksi
pada bawang putih sebesar 5,80 g/Kg dan bawang hitam sebesar 128.50 g/Kg
dengan pemanasan selama enam hari. Pencoklatan pada bawang putih menjadi
bawang hitam ini merupakan reaksi pencoklatan non-enzimatik dikenal
sebagai reaksi MAILLARD.
Variable pada reaksi MAILLARD meliputi, substrat ( gula pereduksi
dan asam amino bebas) , pH, aw dan suhu (Delgado et al., 2009). Reaksi
MAILLARD adalah interaksi pencoklatan non-enzimatik antara gula reduksi
dan asam amino, peptida atau protein, yang menghasilkan berbagai produk,
memberikan kontribusi nyata terhadap aroma, rasa dan warna, serta dengan
potensi
antioksidan
dari
(Manzocco et al., 2001).
makanan
yang
disimpan
dan
diproses
Disisi lain, reaksi MAILLARD juga dapat
menyebabkan pembentukan akrilamida. Hal ini menjadi perhatian karena
akrilamida terdapat pada makanan dengan adanya reaksi MAILLARD.
Akrilamida ditemukan dalam berbagai produk makanan dari produk
berbasis sereal (kue, biskuit, roti dan olahan lainnya), olahan kentang serta
kopi
(Mustafa,
2008).
Ames
(2009)
menyatakan
beberapa
produk
reaksi MAILLARD termasuk komponen yang dapat berdampak pada
kesehatan,
seperti
akrilamida.
Akrilamida
diklasifikasikan
sebagai
“probable human carcinogen" (Kelompok 2A) oleh Badan Internasional untuk
Penelitian Kanker ( Mucci dan Wilson, 2008). Jalur utama pembentukan
akrilamida diwakili oleh reaksi MAILLARD, yang melibatkan reaksi dari
asam amino asparagin dengan senyawa karbonil dari gula reduksi
(Mottram et al., 2002). Informasi mengenai produk
reaksi MAILLARD
khususnya senyawa akrilamida pada bawang hitam masih terbatas. Oleh
karena itu perlu dikaji senyawa akrilamida pada pembuatan bawang hitam.
Proses
pembuatan
bawang
hitam
umumnya
menggunakan
termohigrostatic chamber. Pada penelitian Bae et al, (2014) pembuatan
bawang hitam dengan perlakuan panas pada termohigrostatic chamber
menggunakan suhu bervariasi (40, 55, 70 dan 85 0C) dan kelembaban relatif
(RH) 70% selama 45 hari. Meskipun demikian bawang hitam juga dapat
diproduksi sendiri dengan alat pemasak nasi (electric rice cooker)
(Sasaki, 2015).
Electric rice cooker adalah mesin yang digunakan untuk memasak beras
menjadi nasi dengan bantuan listrik. Electric rice cooker merupakan alat
pemasak yang diminati banyak orang. Hal ini dikarenakan electric rice cooker
menawarkan kemudahan, kepraktisan dalam memasak, menanak dan
menghangatkan nasi. Sasaki (2015) menyatakan saat ini rata-rata orang
membuat sendiri bawang hitam sebagai kebiasaan dengan menggunakan
electric rice cooker.
Pembuatan bawang hitam dengan menggunakan electric rice cooker
dipilih karena penggunaan electric rice cooker sudah sangat dikenal oleh
masyarakat dan kepraktisan serta kemudahannya. Namun informasi reaksi
MAILLARD dari bawang hitam selama waktu pemanasan masih terbatas.
Oleh karena itu perlu digali informasi mengenai reaksi MAILLARD
bawang hitam yang diolah dengan electric rice cooker selama waktu
pemanasan diantaranya meliputi warna, kadar air, pH, gula reduksi, asam
amino bebas dan potensi antioksidannya. Disamping itu juga perlu dikaji
adanya pembentukan senyawa akrilamida dari reaksi MAILLARD bawang
hitam. Hasil yang didapatkan diharapkan dapat mendorong pengembangan
produk olahan pangan dengan menggunakan bawang hitam sebagai
bahan utama.
1.2 Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah diatas, maka perumusan
masalah pada penelitian ini ditekankan pada:
a. Bagaimana pengaruh waktu pemanasan terhadap pH, warna dan kadar air
bawang hitam yang diolah dengan electric rice cooker ?
b. Bagaimana pengaruh waktu pemanasan terhadap potensi antioksidan
bawang hitam yang diolah dengan electric rice cooker?
c. Bagaimana pengaruh waktu pemanasan terhadap gula reduksi bawang
hitam yang diolah dengan electric rice cooker?
d. Bagaimana pengaruh waktu pemanasan terhadap asam amino bebas
bawang hitam yang diolah dengan electric rice cooker?
e. Bagaimana pengaruh waktu pemanasan terhadap akrilamida bawang hitam
yang diolah dengan electric rice cooker?
1.3 Tujuan Umum Penelitian
Tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu mengetahui
nilai warna, kadar air, pH, potensi antioksidan, gula reduksi, asam amino
bebas dan akrilamida bawang hitam yang diolah dengan electric rice cooker
selama waktu pemanasan.
1.4 Tujuan Khusus Penelitian
Tujuan khusus yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
a.
Mendapatkan informasi nilai pH, warna dan kadar air pada bawang hitam
yang diolah dengan electric rice cooker selama pemanasan.
b.
Mendapatkan informasi potensi antioksidan bawang hitam yang diolah
dengan electric rice cooker selama waktu pemanasan.
c.
Mendapatkan informasi kadar gula reduksi bawang hitam yang diolah
dengan electric rice cooker selama waktu pemanasan.
d.
Mendapatkan informasi kadar asam amino bebas bawang hitam yang
diolah dengan electric rice cooker selama waktu pemanasan.
e.
Mendapatkan informasi kadar akrilamida bawang hitam yang diolah
dengan electric rice cooker selama waktu pemanasan.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
informasi
tentang
warna, pH, kadar air, potensi antioksidan, gula reduksi, asam amino bebas
dan akrilamida bawang hitam yang diolah dengan electric rice cooker
selama waktu pemanasan. Informasi bawang hitam terutama ditinjau dari
potensi antioksidan dan akrilamida tersebut dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk diaplikasikan pada bidang farmasi, pangan dan lain
sebagainya.
Download