ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSETS (ROA), RETURN ON EQUITY (ROE), NET PROFIT MARGIN (NPM) DAN ERNING PER SHARE (EPS) TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Pada Perusahaan Food and Beverages Yang Terdaftar Di BEI Pada Tahun 2008-2012) Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meyelesaikan Program Sarjana (S1) Pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Disusun oleh : ELIS DARNITA B11.2010.02067 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2014 i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : ELIS DARNITA NIM : B11.2010.02067 Fakultas : EKONOMI DAN BISNIS Program Studi : MANAJEMEN S-1 Judul Skripsi : ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSETS (ROA), RETURN ON EQUITY (ROE), NET PROFIT MARGIN (NPM) DAN ERNING PER SHARE (EPS) TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Pada Perusahaan Food and Beverages Yang Terdaftar Di BEI Pada Tahun 2008-2012) Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, dan apabila di kemudian hari ditemukan adanya bukti plagiat, manipulasi dan atau pemalsuan data maupun bentuk kecurangan lain, saya bersedia untuk menerima sanksi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Semarang, 20 Juni 2014 (Elis Darnita) ii PENGESAHAN SKRIPSI Nama : ELIS DARNITA NIM : B11.2010.02067 Fakultas : EKONOMI DAN BISNIS Program Studi : MANAJEMEN S-1 Judul Skripsi : ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSETS (ROA), RETURN ON EQUITY (ROE), NET PROFIT MARGIN (NPM) DAN ERNING PER SHARE (EPS) TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Pada Perusahaan Food and Beverages Yang Terdaftar Di BEI Pada Tahun 2008-2012) Dosen Pembimbing : ARIATI ANOMSARI, SE., MM Semarang, 20 Juni 2014 Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Dosen Pembimbing (Dr. Agus Prayitno) (Ariati Anomsari, SE., MM) iii PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN SKRIPSI Nama : ELIS DARNITA NIM : B11.2010.02067 Fakultas : EKONOMI DAN BISNIS Program Studi : MANAJEMEN S-1 Judul Skripsi : ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSETS (ROA), RETURN ON EQUITY (ROE), NET PROFIT MARGIN (NPM) DAN ERNING PER SHARE (EPS) TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Pada Perusahaan Food and Beverages Yang Terdaftar Di BEI Pada Tahun 2008-2012) Telah dinyatan lulus ujian pada tanggal................................... Tim Penguji : 1. Ariati Anomsari, SE., MM ( ) 2. Dian Prawitasari, SE., MM ( ) 3. Hertiana Ikasari, SE., Msi ( ) iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN Jangan pernah meremehkan usaha kecil yang kita lakukan, karena kesuksesan kita adalah akumulasi dari usaha-usaha kecil yang kita lakukan. Skripsi ini dipersembahkan untuk: Bapak dan Ibu tercinta Keluarga besar Seseorang yang terkasih Teman-temanku Almamaterku v Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh Return On Assets, Return On Equity, Net Profit Margin dan Erning Per Share secara simultan dan parsial terhadap harga saham perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012. Populasi penelitian ini adalah semua perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012. Sampel penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 12 perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari Indonesia Capital Directory Market (ICMD). Teknik analisis menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil dengan menggunakan uji F menunjukan bahwa kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA, ROE, NPM dan EPS mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial dengan uji t disimpulkan bahwa secara parsial variabel ROA dan EPS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, sedangkan variabel ROE dan NPM berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Koefisien determinasi yang ditunjukan dari nilai adjusted R-square sebesar 0,218. Hal ini berarti bahwa 21,8% variabel dependen yaitu harga saham dapat dijelaskan oleh empat variabel independen yaitu ROA, ROE, NPM dan EPS, sedangkan sisanya 78,2% dijelaskan oleh variabel atau sebab-sebab lainnya diluar model. NPM berpengaruh dominan terhadap harga saham pada perusahaan Food and Beverages yang terdaftar pada di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012. Kata Kunci: Harga Saham, Return On Assets, Return On Equity, Net Profit Margin dan Erning Per Share vi Abstract This study aims to analyze how much influence the Return on Assets, Return on Equity, Net Profit Margin and Per Share erning simultaneously and partially to the company's stock price Food and Beverages listed on the Indonesia Stock Exchange Year 2008-2012. The study population was all Food and Beverages companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2008-2012. The study sample using purposive sampling method. The samples in this study were 12 Food and Beverages companies listed in Indonesia Stock Exchange. The type of data used are secondary data derived from Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Engineering analysis using multiple linear regression analysis. Using the F test results show that the performance of the company as measured by ROA, ROE, and EPS NPM has significant influence on stock prices. Partially by t test concluded that in partial ROA and EPS do not significantly affect the stock price, while the ROE and NPM significant effect on stock prices. The coefficient of determination shown from the adjusted R-square value of 0,218. This means that the dependent variable is 21,8% stock price can be explained by the four independent variables are ROA, ROE, NPM and EPS, while the remaining 78,2% is explained by variables or other causes outside the model. NPM dominant influence on stock prices in the Food and Beverages companies listed on the Indonesia Stock Exchange in the period 2008-2012. Keywords : Stock Price , Return On Assets , Return on Equity , Net Profit Margin and erning Per Share vii KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan sehingga skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSETS (ROA), RETURN ON EQUITY (ROE), NET PROFIT MARGIN (NPM) DAN ERNING PER SHARE (EPS) TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Pada Perusahaan Food and Beverages Yang Terdaftar Di BEI Pada Tahun 2008-2012)” dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan syarat untuk menyelesaikan studi pada program Strata satu (S1) program studi Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan seluruh pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, disampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Ir. Edi Noersasongko M.Kom, selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 2. Bapak Dr. Agus Prayitno, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 3. Bapak Guruh Taufan H, SE., Mkom, selaku Kepala Program Studi Manajemen Fakutas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 4. Bapak Mahmud, SE., MM selaku Wali dosen yang telah memberikan dukungan dan pengarahan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi dengan baik. 5. Ibu Ariati Anomsari, SE., MM sebagai Dosen Pembimbing yang selalu bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi dan memberikan bimbingan serta pengarahan bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. viii 6. Ibu Dian Prawitasari, SE., MM dan Ibu Hertiana Ikasari, SE., MM selaku Dosen Penguji yang bersedia meluangkan waktu untuk berdiskus serta memberikan kritik dan saran agar penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat lebih baik lagi. 7. Ibu Ririh yang telah memberikan banyak masukan terhadap penulis berkaitan dengan program SPSS sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 8. Staff pengajar dan karyawan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang yang telah memberikan pelayanan akademik dan administrasi selama masa perkuliahan sampai dengan penyelesaian skripsi ini. 9. Bapak dan Ibu yang selalu mendoakan yang terbaik dan memberikan dorongan semangat dalam menulis skripsi. Terima kasih atas kasih sayang, doa yang selalu dipanjatkan setiap hari, perjuangan dan perhatian yang telah diberikan. 10. Keluargaku Mbah Mur dan Dek Coyok yang telah memberikan semangat dan doa untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi. 11. Andis Setiawan beserta Keluarga yang selalu memberikan semangat dan dorongan selama kuliah dan pembuataan skripsi hingga selesai. 12. Sahabatku Novika dan Rizky Mentari yang selalu memberikan dukungan dan semangat. 13. Sahabat-sahabatku, Oji, Ita, Bagas, Ivan, Cindy, Ispri, Rizky, Faizal, Irfan yang selalu memeberikan dukungan dan semangat. 14. Semua teman-teman mahasiswa UDINUS jurusan Manajemen angkatan 2010. 15. Teman-teman kuliah konsentrasi Manajemen Keuangan, Arif, Cahyo, Lisa, Unik, Siti, Diah, Ulya, dan Arum. 16. Indonesia Stock Exchange yang memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian disana. ix 17. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyusun skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu Penulis menyadari adanya keterbatasan kemampuan dan pengetahuan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, segala kritik maupun saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk kebaikan di masa depan. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan. Semarang, (Elis Darnita) x DAFTAR ISI Judul...................................................................................................................... i Pernyataa Keaslian Skripsi.................................................................................... ii Halaman Pengesahan Skripsi................................................................................ iii Halaman Pengesahan Kelulusan Ujian................................................................. iv Halaman Motto dan Persembahan........................................................................ v Abstraksi............................................................................................................... vi Kata Pengantar...................................................................................................... viii Daftar Isi............................................................................................................... xi Daftar Tabel.......................................................................................................... xiii Daftar Gambar...................................................................................................... xvi Daftar Lampiran.................................................................................................... xv Bab I Pendahuluan .......................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 10 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 11 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 12 1.5 Sistematika Penulisan ...................................................................... 12 Bab II Tinjauan Pustaka.................................................................................... 14 2.1 Landasan Teori................................................................................ 14 2.1.1 Analisis Saham..................................................................... 14 2.1.2 Harga Saham........................................................................ 16 2.1.3 Kinerja Keuangan................................................................ 19 2.1.4 Rasio Keuangan................................................................... 19 2.1.5 Rasio Profitabilitas............................................................... 20 2.1.5.1 ROA (Return on Assets)......................................... 21 2.1.5.2 ROE (Return On Equity)........................................ 22 2.1.5.3 NPM (Net Profit Margin)...................................... 23 2.1.6 Rasio Pasar........................................................................... 24 2.1.6.1 EPS (Earnings per Share)..................................... 24 2.1.7 Hubungan Antar Variabel.................................................... 25 2.2 Penelitian Terdahulu........................................................................ 27 2.3 Kerangka Konseptual...................................................................... 32 2.4 Hipotesis Penelitian......................................................................... 36 Bab III Metodologi Penelitian ........................................................................... 39 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional................................. 39 3.2 Penentuan populasi dan Sampel...................................................... 40 3.3 Jenis dan Sumber Data.................................................................. 42 3.4 Metode Pengumpulan Data............................................................ 42 xi 3.5 Metode Analisis............................................................................... 3.5.1 Uji Asumsi Klasik................................................................ 3.5.2 Analisis Regresi Linier Berganda........................................ 3.5.3 Uji Hipotesis......................................................................... Bab IV Hasil Analisis dan Pembahasan ............................................................. 4.1 Data Penelitian ................................................................................ 4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian .................................... 4.2 Analisis Data ................................................................................... 4.2.1 Statistik Deskriptif .............................................................. 4.2.2 Uji Asumsi Klasik ............................................................... 4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda ........................................ 4.2.4 Uji Hipotesis ........................................................................ 4.3 Pembahasan ..................................................................................... 4.3.1 Pengaruh ROA terhadap Harga Saham ............................... 4.3.2 Pengaruh ROE terhadap Harga Saham ............................... 4.3.3 Pengaruh NPM terhadap Harga Saham .............................. 4.3.4 Pengaruh EPS terhadap Harga Saham ................................ Bab V Kesimpulan dan Saran ............................................................................ 5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 5.2 Saran ................................................................................................ Daftar Pustaka ...................................................................................................... Lampiran-Lampiran .............................................................................................. xii 43 43 47 47 49 49 49 58 58 60 65 67 71 72 73 75 76 80 80 82 84 87 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Tabel 1.2 Tabel 2.1 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 : Harga Saham Persektor Pada Tahun 2008-2012......................... : Harga Saham Perusahaan Pada Tahun 2008-2012...................... : Penelitian Terdahulu ................................................................... : Ringkasan Definisi Operasional ................................................. : Daftar Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI................................. : Kriteria Pengambilan Sampel ....................................................... : Proses Pengambilan Sampel ....................................................... : Descriptive Statistic .................................................................... : Uji Normalitas ............................................................................ : Uji Autokorelasi ......................................................................... : Uji Multikolinearitas dengan VIF .............................................. : Hasil Regresi Linier Berganda ................................................... : Koefisien Determinasi ................................................................ : Hasil Uji F .................................................................................. : Hasil Uji t ................................................................................... xiii 7 9 28 40 41 42 53 58 61 64 65 66 68 69 70 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual ..................................................................... Gambar 4.1 : Uji Normalitas ................................................................................ Gambar 4.2 : Uji Heterokedastisitas ..................................................................... xiv 35 61 63 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A : Daftar Perusahaan dan Profil Perusahaan Sampel ..................... Lampiran A.1 : Daftar Perusahaan Sampel .............................................. Lampiran A.2 : Profil Perusahaan Sampel ............................................... Lampiran B : Data Keuangan Perusahaan Sampel ........................................... Lampiran B.1 : Harga Saham Perusahaan ................................................ Lampiran B.2 : Perkembangan ROA........................................................ Lampiran B.3 : Perkembangan ROE........................................................ Lampiran B.4 : Perkembangan NPM........................................................ Lampiran B.5 : Perkembangan EPS......................................................... Lampiran C : Hasil Output SPSS ..................................................................... Lampiran C.1 : Statistik Deskriptif .......................................................... Lampiran C.2 : Uji Asumsi Klasik ........................................................... Lampiran C.3 : Analisis Regresi Linier Berganda ................................... Lampiran C.4 : Uji Hipotesis ................................................................... xv 87 88 89 99 100 101 102 103 104 105 106 107 110 111 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Pada era globalisasi sekarang ini pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi, terutama di negara yang menganut sistem ekonomi pasar. Pasar modal menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi karena dapat menjadi sumber dan alternatif bagi perusahaan disamping bank. Pasar modal merupakan alternatif pembiayaan untuk mendapatkan modal dengan biaya yang relatif murah dan juga tempat untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang. Perusahaan publik yang terdaftar di bursa efek setiap tahun wajib menyampaikan laporan tahunan baik yang bersifat moneter maupun non moneter kepada Bursa Efek dan para investor. Pemerintah Indonesia beranggapan bahwa pasar modal merupakan sarana yang dapat mendukung percepatan perekonomi Indonesia. “Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta” (Husnan, 2001:3). Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang (Tandelin, 2001: 3). Salah satu aspek yang dinilai oleh investor adalah kinerja keuangan. Pada prinsipnya semakin baik prestasi perusahaan maka akan meningkatkan permintaan saham perusahaaan tersebut, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan pula 1 harga saham perusahaan. 2 Investasi modal merupakan salah satu aspek utama dalam keputusan investasi selain penentuan komposisi aktiva. Keputusan pengalokasian model ke dalam usulan investasi harus dievaluasi dan dihubungkan dengan resiko dan hasil yang diharapkan (Hasnawati, 2005a). Menurut signaling theory, pengeluaran investasi memperikan sinyal positif mengenai pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan harga saham yang digunakan sebagai indikator nilai perusahaan (Wahyudi dan Pawestri,2006). Menurut Fred dan Copeland (1999: 166) saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya (berapapun porsinya atau jumlahnya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut. Harga saham mencerminkan nilai dari suatu perusahaan. Jika perusahaan mencapai prestasi yang baik, maka saham perusahaan tersebut akan banyak diminati oleh para investor. Prestasi baik yayang dipublikasikan oleh perusahaan (emiten). Emiten berkewajiban untuk mempublikasikan laporan keuangan pada periode tertentu. Laporan keuangan ini sangat berguna bagi investor untuk membantu dalam pengambilan keputusan investasi, seperti menjual, membeli, atau menanam saham. Nilai perusahaan akan tercermin dalam nilai pasar sahamnya. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan bagi perusahaan yang sudah go public karena nilai perusahaan dapat menunjukkan nilai aset yang dimiliki perusahaan seperti surat-surat berharga. Saham merupakan salah satu surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan. Tinggi rendahnya harga saham banyak dipengaruhi oleh kondisi emiten. 3 Salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham adalah kemampuan perusahaan membayar dividen. Apabila dividen yang dibayar tinggi, harga saham cenderung tinggi sehingga nilai perusahaan juga tinggi. Sebaliknya bila dividen yang dibayarkan kecil maka harga saham perusahaan tersebut rendah sehingga nilai perusahaan rendah. Kemampuan membayar dividen erat hubungannya dengan kemampuan perusahaan memperoleh laba. Tinggi rendahnya harga saham ini juga merupakan refleksi dari keputusan investasi, keputusan pendanaan dan pengelolaan aset tersebut. Perusahaan harus dalam keadaan yang menguntungkan atau memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi. Hal ini dikarenakan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi, perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Profitabilitas mempunyai arti penting bagi perusahaan di dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk jangka panjang. Karena seorang investor atau pemegang saham badan usaha berkepentingan atas penghasilan saat ini dan yang diharapkan di masa yang akan datang, kestabilan penghasilan dan keterkaitan dengan penghasilan perusahaan yang lain sehingga investor atau pemegang saham perlu memperhatikan profitabilitas perusahaan. Indikator yang digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan memperoleh profitabilitas ini ditunjukkan dari beberapa ratio keuangan antara lain Return on Assets, Return on Equity, Net Profit Margin, dan Earning Per Share mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu (Hanafi, 2008:42). Return on Assets (ROA) adalah perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan aktiva untuk mengukur tingkat pengambilan investasi total (Stoner dan Sirait, 1994). Semakin tinggi Return on Asset suatu perusahaan, semakin besar pula tingkat 4 keuntungan yang dicapai oleh perusahaan. Return on Asset perlu dipertimbangkan oleh investor dalam berinvestasi saham, karena Return on Asset berperan sebagai indikator efisiensi perusahaan dalam menggunakan aset untuk memperoleh laba. Pada penelitian dari Achmad Husaini (2012) yang bejudul “Pengaruh Variabel Return On Assets, Return On Equity, Net Profit Margin dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverages tahun 2007-2009”. Secara parsial ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Dari hasil penelitian tersebut, variabel ROA mempunyai pengaruh dominan terhadap harga saham. Begitu pula pada penelitian Ina Rinati (2009) yang berjudul “Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) terhadap Harga saham pada perusahaan yang tercantum dalam indeks 45”. Pada penelitian tersebut diperoleh ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Tetapi berbeda dengan penelitian yang dilakukan dilakukan E. Amalia Itabilah (2013) “Pengaruh CR, QR, NPM, ROA, EPS, ROE, DER Dan PBV Terhadap Harga Saham Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdafta Di BEI” yang menyatakan bahwa secara parsial ROA tidak berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap harga saham. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) ROE adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari pengelolaan modal yang diinvestasikan oleh pemilik perusahaan. ROE diukur dengan perbandingan antara laba bersih dengan total modal. Angka ROE yang semakin tinggi memberikan indikasi bagi para pemegang saham bahwa tingkat pengembalian investasi makin tinggi. Jadi, para investor dapat menggunakan indikator ROE sebagai bahan pertimbangan dalam memilih saham atau menanamkan modalnya, karena rasio ini 5 menunjukkan bahwa dengan kinerja manajemen meningkat maka perusahaan dapat mengelola sumber dana pembiayaan operasional secara efektif untuk menghasilkan laba bersih sehingga saham perusahaan banyak diminati investor. Seperti pada penelitian yang dilakukan Achmad Husaini (2012) yang bejudul “Pengaruh Variabel Return On Assets, Return On Equity, Net Profit Margin dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverages tahun 2007-2009”. Secara parsial ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rescyana Putri Hutami (2012) yang berjudul. Pengaruh DPS, ROA dan NPM terhadap harga saham perusahaan Industri Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 20062010” dari hasil penelitian ROE positif dan signifikan terhadap harga saham. Penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan E. Amalia Itabillah (2013) yang meneliti “CR, QR, NPM, ROA, EPS, ROE, DER da PBV terhadap harga saham perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI” yang menghasilkan ROE berpengaruh secara signifikan. Net Profit Margin merupakan rasio antara laba bersih (net profit) yaitu sesudah dikurangi dengan seluruh expenses termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan (Syamsuddin, 2007:62). Menurut Syafri (2004:304) menyimpulkan bahwa semakin besar presentase pendapatan bersih atau laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan, berarti semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. Pada penelitian Ina Rinati (2009) yang berjudul “Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA), dan Return On Equity (ROE) terhadap Harga saham pada perusahaan yang tercantum dalam indeks 45”.Pada penelitian tersebut diperoleh 6 NPM tidak berpengaruh pada harga saham. Berbeda dengan penelitian yang dilakuan E. Amalia Itabillah (2013) yang meneliti CR, QR, NPM, ROA, EPS, ROE, DER da PBV terhadap harga saham perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI, yang menghasilkan NPM berpengaruh secara signifikan dan positif. Menurut Haryamami (2007) bahwa informasi EPS merupakan informasi yang dianggap paling mendasar dan berguna, karena bisa menggambarkan prospek earning perusahaan di masa depan. Semakin tinggi EPS, semakin tinggi pula keuntungan para pemegang saham per lembar sahamnya, yang akan berpengaruh pada minat investor untuk membeli saham dan secara tidak langsung memberikan pengaruh juga terhadap harga saham akibat banyaknya penawaran dari investor. Penelitian dari Achmad Husaini (2012) yang bejudul “Pengaruh Variabel Return On Assets, Return On Equity, Net Profit Margin dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverages tahun 2007-2009” EPS berpengaruh signifikan. Penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan E. Amalia Itabillah (2013) yang meneliti “CR, QR, NPM, ROA, EPS, ROE, DER da PBV terhadap harga saham perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI” EPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Sejak krisis global yang terjadi pada pertengahan tahun 2008, berdampak pada perekonomian dunia termasuk Indonesia. Banyak sektor ekonomi yang terkena dampak krisis ekonomi global ini, termasuk sembilan sektor yang ada di tabel 1.1 dibawah ini. Adapun tabel perkembangan harga saham persektor pada tahun 20082012 sebagai berikut: 7 Tabel 1.1 Harga Saham Persektor pada tahun 2008-2012 Tahun Makanan dan Minuman Minyak dan Gas Bumi Industri dasar Transportasi Perbankkan Property dan Real Estate Perdagangan jasa Barang konsumsi Pertanian 2008 1.607,60 2009 1.283,69 2010 2.000,25 2011 2012 3.233,95 2.816,225 1.288,87 -70,06 49,73 -40,78 -120,67 -88,67 -27,82 -150,68 1.255,25 102,93 48,57 70,94 41,85 85,91 105,39 90,81 1.034,38 41,37 12,45 54,82 38,35 71,92 63,06 30,30 1.090,43 49,04 -3,99 63,15 56,17 111,12 96,03 22,80 1.071,80 29,01 29,70 71,21 42,40 27,30 100,80 34,94 Sumber: Bura Efek Indonesia Berdasarkan tabel 1.1 diatas perkembangan harga saham persektor sangat fluktuatif. Sektor Transportasi dan sektor pertanian mengalami penurunan yang signifikan disetiap tahunnya. Sektor ini menjadi sektor yang mengalami dampak yang paling besar pada krisis global pada pertengahan 2008. Sektor pertanian menjadi sektor yang mengalami penurunan secara signifikan pada tahun 2010. Dan diikuti pada tahun berikutnya. Penurunan pada sektor ini diakibatkan harga barang yang melonjak tinggi akibat terkena dampak krisis global pada September 2008. Selain kedua sektor tersebut sektor Property dan Real Estate dan Perbankkan juga menjadi sektor yang mengalami penurunan di setiap tahunnya. Kenaikan harga bahan baku di sektor Property dan Real Estate yang diakibatkan oleh krisis global membuat sektor ini mengalami penurunan ditiap tahunnya. Penurunan sektor-sektor ini diakibatkan banyak investor yang kurang tertarik menanamkan modal di sektor-sektor yang diduga paling besar terkena dampak krisis global pada pertengahan tahun 2008. Dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, sektor Migas tetap stabil walaupun mengalami penurunan yang sedikit ditahun 2009 dan tahun 2012. Sektor yang paling 8 sedikit terkena dampak krisis adalah sektor makanan dan minuman. Sektor ini justru mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Industri makanan dan minuman merupakan salah satu sektor usaha yang terus mengalami pertumbuhan. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia, volume kebutuhan terhadap makanan dan minuman pun terus meningkat. Sejak krisis global yang terjadi pada pertengahan tahun 2008, hanya berdampak sedikit pada industri makanan dan minuman. Permintaan pada sektor tersebut tetap tinggi. Industri makanan dan minuman dapat bertahan tidak bergantung pada bahan baku ekspor dan lebih banyak menggunakan bahan baku domestik. Selain itu, karakteristik masyarakat yang cenderung gemar berbelanja makanan, ikut membantu mempertahankan industri makanan dan minuman. Dengan sedikit terpengaruhnya industri makanan dan minuman terhadap krisis global yang terjadi maka saham pada perusahaan makanan dan minuman lebih banyak menarik minat investor karena tingkat konsumsi masyarakat akan semakin bertambah sejalan dengan tuntutan kebutuhan manusia yang semakin kompleks. Selama lima tahun terakhir yaitu tahun 2008-2012, Perusahaan Food And Beverages yang Go Public di Bursa Efek Indonesia mengalami kenaikan dan penurunan dalam rasio keuangannya. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut, misalya krisis global pada tahun 2008 yang berdampak pada perekonomian Indonesia. Adapun nilai harga saham tersebut antara tahun 2008 sampai 2012 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: 9 Tabel 1.2 Harga Saham Perusahaan Food And Beverages Tahun 2008 –2012 No Perusahaan 1 2 3 PT Mayora Indah Tbk PT Indofood Sukses Makmur Tbk PT Ultrajaya Milk Industri & Trading company Tbk 4 5 6 7 8 9 10 11 12 PT Delta Djakarta Tbk PT Sekar Laut Tbk PT Tiga Pilar Sejah Tera Food Tbk PT Siantar Top Tbk PT Fast Food Tbk PT Multi Bintang Indonesia Tbk PT Tunas Baru lampung Tbk PT Cahaya Kalbar Tbk PT Sinar Mas Agro Resources Technology Tbk 2008 1,14 930 800 Harga Saham 2009 2010 2011 4,5 10,75 14,25 3,55 4,875 4,6 580 1,21 1,08 20 90 425 150 3,1 49,5 190 700 225 62 150 360 250 5,2 177 340 1,49 1,5 2012 25,3 4,85 1,05 120 111,5 190 140 140 140 780 495 610 385 690 840 9,2 9,95 14 274,95 359 690 410 590 520 1,1 950 2,225 1,8 4,275 4,175 Sumber : Bursa Efek Indonesia Berdasarkan tabel 1.2 diatas terlihat bahwa nilai harga saham selama periode 2008 – 2012, mengalami perubahan yang berfluktuasi, hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam perusahaan dan dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan yang meliputi Return On Assets , Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS) dan Net Profit Margin (NPM). Dimana variabel – variabel tersebut mempengaruhi harga saham. Faktor eksterna adalah faktor yang disebabkan oleh krisis ekonomi, dan biasanya bersifat makro seperti situasi politik, keamanan, suku bunga dan kebijakan pemerintah yang meliputi adanya rasio keuangan perusahaan. Latar belakang diatas menunjukkan bahwa hasil penelitian mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap harga saham masih sangat berfariatif. Ketertarikan yang timbul untuk melakukan penelitian ini karena hasil yang tidak selalu konsisten, 10 Hal ini merupakan salah satu yang mendorong untuk melakukan penelitian tentang rasio keuangan yang mempengaruhi harga saham. Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian terdahulu, penelitian ini juga menggunakan rasiorasio keuangan yang digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan menurut Weston dan Copeland (1992 : 244) dan rasio yang peneliti pakai diantaranya rasio Profabilitas dengan menggunakan Return On Assets (ROA) dan Return On Equity ROE serta menggunakan Market Valuation ratio degan menggunakan Earning Per Share (EPS). Berdasarkan latar belakang diatas peneliti mencoba untuk meneliti pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat pada perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan mengambil judul “Analisis Pengaruh Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM) Dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Food Dan Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Pada Tahun 2008-2012)”. 1.2 Rumusan Masalah Pokok Penelitian Bertolak dari latar belakang yang dikemukakan diatas, maka yang menjadi masalah pokok penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh Return On Assets terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008 – 2012 ? 2. Bagaimana pengaruh Return On Equity terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008 – 2012 ? 11 3. Bagaimana pengaruh Net Profit Margin terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008 – 2012 ? 4. Bagaimana pengaruh Erning Per Share terhadap Harga Saham pada perusahaan Food and Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008 – 2012 ? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis dan mengukur seberapa besar pengaruh Return On Assets terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008 – 2012. 2. Untuk menganalisis dan mengukur seberapa besar pengaruh Return On Equity terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008 – 2012. 3. Untuk menganalisis dan mengukur seberapa besar pengaruh Net Profit Margin terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008 – 2012. 4. Untuk menganalisis dan mengukur seberapa besar pengaruh Erning Per Share terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008 – 2012. 12 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfat untuk : 1. Menambah bukti empiris dan memberikan kontribusi dalam memperkaya penelitian - penelitian sebelumnya. 2. Bagi investor hasil penelitian ini dapat memberikan acuan pengambilan keputusan investasi terkait dengan Harga Saham. 3. Bagi pihak manajemen perusahaan dapat menjadi salah satu acuan pengambilan kebijakan mengenai Harga Saham. 4. Bagi akademisi dan peneliti diharapkan dapat menjadi rujukan pengembangan ilmu keuangan mengenai kajian Harga Saham. 1.5 Sistematika Penulisan Agar penelitian yang telah dibuat dalam bentuk laporan ini mudah untuk dipahami oleh pembaa, maka laporan penelitian ini dibagi menjadi bagian-bagian sebagai berikut : BAB I: PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika laporan penelitian. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas mengenai teori yang digunakan ketika melakukan penelitian, pemaparan studi-studi penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan perumusan hipotesis. 13 BAB III: METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai variabel dan definisi operasional penelitian, populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data penelitian, metode pengumulan data dan metode analisis data. BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi mengenai deskripsi objek penelitian, analisis data dan pembahasan. BAB V: PENUTUP Bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Analisis Saham Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2001). Perkiraan harga saham perusahaan dimasa yang akan datang dalam penentuan keputusan investasi terdapat 2 (dua) macam analisis yaitu: 1. Analisis Teknikal Menurut Husnan (2005:341), Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham tersebut di waktu yang lalu. Analisis teknikal adalah menganalisis harga saham berdasarkan informasi yang mencerminkan kondisi perdagangan, keadaan pasar, permintaan dan penawaran harga dipasar saham, fluktuasi kurs, volume transaksi pada masa yang lalu. Harga saham ditentukan oleh kekuatan pasar (permintaan dan penawaran). Informasi yang digunakan adalah kondisi perdagangan saham, fluktuasi kurs, volume transaksi perdagangan yang terjadi di pasar modal. 14 15 2. Analisis Fundamental Analisis fundamental merupakan analisis yang digunakan untuk mencoba memprediksi harga saham diwaktu yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang berpengaruh terhadap harga saham diwaktu yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Model ini dikenal sebagai share price forecasting model.Dalam model peramalan ini, langkah yang penting adalah mengidentifikasi faktor-faktor fundamental (seperti penjualan, biaya, pertumbuhan penjualan, kebijakan deviden, dan lain-lain) yang diperkirakan akan berpengaruh terhadap harga saham. Jika kemampuan perusahaan semakin meningkat (menghasilkan laba yang meningkat) maka harga saham akan meningkat pula. Dengan kata lain profitabilitas akan mempengaruhi harga saham (Husnan, 2004) Analisis fundamental menyatakan bahwa setiap investasi saham mempunyai landasan kuat yaitu nilai intrinsik yang dapat ditentukan melalui suatu analisis terhadap kondisi perusahaan pada saat sekarang dan pospeknya di masa yang akan datang. Nilai intrinsik merupakan suatu fungsi dari faktor perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan suatu keuntungan yang diharapkan dengan suatu risiko yang melekat pada saham tersebut. Nilai inilah yang diestimasi oleh para pemodal atau analisis. Hasil dari estimasi ini akan dibandingkan dengan nilai pasar sekarang (current market price), sehingga dapat diketahui saham-saham yang overprice atau underprice bilamana harga saham dipasar saham lebih kecil dari harga wajar atau harga seharusnya, demikian juga sebaliknyanalisis faktor fundamental didasarkan pada analisis keuangan yang tercermin dalam rasio-rasio keuangan yang 16 terdiri dari lima rasio diantaranya yaitu, rasio likuiditas, rasio rentabilitas (profitabilitas), rasio solvabilitas, rasio pasar dan rasio aktivitas. 2.1.2 Harga Saham Menurut Fred dan Copeland (1999: 166) saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan, selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya (berapapun porsinya atau jumlahnya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut. Harga saham senantiasa bergerak dan pergerakan tersebut ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran saham itu sendiri di pasar modal. Bagi investor harga mencerminkan nilai suatu perusahaan. Semakin baik suatu perusahaan mengelola usahanya dalam memperoleh keuntungan, semakin tinggi juga nilai perusahaan tersebut di mata para investor. Harga saham yang cukup tinggi akan memberikan return bagi investor berupa capital gain yang pada akhirnya akan berpengaruh juga terhadap citra perusahaan. Harga saham dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu: a. Harga Nominal Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena deviden minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal. b. Harga Perdana Harga ini merupakan harga pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin 17 emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana. c. Harga pasar Kalau harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa. Transaksi di sini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar–benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001: 10) harga saham dibentuk karena adanya pemintaan dan penawaran atas saham. Permintaan dan penawaran tersebut terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang sifatnya makro seperti kondisi ekonomi negara, kondisi sosial dan politik, maupun informasi-informasi yang berkembang, selanjutnya Husnan dan Pudjiastuti (1998: 134) mengatakan apabila kemampuan perusahaan menghasilkan laba meningkat, harga saham akan meningkat. Dengan kata lain, profitabilitas akan mempengaruhi harga saham. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap harga saham dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: 18 1. Faktor yang bersifat fundamental Merupakan faktor yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhinya. Faktor-faktor ini meliputi: a. Kemampuan manajemen dalam mengelola kegiatan operasional perusahaan. b. Prospek bisnis perusahaan di masa datang. c. Prospek pemasaran dari bisnis yang dilakukan. d. Perkembangan teknologi yang digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan. e. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. 2. Faktor yang bersifat teknis Faktor teknis menyajikan informasi yang menggambarkan pasaran suatu efek, baik secara individu maupun secara kelompok. Para analis teknis dalam menilai harga saham banyak memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Perkembangan kurs b. Keadaan pasar modal c. Volume dan frekuensi transaksi suku bunga d. Kekuatan pasar modal dalam mempengaruhi harga saham perusahaan. 3. Faktor sosial politik a. Tingkat inflasi yang terjadi b. Kebijaksanaan moneter yang dilakukan oleh pemerintah c. Kondisi perekonomian d. Keadaan politik suatu negara 19 2.1.3 Kinerja Keuangan Bambang Rianto dalam bukunya “Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan” (1998:253) mengatakan bahwa kinerja keuangan adalah suatu memperediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber dana yang ada. Kinerja keuangan dapat dikatakan sebagai hasil yang dicapai oleh perusahaan atas berbagai aktivitas yang dilakukan dalam mendayagunakan sumber keuangan yang tersedia. Penilaian kinerja melalui laporan keuangan didasarkan pada data dan kondisi dimasa lalu sulit untuk mengekstrapolasikan ekspektasi masa depan. Menurut mulyadi (Hasanah 2012), manfaat kinerja keuangan adalah: 1) Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efesien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum. 2) Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan. 3) Mengidentifikasi kebutuhan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. 4) Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan. 2.1.4 Rasio Keuangan Fahmi (2012:48-49) menyatakan rasio (ratio) adalah perbandingan jumlah, dari satu jumlah dengan jumlah lainnya itulah dilihat perbandingannya dengan harapan nantinya akan ditemukan jawaban yang selanjutnya itu dijadikan bahan kajian untuk dianalisis dan diputuskan. Rasio keuangan sebagai instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut, 20 untuk kemudian menunjukkan resiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan. Hal ini menunjukkan bahwa analisis rasio keuangan, meskipun didasarkan pada data dan kondisi masa lalu tetapi dimaksudkan untuk menilai resiko dan peluang di masa yang akan datang. Menurut Hanafi dan Halim (2009) rasio keuangan terdiri dari beberapa jenis yaitu: likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan rasio pasar. Rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio solvabilitas merupakan rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Dan rasio pasar melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai buku perusahaan. Rasio-rasio tersebut ingin melihat prospek dan risiko perusahaan pada masa yang akan mendatang. Faktor prospek dalam rasio tersebut akan mempengaruhi harapan investor terhadap perusahaan pada masa- masa mendatang. 2.1.5 Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) Profitabilitas adalah faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada manajemen untuk melakukan dan mengungkapkan kepada pemegang saham program tanggung jawab sosial secara lebih luas (Heinze, 1976 dalam Rimba, 2010). Rasio profitabilitas menyediakan evaluasi menyeluruh atas kinerja perusahaan dan manajemennya. Rasio ini mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan. Tujuan profitabilitas berkaitan degan kemampuan perusahaan untuk meraup laba yang memuaskan sehingga pemodal dan pemegang saham akan mempengaruhi kebijakan para investor atas investasi yang dilakukan. 21 Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para investor menarik dananya. Sedangkan bagi peruahaan itu sendiri profitabilitas dapat degunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolan badan usaha tersebut. Rasio pfofitabilitas terdiri dari Gross Profit Margin, Net Profit Margin (Margin Laba Bersih), Return on Investment (ROI) dan Return On Equity (ROE). Variabel profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Return on Assets, Return on Equity, Net Profit Margin. 2.1.5.1 Return on Assets (ROA) Return on Assets (ROA) adalah perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan aktiva untuk mengukur tingkat pengambilan investasi total (Stoner dan Sirait, 1994). Return on Assets (ROA) mencerminkan kemampuan perusahaan menggunakan modal yang di investasikan dalam total asset dalam menghasilkan laba perusahaan. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting untuk mengetahui profitabilitas suatu perusahaan. Return on Assets (ROA) merupakanukuran efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dan memanfaatkan aktiva yang dimiliki. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut makin diminati investor, karena tingkat 22 pengembalian akan semakin besar. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) angka ROA dapat dikatakan baik apabila > 2%. Untuk mengetahui nilai ROA dapat dicari dengan rumus: ROA= Sumber: Riyanto (1998) 2.1.5.2 Return on Equity (ROE) Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba bersih setelah bunga dan pajak dengan modal sendiri. ROE dipilih karena merupakan alat yang dapat menggambarkan kemampuan profitabilitas perusahaan. Return on Equity (ROE) mencerminkan kemampuan ekuitas dalam menghasilkan laba . Menurut Riyadi (2006: 155) Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba bersih dengan modal (modal inti) perusahaan. Rasio ini menunjukkan tingkat persentase yang dapat dihasilkan. ROE sangat penting bagi para pemegang saham dan calon investor, karena ROE yang tinggi berarti para pemegang saham akan memperoleh dividen yang tinggi pula dan kenaikan ROE akan menyebabkan kenaikan saham. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) ROE adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari pengelolaan modal yang diinvestasikan oleh pemilik perusahaan. ROE diukur dengan perbandingan antara laba bersih dengan total modal. Angka ROE yang semakin tinggi memberikan indikasi bagi para pemegang saham bahwa tingkat pengembalian investasi makin tinggi. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) angka ROE dapat dikatakan baik apabila > 12%.ROE dapat dicari dengan rumus: 23 Sumber: Riyanto (1998) 2.1.5.3 Net Profit Margin (NPM) Menurut Bastian dan Suhardjono (2006: 299) dalam Rinati Net Profit Margin adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Hubungan antara laba bersih sesudah pajak dan penjualan bersih menunjukkan kemampuan manajemen dalam mengemudikan perusahaan secara cukup berhasil untuk menyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya untuk suatu resiko. Para investor pasar modal perlu mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Dengan mengetahui hal tersebut investor dapat menilai apakah perusahaan itu profitable atau tidak. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) angka NPM dapat dikatakan baik apabila > 5%. Untuk mengetahui nilai NPM dapat di cari dengan rumus: Sumber: Riyanto (1998) 24 2.1.6 Rasio Pasar (Market Rations) Rasio pasar adalah rasio yang mengukur harga relatif terhadap nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasarkan pada sudut investor atau calon investor, meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio-rasio ini. Ada beberapa rasio yang bisa dihitung yaitu Price Earning ratio (PER), Earning Per Share (EPS), Dividend Yield dan pembayaran deviden ( deviden payout). 2.1.6.1 Earning Per Share (EPS) Menurut Haryamami (2007) bahwa informasi EPS merupakan informasi yang dianggap paling mendasar dan berguna, karena bisa menggambarkan prospek earning perusahaan di masa depan. Semakin tinggi EPS, semakin tinggi pula keuntungan para pemegang saham per lembar sahamnya, yang akan berpengaruh pada minat investor untuk membeli saham dan secara tidak langsung memberikan pengaruh juga terhadap harga saham akibat banyaknya penawaran dari investor. Syamsuddin (2009:66) berpendapat, salah satu indikator keberhasilan perusahaan adalah EPS, karena EPS menunjukkan besar jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. EPS memiliki beberapa tujuan yaitu untuk mengetahui perkembangan perusahaan, menentukan harga pasar saham dan menentukan besar deviden yang akan dibagikan. Semakin tinggi tingkat EPS mengindikasikan semakin tingginya keuntungan berupa deviden yang akan dibagikan ke investor. EPS menjadi daya tarik bagi investor untuk memiliki saham perusahaan terkait karena EPS yang tinggi dianggap akan mampu memberikan keuntungan yang tinggi pula. 25 Earning Per Share (EPS) merupakan perbandingan antara pendapatan yang dihasilkan (laba bersih) dan jumlah saham yang beredar. Earnings Per Share (EPS) menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham. Untuk mengetahui nilai EPS dapat di cari dengan rumus : Sumber: Riyanto (1998) 2.1.7 Hubungan Pengaruh Antar Variabel 1. Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Harga Saham Return On Asset mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu (Mamduh dan Halim 2009:84). Semakin besar rasio ini semakin baik. Menurut Mukhtarudin dan Desmon (2007) bahwa rasio ini menghubungkan laba bersih yang diperoleh dari operasi perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut. Semakin tinggi tingkat rentabilitas keuangan perusahaan maka semakin kuat kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, dan semakin tinggi juga tingkat kepercayaan investor yang berpengaruh terhadap tingginya permintaan saham perusahaan tersebut di pasar modal yang secara langsung berpengaruh terhadap tingginya harga saham . 2. Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham Return On Equity mengukur laba dari sudut pandang pemegang saham, rasio ini tidak memperhitungkan deviden maupun capital gain untuk pemegang saham. Rasio ini bukan pengukur return pemegang saham yang sebenarnya (Mamduh dan 26 Halim 2009:84). Menurut Syafri (2004:305) mengatakan bahwa rasio ini menunjukan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Menurut Nurani (2009) bahwa Semakin tinggi ROE, maka semakin efisien dan efektif manajemen perusahaan atau dengan kata lain baiknya kinerja perusahaan tersebut sehingga mempengaruhi minat investor dalam berinvestasi pada perusahaan yang mengakibatkan tingginya penawaran dan tingginya harga saham. 3. Pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap Harga Saham Net Profit Margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjulan tertentu. Net Profit Margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Net Profit Margin yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya yang tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan yang tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut (Mamduh dan Halim 2009:83). Menurut Syafri (2004:304) menyimpulkan bahwa semakin besar presentase pendapatan bersih atau laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan, berarti semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. Penelitian oleh Trisno dan Soejono (2008) bahwa semakin tinggi NPM semakin baik kinerja perusahaan sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk nenanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Akibat adanya kepercayaan investor dalam menanamkan modalnya sehingga permintaan akan jumlah lembar saham meningkat sehingga mempengaruhi harga saham. 27 4. Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham Earning Per Share (Laba per lembar saham) merupakan indikator yang secara ringkas menyajikan kinerja perusahaan yang dinyatakan dengan laba. Menurut Tendelilin (2001:241) Informasi EPS suatu perusahaan menunjukan laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Menurut Haryamami (2007) bahwa informasi EPS merupakan informasi yang dianggap paling mendasar dan berguna, karena bisa menggambarkan prospek earning perusahaan di masa depan. Semakin tinggi EPS, semakin tinggi pula keuntungan para pemegang saham per lembar sahamnya, yang akan berpengaruh pada minat investor untuk membeli saham dan secara tidak langsung memberikan pengaruh juga terhadap harga saham akibat banyaknya penawaran dari investor. 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu berisi tentang hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan seagai perbandingan dan referensi pada penelitian ini. Penelitin yang digunakan sebagai pembanding dan referensi pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 28 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Judul Variabel Metode 1 Achmad Husaini Harga Regresi (2012) Saham (Y) linier “Pengaruh Variabel ROA(X1) berganda. Return On Assets, ROE (X2) Return On Equity, NPM (X3) Net Profit Margin EPS (X4) Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan” 2 E. Amaliah Itabillah (2013) “Pengaruh CR, QR, NPM, ROA, EPS, ROE, DER Dan PBV Terhadap Harga Saham Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di BEI” Harga Regresi Saham (Y) linier CR(X1) berganda. QR(X2) NPM (X3) ROA (X4) EPS (X5) ROE (X6) DEER (X7) PBV (X8) Hasil 1. Dari hasil uji secara simultan dengan uji F dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan yang diukur dari ROA, ROE, NPM, dan EPS mempunyai pengaruh terhadap harga saham. 2. Dari hasil uji secara parsial dengan uji t, dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel ROA dan EPS yang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap harga saham, sedangkan variabel ROE dan NPM berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap harga saham. 1.CR berpengaruh secara signifikan dan berpengaruh negative terhadap harga saham. 2. QR berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham dan berpengaruh positif terhadap harga saham 3. Net Profit Margin berpengaruh secara signifikan dan positif terhadapharga saham 4.ROA berpengaruh secara signifikan dan negative terhadap harga saham 5. EPS berpengaruh secara signifikan dan berpengaruh positif terhadap harga saham 6.ROE berpengaruh secara signifikan dan berpengaruh negatif terhadap harga saham 7. DER berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap harga saham 8. PBV berpengaruh secara 29 3 Ina Rinati (2008) “Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA) Dan Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham Pada Harga Regresi Saham (Y) linier NPM (X1) berganda ROA (X2) ROE (X3) Perusahaan Yang Tercantum Dalam Indeks 45” 4 Rescyana Putri Hutami (2012) “Pengaruh Dividend Per Share, Return On Equity Dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham Perusahaan Industri manufaktur Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Periode 20062010” Harga Regresi Saham (Y) linier DPS (X1) berganda ROA (X2) NPM (X3) signifikan terhadap harga saham dan positif 1. Hasil dari regresi linier ganda secara serempak (bersama– sama) variabel independem yang diuji (NPM, ROA,ROE) berpengaruh terhadap harga saham. 2. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa NPM tidak berpengaruh terhadap harga saham.dan positif. 3. Pada variabel ROA diperolehh hasil bahwa variabel ini mempunyai pengaruh terhadap harga saham dan positif terhadap harga saham. 4. Pada variabel ROE diperoleh hasil bahwa variabel ini tidak berpengaruh terhadap harga saham dan positif terhadap harga saham. 1. Dividend per Share berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga SahamPerusahaan Industri Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2010. 2. Return on Equity pengaruh positif dan signifikan terhadap Harga SahamPerusahaan Industri Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2010. 3. Net Profit Margin pengaruh positif dan signifikan terhadap Harga SahamPerusahaan Industri Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2010. 4. Dividend per Share, Return on Equity dan Net Profit Margin pengaruh positif dan signifikan secara bersamasama (simultan) terhadap Harga Saham Perusahaan 30 5 Astri Wulan Dini Dan Iin Indarti (2011) Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA) Dan Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham Yang Terdaftar Dalam Indeks Emiten LQ45 Tahun 2008 – 2010 6 Antok Budi Prastyo (2012) “Pengaruh ROA, ROE, NPM, EPS Dan DTAR Terhadap Harga Saham Perusahaan Pertambangan Tahun 2005-2009” Harga Regresi Saham (Y) linier NPM (X1) berganda ROA (X2) ROE (X3) Harga Regresi Saham (Y) linier ROA(X1) berganda ROE (X2) NPM (X3) EPS (X4) DTAR (X5) Industri Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2010. 1) Berdasarkan pengujian hipotesis secara parsial (uji-t) a. Variabel NPM (X1) tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap harga saham perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010. b. Variabel ROA (X2) tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010. c. Variabel ROE (X3) berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010. 2) Berdasarkan pengujian hipotesis secara simultan (uji F) yang telah dianalisis,maka diketahui bahwa NPM (X1), ROA (X2), dan ROE (X3) secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham (Y) pada perusahaan LQ45 tahun 2008-2010. 1. Dari hasil uji f menunjukkan hasil yang signifikan bahwa Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Earning Per Share (EPS), dan Debt To Total Asset Ratio (DTAR) merupakan model yang fit dalam melihat pengaruhnya terhadap harga saham. 2. Hasil dari Uji t bahwa hanya terdapat satu variabel yang berpengaruh terhadap harga saham perusahaa, pertambangan, yaitu Earning Per Share (EPS). 31 7 Dwi Murtiningsih (2012) “Pengaruh ROA, ROE, NPM, EPS Dan DER Terhadap Tingkat Harga Saham (Pada Perusahaan Food and Baverages Di BEI Tahun 20082010)” Harga Regresi Saham (Y) linier ROA(X1) berganda ROE (X2) NPM (X3) EPS (X4) DER (X5) 8 Indra Ricky Onibala1 Parengkuan Tommy2 Paulina Van Rate3 (2014) “Analisis Rasio Profitabilitas Dan Risiko Keuangan Terhadap Harga Saham XL Axiata Tbk Yang Terdaftar Di BEI Periode 20072012” Harga Regresi Saham (Y) linier ROA(X1) berganda ROE (X2) NPM (X3) EPS (X4) Resiko Kurs (X5) Terdapat empat variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan, yaitu Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM) dan Debt To Total Asset Ratio (DTAR). 1. Return On Assets (ROA) secara parsial berpengaruh dengan arah hubungan yang positif tetapi tidak signifikan terhadap harga saham. 2. Return On Equity (ROE) secara parsial berpengaruh dengan arah hubungan yang positif tetapi tidak signifikan terhadap harga saham. 3. Net Profit Margin (NPM) secara parsial berpengaruh dengan arah hubungan yang positif dan signifikan terhadap harga saham. 4. Earning Per Share (EPS) secara parsial berpengaruh dengan arah hubungan yang positif dan signifikan terhadap harga saham. 5. Debt To Equity Ratio (DER) secara parsial berpengaruh dengan arah hubungan yang negatif tetapi tidak signifikan terhadap harga saham. 1. Return on Assets, Return On Equity, Net Profit Margin dan Risiko Kurs secara simultan (uji-f) bergaruh terhadap variable tidak bebas yaitu Harga Saham. 2. Return on Assets, Return On Equity, Net Profit Margin dan Risiko Kurs secara parsial (uji-t) : a. Return On Assets (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. b. Return On Equity (ROE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. c. Net Profit Margin (NPM) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. d. Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. 5. Resiko kurs berpengaruh 32 9 Novi Indriana (2010) “Pengaruh DER, BOPO, ROA Dan EPS Terhadap Harga Saham Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Pada Bank Devisa” Harga Regresi Saham (Y) linier DER (X1) berganda BOPO (X2) ROA (X3) EPS (X4) Vasta Biqul Khoir 1 Siti Ragil Handayani2 Zahroh Z.A.3 (2013) “Pengaruh EPS, ROA, NPM, DAR Dan Long Term Debet To Equity Ratio Terhadap Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Sub sektor Perdagangan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012)” Sumber: Berbagai Jurnal Harga Regresi Saham (Y) linier EPS(X1) berganda ROA (X2) NPM (X3) DAR (X4) Long Term Debet To Equity Ratio (X5) 10 2.3 positif dan signifikan terhadap harga saham 1. Variabel DER (X1), BOPO (X2), ROA (X3), dan EPS (X4) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap harga saham (Y) 2. Uji-t variabel ROA (X3), dan EPS (X4) berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham. Uji-t variabel DER (X1) dan BOPO (X2) tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap harga saham. 1. Earning Per Share, Return On Assets, Net Profit Margin, Debt to Assets Ratio dan Long Term Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan Perdagangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012 2. Earning Per Share dan Long Term Debt to Equity Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham pada perusahaan Perdagangan. Sedangkan Return On Assets, Net Profit Margin dan Debt to Assets Ratio berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham. Kerangka Konseptual Profitabilitas yang tinggi merupakan suatu keberhasilan perusahaan dalam memperoleh laba berdasarkan aktivanya maupun berdasarkan modal sendiri. Return On Assets merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (tingkat pengambilan) yang akan digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih setelah pajak. 33 ROA umumnya digunakan investor sebagai pedoman dalam membuat keputusan investasi. Hanya investasi yang memberikan ROA seperti yang diharapkan oleh investor yang diterima. Return On Asset mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu (Mamduh dan Halim 2009:84). Menurut Syafri (2004:305) bahwa rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Menurut Mukhtarudin dan Desmon (2007) bahwa rasio ini menghubungkan laba bersih yang diperoleh dari operasi perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut. Saat laba sebelum bunga dan pajak naik dan total aktiva turun maka ROA akan naik, semakin besar ROA semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan. Ini menunjukkan bahwa manajemen dapat menggunakan total aktiva perusahaan dengan baik (aktiva lancar dan aktiva tetap) dan pada akhirnya akan meningkatkan harga saham perusahaan sehingga menarik banyak investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan. Semakin tinggi tingkat rentabilitas keuangan perusahaan maka semakin kuat kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, dan semakin tinggi juga tingkat kepercayaan investor yang berpengaruh terhadap tingginya permintaan saham perusahaan tersebut di pasar modal yang secara langsung berpengaruh terhadap tingginya harga saham . Return On Equity mengukur laba dari sudut pandang pemegang saham, rasio ini tidak memperhitungkan deviden maupun capital gain untuk pemegang saham. Rasio ini bukan pengukur return pemegang saham yang sebenarnya (Mamduh dan Halim 2009:84). Menurut Syafri (2004:305) mengatakan bahwa rasio ini menunjukan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. 34 Menurut Nurani (2009) bahwa Semakin tinggi ROE, maka semakin efisien dan efektif manajemen perusahaan atau dengan kata lain baiknya kinerja perusahaan tersebut sehingga mempengaruhi minat investor dalam berinvestasi pada perusahaan yang mengakibatkan tingginya penawaran dan tingginya harga saham. Net Profit margin (NPM) yaitu rasio yang menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Net Profit Margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Net Profit Margin yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya yang tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan yang tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut (Mamduh dan Halim 2009:83). Saat laba bersih naik, total penjualan pun akan naik hal ini disebabkan karena tingginya biaya yang dikeluarkan sehingga NPM tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham. Hal ini berarti manajemen mengalami kegagalan dalam hal operasional (penjualan) dan ini akan mengakibatkan mengurangnya kepercayaan investor untuk berinvestasi dalam perusahaan. Earning Per Share (Laba per lembar saham) merupakan indikator yang secara ringkas menyajikan kinerja perusahaan yang dinyatakan dengan laba. Menurut Tendelilin (2001:241) Informasi EPS suatu perusahaan menunjukan laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Menurut Haryamami (2007) bahwa informasi EPS merupakan informasi yang dianggap paling mendasar dan berguna, karena bisa menggambarkan prospek earning perusahaan di masa depan. Salah satu penyebab mengapa earnings per share (EPS) menarik investor adalah karena adanya anggapan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividen dan harga saham. 35 Nilai EPS yang diharapkan akan mempengaruhi tingkat kepercayaan investor terhadap investasi dalam perusahaan tersebut. Semakin tinggi EPS, semakin tinggi pula keuntungan para pemegang saham per lembar sahamnya, yang akan berpengaruh pada minat investor untuk membeli saham dan secara tidak langsung memberikan pengaruh juga terhadap harga saham akibat banyaknya penawaran dari investor. Apabila EPS meningkat maka permintaan akan saham tersebut juga meningkat maka harga saham akan naik, perubahan harga saham atau fluktuasi harga saham ini akan mendatangkan capital gain/loss. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulakan bahwa peningkatan EPS akan menyebabkan peningkatan dividen dan harga saham. Peningkatan harga pasar saham menyebabkan timbulnya capital gain. Dengan demkian perubahan EPS akan mempengaruhi return yang diperoleh investor dalam bentuk capital gain/loss dan dividen. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dapt digambarkan kerangka konsep sebagai berikut: 36 ROA (X1) H1 ROE H2 (X2) Harga Saham H3 (Y) NPM 3 (X3) H4 EPS (X4) Gambar 2.1 : Kerangka konseptual Sumber: Jurnal EMBA Vol.2 No.1 Maret 2014, Hal. 374-384 2.4 Hipotesis Return On Asset mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu (Mamduh dan Halim 2009:84). Saat laba sebelum bunga dan pajak naik dan total aktiva turun maka ROA akan naik, semakin besar ROA semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan. Ini menunjukkan bahwa manajemen dapat menggunakan total aktiva perusahaan dengan baik (aktiva lancar dan aktiva tetap) dan pada akhirnya akan meningkatkan harga saham perusahaan sehingga menarik banyak investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan. Semakin tinggi tingkat rentabilitas keuangan perusahaan maka semakin kuat kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, dan semakin tinggi 37 juga tingkat kepercayaan investor yang berpengaruh terhadap tingginya permintaan saham perusahaan tersebut di pasar modal yang secara langsung berpengaruh terhadap tingginya harga saham. H1 : Return On Asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham Perusahaan. Return On Equity mengukur laba dari sudut pandang pemegang saham, rasio ini tidak memperhitungkan deviden maupun capital gain untuk pemegang saham. Rasio ini bukan pengukur return pemegang saham yang sebenarnya (Mamduh dan Halim 2009:84). Menurut Nurani (2009) bahwa Semakin tinggi ROE, maka semakin efisien dan efektif manajemen perusahaan atau dengan kata lain baiknya kinerja perusahaan tersebut sehingga mempengaruhi minat investor dalam berinvestasi pada perusahaan yang mengakibatkan tingginya penawaran dan tingginya harga saham. H2 : Return On Equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham Perusahaan. Net Profit Margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Net Profit Margin yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya yang tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan yang tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut (Mamduh dan Halim 2009:83). Saat laba bersih naik, total penjualan pun akan naik hal ini disebabkan karena tingginya biaya yang dikeluarkan sehingga NPM tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham. Hal ini berarti manajemen mengalami kegagalan dalam hal operasional (penjualan) dan ini akan mengakibatkan mengurangnya kepercayaan investor untuk berinvestasi dalam perusahaan. 38 H3 : Net Profit Margin berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham Perusahaan. Menurut Tendelilin (2001:241) Informasi EPS suatu perusahaan menunjukan laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Apabila EPS meningkat maka permintaan akan saham tersebut juga meningkat maka harga saham akan naik, perubahan harga saham atau fluktuasi harga saham ini akan mendatangkan capital gain/loss. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulakan bahwa peningkatan EPS akan menyebabkan peningkatan dividen dan harga saham. Peningkatan harga pasar saham menyebabkan timbulnya capital gain. Dengan demkian perubahan EPS akan mempengaruhi return yang diperoleh investor dalam bentuk capital gain/loss dan dividen. H4 : Earning Per Share berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham Perusahaan. 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Penelitian ini menguji dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Variabel Return On Assets, Return On Equity, Net Profit Margin Dan Earning Per Share. Sedangkan variabel dependennya adalah Harga Saham. Definisi oprasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan cara memberi arti, atau mempersiapkan kegiatan, ataupun memberikan suatu oprasional yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut (Sawir, 2001). Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2005). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Harga Saham. Variabel independen adalah variabel yag mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau terikat (Sugiyono, 2005) Variabel-variabel penelitian dan definisi Operasional dalam penelitian ini dapat disajikan dalam Tabel 3.1 dibawah ini: 39 40 Tabel 3.1 Ringkasan Definisi Operasional Variabel No 1 Jenis Variabel ROA 2 ROE 3 NPM 4 EPS 5 Harga Saham 3.2 Definisi Skala Rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungn bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva Rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas perusahaan Merupakan perbandingan antara laba bersih dengan penjulan perusahaan Rasio pasar yang menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. Rasio Pengukuran ROA = Rasio Rasio Rasio Saham merupakan salah satu bentuk efek atau surat berharga yang diperdagangkan dipasar modal (bursa) Harga Saham pada periode akhir tahun (closing price) Penentuan Populasi dan Sampel Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek yang mempunyai kualitas dan karaktrisrik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2005). Dalam penelitian 41 ini populasinya adalah perusahaan Food dan Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012 berjumlah 16 perusahaan Food dan Beverages. Berikut 16 perusahaan Food dan Beverages yang terdaftar di BEI 2008-2012. Tabel 3.2 Daftar Perusahaan Food dan Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia No 1 2 Perusahaan PT Mayora Indah Tbk PT Indofood Sukses Makmur Tbk 3 PT Ultrajaya Milk Industri & Trading company Tbk 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 PT Delta Djakarta Tbk PT Sekar Laut Tbk PT Tiga Pilar Sejah Tera Food Tbk PT Siantar Top Tbk PT Fast Food Tbk PT Multi Bintang Indonesia Tbk PT Tunas Baru lampung Tbk PT Cahaya Kalbar Tbk PT Akasha Wira Internasional Tbk PT Davomas Abadi PT Nippon Indosari Corpindo Tbk PT Sinar Mas Agro Resources Technology Tbk PT Pioneerindo Gourment International Tbk Sumber: Bursa Efek Indonesi Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karaktristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,2005). Dalam penelitian ini, sampel diambil secara purposive sample yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan pertimbangan subyektif penelitian disesuai dengan tujuan penelitian. Sampel yang digunakan dalam penlitian ini adalah perusahaan Food dan Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008-2012. Berikut penggolongan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditentukan : 42 Tabel 3.3 Kriteria Pengambilan Sampel No KRITERIA JUMLAH 1 Saham yang masih aktif dibidang perdagangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu perusahaan Food Dan Beverages yang pada tahun 2008-2012. 16 2 Perusahaan Food Dan Beverages yang pada tahun 2008-2012 yang menyajikan laporan keuangan dan rasio secara lengkap sesuai denganvariabel yang akan diteliti berdasarkan sumber yang digunakan. 12 3.3 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data serta di publikasikan pada masyarakat pengguna data. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2012. 3.4 Metode pengumpulan Data Metode yang digunakan adalah metode dokumentasi yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,gambar maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya. 43 3.5 Metode Analisis Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data kuatitatif disini berupa data runtut waktu (time series) yaitu data yang disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu. Data yang digunakan selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi Harga Saham. Model analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda yang sebelumnya dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji heterogenitas,uji multikolinearitas dan uji autokorelasi. Untuk perhitungan regresinya maka penulis menggunakan alat bantu program komputer (SPSS 17). 3.5.1 Uji Asumsi Klasik Menurut Ghozali (2006), uji asumsi klasik terdiri dari: 1. Uji Normalitas Menurut Ghozali (2006) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel pengganggu atau residual dala model regresi memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji f mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel yang kecil. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak menurut Ghozali (2006) yaitu dengan melakukan uji statistik non-paraedik Kolmogorov-Smirnof (K-S). Uji KS dilakukan dengan melihat tingkat signifikansi dari Kolmogorov- Smirnof. Jika 44 signifikansinya lebih dari 0,05 maka dinyatakan normal. Selain itu, uji K-S juga dilakukan dengan membuat hipotesis. 2. H0 : Data residual berkontribusi normal H1 : Data residual tidak berkontribusi normal Uji Multikolonearitas Ghozali (2006) mengemukakan bahwa uji multikolonearitas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) pada model regresi. Model regresi yang baik merupakan model regresi yang tidak terjadi korelasi. Jika variabel independen pada suatu penelitian saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal merupakan variabel independen yang nilai korelasinya antar sesama variabel independennya nol. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonearitas dalam model regresi menurut Ghozali (2006). Multikolonearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel indpenden lainnya. Jad nilai tplerace yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umumnya dipakai ntuk mmenunjukan adanya multikolonearitas adalah nilai Tolerance <0.01 atau nilai VIF > 10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolonearitas yang masih dapat ditolerir. Misalnya nilai tolerance = 0.10 sama dengan tingkat kolonearitas 0.95. walaupun multikolonearitas dapat dideteksi dengan nilai Tolerance dan VIF, tetapi masih tetep tidak diketahui variabel independen mana sajakah yang saling berkolerasi. 45 3. Uji Autokorelasi Uji autokolerasi menurut Ghozali (2006) betujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada kolerasi antara kealahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi kolerasi, maka dinamakan ada masalah autokolerasi. Autokolerasi muncul karena observasi (pengamatan) yang beruntutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini muncul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada individu/kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu atau kelompok yang sama pada periode berikutnya. Pada data crossection (silang waktu), masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena “gangguan” pada observasi ang berbeda berasal dari individu/kelompok yang berbeda. Model regresi yang baik merupakan regresi yang bebas dari autokorelasi. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tau tidaknya autokorelasi manurut Ghozali (2006) yaitu dengan uji Run Test. Run test sebagian dari statistik non-parametrik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis). H0 : residual (res_1) random (acak) HA : residual (res_1) tidak random 46 4. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan yang lain. Jika variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lan tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Kebanyakan data crossection mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (Ghozali, 2006). Salah satu cara untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas yaitu dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik Scatter Plot antara SRESID dengan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y diprediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studentized. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut (Ghozali, 2006) : a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu (bergelombang dan melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. 3.5.2 Analisis Regresi Linier Berganda Hubungan fungsional antara variabel dependen dengn lebih dari satu variabel independen dapat digunakan teknik regresi berganda dengan bantuan SPSS 17. Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka teoritis yang disajikan sebelumnya, maka model yang digunakan adalah sebagai berikut: 47 Y = a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 e dimana : Y = Harga Saham a =Konstanta β = Kofisien regresi X1 = ROA X2 = ROE X3 = NPM X4 = EPS e =variabel residual 3.5.3 Uji Hipotesis Selanjutnya untuk menguji tingkat signifikansi atau keeratan hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat maka digunakan berbagai uji statistik diantaranya : 1. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Menurut Ghozali (2006) Uji statistik t padadasarnya menunjukan sejauh mana pengaruh satu variabel penjelasan/independen secara individual dalam menerangkan variasi dependen. Berdasarkan uji yang akan dilakukan dengan uji statistik t maka hipotesis yang akan diajukan yaitu: H0 =Tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel independen terhadap variabel dependen. HA =Ada pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabe independen terhadap variabel dependen. 48 Dasar analisisnya yaitu: a. HA diterima jika signifikansi < α maka H0 ditolak. b. HA ditolak jika signifikansi > α maka H0 diterima. 2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji F menurut Ghozali (2006) menunjukan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersamasama terhadap variabel dependen. Maka hipotesis yang diajukan adalah: H0 =Tidak ada pengaruh yang signifikan secara simultan dari variabel independen terhadap variabel dependen. HA =Ada pengaruh yang signifikan secara simultan dari variabe independen terhadap variabel dependen. a. HA diterima jika signifikansi < α maka H0 ditolak. b. HA ditolak jika signifikansi > α maka H0 diterima. 3. Koefisien Determinasi (Uji statistik R2) Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefesien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variansi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberika hampir semua informasi yang digunakan untuk memprediksi varinsi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang relatif rendah karene adanya variasi yang besar antar masing-masing pengamat, sedangkan untuk data runtun waktu biasanya mempunya koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali, 2006). BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian 4.1.1 1. Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Bursa Efek Indonesia Sejarah Bursa Efek Indonesia tidak lepas dari kondisi politik dan sosial, hal ini karena setiap kejadian politik memiliki sistem pemerintahan dan kebijakan yang berbeda. Sejarah bursa efek atau pasar modal di Indonesia memulai dari masa kolonial Belanda, masa orde lama dan masa orde baru. a. Perkembangan Bursa Indonesia pada Masa Kolonial Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tempatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal pada waktu itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Pada awalnya jenis efek yang diperdagangkan dalam bursa efek tersebut, terutama berupa saham dan obligasi perusahaan serta perkebunan Belanda yang berada di Indonesia. Disamping itu juga diperdagangkan dalam bursa tersebut, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Perkembangan pasar modal di Batavia ini diakui dengan dibukanya Bursa Efek Surabaya dan Semarang tahun 1925. Namun perkembangan itu tidak berlangsung lama karena terjadi perang dunia II, sebagai akibatnya pada awal tahun 1939 bursa efek di surabaya dan Semarang ditutup. Kemudian diikuti oleh bursa efek di Jakarta pada tanggal 49 50 10 Mei 1940, dengan ditutupnya ketiga bursa efek tersebut maka kegiatan bursa praktis berhenti sama sekali b. Perkembangan Bursa Efek Indonsia pada masa Orde Lama Dengan berhentinya ketiga bursa efek tersebut maka mendorong pemerintah untuk mengaktifkan kembali Bursa Efek Indonesia. Hal ini dinyatakan dalam UU No.15/1952 tentang bursa dan keputusan Menteri Keuangan nomor 28973/UU tanggal 1 November 1951. Bedasarkan undangundang dan keputusan Bursa Efek Indonesia dibuka kembali setelah berhenti beberapa waktu lamanya. Penyelenggaraan diserahkan kepada Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE) yang terdiri dari tiga bang negara. Beberapa perantara efek dan Bank Indonesia sebagai penasehat. Walaupun sempat mengalami perkembangan yang cukup pesat pada tahun-tahun awal, memburuknya perekonomian dan masalah-masalah politik sejak tahun 1960 menyebabkan kinerja BEI mengalami stagnasi. c. Perkembangan Bursa Efek pada masa Orde Baru Pada masa pemerintah orde baru, keadaan perekonomian di Indonesia mulai menuju kearah perbaikan dengan ditandai adanya perencanaan pembangunan lima tahun. Hal ini turut mendorong kembali perkembangan pasar modal Indonesia setelah mengalami stagnasi. Hal ini dimulai dengn persiapan pembentukan pasar modal yang baru. Usaha pemerintah tersebut ditandai dengan pembentukan badan pembina pasar uang dan modal pada tahun 1972, badan ini bertugas antara lain untuk mempersiapkan pembentukan suatu lembaga pasar uang dan modal serta melakukan pembinaan pasar uang dan modal secara bertahap. Setelah diadakan 51 persiapan-persiapan dengan melibatkan lembaga-lembaga yang telah dibentuk sebelumnya maka pemerintah mengeluarkan seperangkat peraturan yang isi pokoknya Keputusan Presiden No. 52 tahun 1976 tentang pembentukan Badan Pembina Pasar Modal dan Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPPEPAM) dan peraturan perdagangan di pasar modal. Setelah melaui langkah persiapan dan pembinaan yang dilakukan sebelumnya oleh pemerintah maka pasar modal Indonesia siap dibentuk dan diresmikan pada tanggal 10 Agustus 1977. 2. Perusahaan yang menjadi Objek Penelitian Objek penelitia ini adalah perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008 sampai 2012 yang mengeluarkan data keuangan. Jumlah perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008 sampai 2012 adalah sebanyak 16 perusahaan. Pengambilan sampel dengan metode pendekatan non probability sampling yaitu metode pengambilan sampel yang tidak semua anggota populasi diberikan kesempatan untuk dipilih menjadi sampel penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel dari target spesifik yang akan mempu menyediakan informasi yang diinginkan karena mereka adalah satu-satunya yang bisa memberi informasi yang dibutuhkan karena mereka sesuai dengan kriteria tertentu yang ditetapkan peneliti (Uma Sekaran, 2003:235). Maka diperoleh sampel sebanyak 12 perusahaan dengan 60 data penelitian. Adapun proses sampling yang dilakukan beserta kriteria yang ditetapkann adalah sebagai berikut. 52 Tabel 4.1 Proses Pengambilan Sampel Keterangan Sampel Awal Tidak menyajikan laporan keuangan tahun 2008-2012 Sampel yang memenuhi kriteria Perusahaan 16 (4) Data 80 (20) 12 60 Berdasarkan Tabel 4.1 sampel yang dapat diteliti pada penelitian ini sebanyak 60 data penelitian dari 12 perusahaan Food and Beverages. Berikut daftar ke 12 perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 20082012 : a. PT Mayora Indah Tbk PT Mayora Indah Tbk atau Mayora Group adalah salah satu kelompok bisnis produk konsumen di Indonesia yang didirikan pada tanggal 17 Februari 1977. Perusahaan ini tercatat di Bursa Efek Jakarta sejak tanggal 4 Juli 1990. PT Mayora didirikan dengan akta No. 204 tanggal 17 Februari 1977 dari Poppy Savitri Parmanto, S.H., pengganti dari Ridwan Suselo SH., notaris di Jakarta. Akta pendirian disahkan oleh Mentri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusan No. Y.A.5/5/14 tanggal 3 Januari 1978, diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.39 tanggal 15 Mei 1990. b. PT Indofood Sukses Makmur Tbk PT Indofood Sukses Makmur Tbk didirikan pertama kali dengan nama PT Panganjaya Intikusuma pada tanggal 14 Agustus 1990 berdasarkan akta No. 249 tanggal 15-11- 1990 dan diubah kembali dengan akta No. 171 tanggal 20-6-1991, dibuat dihadapan Beny Kristanto, SH., dan mendapat 53 persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. C2-2915 HT.01.01Th.91 tanggal 12-7-1991, serta telah didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dibawah No.579,580 dan 581 tanggal 5-8-1991, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.12 tanggal 11-2-1992. Tambahan No.611 Perseroan mengubah namanya yang semula PT Panganjaya Intikusuma menjadi PT Indofood Sukses Makmur, berdasarkan Keputusan Rapat Umum Luar Biasa para Pemegang Saham yang dituangkan dalam akta Risalah Rapat No.51 tanggal 5-2-1994 yang dibuat Benny Kristanto, SH, Notaris di Jakarta. c. PT Ultra Jaya Industri Tbk PT Ultra Jaya Tbk selanjutnya disebut sebagai perusahaan susu dan perusahaan dagang, didirikan oleh akte notaris nomor 8 tertanggal 2 November 1971 kemudian berubah pada No. 71 tanggal 29 Desember 1997. Keduanya (akte) tersebut dicatat oleh Komar Andasasmita, SH., di Bandung. Akte nomor 34 tanggal 27 April dan dipublikasikan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia No. 131. Pabrik perusahaan dan domisili di Jalan Raya Cimarene No. 131 Pedlarang 40552, Bandung Regency. d. PT Delta Djakarta Tbk PT Delta Djakarta Tbk adalah perusahaan bir terbesar Indonesia. PT Delta Djakarta adalah produsen dan distributior beberapa merek bir terbaik di dunia dibawah merek dagang Anker, Carlsberg, San Miguel dan Kuda Putih. Perusahaan ini juga merupakan figur kunci dalam pasar minuman nonalkohol di Indonesia dengan mereknya Sodaku dan Ice. Sejak didirikan pada tahun 1932 oleh perusahaan Jerman Archipel Brouwerij NV, kepemimpinan 54 PT Delta Djakarta telah berpindah tangan beberapakali . pada perang Dunia II, kendali perusahaan diserahkan kepada perusahaan Belanda sebelum diturunkan ke sebuah perusahaan Jepang pada tahun 1942. Tiga tahun kemudian, Belanda menguasai perusahaan ini kembali. Pada tahun 1984, PT Delta Djakarta menjadi begian dari generasi pertama dari perusahaan di Indonesia yang go public dan menjual saham di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya. e. PT Sekar Laut Tbk PT Sekar Laut Tbk didirikan 19 Juli 1976 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1976. Perusahaan ini tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak tanggal 4 Juli 1990. PT Sekar Laut Tbk didirikan berdasarkan Akte Notaris No. 120 tanggal 19 Juli 1976 dari Soetjipto, SH, Notaris di Surabaya. Akte pendirian perusahaan ini telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusannya No. Y.A.5/56/1 tanggal 1 Maret No.87, tambahan No. 984 tanggal 30 Oktober 1987. Kantor pusat SKLT berlokasi di Wisma Nugra Santana, Lt. 7, Suite 707, Jln. Jend. Sudirman Kav. 7-8, Jakarta 10220 dan Kantor cabang berlokasi di Jalan Raya Darmo No. 23-25, Surabaya, serta Pabrik berlokasi di Jalan Jenggolo II/17 Sidoarjo. SKLT tergabung dalam Sekar Grup. f. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk yang dahulunya bernama PT Asia Intiselera Tbk didirikan dalam rangka Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1966, undang-undang No. 12 tahun 1972 berdasarkan akta No. 143 tanggal 26 Januari 1990 dari Winanto 55 Wiryomatani, S.H, Notaris di Jakarata. Akta pendiri disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusannya No. C21827.HT.01.01 tahun 1991. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan terutama meliputi bidang usaha mie dan mie instan. Perusahaan mulai beroprasi secara komersil pada tahun 1990. Hasil produksi dipasarkan didalam negri dan diluar negeri. g. PT Siantar Top Tbk PT Siantar Top Tbk didirikan berdasarkan akta No. 45 tanggal 12 Mei 1987 dari Ny. Endang Widjajanti, SH, notaris dan akta perubahannya No. 64 tanggal 24 Maret 1988 dari notaris yang sama. Akta pendirian dan perubahan tersebut telah sisahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusan No. C2-5873.HT.01.01.Th.88 tanggal 11 Juli 1988 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 104 tanggal 28 Desember 1993, tambahan No. 5226. Anggaran Dasar Perseroan telah beberapa kali mengalami perubahan, terakhir dengan akta 31 tanggal 6 Agustus 2001 dari Dyah Ambarwaty Setyoso, SH, notaris di Surabaya. h. PT Fast Food Indonesia Tbk PT Fast Food Indonesia Tbk adalah pemilik tunggal waralaba KFC di Indonesia, didirikan oleh Gelael Group pada tahun 1978 sebagai pihak pertama yang memperoleh waralaba KFC untk Indonesia. Perseroan mengawali operasi restoran pertamanya pada bulan Oktober 1979 di jalan Melawai, Jakarta dan sukses outlet ini kemudian diikuti outlet-outlet lainnya di Jakarta dan di berbagai kota-kota besar lain di Indonesia seperti Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makkasar dan Manado. Keberhasilan dalam 56 mengembangkan pasar menjadi KFC sebagai bisnis waralaba cepat saji yang dikenal luas dan dominan di seluruh Indonesia. Bergabungnya Salim Group sebagai pemegang saham utama telah meningkatkan pengembangan perseroan pada tahun 1990, dan tahun 1993 terdaftar sebagai emitem Bursa Efek Jakart sebagai langkah untuk mendorong pertumbuhannya. i. PT Multi Bintang Indonesia Tbk PT Multi Bintang Indonesia Tbk merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi minuman yang bermarkas di jakarta. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1931 dibawah nama NV Nederlancsh Indische Bierbrouwerijen. Pada tahun 1936 perusahaan ini berada dibawah pengawasan Belanda yaitu Heineken Internasional Beheer BV. Produk yang dihasilkan adalah bir dengan merk Bir Bintang dan Guiness. Bir Bintang enguasai lebih dari 60% begian dari pasar bir. Perusahaan sudah bekerjasama dengan Heikenan Technische Beheer dan Guinness Overseas Ltd. j. PT. Tunas Baru Lampung Tbk PT Tunas Baru Lampung Tbk didirikan berdasarkan akta No.23 tanggal 27 Desember 1973 dari halim Kurniawan, SH, Notaris di Teluk Betung. Akta pendiri ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.Y.A.5/233/25 tanggal 10 Juli 1975 serta diumumkan dalam Berita Republik Indonesia No. 44 tanggal 1 Juni 1999, tambahan No.3194 Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta No. 20 tanggal 13 Agustus 1999 dari Ny. Machrani Moertolo S, S.H, notaris Jakarta, antaralain mengenai perubahan nilai nominal saham serta peningkatan modal dasar. Perubahan ini telah 57 disahkan oleh Direktur Jendral Hukum dan Perundang-undangan Departemen Kehakiman dengan surat No. C-15025/HT.01.04.TH.99 tanggal 18 Agustus 1999 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 91 tanggal 12 November 1999 tambahan No. 316. k. PT Cahaya Kalbar Tbk PT Cahaya Kalbar Tbk didirikan di Pontianak pada tanggal 3 Februari 1968 berdasarkan akta no.1 yang dibuat dihadapan Mohammad Damiri, Notaris di Pontianak. Badan hukum Perseroan berubah menjadi Perseroan Terbatas berdasarkan akta no. 49 tanggal 9 Desember 1980. Anggaran dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan dihadapan Notaris Tommy Tjoa Keng Liet, SH., dan Notaris Mohammad Damri, keduanya notaris Pontianak. Akta-akta tersebut telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-1390 HT.01.01 TH 88 tanggal 17 Februari 1988. l. PT Sinar Mas Agro Resources And Technology Tbk PT Sinar Mas Agro Resources And Technology Tbk didirikan tahun 1962, PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk ( “SMART” atau “Perseroan” ) saat ini adalah salah satu perusahaan publik produk konsumen berbasis kelapa sawit terintegrasi yang terbesar di Indonesia. PT. SMART, Tbk. merupakan perusahaan yang termasuk dalam SINAR MAS GROUP. Nama perusahaan PT. SMART, Tbk. merupakan singkatan dari PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk. Di dalam melaksanakan operasional usahanya, PT. SMART, Tbk. mempunyai pabrik beserta kelengkapan fasilitas produksi utama dan pendukung yang berada di kawasan 58 Belawan, Medan, Sumatera Utara dengan status hak milik yang dikeluarkan oleh pejabat pembuat Akta Tanah Kota Medan Nomor 65 dan oleh kantor Agraria Kota Medan Nomor A 1424361 dan A 1424362, dengan total luas lahan 64.970 m2 dengan dukungan instalasi Tangki Timbun (Bulking Installation) yang berada di Jalan Balmerah Baru III, Belawan II, Kecamatan Medan Belawan, Medan 4.2 Analisis Data 4.2.1 Statistik Deskriptif Analisis deskriptif untuk penelitian ini yaitu dengan mengambil data periode 2008 sampai 2012 yaitu sebanyak 60 data pengamatan. Deskripsi variabel dalam statistik deskriptif yang digunakan meliputi nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi variabel dependen (harga saham) dengan variabel independen (ROA,ROE,NPM dan EPS). Distribusi statistik deskriptif masing-masing variabel terdapat pada Tabel 4.2 berikut : Tabel 4.2 Descriptive Statistics Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation ROA 60 1.69 41.56 9.4805 9.25554 ROE 60 -11.28 323.19 23.5682 44.51544 NPM 60 .01 .34 .0973 .07433 EPS 60 6.00 969.00 204.3735 217.07316 Harga Saham 60 1.05 950.00 234.9853 283.65587 Valid N (listwise) 60 59 Sumber : Data sekunder yang diolah Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa rata-rata masing-masing variabel berada pada angka positif, variabel Return On Assets (ROA) yang merupakan perbandingan antara laba bersih dengan aktiva untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari pengguna aktiva, yang menunjukan nilai rata-rata 9,480 dengan standar deviasi 9,255. Hasil perhitungan diatas tampak bahwa nilai ROA tertinggi sebesar 41,56 yang terdapat pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk pada tahun 2011 dan nilai ROA terendah sebesar 1,69 yang terdapat pada perusahaan PT Sinar Mas Agro Resources Technology Tbk. Variabel Return on Equity (ROE) yang merupakan perbandingan antara laba bersih setelah bunga dan pajak dengan modal sendiri. Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata sebesar 23,568 dengan standar deviasi 44,515. Hasil perhitungan diatas tampak bahwa nilai ROE tertinggi sebesar 323,19 yang terdapat pada perusahaan PT Multi Bintang Indonesia Tbk pada tahun 2009 dan nilai ROE terendah sebesar -11.28 yang terdapat pada perusahaan PT Sekar Laut Tbk pada tahun 2009. Variabel Net Profit Margin (NPM) yang merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan. Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata sebesar 0,0973 dengan standar deviasi 0,0743. Hasil perhitungan diatas tampak bahwa nilai NPM tertinggi sebesar 0,34 yang terdapat pada perusahaan PT Multi Bintang Indonesia Tbk pada tahun 2010 dan nilai NPM terendah sebesar 0,01 yang terdapat pada perusahaan PT Sekar Laut Tbk dan PT Cahaya Kalbar Tbk pada tahun 2008. 60 Variabel Earning Per Share (EPS) yang merupakan perbandingan antara pendapatan yang dihasilkan (laba bersih) dan jumlah saham yang beredar. Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata 204,373 dengan standar deviasi 217,073. Hasil perhitungan diatas tampak bahwa nilai EPS tertinggi sebesar 969,00 yang terdapat pada perusahaan PT. Mayora Indah Tbk pada tahun 2010 dan nilai EPS terendah sebesar 6 yang terdapat pada perusahaan PT Sekar Laut Tbk pada tahun 2008. 4.2.2 Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan yang diperlukan untuk mendapatkan model regresi yang baik yang memenuhi kriteria Best, Linear, Unbiased dan Efecient Estimator (BLUE), sehingga layak dipakai untuk memprediksi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal ataukah mendekati normal. Normalitas pada umumnya dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik normal P-P Plot. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : a. Jika data menyebar sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 61 Analisis ini menggunakan analisis regresi linier dengan syarat model regresi yang baik adalah distribusi data masing-masing variabel yang normal atau mendekati normal. Pengujian normalitas dengan menggunakan Uji Kolmogorov – Smirnov yang dilakukan terhadap nilai residual (Ghozali, 2006). Hasil pengujian terhadap data awal diperoleh sebagai berikut : Gambar 4.1: Uji Normalitas Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Tabel 4.3 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardize d Residual N Normal Parameters 60 a,,b Mean Std. Deviation .0000000 2.42116055E2 62 Most Extreme Absolute .108 Differences Positive .108 Negative -.090 Kolmogorov-Smirnov Z .838 Asymp. Sig. (2-tailed) .484 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Data sekunder yang diolah Hasil pengujian normalitas terhadap 60 data penelitian menunjukan bahwa data sudah berdistribusi normal yang ditunjukan dengan nilai signifikansi pada pengujian Kolmogorov – Smirnov diatas lebih besar dari 0,05 yaitu 0,484. 2. Uji Heterokedastisitas Pengujian heterokedastisitas digunakan untuk melihat apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan Scatter Plot. Salah satu cara untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas yaitu dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik Scatter Plot antara SRESID dengan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y diprediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studentized. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut (Ghozali, 2006) : a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu (bergelombang dan melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas. 63 b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. Gambar 4.2 Uji Heterokedastisitas Sumber : Data sekunder yang diolah Dari Gambar 4.2 Scatter Plot terlihat bahwam titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapet disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi Harga Saham berdasarkan masukan variabel independen ROA, ROE, NPM dan EPS. 3. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode (t) dengan kesalahan pada periode sebelumnya (t-1). Uji autokorelasi dilakukan untuk mengidentifikasi apakah terdapat autokorelasi antara error yang terjadi antar periode yang diujikan 64 dalam model regresi. Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi dilihat nilai uji run test. Tabel 4.4 Autokorelasi Runs Test Unstandardized Residual Test Value a -60.62708 Cases < Test Value 30 Cases >= Test Value 30 Total Cases 60 Number of Runs 29 Z Asymp. Sig. (2-tailed) -.521 .602 a. Median Sumber : Data sekunder yang diolah Hasil pengujian autokorelasi terhadap 60 data penelitian menunjukan bahwa tidak terjadi gangguan autokorelasi pada model penelitian yang ditunjukan dengan nilai signifikansi pada uji run test diatas lebih besar dari 0,05 yaitu 0,605. 4. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya korelasi antar variabel independen dalam suatu model regresi. Untuk mengetahui apakah terjadi multikolinearitas atau tidak dalam model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai yang umum digunakan untuk menunjukan adanya multikolineartias adalah nilai tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai VIF < 10 (Ghozali, 2006). Nilai tolerance dan Variance 65 Inflation Factor (VIF) yang terdapat pada masing-masing variabel terlihat pada Tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas dengan VIF Coefficients a Correlations Model Zero-order Partial Collinearity Statistics Part Tolerance VIF 1 (Constant) ROA -.042 -.184 -.160 .253 3.947 ROE .003 -.012 -.010 .468 2.136 NPM .102 .274 .243 .388 2.579 EPS -.459 -.480 -.467 .963 1.038 a. Dependent Variable: Harga Saham Sumber : Data sekunder yang diolah Suatu model regresi dinyatakan bebas dari multikolinearitas jika memiliki nilai Tolerance diatas 0,10, dari tabel diatas nilai tolerance dari semua variabel independen tidak terdapat nilai diatas 0,10. Dari Tabel 4.5 diperoleh bahwa semua variabel bebas memiliki nilai VIF berada dibawah angka 10. Dengan demikian maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas antar variabel indepeden dalam model regresi. 4.2.3 Analisis Regresi Linear Berganda Penelitian ini menggunakan analisis linear berganda untuk menguji hipotesis, yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel independen Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM) dan Earning Per Share (EPS). 66 Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17. Hasil pengolahan data yang diperoleh selanjutnya akan diuji mengenai makna model tersebut secara parsial dan secara simultan. Koefisien regresi dilihat dari nilai unstandarized coefficient karena semua variabel independen maupun dependen memiliki skala pengukuran yang sama yaitu rasio. Tabel 4.6 Hasil Regresi Linear Berganda Coefficients a Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Std. Error 311.735 60.418 ROA -9.744 7.008 ROE -.094 NPM EPS Coefficients Beta t Sig. 5.160 .000 -.318 -1.391 .170 1.072 -.015 -.087 .931 1489.867 705.348 .390 2.112 .039 -.622 .153 -.476 -4.060 .000 a. Dependent Variable: Harga Saham Sumber : Data sekunder yang diolah Hasil pengujian persamaan regresi pada Tabel 4.6 dapat dijelaskan sebagai berikut : Harga Saham = 311,735 - 9,744 ROA - 0,94 ROE + 1489,867 NPM – 0,622 EPS Persamaan regresi diatas memiliki makna : 1. Kostanta sebesar 311,735 menyatakan bahwa jika variabel bebas ROA, ROE, NPM dan EPS dianggap 0, maka harga saham adalah 311,735. 2. Return On Asset (ROA) mempunyai koefisien regresi dengan arah negatif sebesar -9,744. Jika diasumsikan variabel independen lain konstan, maka 67 setiap kenaikan Return On Asset (ROA) 1% pada Harga Saham akan mengalami penurunan sebesar 9,744%. 3. Return on Equity (ROE) mempunyai koefisien regresi dengan arah negatif sebesar -0,94. Hal ini menunjukan bahwa kenaikan sebesar 1% pada variabel Return on Equity (ROE) maka Harga Saham akan mengalami penurunan sebesar 0,94%. 4. Net Profit Margin (NPM) mempunyai koefisien regresi dengan arah positif sebesar 1489,867. Hal ini menunjukan bahwa kenaikan sebesar 1% pada variabel Net Profit Margin (NPM) maka Harga Saham akan mengalami kenikan sebesar 1489,867%. 5. Earning Per Share (EPS) mempunyai koefisien regresi dengan arah negatif sebesar –0,622. Hal ini menunjukan bahwa kenaikan sebesar 1% pada variabel Earning Per Share (EPS) maka Harga Saham akan mengalami penurunan sebesar 0,622%. 4.2.4 Uji Hipotesis Setelah mendapatkan model regresi yang baik dengan tidak adanya penyimpangan terhadap asumsi klasik maka langkah selanjutnya adalah menganalisis hasil regresi dengan pengujian hipotesis. 1. Koefisien Determinasi Koefesien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefesien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang 68 mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2006). Hasil nilai adjusted R-square dari regresi digunakan untuk mengetahui Harga Saham yang dipengaruhi oleh variabel-variabel independennya. Tabel 4.7 Koefisien Determinasi Model Summary b Change Statistics Std. Error Mod el R 1 .521 a R Adjusted R of the R Square F Square Square Estimate Change Change .271 .218 250.76577 .271 5.123 Sig. F df1 df2 4 55 Change .001 a. Predictors: (Constant), EPS, ROA, ROE, NPM b. Dependent Variable: Harga Saham Sumber : Data sekunder yang diolah Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukan bahwa koefisien determinasi yang ditunjukan dari nilai adjusted R-square sebesar 0,218. Hal ini berarti bahwa 21,8% variabel dependen yaitu Harga Saham dapat dijelaskan oleh empat variabel independen yaitu ROA, ROE, NPM dan EPS. Sedangkan sisanya 78,2% dijelaskan oleh variabel atau sebab-sebab lainnya diluar model. 2. Uji F Uji F bertujuan untuk menguji pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama. Apabila probabilitas (signifikansi) lebih besar dari α (0,05) maka variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel Harga Saham, tetapi jika probabilitas (signifikansi) 69 lebih kecil dari α (0,05) maka variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel Harga Saham. Pengujian hipotesis uji F digunakan untuk melihat apakah secara keseluruhan variabel independen mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap variabel dependen. Dari hasil pengujian secara simultan diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.8 Hasil Uji F b ANOVA Model Sum of Squares 1 Df Mean Square Regression 1288587.652 4 322146.913 Residual 3458590.856 55 62883.470 Total 4747178.507 59 F 5.123 Sig. a .001 a. Predictors: (Constant), EPS, ROA, ROE, NPM b. Dependent Variable: Harga Saham Sumber : Data sekunder yang diolah Berdasarkan pada Tabel 4.8 diperoleh bahwa model persamaan ini memiliki Fhitung sebesar 5,123 dengan tingkat signifikansi 0,001 menunjukan bahwa Harga Saham dapat dijelaskan oleh ROA, ROE, NPM dan EPS. Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukan bahwa secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu Harga Saham. 3. Uji t Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji 70 statistik t digunakan untuk menguji hipotesis pertama sampai dengan hipotesis keempat. Dari hasil pengujian analisis regresi sebagaimana pada lampiran diketahui nilai t hitung sebagai berikut : Tabel 4.9 Hasil Uji t Coefficients a Standardized Unstandardized Coefficients Model B Std. Error 1 (Constant) 311.735 60.418 ROA -9.744 7.008 ROE -.094 NPM EPS Coefficients Beta t Sig. 5.160 .000 -.318 -1.391 .170 1.072 -.015 -.087 .931 1489.867 705.348 .390 2.112 .039 -.622 .153 -.476 -4.060 .000 Sumber : Data sekunder yang diolah 1. Pengujian Hipotesis Pertama H1 : Return On Asset (ROA) memiliki pengaruh negatif terhadap Harga Saham Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh hasil estimasi variabel Return On Asset (ROA) sebesar nilai thitung= 1,391 dengan probabilitas sebesar 0,170. Nilai signifikansi diatas 0,05 menunjukan bahwa variabel Return On Asset (ROA) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Harga Saham. Dengan demikian maka H1 ditolak. 2. Pengujian Hipotesis Kedua H2 : Return on Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap Harga Saham 71 Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh hasil estimasi variabel Return on Equity (ROE) sebesar nilai thitung = 0,87 dengan probabilitas sebesar 0,931. Nilai signifikansi diatas 0,05 menunjukan bahwa variabel Return on Equity (ROE) memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Harga Saham. Dengan demikian H2 ditolak. 3. Pengujian Hipotesis Ketiga. H3 : Net Profit Margin (NPM) berpengaruh positif signifikan terhadap Harga Saham Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh hasil estimasi variabel Net Profit Margin (NPM) sebesar nilai thitung = 2,112 dengan probabilitas sebesar 0,039. Nilai signifikansi dibawah 0,05 menunjukan bahwa variabel Net Profit Margin (NPM) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham. Dengan demikian H3 diterima. 4. Pengujian Hipotesis Keempat H4 : Earning Per Share (EPS) berpengaruh negatif terhadap Harga Saham Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh hasil estimasi variabel Earning Per Share (EPS) sebesar nilai thitung = 4,060 dengan probabilitas sebesar 0,000. Nilai signifikansi dibawah 0,05 menunjukan bahwa variabel Earning Per Share (EPS) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Harga Saham. Dengan demikian H4 ditolak. 4.3 Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukan bahwa harga saham dapat dijelasakan oleh variabel Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM) dan Earning Per Share (EPS) yang secara bersama-sama (simultan) berpengaruh secara signifikan. Secara parsial ketiga variabel independen Return On 72 Assets (ROA), Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) memiliki koefesian negatif sedangkan variabel independen Net Profit Margin (NPM) memiliki koefesien positif. Tetapi dalam penelitian ini Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham, artinya peningkatan maupun penurunan harga saham tidak akan mempengaruhi Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE). Sedangkan peningkatan Net Profit Margin (NPM) dan Earning Per Share (EPS) akan cenderung memiliki harga saham yang tinggi. 4.3.1 Pengaruh Harga Saham terhadap Return On Assets (ROA) Return On Asset mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu (Mamduh dan Halim 2009:84). Semakin besar rasio ini semakin baik. Semakin tinggi tingkat rentabilitas keuangan perusahaan maka semakin kuat kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, dan semakin tinggi juga tingkat kepercayaan investor yang berpengaruh terhadap tingginya permintaan saham perusahaan tersebut di pasar modal yang secara langsung berpengaruh terhadap tingginya harga saham . Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukan bahwa Return On Assets memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif tehadap harga saham. Terlihat pada rata-rata ROA tiap tahunnya berfluktuatif naik turun tetapi harga saham terus mengalami peningkatan. Kondisi ini, menggambarkan bahwa kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan untuk mengendalikan seluruh biaya-biaya operasional maupun non oprasional sangat rendah. Karena perusahaan lebih banyak memiliki total aktiva dibandingkan dengan laba bersih, kemungkinan banyak aktiva 73 yang menganggur akibatnya hanya sebagian investor yang melirik dari segi profit assets. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam berinvestasi investor tidak memperhatikan ROA sebagai salah satu pertimbangan dalam mengambil keputusan investasinya. Koefesien regresi beta untuk ROA 9,744 dengan arah negatif, artinya jika ROA naik maka harga saham turun. Jadi besar kecilnya ROA tidak serta merta mempengaruhi tinggi rendahnya harga saham. Artinya perusahaan kurang maksimal dalam pengelolaan asset untuk menghasilkan laba, semakin tinggi ROA tidak mempengaruhi tingkat harga saham yang ditentukan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Achmad Husaini (2012) yang berjudul “ Pengaruh Variabel Return On Assets, Return On Equity, Net Profit Margin dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverages tahun 2007-2009”. Yang secara parsial ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan E. Amalia Itabilah (2013) “Pengaruh CR, QR, NPM, ROA, EPS, ROE, DER Dan PBV Terhadap Harga Saham Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdafta Di BEI” yang menyatakan bahwa secara parsial ROA tidak berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap harga saham. Dan didukung oleh penelitian yang dilakukan Deasy Rachmasari Hasanah (2010) “Pengaruh ROA, ROE dan EPS Terhadap Harga Pasar Saham Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia (BEI)”, mendapat hasil ROA tidak berpengaruh terhadap harga saham. 74 4.3.2 Pengaruh Harga Saham terhadap Return On Equity (ROE) Menurut Syafri (2004:305) mengatakan bahwa rasio ini menunjukan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Menurut Nurani (2009) bahwa Semakin tinggi ROE, maka semakin efisien dan efektif manajemen perusahaan atau dengan kata lain baiknya kinerja perusahaan tersebut sehingga mempengaruhi minat investor dalam berinvestasi pada perusahaan yang mengakibatkan tingginya penawaran dan tingginya harga saham. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukan bahwa Return On Equity memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham. Koefesien regresi beta untuk ROE 0,94 dengan arah negatif, artinya jika ROE naik maka akan menurunkan harga saham. Kenaikan rasio ini berarti akan menurunkan laba bersih dari perusahaan yang bersangkutan. Jadi semakin menurun tingkat efektif dan efesien manajemen perusahaan, atau dengan kata lain kinerja manajeman perusahaan dalam mengelola sumber dana pembiayaan oprasional tidak maksimal dalam menghasilkan laba bersih. Sehingga mempengaruhi minat investor dalam berinvestasi pada perusahaan. Return On Equity tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Dapat dilihat dari data rata-rata ROE tiap tahunnya berfluktuatif naik turun tetapi harga saham terus mengalami peningkatan, berarti dapat disimpulkan bahwa turunnya ROE belum tentu akan menurunkan harga saham justru akan meningkat. Hal ini disebabkan karena rata-rata ROE menunjukan nilai yang rendah yaitu cenderung mengarah pada nilai kurang 1 %. Karena jika tingkat keuntungan modal sendiri yang digunakan dalam oprasi perusahaan semakin rendah sehingga kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih juga semakin kecil. Yang 75 berarti dari total modal yang ada pada manajemen tidak dapat menghasilkan keuntungan dengan kemampuan modal sendiri. Bisa juga dikarenakan modal pinjaman lebih besar daripada modal sendiri sehingga perusahaan menjadi tidak sehat dan mudah bangkrut. Hasil ini sesuai dengan Penelitian yang dilakukan Achmad Huasaini (2012) yang berjudul “Pengaruh Variabel Return On Assets, Return On Equity, Net Profit Margin dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Food and Beverages tahun 2007-2009”. Secara parsial ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Dwi Murtiningsih (2012) dengan judul “Pengaruh ROA, ROE, NPM, EPS Dan DER Terhadap Tingkat Harga Saham (Pada Perusahaan Food and Baverages Di BEI Tahun 2008-2010)”. Yang menyatakan ROE tidak berpengaruh terhadap harga saham. 4.3.3 Pengaruh Harga Saham terhadap Net Profit Margin (NPM) Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukan bahwa Net Profit Margin (NPM) memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham. Hal tersebut terlihat dari rata-rata NPM yang tiap tahunnya meningkat diimbangi dengan kenaikan harga saham. Karena NPM memiliki pengaruh yang paling tinggi terhadap harga saham sehingga kemampuan perusahaan untuk mendapat laba juga tinggi. Semakin tinggi tingkat penjualan maka semakin produktif perusahaan tersebut. Koefesien regresi beta untuk NPM 1489,867 dengan arah positif, artinya jika NPM naik maka harga saham akan naik. Net Profit Margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan 76 tertentu. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006:299) Net Profit Margin adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan bersih. Semakin besar NPM menunjukan kinerja perusahaan yang produktif untuk memperoleh laba yang tinggi melalui tingkat penjualan tertentu serta kemampuan perusahaan yang baik dalam menekan biaya-biaya oprasionalnya. Hal ini meningkatkan kepercayaan investor untuk menginvestasikan modalnya pada perusahaan tersebut sehingga permintaan akan saham perusahaan meningkat yang otomatis akan diikuti peningkatan harga saham tersebut. Teori tersebut semakin memperkuat hasil penelitian ini yaitu terdapat Net Profit Margin berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham Food and Beverages yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Achmad Husaini (2012) yang berjudul “Pengaruh variabel Return On Assets, Return On Equity, Net Profit Margin Dan Erning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Food And Beverages Tahun 2007-2009”. Secara parsial NPM tidak berpengaruh terhadap harga saham. Tetapi Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakuan E. Amalia Itabillah (2013) yang meneliti CR, QR, NPM, ROA, EPS, ROE, DER da PBV terhadap harga saham perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI, yang menghasilkan NPM berpengaruh secara signifikan dan positif. 4.3.4 Pengaruh Harga Saham terhadap Earning Per Share (EPS) Earning Per Share (Laba per lembar saham) merupakan indikator yang secara ringkas menyajikan kinerja perusahaan yang dinyatakan dengan laba. Menurut Tendelilin (2001:241) Informasi EPS suatu perusahaan menunjukan laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Semakin 77 tinggi EPS, semakin tinggi pula keuntungan para pemegang saham per lembar sahamnya, yang akan berpengaruh pada minat investor untuk membeli saham dan secara tidak langsung memberikan pengaruh juga terhadap harga saham akibat banyaknya penawaran dari investor. Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukan bahwa Earning Per Share (EPS) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Earning Per Share mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Menurut (Saleh, 2009:64): “Earning Per Share (EPS) merupakan rasio pasar modal yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham biasa yang beredar. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam meraih laba bersih yang diperuntukkan bagi pemegang saham atas dasar lembar saham yang diinvestasikan”. Menurut Tandelilin (2010:365): “Perbandingan antara jumlah earning (dalam hal ini laba bersih yang siap dibagikan bagi pemegang saham) dengan jumlah lembar saham perusahaan akan diperoleh komponen earning per share (EPS). Bagi para investor, informasi EPS merupakan informasi yang dianggap paling mendasar dan berguna, karena bisa menggambarkan prospek earning perusahaan di masa depan”. Koefisien regresi beta untuk EPS 0,622 dengan arah negatif artinya jika EPS naik maka harga saham akan turun. Faktor yang mempengaruhi EPS adalah penggunaan hutang. Dalam menentukan sumber dana untuk menjalankan perusahaan, manajemen dituntut untuk mempertimbangkan kemungkinan perubahan dalam struktur modal yang mampu memaksimumkan harga saham perusahaannya. Menurut Brigham dan Houston (2001:19) bahwa: “Perubahan dalam penggunaan hutang akan mengakibatkan perubahan laba per lembar saham (EPS) dan karena itu, juga 78 mengakibatkan perubahan harga saham”. Dengan demikian terlihat bahwa perubahan penggunaan hutang, merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat EPS. Jika suatu perusahaan kurang baik dalam pengelolaan penggunaa hutang maka akan berdampak pada penurunan laba perlembar saham yang dibagikan kepada investor, walaupun harga sahamnya tinggi. Sehingga investor akan mempertimbangkan untuk menginvestasikan modalnya di perusahaan tersebut. Selain itu pengaruh EPS terhadap harga saham dalam analisis ini berpengaruh secara negatif, hal ini menandakan bahwa kondisi perusahaan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal. Faktor-faktor lain juga mempengaruhi tingkat EPS seperti kondisi perekonomian secara makro yaitu nilai tukar (kurs). Bagi perusahaan-perusahaan yang melakukan kegiatan ekspor dan impor kestabilan nilai kurs mata uang dollar terhadap rupiah menjadi hal yang sangat penting. Sebab ketika nilai rupiah terdepresiasi dengan dollar, hal ini akan mengakibatkan barang-barang impor menjadi mahal. Apabila sebagian besar bahan baku perusahaan menggunakan bahan baku impor, secara otomatis akan mengakibatkan kenaikan biaya produksi yang tentunya akan mengurangi tingkat keuntungan perusahaan. Penurunan tingkat keuntungan pada perusahaan secara langsung akan menurunkan laba per lembar saham. Pada tahun 2012 nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dollar sebesar Rp. 9595,73 meningkat dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2011 sebesar Rp.8873,25 yang mengakibatkan beberapa perusahaan food and beverages mengalami penurunan EPS tetapi tingkat harga saham justru naik. Seperti perusahaan pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Delta Djakarta Tbk, PT Fast Food Tbk, PT Tunas Baru Lampung Tbk dan PT Cahaya Kalbar Tbk. Kelima perusahaan tersebut pada tahun 2012 mengalami penurunan EPS tetapi harga saham justru naik. Perusahaan yang terkena dampak 79 paling signifikan akibat melemahnya nilai tukar rupiah yaitu PT Delta Djakarta Tbk dan PT Cahaya Kalbar. Hasil ini tidak sesuai dengan Penelitian yang dilakukan Achmad Huasaini (2012). Secara parsial EPS berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham. Berbeda dengan penelitin yang dilakukan Meythi, dkk (2011) yang berjudul “Pengaruh Likuiditas dan Profitabilitas Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” yang menyatakan bahwa EPS berpengaruh negatif terhadap harga saham. Hasil tersebut juga di dukung oleh penelitian Romi Batu Ginta (2010) yang berjudul “Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham Perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia” yang menyatakan bahwa EPS berpengaruh negatif dan signifikan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM) dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham pada perusahaan Food dan Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2012. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan melalui tahap pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan intrepetasi, hasil analisis mengenai pengaruh Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM) dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham pada perusahaan Food dan Beverages, dengan menggunakan data yang terdistribusi normal, tidak terdapat multikolinearitas, bebas autokorelasi dan tidak adanya heterokedastisitas, maka dihasilkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari hasil analisis data secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel Return On Assets (ROA) tidak memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap harga saham. Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikansi Return On Assets (ROA) 0,170 yang berarti bahwa lebih besar dari 0,05. Jadi hipotesis yang menyatakan bahwa Return On Assets memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham, di tolak dan tidak terbukti. 2. Dari hasil analisis data secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel Return On Equity (ROE) tidak memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif 80 81 3. terhadap harga saham. Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikansi Return On Equity (ROE) yaitu sebesar 0,931 yang berarti bahwa lebih besar dari 0,05. Jadi hipotesis yang meyatakan Return On Equity (ROE) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham adalah di tolak dan tidak terbukti. 4. Dari hasil analisis data secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel Net Profit Margin (NPM) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikansi Net Profit Margin (NPM) yaitu sebesar 0,039 yang berarti bahwa lebih kecil dari 0,05. Jadi hipotesis yang menyatakan Net Profit Margin (NPM) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap haraga saham adalah diterima dan terbukti. 5. Dari hasil analisis data secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel Earning Per Share (EPS) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham. Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikansi Earning Per Share (EPS) yaitu sebesar 0,000 yang berarti bahwa lebih kecil dari 0,05. Jadi hipotesis yang menyatakan Earning Per Share (EPS) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham adalah di tolak dan tidak terbukti. 6. Dari hasil analisis data secara simultan diperoleh bahwa variabel Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM) dan Earning Per Share (EPS) dalam penelitian ini disimpulkan bahwa variabel independen tersebut secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu harga perusahaan. Hal ini didasarkan pada nilai Fhitung sebesar 5,123 dengan tingkat signifikansi 0,001 yang berarti memiliki signifikansi lebih kecil dari 0,05. 82 7. Kofisien determinasi adjusted R-square adalah sebesar 0,218. Hal ini berarti 21,8% variabel dependen yaitu harga saham dapat dijelaskan oleh keempat variabel independen yaitu ROA, ROE, NPM dan EPS. Sedangkan sisanya 78,2% dijelaskan oleh variabel atau sebab-sebab lainnya diluar model. 5.2 1. Saran Bagi pihak investor Setiap investor yang akan membeli saham sebaiknya mempertimbangkan terlebih dahulu mengenai informasi-informasi perusahaan. Selain itu melihat kembali laporan keuangan perusahaan dari tahun ke tahun yang telah di publikasikan oleh perusahaan melalui Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk dijadikan bahan dasar pertimbangan sebelum melakukan pembelian saham atau berinvestasi. Dalam hal ini yang harus diperhatikan oleh calon ivestor adalah kinerja perusahaan yang dapat dilihat melalui laporan keuangan khususnya pada penjualan saham perlembar kaitanya dengan NPM dari tahun ketahun berdasarkan pada hasil penelitian ini, yang beranggapan bahwa tingginya penjualan per lembar saham akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan kualitas perusahaan dibandingkan dengan faktor-faktor yang juga memiliki pengaruh sehingga dapat diperoleh keyakinan bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik sehingga memiliki prospek yang lebih baik untuk membeli saham dan berinvestasi. 2. Bagi pihak perusahaan Bagi perusahaan/emiten sebagai penyediaan informasi keuangan yang lengkap dan jelas agar mengurangi informasi asimetri dan sebagai sumber informasi 83 mengenai kondisi keuangan perusahaan oleh pihak eksternal pengguna laporan keuangan perusahaan atau investor perlu dilakukan bagi perusahaan. Selain itu perusahaan sebaiknya mempertimbangkan kelima variabel yang secara simultan berpengaruh terhadap harga saham, yaitu Return On Asset, Return On Equity, Net Profit Margin dan Earning Per Share untuk digunakan sebagai dasar dalam perbaikan kinerja perusahaan. Hal ini dikarenakan dari keempat variabel tersebut sangat diperhatikan oleh investor dalam keputusan membeli saham perusahaan. Dengan saham yang banyak diminati oleh investor maka akan membuat nilai jual perusahaan atau harga saham meningkat. Seiring meningkatnya nilai perusahaan maka para investor tertarik untuk melakukan investasi pada perusahaan yang bersangkutan. 3. Bagi penelitian selanjutnya Menambah variabel lain diluar variabel penelitian ini seperti Debt Equity ratio, Total Asset, Dividend Per Share, Turn Over Ratio dan lain-lain yang berkaitan dengan harga saham untuk mengetahui lebih banyak dan jelas mengenai faktorfaktor apa saja yang memiliki pengaruh terhadap harga saham. Selain itu perlu dilakukan penelitian kembali dengan objek penelitian selain perusahaan Food dan Beverages serta periode penelitian yang lebih lama. 84 DAFTAR PUSTAKA Bastian, Indra dan Suhardjono. 2006. Akuntansi Perbankan. Edisi 1. Jakarta: Salemba Empat. Bringham, Eugene F dan Joel F Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan. Jakarta: Penerbit Erlangga. Dedy Trisno dan Fransisca Soejono, 2008. “Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Perusahaan Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Keuangan dan Bisnis Vol 6 (Maret 2008). No.1. Darmadji, Tjiptono dan Hendi M. Fakhruddin. 2001. Pasar Modal Di Indonesia: Pedekatan Tanya Jawab. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat. Fahmi, I, 2012. Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Jawab. Bandung: CV. Alfabeta Fred, Weston, J. dan Thomas E. Copeland. 1999. Manajemen Keuangan. Edisi 8. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: BP Universitas Diponegoro. Ginta, Romi Batu. 2010. Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Sumatra Utara. Halim, Abdul. 2009. Analisis Investasi. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat. Hanafi, Mamduh M. 2008. Manajemen Keuangan. Edisi 1. Yogyakarta: BPFE. Harahap, Sofyan Syafri. 2007. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grasindo Persada. Haryamani. 2007. “Pengaruh Rasio – Rasio Keuangan dan Tingkat Inflasi Terhadap Harga Saham Perusahaan Industri yang Go Publik di PT. Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Aplikasi Manajemen Vol 5 (Desember). No.3.Fakultas Ekonomi UPN “Veteran”, Surabaya Hasanah, Deasy. 2010. Pengaruh ROA, ROE dan EPS Terhadap Harga Pasar Saham PadaPerusahaan Food And Beverages Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Undergraduate thesis, UPN "Veteran" Jatim. Jurnal Ekonomi danManajemen. UPN Jatim. Husaini, Achmad. 2012. Pengaruh Variabel Return On Assets, Return On Equity, Net Profit Margin dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan 85 Food and Beverages tahun 2007-2009. Jurnal Profit, Volume 6, Nomor 1, Juni 2012. Jurusan Administrasi Bisnis FIA UB Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 1998. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi 2. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Indra Bastian dan Suhardjono.(2006). Akuntansi Perbankan. Edisi 1. Jakarta: Salemba Empat. Lestari, Maharani Ika dan Toto Sugiharto. 2007. Kinerja Bank Devisa Dan Bank Non Devisa Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil). 21-22 Agustus, Vol.2. Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma. Munawir, S. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat, Liberty, Yogyakarta. Mukhtaruddin dan Deesmoon. 2007, “Pengaruh Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Return On Investment (ROI), Debt To Equity Ratio (DER) dan Book Value (BV) Per Share Terhadap Harga Saham Properti di BEJ”. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Riset Akuntansi. Vol 1 (Januari) No.1. Ratna Nurani. 2009. “Pengaruh Faktor –Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Pada Industri Perbankan DiBursa Efek Jakarta”. Jurnal Tepak Manajemen Bisnis. Vol 2 (Mei) No.2 Rinati, Ina. 2008. Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham pad Perusahaan yang Tercantum Indeks LQ45. Jurnal Ekonomi dan Manajemen. Universitas Gunadarma. Riyadi, Selamet. 2006. Banking Assets And Liability Management. Edisi 3. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Riyanto, Bambang. 1998. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE. Saleh, Salma. 2009. Pengaruh return on asset, return on equity, dan earning per share terhadap harga saham pada perusahaan industri pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Vol. 1, No. 1, Januari 2009, Hlm. 62 – 74. Sekaran, Uma. 2003. Research Methods For Business. Edisi:4. Buku: I. Jakarta:Salemba Empat Sugiyono. (2005). Statistika Untuk Penelitian.Bandung: Alfabeta. 86 Syamsuddin, Lukman. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi dalam Perencanaan, Pengawasan, dan pengambilan Keputusan (Edisi Baru). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta : BPFE ..................................... 2010. Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Kanisius. htt//idx.co.id http//yahoofinance.com 87 LAMPIRAN A DAFTAR PERUSAHAAN DAN PROFIL PERUSAHAAN SAMPEL 88 Lampiran A.1 Daftar Sampel Perusahaan Sektor Food dan Beverages Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia No Kode Perusahaan Nama Perusahaan 1 MYOR 2 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 3 ULTJ PT Ultrajaya Milk Industri & Trading company Tbk 4 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 5 SKLT PT Sekar Laut Tbk 6 AISA PT Tiga Pilar Sejah Tera Food Tbk 7 STTP PT Siantar Top Tbk 8 FAST PT Fast Food Tbk 9 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk 10 TBLA PT Tunas Baru lampung Tbk 11 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk 12 SMART PT Mayora Indah Tbk PT Sinar Mas Agro Resources Technology Tbk 89 Lampiran A.2 1. PT Mayora Indah Tbk PT Mayora Indah Tbk atau Mayora Group adalah salah satu kelompok bisnis produk konsumen di Indonesia yang didirikan pada tanggal 17 Februari 1977. Perusahaan ini telah tercatat di Bursa Efek Jakarta sejak tanggal 4 Juli 1990.Saat ini mayoritas kepemilikan sahamnya dimiliki oleh PT Unita Branindo sebanyak 32,93%. PT Mayora didirikan dengan Akta No. 204 tanggal 17 Februari 1977 dari Poppy Savitri Parmanto, S.H., pengganti dari Ridwan Suselo, S.H., notaris di Jakarta. Akta pendirian disahkan oleh Mentri Kehakiman Repubik Indonesia dalam surat keputusan No. Y.A.5/5/14 tanggal 3 Januari 1978 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.39 tanggal 15 Mei 1990, Tambahan No. 1716. Anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir dengan Akta No. 25 tanggal 30 Juni 2008 dari Saifudin Arief, S.H., notaris di Tangerang. Mengeni perubahan Anggaran Dasar Perusahaan sesuai dengan Undangundang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan adalah menjalankan usaha dalam bidang industri, perdagangan serta agen/perwakilan. Saat ini perusahaan menjalankan bidang usaha industri makanan, kembang gula dan biskuit serta menjual produknya di pasar lokal dan luar negeri. PT Mayora Indah Tbk beroperasi secara komersial pada bulan Mei 1978. Kantor pusat MYOR berlokasi di Gedung Mayora, Jl.Tomang Raya No. 21-23, Jakarta, sedangkan pabrik terletak di Tangerang dan Bekasi. 90 2. PT Indofood Sukses Makmur Tbk PT Indofood Sukses Makmur Tbk didirikan pertamakali dengan nama PT. Panganjaya Intikusuma pada tanggal 14 Agustus 1990 berdasarkan Akta No. 249 tanggal 15-11-1990 dan diubah kembali dengan Akta No.171 tanggal 20-6-1991, dibuat dihadapan Benny Kristanto, SH., dan mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan NO. C2-2915 HT.01.01Th.91 tanggal 12-7-1991, serta telah didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dibawah No.579,580 dan 581 tanggal 5-8-1991, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.12 tanggal 11-2-1992. Tambahan No.611 Perseroan mengubah namanya yang semula PT. Panganjaya Intikusuma menjadi PT. Indofood Sukses Makmur, berdasarkan Keputusan Rapat Umum Luar Biasa Para Pemegang Saham yang dituangkan dalam akta Risalah Rapat No.51 tanggal 5-2-1994 yang dibuat oleh Benny Kristianto, SH, Notaris di Jakarta. PT Produsen Indofood Sukses Makmur merupakan perusahaan yang bergerak dibidang makanan dan minuman khususnya mie instan yang meliputi pembuatan mi dan pembuatan bumbu mi instan serta pengolahan gandum menjadi tepung. Fasilitas produksi untuk produk mi instan terdiri dari 14 pabrik yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi, sedangkan untuk bumbu mi instan terdiri dari 3 pabrik di Pulau Jawa dan untuk pengolahan gandum terdiri dari 2 pabrik di Jakarta dan Surabaya yang dìdukung oleh 1 pabrik kemasan karung tepung di Citereup. 3. PT Ultra Jaya Industri Tbk PT Ultra Jaya Tbk selanjutnya disebut sebagai perusahaan susu dan perusahaan dagang didirikan oleh Akte Notaris nomor 8 tertanggal 2 November 1971 kemudian berubah pada No.71 tanggal 29 Desember 1997. Keduanya (Akte) tersebut 91 dicatat oleh Komar Andasasmita, SH,. Notaris di Bandung. Akta telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia pada putusan nomor 34 tanggal 27 April dan dipublikasikan dalam lembaran Negara Republik Indonesia No.131. pabrik perusahaan dan domisili di Jalan Raya Cimarene No. 131 Pedalarang 40552, Bandung Regency. Perusahaan dalam proses pengolahan makanan dan minuman utamanya minuman mineral (bebas hama) menggunakan teknik UHT (Ultra Hight Temperatur), seperti susu, jus, minuman kesehatan dan tradisional dan juga memproduksi mentega, sari teh, sari buah tropis, susu bubuk dab pemanis susu. Perusahaan bertindak sebagai distributor dari keju (kraf) yang diproduksi PT Kraf Ultrajaya Indonesia sebagai salah satu hubungan kelompok atau perusahaan. Perusahaan memiliki penggunaan dengan beberapa perusahaan multinasional seperti Nestle, Morigana dan lainnya. Perusahaan menjual produk ke toko atau warung, swalayan, grosir, hotel-hotel, institusi, bakery dan konsumen lainnya sampai keluar Indonesia dan beberapa negara lainnya. 4. PT Delta Djakarta Tbk PT Delta Djakarta Tbk adalah perusahaan bir terbesar di Indonesia. PT Delta Djakarta adalah produsen dan distributor beberapa merek bir terbaik di dunia di bawah merek dagang Anker, Carlsberg, San Miguel, dan Kuda Putih. Perusahaan ini juga merupakan figur kunci dalam pasar minuman non-alkohol di Indonesia dengan mereknya Sodaku dan Soda Ice. Sejak didirikan pada tahun 1932 oleh perusahaan Jerman Archipel Brouwerij NV, kepemimpinan PT Delta Djakarta telah berpindah tangan berkali-kali. Pada Perang Dunia II, kendali perusahaan diserahkan kepada sebuah perusahaan Belanda sebelum diturunkan ke sebuah perusahaan Jepang pada 92 tahun 1942. Tiga tahun kemudian, Belanda menguasai perusahaan ini kembali. Pada tahun 1970, perusahaan mengambil nama PT Delta Djakarta dan pada tahun 1984 menjadi bagian dari generasi pertama dari perusahaan di Indonesia yang go public dan menjual saham di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya. Pada tahun 1984, DLTA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) Perusahaan kepada masyarakat sebanyak 347.400 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp2.950,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 27 Februari 1984. Sampai saat ini, pemegang saham utama PT Delta Djakarta adalah Pemerintah Kota Jakarta dan San Miguel Malaysia (L) Private Limited. Pabrik berlokasi di Jalan Inspeksi Tarum Barat, Bekasi Timur dan Jawa Barat. 5. PT Sekar Laut Tbk PT Sekar Laut Tbk didirikan 19 Juli 1976 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1976. Perusahaan ini tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak tanggal 4 Juli 1990. PT Sekar Laut Tbk didirikan berdasarkan Akte Notaris No. 120 tanggal 19 Juli 1976 dari Soetjipto, SH, Notaris di Surabaya. Akte pendirian perusahaan ini telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusannya No. Y.A.5/56/1 tanggal 1 Maret No.87, tambahan No. 984 tanggal 30 Oktober 1987. Kantor pusat SKLT berlokasi di Wisma Nugra Santana, Lt. 7, Suite 707, Jln. Jend. Sudirman Kav. 7-8, Jakarta 10220 dan Kantor cabang berlokasi di Jalan Raya Darmo No. 23-25, Surabaya, serta Pabrik berlokasi di Jalan Jenggolo II/17 Sidoarjo. SKLT tergabung dalam Sekar Grup. 93 Anggaran dasar perusahaan telah mengalami bebrapa kali perubahan dan perubahan terakhir dengan Akte No. 94 tanggal 9 Juli 1997 oleh Buntario Trigis Darmawa NG,SH mengenai kenaikan modal dasar perusahaan dan penyesuaian anggaran dasar perusahaan dan penyesuaian anggaran dasar undang-undang No. 1 tahun 1995 tentang perseroan terbatas. Perusahaan bergerak dalam industri pembuatan krupuk, saos tomat, sambal dan bumbu masak serta menjual produknya didalam maupun luar negeri. 6. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk yang dahulunya bernama PT. Asia Intiselera Tbk didirikan dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1966 Jo. Undang-undang N0 12 tahun 1976 brdasarkan Akta No. 143 tanggal 26 Januari 1990 dari Winanto Wiryomatani, S.H., Notaris di Jakarta. Akta pendirian disahkan oleh Mentri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusannya No. C2-1827.HT.01.01. tahun 1991. Sesuai dengan pasal 3 Aggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan terutama meliputi bidang usaha mie dan perdagangan mie khususnya mie kering dan mie instan. Perusahaan mulai beroprasi secara komersil pada tahun 1990. Hasil produksi dipasarkan di dalam negeri dan di luar negeri. Kantor pusat peruahaan beralamatkan di Wisma Alun Graha, Jalan Prof. Dr. Soepomo No. 233 Jakarta. 7. PT Siantar Top Tbk PT Siantar Top Tbk didirikan berdasarkan akta No. 45 tanggal 12 Mei 1987 dari Ny. Endang Widjajanti, SH, notaris dan akta perubahannya No. 64 tanggal 24 Maret 1988 dari notaris yang sama. Akta pendirian dan perubahan tersebut telah disyahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusannya 94 No. C2-5873.HT.01.01.Th.88 tanggal 11 Juli 1988 serta diumumkan dalam berita negara Republik Indonesia No. 104 tanggal 28 Desember 1993, tambahan No. 5226. Anggaran Dasar perseroan telah beberapa kali mengalami perubahan, terakhir dengan akta 31 tanggal 6 Agustus 2001dari Dyah Ambarwaty Setyoso, SH notaris di Surabaya. Perseroan berdomisili di Sidoarjo, Jawa Timur dengan pabrik berlokasi di Sidoarjo (Jawa Timur), Medan (Sumatera Utara), dan Bekasi (Jawa Barat). Kantor pusat perseroan beralamat di Jl. Tambak Sawah No. 21-23 Waru, Sidoarjo. Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar perseroan, ruang lingkup kegiatan perseroan terutama bergerak dalam bidang industri makanan ringan, yaitu mie (snack noodle), kerupuk (crackers) dan kembang gula (candy). Persroan mulai beroperasi secara komersil pada bulan September 1989. Hasil produksi perseroan dipasarkan di dalam negeri maupun luar negeri. Jumlah karyawan perseroan rata-rata 6.200 karyawan untuk tahun 2004 dan 5.900 karyawan pada tahun 2003. 8. PT Fast Food Indonesia Tbk PT Fast Food Indonesia Tbk adalah pemilik tunggal waralaba KFC di Indonesia, didirikan oleh Gelael Group pada tahun 1978 sebagai pihak pertama yang memperoleh waralaba KFC untuk Indonesia. Perseroan mengawali operasi restoran pertamanya pada bulan Oktober 1979 di jalan Melawai, Jakarta dan sukses outlet ini kemudian diikuti dengan outlet-outlet lainnya di Jakarta dan di berbagai kota-kota besar lain di Indonesia seperti Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makkasar dan Manado. Keberhasilan dalam mengembangkan pasar menjadikan KFC sebagai bisnis waralaba cepat saji yang dikenal luas dan dominan di seluruh Indonesia. Bergabungnya Salim Group sebagai pemegang saham utama telah meningkatkan 95 pengembangan perseroan pada tahun 1990, dan pada tahun 1993 terdaftar sebagai emitem Bursa Efek Jakarta sebagai langkah untuk semakin mendorong pertumbuhannya. Kepemilikan saham mayoritas pada saat ini adalah 79,6% dengan pendistribusian 43,8% kepada PT Gelael Pratama dari Gelael Group dan 35,8% kepada Megah Eraraharja dari Salim Group sementara saham minoritas 20,4% didistribusikan pada publik dan koprasi. 9. PT Multi Bintang Indonesia Tbk PT Multi Bintang Indonesia Tbk merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi minuman yang bermarkas di Jakarta. Perusahaan ini menghasilkan minuman seperti Bir Bintang. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1931 di bawah nama NV Nederlandcsh Indische Bierbrouwerijen. Sajak tahun 1936, perusahaan ini berada di bawah pengawasan perusahaan Belanda yaitu Heineken International Beheer BV. Produk yang dihasilkan adalah bir dengan merk Bir Bintang dan Guiness. Bir Bintang menguasai lebih dari 60% bagian dari pasar bir. Perusahaan sudah berkerjasama dengan Heikenen Technische Beheer dan Guinness Overseas Ltd. Setelah melakukan penjualan minuman di Medan pada bulan April 1994, perusahaan memiliki tempat untuk memproduksi bir di Mojosari, Jawa Timur dan Tangerang, Jawa Barat. Diakhir tahun 1994 perusahaan berkantor pusat di Tangerang dan sekarang berkantor di Jl. Daan Mogot Km 19 Bag 3264 Jakarta dan memiliki pabrik di Ngagel, Surabaya dan Sampangagung, Mojokerto untuk menaikan kapasitas produksi dari 300.000 menjadi 800.000 hekto liter. Dengan total produksi 60 Juta liter per tahun akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 150.000.000.000 pada tanggal 13 Oktober, perusahaan mulai mengekspor bir ke Jepang dan Australia Utara. 96 10. PT Tunas Baru Lampung Tbk PT Tunas Baru Lampung Tbk didirikan berdasarkan akta No. 23 tanggal 27 Desember 1973 dari Halim Kurniawan, S.H Notaris di Teluk Betung. Akta pendirian ini disahkan oleh Mentri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/233/25 tanggal 10 Juli 1975 sert diumumkan dalam Berita Republik Indonesia No. 44 tanggal 1 Juni 1999, tambahan No. 3194 anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta No. 20 tanggal 13 Agustus 1999 dari Ny. Machrani Moertolo S. S.H, notaris Jakarta, antaralain mengenai perubahan nilai nominal saham serta peningkatan modal dasar. Modal ditempatkan dan disetor. Perubahan ini telah disahkan oleh Direktur Jendral Hukum dan Perundang-undangan Departemen Kehakiman dengan surat No. C15025/HT.01.04 TH.99 tanggal 18 Agustus 1999 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia no. 91 tanggal 12 November 1999 tambahan No. 316. Perusahaan berdomisili di Jakarta, dengan perkebunn seluas kurang lebih 5 hektar terletak di Lampung Tengah, terbagi besar dan Pabrik berlokasi di Lampung, Surabaya, Tangerang, Palembang dan Kuala Elnok. Kantor Pusat Perusahaan terletak di Wisma Budi. Jl. H. R Rasuna Said kav. C-6 Jakarta. Sesuai pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan terutama meliputi bidang perkebunan, pertanian dan perindustrian, termasuk bertindak sebagai pedagang eksportir dan importir. Saat ini perusahaan terutama bergerak sebagai bidang produksi minyak goreng sawit, minyak goreng kelapa, minyak kelapa, minyak sawit dan sabun. Erta bidang perkebunan kelapa sawit dan hibrida. Perusahaan memulai menjalankan kegiatan produksi CPO pada bulan September 1995 dan minyak goreng pada bulan Oktober 1996. Hasil produksi dipasarkan di dalam dan ke luar negeri. 97 11. PT Cahaya Kalbar Tbk PT Cahaya Kalbar Tbk didirikan di Pontianak pada tanggal 3 Februari 1968 berdasarkan Akta No.1 yang dibuat dihadapan Mohammad Damiri, Notaris di Pontianak. Badan hukum Perseroan berubah menjadi Perseroan Terbatas berdasarkan Akta No. 49 tanggal 9 Desember 1980. Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan dihadapan Notaris Tommy Tjoa keng Liet, S.H., dan Notaris Mohammad Damiri, keduanya Notaris Pontianak. Akta-akta tersebut telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat keputusan No. C2-1390 HT.01.01 TH 88 tanggal 17 Februari 1988. 12. PT Sinar Mas Agro Resources And Technology Tbk PT Sinar Mas Agro Resources And Technology Tbk didirikan tahun 1962, PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk ( “SMART” atau “Perseroan” ) saat ini adalah salah satu perusahaan publik produk konsumen berbasis kelapa sawit terintegrasi yang terbesar di Indonesia. PT. SMART, Tbk. merupakan perusahaan yang termasuk dalam SINAR MAS GROUP. Nama perusahaan PT. SMART, Tbk. merupakan singkatan dari PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk. di dalam melaksanakan operasional usahanya, PT. SMART, Tbk. mempunyai pabrik beserta kelengkapan fasilitas produksi utama dan pendukung yang berada di kawasan Belawan, Medan, Sumatera Utara dengan status hak milik yang dikeluarkan oleh pejabat pembuat Akta Tanah Kota Medan Nomor 65 dan oleh kantor Agraria Kota Medan Nomor A 1424361 dan A 1424362, dengan total luas lahan 64.970 m2 dengan dukungan instalasi Tangki Timbun (Bulking Installation) yang berada di Jalan Balmerah Baru III, Belawan II, Kecamatan Medan Belawan, Medan. 98 PT. SMART, Tbk. dikenal dengan nama PT. Ivo Mas Tunggal yang berdiri pada tahun 1984 dengan pengolahan utama produk menggunakan bahan baku Crude Palm Oil (CPO) menjadi produk minyak goreng dan stearin. Pada lokasi yang sama, tahun 1986 PT. SMART Corporation didirikan dengan pengolan Palm Kernel (PK) menjadi Crude Palm Kernel Oil (CPKO) dan Palm Kernel Expeler (PKE). Sejalan dengan perkembangan usaha, maka sejak tahun 2000, kedua perusahaan disatukan menjadi satu perusahaan dengan menggunakan nama perusahaan PT. SMART, Tbk. Pada tanggal 20 November 1992, perusahaan mencatatkan saham di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya yang sekarang bergabung menjadi Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan kode SMAR. Modal dasar perusahaan dalam bentuk saham dengan jumlah 5.000.000.000 saham yang ditempatkan dan disetor penuh sebesar 2.872.193.366 saham dengan nilai nominal saham Rp 200 per saham. Persentase kepemilikan saham perusahaan adalah sebesar 95,21% dengan pemegang saham PT. Purimas Sasmita dan 4,79% dengan pemegang saham adalah publik. PT. SMART, Tbk. Medan bergerak dalam bidang pengolahan Crude Palm Oil (CPO) sebagai bahan baku utama yang diperoleh dari pabrik -pabrik pengolahan kelapa sawit, baik yang ada di Sumatera Utara maupun di luar Sumatera Utara. 99 LAMPIRAN B DATA KEUANGAN PERUSAHAAN SAMPEL (HARGA SAHAM, RETURN ON ASSETS (ROA), RETURN ON EQUITY (ROE), NET PROFIT MARGIN (NPM) DAN ERNING PER SHARE (EPS)) 100 Lampiran B.1 Harga Saham Perusahaan Food & Beferages tahun 2008-2012 No Perusahaan 2008 1,14 Harga Saham 2009 2010 4,5 10,75 2011 14,25 2012 25,3 1 PT Mayora Indah Tbk 2 3 PT Indofood Sukses Makmur Tbk PT Ultrajaya Milk Industri & Trading company Tbk 930 800 3,55 580 4,875 1,21 4,6 1,08 4,85 1,05 4 5 6 PT Delta Djakarta Tbk PT Sekar Laut Tbk PT Tiga Pilar Sejah Tera Food Tbk 20 90 425 62 150 360 120 140 780 111,5 140 495 190 140 610 7 8 9 10 PT Siantar Top Tbk PT Fast Food Tbk PT Multi Bintang Indonesia Tbk PT Tunas Baru lampung Tbk 150 3,1 49,5 190 250 5,2 177 340 385 9,2 274,95 410 690 9,95 359 590 840 14 690 520 700 255 1,49 1,1 950 2,225 1,5 1,8 4,275 4,175 11 PT Cahaya Kalbar Tbk 12 PT Sinar Mas Agro Resources Technology Tbk 101 Lampiran B.2 Perkembangan ROA tahun 2008-2012 No ROA Nama Perusahaan 2008 2009 2010 2011 2012 11,4 8,5 7,33 9,36 4,37 1 PT. Mayora Indah Tbk 6,71 2 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 2,61 11,86 6,75 2,22 3,53 5,34 4,65 4,1 11,99 2,12 16,64 6,53 20,61 2,42 21,79 2,79 14,87 2,16 2,82 2,41 4,13 4,18 3,43 4,47 4 5 PT Ultrajaya Milk Industri & Trading company Tbk PT Delta Djakarta Tbk PT Sekar Laut Tbk 6 PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 7 8 PT Siantar Top Tbk PT Fast Food Tbk 3,01 15,96 7,49 17,48 6,57 16,15 4,57 14,8 4,25 4,64 9 PT Multi Bintang Indonesia Tbk 23,61 34,27 38,96 41,56 35 10 PT Tunas Baru lampung Tbk 9,93 9,01 6,8 9,93 4,23 11 PT Cahaya Kalbar Tbk PT Sinar Mas Agro Resources Technology Tbk 4,61 1,69 8,7 3,55 3,48 5,06 11,7 4,21 3,7 1,82 3 12 ROA 140 120 100 80 ROA 60 40 20 0 2008 2009 2010 2011 2012 102 Lampiran B.3 Perkembangan ROE tahun 2008-2012 No Nama Perusahaan 1 2 PT. Mayora Indah Tbk PT Indofood Sukses Makmur Tbk 3 PT Ultrajaya Milk Industri & Trading company Tbk 4 5 PT Delta Djakarta Tbk PT Sekar Laut Tbk PT Tiga Pilar Sejah Tera Food Tbk PT Siantar Top Tbk PT Fast Food Tbk PT Multi Bintang Indonesia Tbk PT Tunas Baru lampung Tbk PT Cahaya Kalbar Tbk PT Sinarmas Multiarta Tbk 6 7 8 9 10 11 12 2008 15,76 12,17 2009 23,73 17,59 ROE 2010 24,6 16,16 3,65 5,12 8,23 8,48 6,28 16,11 -4,25 21,1 -11,28 24,62 -4,09 25,3 -4,86 22,04 3,98 7,34 5,79 13,25 8,18 7,5 4,35 25,96 64,59 26,24 11,29 9,89 10,15 28,48 323,19 27,74 16,42 19,46 9,53 24,9 93,99 19,99 9,57 26,8 8,71 27,57 95,68 26,24 23,78 12,98 8,73 7,2 94,21 10,32 8,38 8,4 2011 19,95 15,87 2012 13,11 7,92 ROE 500 450 400 350 300 250 ROE 200 150 100 50 0 2008 2009 2010 2011 2012 103 Lampiran B.4 Perkembangan NPM tahun 2008-2012 No Nama Perusahaan 1 2 PT. Mayora Indah Tbk PT Indofood Sukses Makmur Tbk 3 PT Ultrajaya Milk Industri & Trading company Tbk 4 5 PT Delta Djakarta Tbk PT Sekar Laut Tbk PT Tiga Pilar Sejah Tera Food Tbk PT Siantar Top Tbk PT Fast Food Tbk PT Multi Bintang Indonesia Tbk PT Tunas Baru lampung Tbk PT Cahaya Kalbar Tbk PT Sinar Mas Agro Resources Technology Tbk 6 7 8 9 10 11 12 2008 0,05 0,11 NPM 2009 2010 0,08 0,07 0,07 0,1 2011 0,05 0,11 2012 0,1 0,1 0,03 0,04 0,06 0,05 0,06 0,12 0,01 0,17 0,05 0,27 0,02 0,27 0,02 0,3 0,02 0,06 0,07 0,11 0,09 0,09 0,03 0,06 0,17 0,11 0,01 0,03 0,07 0,07 0,21 0,09 0,04 0,06 0,06 0,07 0,25 0,08 0,04 0,1 0,17 0,07 0,27 0,11 0,08 0,1 0,07 0,07 0,34 0,09 0,06 0,11 NPM 1.4 1.2 1 0.8 NPM 0.6 0.4 0.2 0 2008 2009 2010 2011 2012 104 Lampiran B.5 Perkembangan EPS tahun 2008-2012 No Nama Perusahaan 1 2 PT. Mayora Indah Tbk PT Indofood Sukses Makmur Tbk 3 PT Ultrajaya Milk Industri & Trading company Tbk 4 5 6 7 8 9 10 11 12 PT Delta Djakarta Tbk PT Sekar Laut Tbk PT Tiga Pilar Sejah Tera Food Tbk PT Siantar Top Tbk PT Fast Food Tbk PT Multi Bintang Indonesia Tbk PT Tunas Baru lampung Tbk PT Cahaya Kalbar Tbk PT Sinar Mas Agro Resources Technology Tbk 2008 256 118 10 2009 502 310 21 EPS 2010 655 457 37 281 6 17,22 408 19 22,68 31 408 16,158 60 166 113 447 7 48,05 33 447 21,028 52 99 227 277 281 24,081 85 93 45 2011 631 571 35 2012 969 555 122 497 9 53,92 33 497 24,081 85 324 305 220 9.474 87 57 448 29.72 49 196 355 EPS 2008 2009 2010 2011 2012 105 LAMPIRAN C HASIL OUTPUT SPSS 106 Lampiran C.1 Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation ROA 60 1.69 41.56 9.4805 9.25554 ROE 60 -11.28 323.19 23.5682 44.51544 NPM 60 .01 .34 .0973 .07433 EPS 60 6.00 969.00 204.3735 217.07316 Harga Saham 60 1.05 950.00 234.9853 283.65587 Valid N (listwise) 60 107 Lampiran C.2 UJI ASUMSI KLASIK 1. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters 60 a,,b Mean Std. Deviation .0000000 2.42116055E2 Most Extreme Absolute .108 Differences Positive .108 Negative -.090 Kolmogorov-Smirnov Z .838 Asymp. Sig. (2-tailed) .484 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Charts 108 2. Uji Multikolinieritas Coefficients a Correlations Model 1 Zero-order Partial Collinearity Statistics Part Tolerance (Constant) ROA -.042 -.184 -.160 .253 3.947 ROE .003 -.012 -.010 .468 2.136 NPM .102 .274 .243 .388 2.579 EPS -.459 -.480 -.467 .963 1.038 3. Uji Heteroskedastisitas Scatterplot Dependent Variable: Harga Saham 4 Regression Studentized Residual VIF 2 0 -2 -3 -2 -1 0 1 2 Regression Standardized Predicted Value 109 4. Uji Autokorelasi Runs Test Unstandardized Residual Test Value a -60.62708 Cases < Test Value 30 Cases >= Test Value 30 Total Cases 60 Number of Runs 29 Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Median -.521 .602 110 Lampiran C.3 Uji Regresi Linier Berganda Coefficients a Standardized Unstandardized Coefficients Model B Std. Error 1 (Constant) 311.735 60.418 ROA -9.744 7.008 ROE -.094 NPM EPS Coefficients Beta T Sig. 5.160 .000 -.318 -1.391 .170 1.072 -.015 -.087 .931 1489.867 705.348 .390 2.112 .039 -.622 .153 -.476 -4.060 .000 111 Lampiran C.4 Uji Hipotesis 1. Koefesien Determinasi Model Summary b Change Statistics Std. Error Model R R Adjusted R of the R Square F Square Square Estimate Change Change a 1 .521 .271 .218 250.76577 .271 Sig. F df1 5.123 df2 4 Change 55 .001 a. Predictors: (Constant), EPS, ROA, ROE, NPM b. Dependent Variable: Harga Saham 2. Uji F b ANOVA Model Sum of Squares 1 df Mean Square Regression 1288587.652 4 322146.913 Residual 3458590.856 55 62883.470 Total 4747178.507 59 F Sig. a 5.123 .001 a. Predictors: (Constant), EPS, ROA, ROE, NPM b. Dependent Variable: Harga Saham 3. Uji t Coefficients a Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Std. Error 311.735 60.418 ROA -9.744 7.008 ROE -.094 NPM 1489.867 Coefficients Beta t Sig. 5.160 .000 -.318 -1.391 .170 1.072 -.015 -.087 .931 705.348 .390 2.112 .039 112 EPS -.622 .153 -.476 -4.060 .000