analisis pengaruh return on assets (roa), return on equity

advertisement
ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSETS
(ROA), RETURN ON EQUITY (ROE), NET
PROFIT MARGIN (NPM) DAN ERNING PER
SHARE (EPS) TERHADAP HARGA SAHAM
(Studi Pada Perusahaan Food and Beverages Yang
Terdaftar Di BEI Pada Tahun 2008-2012)
Diajukan sebagai salah satu syarat
Untuk meyelesaikan Program Sarjana (S1)
Pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Dian Nuswantoro
Disusun oleh :
ELIS DARNITA
B11.2010.02067
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2014
i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
: ELIS DARNITA
NIM
: B11.2010.02067
Fakultas
: EKONOMI DAN BISNIS
Program Studi
: MANAJEMEN S-1
Judul Skripsi
: ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSETS (ROA),
RETURN ON EQUITY (ROE), NET PROFIT MARGIN
(NPM) DAN ERNING PER SHARE (EPS) TERHADAP
HARGA SAHAM (Studi Pada Perusahaan Food and
Beverages Yang Terdaftar Di BEI Pada Tahun 2008-2012)
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, dan apabila di kemudian
hari ditemukan adanya bukti plagiat, manipulasi dan atau pemalsuan data maupun
bentuk kecurangan lain, saya bersedia untuk menerima sanksi dari Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
Semarang, 20 Juni 2014
(Elis Darnita)
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Nama
: ELIS DARNITA
NIM
: B11.2010.02067
Fakultas
: EKONOMI DAN BISNIS
Program Studi
: MANAJEMEN S-1
Judul Skripsi
: ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSETS (ROA),
RETURN ON EQUITY (ROE), NET PROFIT MARGIN
(NPM) DAN ERNING PER SHARE (EPS) TERHADAP
HARGA SAHAM (Studi Pada Perusahaan Food and
Beverages Yang Terdaftar Di BEI Pada Tahun 2008-2012)
Dosen Pembimbing
: ARIATI ANOMSARI, SE., MM
Semarang, 20 Juni 2014
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Dosen Pembimbing
(Dr. Agus Prayitno)
(Ariati Anomsari, SE., MM)
iii
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN SKRIPSI
Nama
: ELIS DARNITA
NIM
: B11.2010.02067
Fakultas
: EKONOMI DAN BISNIS
Program Studi
: MANAJEMEN S-1
Judul Skripsi
: ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSETS (ROA),
RETURN ON EQUITY (ROE), NET PROFIT MARGIN
(NPM) DAN ERNING PER SHARE (EPS) TERHADAP
HARGA SAHAM (Studi Pada Perusahaan Food and
Beverages Yang Terdaftar Di BEI Pada Tahun 2008-2012)
Telah dinyatan lulus ujian pada tanggal...................................
Tim Penguji :
1. Ariati Anomsari, SE., MM
(
)
2. Dian Prawitasari, SE., MM
(
)
3. Hertiana Ikasari, SE., Msi
(
)
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Jangan pernah meremehkan usaha kecil yang kita
lakukan, karena kesuksesan kita adalah akumulasi
dari usaha-usaha kecil yang kita lakukan.
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
Bapak dan Ibu tercinta
Keluarga besar
Seseorang yang terkasih
Teman-temanku
Almamaterku
v
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh Return
On Assets, Return On Equity, Net Profit Margin dan Erning Per Share secara
simultan dan parsial terhadap harga saham perusahaan Food and Beverages yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012. Populasi penelitian ini adalah
semua perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2008-2012. Sampel penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Sampel
dalam penelitian ini sebanyak 12 perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal
dari Indonesia Capital Directory Market (ICMD). Teknik analisis menggunakan
analisis regresi linier berganda.
Hasil dengan menggunakan uji F menunjukan bahwa kinerja perusahaan yang
diukur dengan ROA, ROE, NPM dan EPS mempunyai pengaruh signifikan terhadap
harga saham. Secara parsial dengan uji t disimpulkan bahwa secara parsial variabel
ROA dan EPS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, sedangkan
variabel ROE dan NPM berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Koefisien
determinasi yang ditunjukan dari nilai adjusted R-square sebesar 0,218. Hal ini
berarti bahwa 21,8% variabel dependen yaitu harga saham dapat dijelaskan oleh
empat variabel independen yaitu ROA, ROE, NPM dan EPS, sedangkan sisanya
78,2% dijelaskan oleh variabel atau sebab-sebab lainnya diluar model. NPM
berpengaruh dominan terhadap harga saham pada perusahaan Food and Beverages
yang terdaftar pada di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012.
Kata Kunci:
Harga Saham, Return On Assets, Return On Equity, Net Profit
Margin dan Erning Per Share
vi
Abstract
This study aims to analyze how much influence the Return on Assets, Return
on Equity, Net Profit Margin and Per Share erning simultaneously and partially to
the company's stock price Food and Beverages listed on the Indonesia Stock
Exchange Year 2008-2012. The study population was all Food and Beverages
companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2008-2012. The study sample using
purposive sampling method. The samples in this study were 12 Food and Beverages
companies listed in Indonesia Stock Exchange. The type of data used are secondary
data derived from Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Engineering
analysis using multiple linear regression analysis.
Using the F test results show that the performance of the company as
measured by ROA, ROE, and EPS NPM has significant influence on stock prices.
Partially by t test concluded that in partial ROA and EPS do not significantly affect
the stock price, while the ROE and NPM significant effect on stock prices. The
coefficient of determination shown from the adjusted R-square value of 0,218. This
means that the dependent variable is 21,8% stock price can be explained by the four
independent variables are ROA, ROE, NPM and EPS, while the remaining 78,2% is
explained by variables or other causes outside the model. NPM dominant influence
on stock prices in the Food and Beverages companies listed on the Indonesia Stock
Exchange in the period 2008-2012.
Keywords : Stock Price , Return On Assets , Return on Equity , Net Profit Margin
and erning Per Share
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
yang telah diberikan sehingga skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGARUH
RETURN ON ASSETS (ROA), RETURN ON EQUITY (ROE), NET PROFIT
MARGIN (NPM) DAN ERNING PER SHARE (EPS) TERHADAP HARGA
SAHAM (Studi Pada Perusahaan Food and Beverages Yang Terdaftar Di BEI Pada
Tahun 2008-2012)” dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan syarat untuk
menyelesaikan studi pada program Strata satu (S1) program studi Manajemen pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan seluruh pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, disampaikan rasa terima kasih
kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Edi Noersasongko M.Kom, selaku Rektor Universitas Dian
Nuswantoro Semarang.
2. Bapak Dr. Agus Prayitno, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
3. Bapak Guruh Taufan H, SE., Mkom, selaku Kepala Program Studi Manajemen
Fakutas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
4. Bapak Mahmud, SE., MM selaku Wali dosen yang telah memberikan dukungan
dan pengarahan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi dengan baik.
5. Ibu Ariati Anomsari, SE., MM sebagai Dosen Pembimbing yang selalu bersedia
meluangkan waktu untuk berdiskusi dan memberikan bimbingan serta
pengarahan bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
viii
6. Ibu Dian Prawitasari, SE., MM dan Ibu Hertiana Ikasari, SE., MM selaku Dosen
Penguji yang bersedia meluangkan waktu untuk berdiskus serta memberikan
kritik dan saran agar penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat lebih baik lagi.
7. Ibu Ririh yang telah memberikan banyak masukan terhadap penulis berkaitan
dengan program SPSS sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
8. Staff pengajar dan karyawan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian
Nuswantoro Semarang yang telah memberikan pelayanan akademik dan
administrasi selama masa perkuliahan sampai dengan penyelesaian skripsi ini.
9. Bapak dan Ibu yang selalu mendoakan yang terbaik dan memberikan dorongan
semangat dalam menulis skripsi. Terima kasih atas kasih sayang, doa yang selalu
dipanjatkan setiap hari, perjuangan dan perhatian yang telah diberikan.
10. Keluargaku Mbah Mur dan Dek Coyok yang telah memberikan semangat dan
doa untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi.
11. Andis Setiawan beserta Keluarga yang selalu memberikan semangat dan
dorongan selama kuliah dan pembuataan skripsi hingga selesai.
12. Sahabatku Novika dan Rizky Mentari yang selalu memberikan dukungan dan
semangat.
13. Sahabat-sahabatku, Oji, Ita, Bagas, Ivan, Cindy, Ispri, Rizky, Faizal, Irfan yang
selalu memeberikan dukungan dan semangat.
14. Semua teman-teman mahasiswa UDINUS jurusan Manajemen angkatan 2010.
15. Teman-teman kuliah konsentrasi Manajemen Keuangan, Arif, Cahyo, Lisa, Unik,
Siti, Diah, Ulya, dan Arum.
16. Indonesia Stock Exchange yang memberikan kesempatan penulis untuk
melakukan penelitian disana.
ix
17. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyusun skripsi yang tidak dapat
disebutkan satu persatu
Penulis menyadari adanya keterbatasan kemampuan dan pengetahuan dalam
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, segala kritik maupun saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan untuk kebaikan di masa depan.
Penulis
berharap skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak
yang membutuhkan.
Semarang,
(Elis Darnita)
x
DAFTAR ISI
Judul......................................................................................................................
i
Pernyataa Keaslian Skripsi....................................................................................
ii
Halaman Pengesahan Skripsi................................................................................
iii
Halaman Pengesahan Kelulusan Ujian.................................................................
iv
Halaman Motto dan Persembahan........................................................................
v
Abstraksi...............................................................................................................
vi
Kata Pengantar...................................................................................................... viii
Daftar Isi...............................................................................................................
xi
Daftar Tabel.......................................................................................................... xiii
Daftar Gambar...................................................................................................... xvi
Daftar Lampiran....................................................................................................
xv
Bab I Pendahuluan ..........................................................................................
1
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................
10
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................
11
1.4 Manfaat Penelitian ...........................................................................
12
1.5 Sistematika Penulisan ......................................................................
12
Bab II Tinjauan Pustaka....................................................................................
14
2.1 Landasan Teori................................................................................
14
2.1.1 Analisis Saham..................................................................... 14
2.1.2 Harga Saham........................................................................
16
2.1.3 Kinerja Keuangan................................................................
19
2.1.4 Rasio Keuangan...................................................................
19
2.1.5 Rasio Profitabilitas...............................................................
20
2.1.5.1 ROA (Return on Assets)......................................... 21
2.1.5.2 ROE (Return On Equity)........................................ 22
2.1.5.3 NPM (Net Profit Margin)......................................
23
2.1.6 Rasio Pasar...........................................................................
24
2.1.6.1 EPS (Earnings per Share).....................................
24
2.1.7 Hubungan Antar Variabel....................................................
25
2.2 Penelitian Terdahulu........................................................................
27
2.3 Kerangka Konseptual......................................................................
32
2.4 Hipotesis Penelitian.........................................................................
36
Bab III Metodologi Penelitian ...........................................................................
39
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.................................
39
3.2 Penentuan populasi dan Sampel......................................................
40
3.3 Jenis dan Sumber Data..................................................................
42
3.4 Metode Pengumpulan Data............................................................
42
xi
3.5 Metode Analisis...............................................................................
3.5.1 Uji Asumsi Klasik................................................................
3.5.2 Analisis Regresi Linier Berganda........................................
3.5.3 Uji Hipotesis.........................................................................
Bab IV Hasil Analisis dan Pembahasan .............................................................
4.1 Data Penelitian ................................................................................
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ....................................
4.2 Analisis Data ...................................................................................
4.2.1 Statistik Deskriptif ..............................................................
4.2.2 Uji Asumsi Klasik ...............................................................
4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda ........................................
4.2.4 Uji Hipotesis ........................................................................
4.3 Pembahasan .....................................................................................
4.3.1 Pengaruh ROA terhadap Harga Saham ...............................
4.3.2 Pengaruh ROE terhadap Harga Saham ...............................
4.3.3 Pengaruh NPM terhadap Harga Saham ..............................
4.3.4 Pengaruh EPS terhadap Harga Saham ................................
Bab V Kesimpulan dan Saran ............................................................................
5.1 Kesimpulan .....................................................................................
5.2 Saran ................................................................................................
Daftar Pustaka ......................................................................................................
Lampiran-Lampiran ..............................................................................................
xii
43
43
47
47
49
49
49
58
58
60
65
67
71
72
73
75
76
80
80
82
84
87
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 2.1
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
: Harga Saham Persektor Pada Tahun 2008-2012.........................
: Harga Saham Perusahaan Pada Tahun 2008-2012......................
: Penelitian Terdahulu ...................................................................
: Ringkasan Definisi Operasional .................................................
: Daftar Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI.................................
: Kriteria Pengambilan Sampel .......................................................
: Proses Pengambilan Sampel .......................................................
: Descriptive Statistic ....................................................................
: Uji Normalitas ............................................................................
: Uji Autokorelasi .........................................................................
: Uji Multikolinearitas dengan VIF ..............................................
: Hasil Regresi Linier Berganda ...................................................
: Koefisien Determinasi ................................................................
: Hasil Uji F ..................................................................................
: Hasil Uji t ...................................................................................
xiii
7
9
28
40
41
42
53
58
61
64
65
66
68
69
70
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual .....................................................................
Gambar 4.1 : Uji Normalitas ................................................................................
Gambar 4.2 : Uji Heterokedastisitas .....................................................................
xiv
35
61
63
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A : Daftar Perusahaan dan Profil Perusahaan Sampel .....................
Lampiran A.1 : Daftar Perusahaan Sampel ..............................................
Lampiran A.2 : Profil Perusahaan Sampel ...............................................
Lampiran B : Data Keuangan Perusahaan Sampel ...........................................
Lampiran B.1 : Harga Saham Perusahaan ................................................
Lampiran B.2 : Perkembangan ROA........................................................
Lampiran B.3 : Perkembangan ROE........................................................
Lampiran B.4 : Perkembangan NPM........................................................
Lampiran B.5 : Perkembangan EPS.........................................................
Lampiran C : Hasil Output SPSS .....................................................................
Lampiran C.1 : Statistik Deskriptif ..........................................................
Lampiran C.2 : Uji Asumsi Klasik ...........................................................
Lampiran C.3 : Analisis Regresi Linier Berganda ...................................
Lampiran C.4 : Uji Hipotesis ...................................................................
xv
87
88
89
99
100
101
102
103
104
105
106
107
110
111
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah
Pada era globalisasi sekarang ini pasar modal memiliki peran penting dalam
kegiatan ekonomi, terutama di negara yang menganut sistem ekonomi pasar. Pasar
modal menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi karena dapat menjadi sumber
dan alternatif bagi perusahaan disamping bank. Pasar modal merupakan alternatif
pembiayaan untuk mendapatkan modal dengan biaya yang relatif murah dan juga
tempat untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang. Perusahaan publik yang
terdaftar di bursa efek setiap tahun wajib menyampaikan laporan tahunan baik yang
bersifat moneter maupun non moneter kepada Bursa Efek dan para investor.
Pemerintah Indonesia beranggapan bahwa pasar modal merupakan sarana yang dapat
mendukung percepatan perekonomi Indonesia. “Pasar modal merupakan pasar untuk
berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa diperjual
belikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh
pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta” (Husnan, 2001:3).
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang
dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan di
masa yang akan datang (Tandelin, 2001: 3). Salah satu aspek yang dinilai oleh
investor adalah kinerja keuangan. Pada prinsipnya semakin baik prestasi perusahaan
maka akan meningkatkan permintaan saham perusahaaan tersebut, sehingga pada
gilirannya
akan
meningkatkan
pula
1
harga
saham
perusahaan.
2
Investasi modal merupakan salah satu aspek utama dalam keputusan investasi
selain penentuan komposisi aktiva. Keputusan pengalokasian model ke dalam usulan
investasi harus dievaluasi dan dihubungkan dengan resiko dan hasil yang diharapkan
(Hasnawati, 2005a). Menurut signaling theory, pengeluaran investasi memperikan
sinyal positif mengenai pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga
dapat meningkatkan harga saham yang digunakan sebagai indikator nilai perusahaan
(Wahyudi dan Pawestri,2006).
Menurut Fred dan Copeland (1999: 166) saham merupakan tanda penyertaan
atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Selembar saham
adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah
pemiliknya (berapapun porsinya atau jumlahnya) dari suatu perusahaan yang
menerbitkan kertas (saham) tersebut.
Harga saham mencerminkan nilai dari suatu perusahaan. Jika perusahaan
mencapai prestasi yang baik, maka saham perusahaan tersebut akan banyak diminati
oleh para investor. Prestasi baik yayang dipublikasikan oleh perusahaan (emiten).
Emiten berkewajiban untuk mempublikasikan laporan keuangan pada periode
tertentu. Laporan keuangan ini sangat berguna bagi investor untuk membantu dalam
pengambilan keputusan investasi, seperti menjual, membeli, atau menanam saham.
Nilai perusahaan akan tercermin dalam nilai pasar sahamnya. Semakin tinggi harga
saham semakin tinggi pula nilai perusahaan bagi perusahaan yang sudah go public
karena nilai perusahaan dapat menunjukkan nilai aset yang dimiliki perusahaan
seperti surat-surat berharga. Saham merupakan salah satu surat berharga yang
dikeluarkan oleh perusahaan. Tinggi rendahnya harga saham banyak dipengaruhi
oleh kondisi emiten.
3
Salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham adalah kemampuan
perusahaan membayar dividen. Apabila dividen yang dibayar tinggi, harga saham
cenderung tinggi sehingga nilai perusahaan juga tinggi. Sebaliknya bila dividen yang
dibayarkan kecil maka harga saham perusahaan tersebut rendah sehingga nilai
perusahaan rendah. Kemampuan membayar dividen erat hubungannya dengan
kemampuan perusahaan memperoleh laba. Tinggi rendahnya harga saham ini juga
merupakan refleksi dari keputusan investasi, keputusan pendanaan dan pengelolaan
aset tersebut. Perusahaan harus dalam keadaan yang menguntungkan atau memiliki
tingkat profitabilitas yang tinggi. Hal ini dikarenakan dengan tingkat profitabilitas
yang tinggi, perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Profitabilitas
mempunyai
arti
penting
bagi
perusahaan
di
dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk jangka panjang. Karena seorang
investor atau pemegang saham badan usaha berkepentingan atas penghasilan saat ini
dan yang diharapkan di masa yang akan datang, kestabilan penghasilan dan
keterkaitan dengan penghasilan perusahaan yang lain sehingga investor atau
pemegang saham perlu memperhatikan profitabilitas perusahaan. Indikator yang
digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan memperoleh profitabilitas ini
ditunjukkan dari beberapa ratio keuangan antara lain Return on Assets, Return on
Equity, Net Profit Margin, dan Earning Per Share mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu (Hanafi,
2008:42).
Return on Assets (ROA) adalah perbandingan antara laba bersih setelah pajak
dengan aktiva untuk mengukur tingkat pengambilan investasi total (Stoner dan Sirait,
1994). Semakin tinggi Return on Asset suatu perusahaan, semakin besar pula tingkat
4
keuntungan yang dicapai oleh perusahaan. Return on Asset perlu dipertimbangkan
oleh investor dalam berinvestasi saham, karena Return on Asset berperan sebagai
indikator efisiensi perusahaan dalam menggunakan aset untuk memperoleh laba.
Pada penelitian dari Achmad Husaini (2012) yang bejudul “Pengaruh Variabel
Return On Assets, Return On Equity, Net Profit Margin dan Earning Per Share
Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverages tahun 2007-2009”.
Secara parsial ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Dari hasil
penelitian tersebut, variabel ROA mempunyai pengaruh dominan terhadap harga
saham. Begitu pula pada penelitian Ina Rinati (2009) yang berjudul “Pengaruh Net
Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE)
terhadap Harga saham pada perusahaan yang tercantum dalam indeks 45”. Pada
penelitian tersebut diperoleh ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Tetapi berbeda dengan penelitian yang dilakukan dilakukan
E. Amalia Itabilah
(2013) “Pengaruh CR, QR, NPM, ROA, EPS, ROE, DER Dan PBV Terhadap Harga
Saham Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdafta Di BEI” yang
menyatakan bahwa secara parsial ROA tidak berpengaruh secara signifikan dan
negatif terhadap harga saham.
Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) ROE adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari pengelolaan modal yang
diinvestasikan oleh pemilik perusahaan. ROE diukur dengan perbandingan antara
laba bersih dengan total modal. Angka ROE yang semakin tinggi memberikan
indikasi bagi para pemegang saham bahwa tingkat pengembalian investasi makin
tinggi. Jadi, para investor dapat menggunakan indikator ROE sebagai bahan
pertimbangan dalam memilih saham atau menanamkan modalnya, karena rasio ini
5
menunjukkan bahwa dengan kinerja manajemen meningkat maka perusahaan dapat
mengelola sumber dana pembiayaan operasional secara efektif untuk menghasilkan
laba bersih sehingga saham perusahaan banyak diminati investor. Seperti pada
penelitian yang dilakukan Achmad Husaini (2012) yang bejudul “Pengaruh Variabel
Return On Assets, Return On Equity, Net Profit Margin dan Earning Per Share
Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverages tahun 2007-2009”.
Secara parsial ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Penelitian
tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rescyana Putri Hutami
(2012) yang berjudul. Pengaruh DPS, ROA dan NPM terhadap harga saham
perusahaan Industri Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 20062010” dari hasil penelitian ROE positif dan signifikan terhadap harga saham.
Penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan E. Amalia Itabillah
(2013) yang meneliti “CR, QR, NPM, ROA, EPS, ROE, DER da PBV terhadap
harga saham perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI” yang
menghasilkan ROE berpengaruh secara signifikan.
Net Profit Margin merupakan rasio antara laba bersih (net profit) yaitu
sesudah dikurangi dengan seluruh expenses termasuk pajak dibandingkan dengan
penjualan (Syamsuddin, 2007:62). Menurut Syafri (2004:304) menyimpulkan bahwa
semakin besar presentase pendapatan bersih atau laba bersih yang diperoleh dari
setiap penjualan, berarti semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik karena
dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. Pada
penelitian Ina Rinati (2009) yang berjudul “Pengaruh Net Profit Margin (NPM),
Return On Assets (ROA), dan Return On Equity (ROE) terhadap Harga saham pada
perusahaan yang tercantum dalam indeks 45”.Pada penelitian tersebut diperoleh
6
NPM tidak berpengaruh pada harga saham. Berbeda dengan penelitian yang dilakuan
E. Amalia Itabillah (2013) yang meneliti CR, QR, NPM, ROA, EPS, ROE, DER da
PBV terhadap harga saham perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di
BEI, yang menghasilkan NPM berpengaruh secara signifikan dan positif.
Menurut Haryamami (2007) bahwa informasi EPS merupakan informasi yang
dianggap paling mendasar dan berguna, karena bisa menggambarkan prospek
earning perusahaan di masa depan. Semakin tinggi EPS, semakin tinggi pula
keuntungan para pemegang saham per lembar sahamnya, yang akan berpengaruh
pada minat investor untuk membeli saham dan secara tidak langsung memberikan
pengaruh juga terhadap harga saham akibat banyaknya penawaran dari investor.
Penelitian dari Achmad Husaini (2012) yang bejudul “Pengaruh Variabel Return On
Assets, Return On Equity, Net Profit Margin dan Earning Per Share Terhadap Harga
Saham pada Perusahaan Food and Beverages tahun 2007-2009” EPS berpengaruh
signifikan. Penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan E. Amalia
Itabillah (2013) yang meneliti “CR, QR, NPM, ROA, EPS, ROE, DER da PBV
terhadap harga saham perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI”
EPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.
Sejak krisis global yang terjadi pada pertengahan tahun 2008, berdampak
pada perekonomian dunia termasuk Indonesia. Banyak sektor ekonomi yang terkena
dampak krisis ekonomi global ini, termasuk sembilan sektor yang ada di tabel 1.1
dibawah ini. Adapun tabel perkembangan harga saham persektor pada tahun 20082012 sebagai berikut:
7
Tabel 1.1
Harga Saham Persektor pada tahun 2008-2012
Tahun
Makanan dan Minuman
Minyak dan Gas Bumi
Industri dasar
Transportasi
Perbankkan
Property dan Real Estate
Perdagangan jasa
Barang konsumsi
Pertanian
2008
1.607,60
2009
1.283,69
2010
2.000,25
2011
2012
3.233,95 2.816,225
1.288,87
-70,06
49,73
-40,78
-120,67
-88,67
-27,82
-150,68
1.255,25
102,93
48,57
70,94
41,85
85,91
105,39
90,81
1.034,38
41,37
12,45
54,82
38,35
71,92
63,06
30,30
1.090,43
49,04
-3,99
63,15
56,17
111,12
96,03
22,80
1.071,80
29,01
29,70
71,21
42,40
27,30
100,80
34,94
Sumber: Bura Efek Indonesia
Berdasarkan tabel 1.1 diatas perkembangan harga saham persektor sangat
fluktuatif. Sektor Transportasi dan sektor pertanian mengalami penurunan yang signifikan
disetiap tahunnya. Sektor ini menjadi sektor yang mengalami dampak yang paling
besar pada krisis global pada pertengahan 2008. Sektor pertanian menjadi sektor
yang mengalami penurunan secara signifikan pada tahun 2010. Dan diikuti pada
tahun berikutnya. Penurunan pada sektor ini diakibatkan harga barang yang melonjak
tinggi akibat terkena dampak krisis global pada September 2008. Selain kedua sektor
tersebut sektor Property dan Real Estate dan Perbankkan juga menjadi sektor yang
mengalami penurunan di setiap tahunnya. Kenaikan harga bahan baku di sektor
Property dan Real Estate yang diakibatkan oleh krisis global membuat sektor ini
mengalami penurunan ditiap tahunnya. Penurunan sektor-sektor ini diakibatkan
banyak investor yang kurang tertarik menanamkan modal di sektor-sektor yang
diduga paling besar terkena dampak krisis global pada pertengahan tahun 2008.
Dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, sektor Migas tetap stabil walaupun
mengalami penurunan yang sedikit ditahun 2009 dan tahun 2012. Sektor yang paling
8
sedikit terkena dampak krisis adalah sektor makanan dan minuman. Sektor ini justru
mengalami peningkatan dari tahun ketahun.
Industri makanan dan minuman merupakan salah satu sektor usaha yang
terus mengalami pertumbuhan. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah
penduduk di Indonesia, volume kebutuhan terhadap makanan dan minuman pun terus
meningkat. Sejak krisis global yang terjadi pada pertengahan tahun 2008, hanya
berdampak sedikit pada industri makanan dan minuman. Permintaan pada sektor
tersebut tetap tinggi. Industri makanan dan minuman dapat bertahan tidak bergantung
pada bahan baku ekspor dan lebih banyak menggunakan bahan baku domestik.
Selain itu, karakteristik masyarakat yang cenderung gemar berbelanja makanan, ikut
membantu mempertahankan industri makanan dan minuman. Dengan sedikit
terpengaruhnya industri makanan dan minuman terhadap krisis global yang terjadi
maka saham pada perusahaan makanan dan minuman lebih banyak menarik minat
investor karena tingkat konsumsi masyarakat akan semakin bertambah sejalan
dengan tuntutan kebutuhan manusia yang semakin kompleks.
Selama lima tahun terakhir yaitu tahun 2008-2012, Perusahaan Food And
Beverages yang Go Public di Bursa Efek Indonesia mengalami kenaikan dan
penurunan dalam rasio keuangannya. Banyak faktor yang mempengaruhi hal
tersebut, misalya krisis global pada tahun 2008 yang berdampak pada perekonomian
Indonesia. Adapun nilai harga saham tersebut antara tahun 2008 sampai 2012 dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut:
9
Tabel 1.2
Harga Saham Perusahaan Food And Beverages Tahun 2008 –2012
No
Perusahaan
1
2
3
PT Mayora Indah Tbk
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
PT Ultrajaya Milk Industri &
Trading company Tbk
4
5
6
7
8
9
10
11
12
PT Delta Djakarta Tbk
PT Sekar Laut Tbk
PT Tiga Pilar Sejah Tera Food Tbk
PT Siantar Top Tbk
PT Fast Food Tbk
PT Multi Bintang Indonesia Tbk
PT Tunas Baru lampung Tbk
PT Cahaya Kalbar Tbk
PT Sinar Mas Agro Resources
Technology Tbk
2008
1,14
930
800
Harga Saham
2009
2010 2011
4,5
10,75 14,25
3,55
4,875
4,6
580
1,21 1,08
20
90
425
150
3,1
49,5
190
700
225
62
150
360
250
5,2
177
340
1,49
1,5
2012
25,3
4,85
1,05
120 111,5
190
140
140
140
780
495
610
385
690
840
9,2 9,95
14
274,95
359
690
410
590
520
1,1
950 2,225
1,8 4,275 4,175
Sumber : Bursa Efek Indonesia
Berdasarkan tabel 1.2 diatas terlihat bahwa nilai harga saham selama periode
2008 – 2012, mengalami perubahan yang berfluktuasi, hal ini
kemungkinan
disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor
yang berasal dari dalam perusahaan dan dapat dikendalikan oleh
manajemen
perusahaan yang meliputi Return On Assets , Return On Equity (ROE), Earning Per
Share (EPS) dan Net Profit Margin (NPM). Dimana variabel – variabel tersebut
mempengaruhi harga saham. Faktor eksterna adalah faktor yang disebabkan oleh
krisis ekonomi, dan biasanya bersifat makro seperti situasi politik, keamanan, suku
bunga dan kebijakan pemerintah yang meliputi adanya rasio keuangan perusahaan.
Latar belakang diatas menunjukkan bahwa hasil penelitian mengenai
pengaruh rasio keuangan terhadap harga saham masih sangat berfariatif. Ketertarikan
yang timbul untuk melakukan penelitian ini karena hasil yang tidak selalu konsisten,
10
Hal ini merupakan salah satu yang mendorong untuk melakukan penelitian tentang
rasio keuangan yang mempengaruhi harga saham. Penelitian ini merupakan
penelitian replikasi dari penelitian terdahulu, penelitian ini juga menggunakan rasiorasio keuangan yang digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan menurut
Weston dan Copeland (1992 : 244) dan rasio yang peneliti pakai diantaranya rasio
Profabilitas dengan menggunakan Return On Assets (ROA) dan Return On Equity
ROE serta menggunakan Market Valuation ratio degan menggunakan Earning Per
Share (EPS).
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti mencoba untuk meneliti pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat pada perusahaan Food and Beverages yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan mengambil judul “Analisis Pengaruh
Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM) Dan
Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Food Dan
Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Pada Tahun 2008-2012)”.
1.2 Rumusan Masalah Pokok Penelitian
Bertolak dari latar belakang yang dikemukakan diatas, maka yang menjadi
masalah pokok penelitian ini adalah:
1.
Bagaimana pengaruh Return On Assets terhadap Harga Saham pada
Perusahaan Food and Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tahun 2008 – 2012 ?
2.
Bagaimana pengaruh Return On Equity terhadap Harga Saham pada
Perusahaan Food and Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tahun 2008 – 2012 ?
11
3.
Bagaimana pengaruh Net Profit Margin terhadap Harga Saham pada
Perusahaan Food and Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tahun 2008 – 2012 ?
4.
Bagaimana pengaruh Erning Per Share terhadap Harga Saham pada
perusahaan Food and Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tahun 2008 – 2012 ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan penelitian ini adalah:
1.
Untuk menganalisis dan mengukur seberapa besar pengaruh Return On Assets
terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverages Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008 – 2012.
2.
Untuk menganalisis dan mengukur seberapa besar pengaruh Return On
Equity terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverages Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008 – 2012.
3.
Untuk menganalisis dan mengukur seberapa besar pengaruh Net Profit
Margin terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverages Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008 – 2012.
4.
Untuk menganalisis dan mengukur seberapa besar pengaruh Erning Per
Share terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverages Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008 – 2012.
12
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfat untuk :
1.
Menambah bukti empiris dan memberikan kontribusi dalam memperkaya
penelitian - penelitian sebelumnya.
2.
Bagi investor hasil penelitian ini dapat memberikan acuan pengambilan
keputusan investasi terkait dengan Harga Saham.
3.
Bagi pihak manajemen perusahaan dapat menjadi salah satu acuan
pengambilan kebijakan mengenai Harga Saham.
4.
Bagi
akademisi
dan
peneliti
diharapkan
dapat
menjadi
rujukan
pengembangan ilmu keuangan mengenai kajian Harga Saham.
1.5 Sistematika Penulisan
Agar penelitian yang telah dibuat dalam bentuk laporan ini mudah untuk
dipahami oleh pembaa, maka laporan penelitian ini dibagi menjadi bagian-bagian
sebagai berikut :
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah penelitian, rumusan
masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika laporan penelitian.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas mengenai teori yang digunakan ketika melakukan
penelitian, pemaparan studi-studi penelitian terdahulu, kerangka
pemikiran, dan perumusan hipotesis.
13
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai variabel dan definisi operasional
penelitian, populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data
penelitian, metode pengumulan data dan metode analisis data.
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi mengenai deskripsi objek penelitian, analisis data dan
pembahasan.
BAB V: PENUTUP
Bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Analisis Saham
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham
adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah
pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan
ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut
(Darmadji dan Fakhruddin, 2001).
Perkiraan harga saham perusahaan dimasa yang akan datang dalam penentuan
keputusan investasi terdapat 2 (dua) macam analisis yaitu:
1.
Analisis Teknikal
Menurut Husnan (2005:341), Analisis teknikal merupakan upaya untuk
memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga
saham tersebut di waktu yang lalu. Analisis teknikal adalah menganalisis harga
saham berdasarkan informasi yang mencerminkan kondisi perdagangan, keadaan
pasar, permintaan dan penawaran harga dipasar saham, fluktuasi kurs, volume
transaksi pada masa yang lalu. Harga saham ditentukan oleh kekuatan pasar
(permintaan dan penawaran). Informasi yang digunakan adalah kondisi perdagangan
saham, fluktuasi kurs, volume transaksi perdagangan yang terjadi di pasar modal.
14
15
2.
Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan analisis yang digunakan untuk mencoba
memprediksi harga saham diwaktu yang akan datang dengan mengestimasi nilai
faktor-faktor fundamental yang berpengaruh terhadap harga saham diwaktu yang
akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh
taksiran harga saham. Model ini dikenal sebagai share price forecasting
model.Dalam model peramalan ini, langkah yang penting adalah mengidentifikasi
faktor-faktor fundamental (seperti penjualan, biaya, pertumbuhan penjualan,
kebijakan deviden, dan lain-lain) yang diperkirakan akan berpengaruh terhadap harga
saham. Jika kemampuan perusahaan semakin meningkat (menghasilkan laba yang
meningkat) maka harga saham akan meningkat pula. Dengan kata lain profitabilitas
akan mempengaruhi harga saham (Husnan, 2004)
Analisis fundamental menyatakan bahwa setiap investasi saham mempunyai
landasan kuat yaitu nilai intrinsik yang dapat ditentukan melalui suatu analisis
terhadap kondisi perusahaan pada saat sekarang dan pospeknya di masa yang akan
datang. Nilai intrinsik merupakan suatu fungsi dari faktor perusahaan yang
dikombinasikan untuk menghasilkan suatu keuntungan yang diharapkan dengan
suatu risiko yang melekat pada saham tersebut. Nilai inilah yang diestimasi oleh para
pemodal atau analisis. Hasil dari estimasi ini akan dibandingkan dengan nilai pasar
sekarang (current market price), sehingga dapat diketahui saham-saham yang
overprice atau underprice bilamana harga saham dipasar saham lebih kecil dari harga
wajar atau harga seharusnya, demikian juga sebaliknyanalisis faktor fundamental
didasarkan pada analisis keuangan yang tercermin dalam rasio-rasio keuangan yang
16
terdiri dari lima rasio diantaranya yaitu, rasio likuiditas, rasio rentabilitas
(profitabilitas), rasio solvabilitas, rasio pasar dan rasio aktivitas.
2.1.2 Harga Saham
Menurut Fred dan Copeland (1999: 166) saham merupakan tanda penyertaan
atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan, selembar saham
adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah
pemiliknya (berapapun porsinya atau jumlahnya) dari suatu perusahaan yang
menerbitkan kertas (saham) tersebut. Harga saham senantiasa bergerak dan
pergerakan tersebut ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran saham itu
sendiri di pasar modal. Bagi investor harga mencerminkan nilai suatu perusahaan.
Semakin baik suatu perusahaan mengelola usahanya dalam memperoleh keuntungan,
semakin tinggi juga nilai perusahaan tersebut di mata para investor. Harga saham
yang cukup tinggi akan memberikan return bagi investor berupa capital gain yang
pada akhirnya akan berpengaruh juga terhadap citra perusahaan.
Harga saham dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:
a. Harga Nominal
Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten
untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga
nominal memberikan arti penting saham karena deviden minimal biasanya
ditetapkan berdasarkan nilai nominal.
b. Harga Perdana
Harga ini merupakan harga pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa
efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin
17
emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa
harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk
menentukan harga perdana.
c. Harga pasar
Kalau harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada
investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan
investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di
bursa. Transaksi di sini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi
harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang
benar–benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di
pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan
perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau
media lain adalah harga pasar.
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001: 10) harga saham dibentuk karena
adanya pemintaan dan penawaran atas saham. Permintaan dan penawaran tersebut
terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut
(kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun
faktor yang sifatnya makro seperti kondisi ekonomi negara, kondisi sosial dan
politik, maupun informasi-informasi yang berkembang, selanjutnya Husnan dan
Pudjiastuti (1998: 134) mengatakan apabila kemampuan perusahaan menghasilkan
laba meningkat, harga saham akan meningkat. Dengan kata lain, profitabilitas akan
mempengaruhi harga saham.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap harga saham dapat dibagi menjadi
tiga kategori, yaitu:
18
1. Faktor yang bersifat fundamental
Merupakan faktor yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan
dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhinya. Faktor-faktor ini meliputi:
a. Kemampuan
manajemen
dalam
mengelola
kegiatan
operasional
perusahaan.
b. Prospek bisnis perusahaan di masa datang.
c. Prospek pemasaran dari bisnis yang dilakukan.
d. Perkembangan teknologi yang digunakan dalam kegiatan operasi
perusahaan.
e. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
2. Faktor yang bersifat teknis
Faktor teknis menyajikan informasi yang menggambarkan pasaran suatu efek,
baik secara individu maupun secara kelompok. Para analis teknis dalam menilai
harga saham banyak memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Perkembangan kurs
b. Keadaan pasar modal
c. Volume dan frekuensi transaksi suku bunga
d. Kekuatan pasar modal dalam mempengaruhi harga saham perusahaan.
3. Faktor sosial politik
a. Tingkat inflasi yang terjadi
b. Kebijaksanaan moneter yang dilakukan oleh pemerintah
c. Kondisi perekonomian
d. Keadaan politik suatu negara
19
2.1.3 Kinerja Keuangan
Bambang Rianto dalam bukunya “Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan”
(1998:253) mengatakan bahwa kinerja keuangan adalah suatu memperediksi
kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber dana yang ada.
Kinerja keuangan dapat dikatakan sebagai hasil yang dicapai oleh perusahaan atas
berbagai aktivitas yang dilakukan dalam mendayagunakan sumber keuangan yang
tersedia. Penilaian kinerja melalui laporan keuangan didasarkan pada data dan
kondisi dimasa lalu sulit untuk mengekstrapolasikan ekspektasi masa depan.
Menurut mulyadi (Hasanah 2012), manfaat kinerja keuangan adalah:
1) Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efesien melalui pemotivasian
karyawan secara maksimum.
2) Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan.
3) Mengidentifikasi kebutuhan dan pengembangan karyawan dan untuk
menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
4) Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
2.1.4 Rasio Keuangan
Fahmi (2012:48-49) menyatakan rasio (ratio) adalah perbandingan jumlah,
dari satu jumlah dengan jumlah lainnya itulah dilihat perbandingannya dengan
harapan nantinya akan ditemukan jawaban yang selanjutnya itu dijadikan bahan
kajian untuk dianalisis dan diputuskan. Rasio keuangan sebagai instrumen analisis
prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan,
yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi
operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut,
20
untuk kemudian menunjukkan resiko dan peluang yang melekat pada perusahaan
yang bersangkutan. Hal ini menunjukkan bahwa analisis rasio keuangan, meskipun
didasarkan pada data dan kondisi masa lalu tetapi dimaksudkan untuk menilai resiko
dan peluang di masa yang akan datang. Menurut Hanafi dan Halim (2009) rasio
keuangan terdiri dari beberapa jenis yaitu: likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan
rasio pasar. Rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio solvabilitas merupakan
rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
jangka panjangnya. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang melihat kemampuan
perusahaan menghasilkan laba. Dan rasio pasar melihat perkembangan nilai
perusahaan relatif terhadap nilai buku perusahaan. Rasio-rasio tersebut ingin melihat
prospek dan risiko perusahaan pada masa yang akan mendatang. Faktor prospek
dalam rasio tersebut akan mempengaruhi harapan investor terhadap perusahaan pada
masa- masa mendatang.
2.1.5 Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
Profitabilitas adalah faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas
kepada manajemen untuk melakukan dan mengungkapkan kepada pemegang saham
program tanggung jawab sosial secara lebih luas (Heinze, 1976 dalam Rimba, 2010).
Rasio profitabilitas menyediakan evaluasi menyeluruh atas kinerja perusahaan dan
manajemennya. Rasio ini mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat
diperoleh perusahaan. Tujuan profitabilitas berkaitan degan kemampuan perusahaan
untuk meraup laba yang memuaskan sehingga pemodal dan pemegang saham akan
mempengaruhi kebijakan para investor atas investasi yang dilakukan.
21
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para
investor untuk menanamkan dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkat
profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para investor menarik dananya.
Sedangkan bagi peruahaan itu sendiri profitabilitas dapat degunakan sebagai evaluasi
atas efektivitas pengelolan badan usaha tersebut. Rasio pfofitabilitas terdiri dari
Gross Profit Margin, Net Profit Margin (Margin Laba Bersih), Return on Investment
(ROI) dan Return On Equity (ROE). Variabel profitabilitas yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan Return on Assets, Return on Equity, Net Profit Margin.
2.1.5.1 Return on Assets (ROA)
Return on Assets (ROA) adalah perbandingan antara laba bersih setelah pajak
dengan aktiva untuk mengukur tingkat pengambilan investasi total (Stoner dan Sirait,
1994).
Return
on
Assets
(ROA)
mencerminkan
kemampuan
perusahaan
menggunakan modal yang di investasikan dalam total asset dalam menghasilkan laba
perusahaan. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting untuk mengetahui
profitabilitas suatu perusahaan. Return on Assets (ROA) merupakanukuran efektifitas
perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dan memanfaatkan aktiva yang
dimiliki.
Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) ROA adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan
aktiva. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas
asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan
daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan
menjadikan
perusahaan
tersebut
makin
diminati
investor,
karena
tingkat
22
pengembalian akan semakin besar. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) angka
ROA dapat dikatakan baik apabila > 2%. Untuk mengetahui nilai ROA dapat dicari
dengan rumus:
ROA=
Sumber: Riyanto (1998)
2.1.5.2 Return on Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba bersih setelah
bunga dan pajak dengan modal sendiri. ROE dipilih karena merupakan alat yang
dapat menggambarkan kemampuan profitabilitas perusahaan. Return on Equity
(ROE) mencerminkan kemampuan ekuitas dalam menghasilkan laba . Menurut
Riyadi (2006: 155) Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba bersih
dengan modal (modal inti) perusahaan. Rasio ini menunjukkan tingkat persentase
yang dapat dihasilkan. ROE sangat penting bagi para pemegang saham dan calon
investor, karena ROE yang tinggi berarti para pemegang saham akan memperoleh
dividen yang tinggi pula dan kenaikan ROE akan menyebabkan kenaikan saham.
Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) ROE adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari pengelolaan modal yang
diinvestasikan oleh pemilik perusahaan. ROE diukur dengan perbandingan antara
laba bersih dengan total modal. Angka ROE yang semakin tinggi memberikan
indikasi bagi para pemegang saham bahwa tingkat pengembalian investasi makin
tinggi. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) angka ROE dapat dikatakan baik
apabila > 12%.ROE dapat dicari dengan rumus:
23
Sumber: Riyanto (1998)
2.1.5.3 Net Profit Margin (NPM)
Menurut Bastian dan Suhardjono (2006: 299) dalam Rinati Net Profit Margin
adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Semakin besar NPM,
maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan
kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Rasio
ini menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh dari setiap
penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan
perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Hubungan antara laba bersih
sesudah pajak dan penjualan bersih menunjukkan kemampuan manajemen dalam
mengemudikan perusahaan secara cukup berhasil untuk menyisakan margin tertentu
sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya
untuk suatu resiko. Para investor pasar modal perlu mengetahui kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba. Dengan mengetahui hal tersebut investor dapat
menilai apakah perusahaan itu profitable atau tidak. Menurut Lestari dan Sugiharto
(2007: 196) angka NPM dapat dikatakan baik apabila > 5%. Untuk mengetahui nilai
NPM dapat di cari dengan rumus:
Sumber: Riyanto (1998)
24
2.1.6 Rasio Pasar (Market Rations)
Rasio pasar adalah rasio yang mengukur harga relatif terhadap nilai buku.
Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasarkan pada sudut investor atau calon
investor, meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio-rasio ini.
Ada beberapa rasio yang bisa dihitung yaitu Price Earning ratio (PER), Earning Per
Share (EPS), Dividend Yield dan pembayaran deviden ( deviden payout).
2.1.6.1 Earning Per Share (EPS)
Menurut Haryamami (2007) bahwa informasi EPS merupakan informasi yang
dianggap paling mendasar dan berguna, karena bisa menggambarkan prospek
earning perusahaan di masa depan. Semakin tinggi EPS, semakin tinggi pula
keuntungan para pemegang saham per lembar sahamnya, yang akan berpengaruh
pada minat investor untuk membeli saham dan secara tidak langsung memberikan
pengaruh juga terhadap harga saham akibat banyaknya penawaran dari investor.
Syamsuddin (2009:66) berpendapat, salah satu indikator keberhasilan
perusahaan adalah EPS, karena EPS menunjukkan besar jumlah rupiah yang
diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. EPS memiliki beberapa tujuan yaitu
untuk mengetahui perkembangan perusahaan, menentukan harga pasar saham dan
menentukan besar deviden yang akan dibagikan. Semakin tinggi tingkat EPS
mengindikasikan semakin tingginya keuntungan berupa deviden yang akan
dibagikan ke investor. EPS menjadi daya tarik bagi investor untuk memiliki saham
perusahaan terkait karena EPS yang tinggi dianggap akan mampu memberikan
keuntungan yang tinggi pula.
25
Earning Per Share (EPS) merupakan perbandingan antara pendapatan yang
dihasilkan (laba bersih) dan jumlah saham yang beredar. Earnings Per Share (EPS)
menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham.
Untuk mengetahui nilai EPS dapat di cari dengan rumus :
Sumber: Riyanto (1998)
2.1.7 Hubungan Pengaruh Antar Variabel
1.
Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Harga Saham
Return On Asset mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih
berdasarkan tingkat asset yang tertentu (Mamduh dan Halim 2009:84). Semakin
besar rasio ini semakin baik. Menurut Mukhtarudin dan Desmon (2007) bahwa rasio
ini menghubungkan laba bersih yang diperoleh dari operasi perusahaan dengan
jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi
tersebut. Semakin tinggi tingkat rentabilitas keuangan perusahaan maka semakin
kuat kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, dan semakin tinggi juga
tingkat kepercayaan investor yang berpengaruh terhadap tingginya permintaan saham
perusahaan tersebut di pasar modal yang secara langsung berpengaruh terhadap
tingginya harga saham .
2.
Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham
Return On Equity mengukur laba dari sudut pandang pemegang saham, rasio
ini tidak memperhitungkan deviden maupun capital gain untuk pemegang saham.
Rasio ini bukan pengukur return pemegang saham yang sebenarnya (Mamduh dan
26
Halim 2009:84). Menurut Syafri (2004:305) mengatakan bahwa rasio ini
menunjukan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik.
Menurut Nurani (2009) bahwa Semakin tinggi ROE, maka semakin efisien dan
efektif manajemen perusahaan atau dengan kata lain baiknya kinerja perusahaan
tersebut sehingga mempengaruhi minat investor dalam berinvestasi pada perusahaan
yang mengakibatkan tingginya penawaran dan tingginya harga saham.
3.
Pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap Harga Saham
Net Profit Margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih pada tingkat penjulan tertentu. Net Profit Margin yang
tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada
tingkat penjualan tertentu. Net Profit Margin yang rendah menandakan penjualan
yang terlalu rendah untuk tingkat biaya yang tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi
untuk tingkat penjualan yang tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut
(Mamduh dan Halim 2009:83).
Menurut Syafri (2004:304) menyimpulkan bahwa semakin besar presentase
pendapatan bersih atau laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan, berarti
semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik karena dianggap kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. Penelitian oleh Trisno dan
Soejono (2008) bahwa semakin tinggi NPM semakin baik kinerja perusahaan
sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk nenanamkan modalnya
pada perusahaan tersebut. Akibat adanya kepercayaan investor dalam menanamkan
modalnya sehingga permintaan akan jumlah lembar saham meningkat sehingga
mempengaruhi harga saham.
27
4.
Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham
Earning Per Share (Laba per lembar saham) merupakan indikator yang
secara ringkas menyajikan kinerja perusahaan yang dinyatakan dengan laba. Menurut
Tendelilin (2001:241) Informasi EPS suatu perusahaan menunjukan laba bersih
perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Menurut
Haryamami (2007) bahwa informasi EPS merupakan informasi yang dianggap paling
mendasar dan berguna, karena bisa menggambarkan prospek earning perusahaan di
masa depan. Semakin tinggi EPS, semakin tinggi pula keuntungan para pemegang
saham per lembar sahamnya, yang akan berpengaruh pada minat investor untuk
membeli saham dan secara tidak langsung memberikan pengaruh juga terhadap harga
saham akibat banyaknya penawaran dari investor.
2.2
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu berisi tentang hasil penelitian-penelitian yang telah
dilakukan seagai perbandingan dan referensi pada penelitian ini. Penelitin yang
digunakan sebagai pembanding dan referensi pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
28
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Judul
Variabel
Metode
1
Achmad Husaini
Harga
Regresi
(2012)
Saham (Y) linier
“Pengaruh Variabel ROA(X1) berganda.
Return On Assets,
ROE (X2)
Return On Equity,
NPM (X3)
Net Profit Margin
EPS (X4)
Dan Earning Per
Share Terhadap
Harga Saham
Perusahaan”
2
E. Amaliah
Itabillah (2013)
“Pengaruh CR, QR,
NPM, ROA, EPS,
ROE, DER Dan
PBV Terhadap
Harga Saham
Perusahaan
Property Dan Real
Estate Yang
Terdaftar Di BEI”
Harga
Regresi
Saham (Y) linier
CR(X1)
berganda.
QR(X2)
NPM (X3)
ROA (X4)
EPS (X5)
ROE (X6)
DEER
(X7)
PBV (X8)
Hasil
1. Dari hasil uji secara simultan
dengan uji F dapat disimpulkan
bahwa kinerja keuangan
perusahaan yang diukur dari
ROA, ROE, NPM, dan EPS
mempunyai pengaruh terhadap
harga saham.
2. Dari hasil uji secara parsial
dengan uji t, dapat disimpulkan
bahwa secara parsial variabel
ROA dan EPS yang berpengaruh
secara positif dan signifikan
terhadap harga saham,
sedangkan variabel ROE dan
NPM berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap harga
saham.
1.CR berpengaruh secara
signifikan dan berpengaruh
negative terhadap harga saham.
2. QR berpengaruh secara
signifikan terhadap harga saham
dan berpengaruh positif
terhadap harga saham
3. Net Profit Margin
berpengaruh secara signifikan
dan positif terhadapharga saham
4.ROA berpengaruh secara
signifikan dan negative terhadap
harga saham
5. EPS berpengaruh secara
signifikan dan berpengaruh
positif terhadap harga saham
6.ROE berpengaruh secara
signifikan dan berpengaruh
negatif terhadap harga saham
7. DER berpengaruh secara
signifikan dan negatif terhadap
harga saham
8. PBV berpengaruh secara
29
3
Ina Rinati (2008)
“Pengaruh Net Profit
Margin (NPM),
Return On Assets
(ROA) Dan Return
On Equity (ROE)
Terhadap Harga
Saham Pada
Harga
Regresi
Saham (Y) linier
NPM (X1) berganda
ROA (X2)
ROE (X3)
Perusahaan Yang
Tercantum Dalam
Indeks 45”
4
Rescyana Putri
Hutami (2012)
“Pengaruh
Dividend Per
Share, Return On
Equity
Dan Net Profit
Margin Terhadap
Harga Saham
Perusahaan Industri
manufaktur Yang
Tercatat Di Bursa
Efek Indonesia
Periode 20062010”
Harga
Regresi
Saham (Y) linier
DPS (X1)
berganda
ROA (X2)
NPM (X3)
signifikan terhadap harga saham
dan positif
1. Hasil dari regresi linier ganda
secara serempak (bersama–
sama) variabel independem yang
diuji (NPM, ROA,ROE)
berpengaruh terhadap harga
saham.
2. Pada penelitian ini diperoleh
hasil bahwa NPM tidak
berpengaruh terhadap harga
saham.dan positif.
3. Pada variabel ROA
diperolehh hasil bahwa variabel
ini mempunyai pengaruh
terhadap harga saham dan positif
terhadap harga saham.
4. Pada variabel ROE diperoleh
hasil bahwa variabel ini tidak
berpengaruh terhadap harga
saham dan positif terhadap harga
saham.
1. Dividend per Share
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Harga
SahamPerusahaan Industri
Manufaktur yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia Periode
2006-2010.
2. Return on Equity pengaruh
positif dan signifikan terhadap
Harga SahamPerusahaan
Industri Manufaktur yang
tercatat di Bursa Efek
Indonesia Periode 2006-2010.
3. Net Profit Margin pengaruh
positif dan signifikan terhadap
Harga SahamPerusahaan
Industri Manufaktur yang
tercatat di Bursa Efek
Indonesia Periode 2006-2010.
4. Dividend per Share, Return
on Equity dan Net Profit
Margin pengaruh positif dan
signifikan secara bersamasama (simultan) terhadap
Harga Saham Perusahaan
30
5
Astri Wulan Dini
Dan
Iin Indarti (2011)
Pengaruh Net Profit
Margin (NPM),
Return On Assets
(ROA) Dan Return
On Equity (ROE)
Terhadap Harga
Saham Yang
Terdaftar Dalam
Indeks Emiten LQ45
Tahun 2008 – 2010
6
Antok Budi Prastyo
(2012)
“Pengaruh ROA,
ROE, NPM, EPS
Dan DTAR
Terhadap Harga
Saham Perusahaan
Pertambangan Tahun
2005-2009”
Harga
Regresi
Saham (Y) linier
NPM (X1) berganda
ROA (X2)
ROE (X3)
Harga
Regresi
Saham (Y) linier
ROA(X1) berganda
ROE (X2)
NPM (X3)
EPS (X4)
DTAR
(X5)
Industri Manufaktur yang
tercatat di Bursa Efek
Indonesia Periode 2006-2010.
1) Berdasarkan pengujian
hipotesis secara parsial (uji-t)
a. Variabel NPM (X1) tidak
berpengaruh signifikan dan
negatif terhadap harga saham
perusahaan LQ45 yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun
2008-2010.
b. Variabel ROA (X2) tidak
berpengaruh signifikan dan
positif terhadap harga saham
perusahaan LQ45 yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun
2008-2010.
c. Variabel ROE (X3)
berpengaruh signifikan dan
positif terhadap harga saham
perusahaan LQ45 yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun
2008-2010.
2) Berdasarkan pengujian
hipotesis secara simultan (uji F)
yang telah dianalisis,maka
diketahui bahwa NPM (X1),
ROA (X2), dan ROE (X3) secara
simultan mempunyai pengaruh
signifikan terhadap harga saham
(Y) pada perusahaan LQ45
tahun 2008-2010.
1. Dari hasil uji f menunjukkan
hasil yang signifikan bahwa
Return On Asset (ROA), Return
On Equity (ROE), Net Profit
Margin (NPM), Earning Per
Share (EPS), dan Debt To Total
Asset Ratio (DTAR) merupakan
model yang fit dalam melihat
pengaruhnya terhadap harga
saham.
2. Hasil dari Uji t bahwa hanya
terdapat satu variabel yang
berpengaruh terhadap harga
saham perusahaa, pertambangan,
yaitu Earning Per Share (EPS).
31
7
Dwi Murtiningsih
(2012)
“Pengaruh ROA,
ROE, NPM, EPS
Dan DER Terhadap
Tingkat Harga
Saham (Pada
Perusahaan Food
and Baverages Di
BEI Tahun 20082010)”
Harga
Regresi
Saham (Y) linier
ROA(X1) berganda
ROE (X2)
NPM (X3)
EPS (X4)
DER (X5)
8
Indra Ricky
Onibala1
Parengkuan
Tommy2
Paulina Van Rate3
(2014)
“Analisis Rasio
Profitabilitas Dan
Risiko Keuangan
Terhadap Harga
Saham XL Axiata
Tbk Yang
Terdaftar Di BEI
Periode 20072012”
Harga
Regresi
Saham (Y) linier
ROA(X1) berganda
ROE (X2)
NPM (X3)
EPS (X4)
Resiko
Kurs (X5)
Terdapat empat variabel yang
tidak berpengaruh secara
signifikan, yaitu Return On
Asset (ROA), Return On Equity
(ROE), Net Profit Margin
(NPM) dan Debt To Total Asset
Ratio (DTAR).
1. Return On Assets (ROA) secara
parsial berpengaruh dengan arah
hubungan yang positif tetapi tidak
signifikan terhadap harga saham.
2. Return On Equity (ROE) secara
parsial berpengaruh dengan arah
hubungan yang positif tetapi tidak
signifikan terhadap harga saham.
3. Net Profit Margin (NPM)
secara parsial berpengaruh dengan
arah hubungan yang positif dan
signifikan terhadap harga saham.
4. Earning Per Share (EPS)
secara parsial berpengaruh dengan
arah hubungan yang positif dan
signifikan terhadap harga saham.
5. Debt To Equity Ratio (DER)
secara parsial berpengaruh dengan
arah hubungan yang negatif tetapi
tidak signifikan terhadap harga
saham.
1. Return on Assets, Return On
Equity, Net Profit Margin dan
Risiko Kurs secara simultan (uji-f)
bergaruh terhadap variable tidak
bebas yaitu Harga Saham.
2. Return on Assets, Return On
Equity, Net Profit Margin dan
Risiko Kurs secara parsial (uji-t) :
a. Return On Assets (ROA)
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap harga saham.
b. Return On Equity (ROE)
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap harga saham.
c. Net Profit Margin (NPM)
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap harga saham.
d. Earning Per Share (EPS)
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap harga saham.
5. Resiko kurs berpengaruh
32
9
Novi Indriana
(2010)
“Pengaruh DER,
BOPO, ROA Dan
EPS Terhadap
Harga Saham Di
Bursa Efek
Indonesia (BEI)
Pada Bank Devisa”
Harga
Regresi
Saham (Y) linier
DER (X1) berganda
BOPO
(X2)
ROA (X3)
EPS (X4)
Vasta Biqul Khoir 1
Siti Ragil
Handayani2
Zahroh Z.A.3
(2013)
“Pengaruh EPS,
ROA, NPM, DAR
Dan Long Term
Debet To Equity
Ratio Terhadap
Harga Saham
(Studi Pada
Perusahaan Sub
sektor Perdagangan
yang Terdaftar
Di Bursa Efek
Indonesia Periode
2010-2012)”
Sumber: Berbagai Jurnal
Harga
Regresi
Saham (Y) linier
EPS(X1)
berganda
ROA (X2)
NPM (X3)
DAR (X4)
Long
Term
Debet To
Equity
Ratio (X5)
10
2.3
positif dan signifikan terhadap
harga saham
1. Variabel DER (X1), BOPO
(X2), ROA (X3), dan EPS (X4)
secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap
harga saham (Y)
2. Uji-t variabel ROA (X3), dan
EPS (X4) berpengaruh signifikan
dan positif terhadap harga
saham. Uji-t variabel DER (X1)
dan BOPO (X2) tidak
berpengaruh signifikan dan
negatif terhadap harga saham.
1. Earning Per Share, Return On
Assets, Net Profit Margin, Debt
to Assets Ratio dan Long Term
Debt to Equity Ratio memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap harga saham
perusahaan Perdagangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2010-2012
2. Earning Per Share dan Long
Term Debt to Equity Ratio
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap harga saham pada
perusahaan Perdagangan.
Sedangkan Return On Assets,
Net Profit Margin dan Debt to
Assets Ratio berpengaruh tidak
signifikan terhadap harga saham.
Kerangka Konseptual
Profitabilitas yang tinggi merupakan suatu keberhasilan perusahaan dalam
memperoleh laba berdasarkan aktivanya maupun berdasarkan modal sendiri. Return
On Assets merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (tingkat pengambilan)
yang akan digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih setelah pajak.
33
ROA umumnya digunakan investor sebagai pedoman dalam membuat keputusan
investasi. Hanya investasi yang memberikan ROA seperti yang diharapkan oleh
investor yang diterima.
Return On Asset mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih
berdasarkan tingkat asset yang tertentu (Mamduh dan Halim 2009:84). Menurut
Syafri (2004:305) bahwa rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari
volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Menurut Mukhtarudin dan
Desmon (2007) bahwa rasio ini menghubungkan laba bersih yang diperoleh dari
operasi perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk
menghasilkan keuntungan operasi tersebut. Saat laba sebelum bunga dan pajak naik
dan total aktiva turun maka ROA akan naik, semakin besar ROA semakin besar
tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan. Ini menunjukkan bahwa manajemen
dapat menggunakan total aktiva perusahaan dengan baik (aktiva lancar dan aktiva
tetap) dan pada akhirnya akan meningkatkan harga saham perusahaan sehingga
menarik banyak investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan. Semakin
tinggi tingkat rentabilitas keuangan perusahaan maka semakin kuat kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba, dan semakin tinggi juga tingkat kepercayaan
investor yang berpengaruh terhadap tingginya permintaan saham perusahaan tersebut
di pasar modal yang secara langsung berpengaruh terhadap tingginya harga saham .
Return On Equity mengukur laba dari sudut pandang pemegang saham, rasio
ini tidak memperhitungkan deviden maupun capital gain untuk pemegang saham.
Rasio ini bukan pengukur return pemegang saham yang sebenarnya (Mamduh dan
Halim 2009:84). Menurut Syafri (2004:305) mengatakan bahwa rasio ini
menunjukan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik.
34
Menurut Nurani (2009) bahwa Semakin tinggi ROE, maka semakin efisien dan
efektif manajemen perusahaan atau dengan kata lain baiknya kinerja perusahaan
tersebut sehingga mempengaruhi minat investor dalam berinvestasi pada perusahaan
yang mengakibatkan tingginya penawaran dan tingginya harga saham.
Net Profit margin (NPM) yaitu rasio yang menggambarkan besarnya laba
bersih yang diperoleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Net Profit
Margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang
tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Net Profit Margin yang rendah menandakan
penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya yang tertentu, atau biaya yang
terlalu tinggi untuk tingkat penjualan yang tertentu, atau kombinasi dari kedua hal
tersebut (Mamduh dan Halim 2009:83). Saat laba bersih naik, total penjualan pun
akan naik hal ini disebabkan karena tingginya biaya yang dikeluarkan sehingga NPM
tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham. Hal ini berarti manajemen
mengalami kegagalan dalam hal operasional (penjualan) dan ini akan mengakibatkan
mengurangnya kepercayaan investor untuk berinvestasi dalam perusahaan.
Earning Per Share (Laba per lembar saham) merupakan indikator yang
secara ringkas menyajikan kinerja perusahaan yang dinyatakan dengan laba. Menurut
Tendelilin (2001:241) Informasi EPS suatu perusahaan menunjukan laba bersih
perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Menurut
Haryamami (2007) bahwa informasi EPS merupakan informasi yang dianggap paling
mendasar dan berguna, karena bisa menggambarkan prospek earning perusahaan di
masa depan. Salah satu penyebab mengapa earnings per share (EPS) menarik
investor adalah karena adanya anggapan bahwa EPS mengandung informasi yang
penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividen dan harga saham.
35
Nilai EPS yang diharapkan akan mempengaruhi tingkat kepercayaan investor
terhadap investasi dalam perusahaan tersebut. Semakin tinggi EPS, semakin tinggi
pula keuntungan para pemegang saham per lembar sahamnya, yang akan
berpengaruh pada minat investor untuk membeli saham dan secara tidak langsung
memberikan pengaruh juga terhadap harga saham akibat banyaknya penawaran dari
investor.
Apabila EPS meningkat maka permintaan akan saham tersebut juga
meningkat maka harga saham akan naik, perubahan harga saham atau fluktuasi harga
saham ini akan mendatangkan capital gain/loss. Berdasarkan uraian diatas, maka
dapat disimpulakan bahwa peningkatan EPS akan menyebabkan peningkatan dividen
dan harga saham. Peningkatan harga pasar saham menyebabkan timbulnya capital
gain. Dengan demkian perubahan EPS akan mempengaruhi return yang diperoleh
investor dalam bentuk capital gain/loss dan dividen.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dapt digambarkan kerangka konsep
sebagai berikut:
36
ROA
(X1)
H1
ROE
H2
(X2)
Harga Saham
H3
(Y)
NPM
3
(X3)
H4
EPS
(X4)
Gambar 2.1 : Kerangka konseptual
Sumber: Jurnal EMBA Vol.2 No.1 Maret 2014, Hal. 374-384
2.4
Hipotesis
Return On Asset mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih
berdasarkan tingkat asset yang tertentu (Mamduh dan Halim 2009:84). Saat laba
sebelum bunga dan pajak naik dan total aktiva turun maka ROA akan naik, semakin
besar ROA semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan. Ini
menunjukkan bahwa manajemen dapat menggunakan total aktiva perusahaan dengan
baik (aktiva lancar dan aktiva tetap) dan pada akhirnya akan meningkatkan harga
saham perusahaan sehingga menarik banyak investor untuk menanamkan modalnya
di perusahaan.
Semakin tinggi tingkat rentabilitas keuangan perusahaan maka
semakin kuat kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, dan semakin tinggi
37
juga tingkat kepercayaan investor yang berpengaruh terhadap tingginya permintaan
saham perusahaan tersebut di pasar modal yang secara langsung berpengaruh
terhadap tingginya harga saham.
H1 : Return On Asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga
Saham Perusahaan.
Return On Equity mengukur laba dari sudut pandang pemegang saham, rasio
ini tidak memperhitungkan deviden maupun capital gain untuk pemegang saham.
Rasio ini bukan pengukur return pemegang saham yang sebenarnya (Mamduh dan
Halim 2009:84). Menurut Nurani (2009) bahwa Semakin tinggi ROE, maka semakin
efisien dan efektif manajemen perusahaan atau dengan kata lain baiknya kinerja
perusahaan tersebut sehingga mempengaruhi minat investor dalam berinvestasi pada
perusahaan yang mengakibatkan tingginya penawaran dan tingginya harga saham.
H2 : Return On Equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Harga Saham Perusahaan.
Net Profit Margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Net Profit Margin
yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya yang
tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan yang tertentu, atau
kombinasi dari kedua hal tersebut (Mamduh dan Halim 2009:83). Saat laba bersih
naik, total penjualan pun akan naik hal ini disebabkan karena tingginya biaya yang
dikeluarkan sehingga NPM tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham. Hal ini
berarti manajemen mengalami kegagalan dalam hal operasional (penjualan) dan ini
akan mengakibatkan mengurangnya kepercayaan investor untuk berinvestasi dalam
perusahaan.
38
H3 : Net Profit Margin berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga
Saham Perusahaan.
Menurut Tendelilin (2001:241) Informasi EPS suatu perusahaan menunjukan
laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham
perusahaan. Apabila EPS meningkat maka permintaan akan saham tersebut juga
meningkat maka harga saham akan naik, perubahan harga saham atau fluktuasi harga
saham ini akan mendatangkan capital gain/loss. Berdasarkan uraian diatas, maka
dapat disimpulakan bahwa peningkatan EPS akan menyebabkan peningkatan dividen
dan harga saham. Peningkatan harga pasar saham menyebabkan timbulnya capital
gain. Dengan demkian perubahan EPS akan mempengaruhi return yang diperoleh
investor dalam bentuk capital gain/loss dan dividen.
H4 : Earning Per Share berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Harga Saham Perusahaan.
39
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Penelitian ini menguji dua variabel yaitu
variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian
ini adalah Variabel Return On Assets, Return On Equity, Net Profit Margin Dan
Earning Per Share. Sedangkan variabel dependennya adalah Harga Saham.
Definisi oprasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel
atau konstruk dengan cara memberi arti, atau mempersiapkan kegiatan, ataupun
memberikan suatu oprasional yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau
variabel tersebut (Sawir, 2001).
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2005). Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah Harga Saham. Variabel independen adalah variabel yag
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen atau terikat (Sugiyono, 2005)
Variabel-variabel penelitian dan definisi Operasional dalam penelitian ini dapat
disajikan dalam Tabel 3.1 dibawah ini:
39
40
Tabel 3.1
Ringkasan Definisi Operasional Variabel
No
1
Jenis
Variabel
ROA
2
ROE
3
NPM
4
EPS
5
Harga
Saham
3.2
Definisi
Skala
Rasio yang
digunakan untuk
mengukur
keuntungn bersih
yang diperoleh
dari penggunaan
aktiva
Rasio
profitabilitas yang
digunakan untuk
mengukur tingkat
efektivitas
perusahaan
Merupakan
perbandingan
antara laba bersih
dengan penjulan
perusahaan
Rasio pasar yang
menunjukkan
bagian laba untuk
setiap saham.
Rasio
Pengukuran
ROA =
Rasio
Rasio
Rasio
Saham merupakan
salah satu bentuk
efek atau surat
berharga
yang
diperdagangkan
dipasar
modal
(bursa)
Harga Saham pada periode akhir tahun
(closing price)
Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek yang
mempunyai kualitas dan karaktrisrik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2005). Dalam penelitian
41
ini populasinya adalah perusahaan Food dan Beverages yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2008-2012 berjumlah 16 perusahaan Food dan Beverages. Berikut
16 perusahaan Food dan Beverages yang terdaftar di BEI 2008-2012.
Tabel 3.2
Daftar Perusahaan Food dan Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
No
1
2
Perusahaan
PT Mayora Indah Tbk
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
3
PT Ultrajaya Milk Industri & Trading company
Tbk
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
PT Delta Djakarta Tbk
PT Sekar Laut Tbk
PT Tiga Pilar Sejah Tera Food Tbk
PT Siantar Top Tbk
PT Fast Food Tbk
PT Multi Bintang Indonesia Tbk
PT Tunas Baru lampung Tbk
PT Cahaya Kalbar Tbk
PT Akasha Wira Internasional Tbk
PT Davomas Abadi
PT Nippon Indosari Corpindo Tbk
PT Sinar Mas Agro Resources Technology Tbk
PT Pioneerindo Gourment International Tbk
Sumber: Bursa Efek Indonesi
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karaktristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono,2005). Dalam penelitian ini, sampel diambil secara
purposive sample yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan pertimbangan
subyektif penelitian disesuai dengan tujuan penelitian. Sampel yang digunakan
dalam penlitian ini adalah perusahaan Food dan Beverages yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008-2012.
Berikut penggolongan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditentukan :
42
Tabel 3.3
Kriteria Pengambilan Sampel
No
KRITERIA
JUMLAH
1
Saham yang masih aktif dibidang perdagangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu
perusahaan Food Dan Beverages yang pada tahun
2008-2012.
16
2
Perusahaan Food Dan Beverages yang pada tahun
2008-2012 yang menyajikan laporan keuangan
dan rasio secara lengkap sesuai denganvariabel
yang akan diteliti berdasarkan sumber yang
digunakan.
12
3.3
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data data sekunder yaitu
data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data serta di publikasikan
pada masyarakat pengguna data. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
publikasi Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2012.
3.4
Metode pengumpulan Data
Metode yang digunakan adalah metode dokumentasi yaitu suatu teknik
pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik
dokumen tertulis,gambar maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh
kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk satu
hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh. Metode dokumentasi yaitu mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.
43
3.5
Metode Analisis
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data kuatitatif disini
berupa data runtut waktu (time series) yaitu data yang disusun menurut waktu pada
suatu variabel tertentu. Data yang digunakan selama tahun 2008 sampai dengan
tahun 2012. Sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi Harga Saham. Model analisis yang digunakan adalah
regresi linear berganda yang sebelumnya dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi
uji normalitas, uji heterogenitas,uji multikolinearitas dan uji autokorelasi. Untuk
perhitungan regresinya maka penulis menggunakan alat bantu program komputer
(SPSS 17).
3.5.1
Uji Asumsi Klasik
Menurut Ghozali (2006), uji asumsi klasik terdiri dari:
1.
Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2006) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
variabel pengganggu atau residual dala model regresi memiliki distribusi normal.
Seperti diketahui bahwa uji t dan uji f mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi
tidak valid untuk jumlah sampel yang kecil. Cara yang dapat digunakan untuk
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak menurut Ghozali (2006)
yaitu dengan melakukan uji statistik non-paraedik Kolmogorov-Smirnof (K-S). Uji KS dilakukan dengan melihat tingkat signifikansi dari Kolmogorov- Smirnof. Jika
44
signifikansinya lebih dari 0,05 maka dinyatakan normal. Selain itu, uji K-S juga
dilakukan dengan membuat hipotesis.
2.
H0
: Data residual berkontribusi normal
H1
: Data residual tidak berkontribusi normal
Uji Multikolonearitas
Ghozali (2006) mengemukakan bahwa uji multikolonearitas bertujuan untuk
menguji apakah ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) pada
model regresi. Model regresi yang baik merupakan model regresi yang tidak terjadi
korelasi. Jika variabel independen pada suatu penelitian saling berkolerasi, maka
variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal merupakan variabel
independen yang nilai korelasinya antar sesama variabel independennya nol. Cara
untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonearitas dalam model regresi menurut
Ghozali (2006). Multikolonearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya
variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen
menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen
lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang
tidak dijelaskan oleh variabel indpenden lainnya. Jad nilai tplerace yang rendah sama
dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umumnya
dipakai ntuk mmenunjukan adanya multikolonearitas adalah nilai Tolerance <0.01
atau nilai VIF > 10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolonearitas yang
masih dapat ditolerir. Misalnya nilai tolerance = 0.10 sama dengan tingkat
kolonearitas 0.95. walaupun multikolonearitas dapat dideteksi dengan nilai Tolerance
dan VIF, tetapi masih tetep tidak diketahui variabel independen mana sajakah yang
saling berkolerasi.
45
3.
Uji Autokorelasi
Uji autokolerasi menurut Ghozali (2006) betujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi linear ada kolerasi antara kealahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi kolerasi,
maka dinamakan ada masalah autokolerasi. Autokolerasi muncul karena observasi
(pengamatan) yang beruntutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.
Masalah ini muncul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu
observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu
(time series) karena “gangguan” pada individu/kelompok cenderung mempengaruhi
“gangguan” pada individu atau kelompok yang sama pada periode berikutnya.
Pada data crossection (silang waktu), masalah autokorelasi relatif jarang
terjadi
karena
“gangguan”
pada
observasi
ang
berbeda
berasal
dari
individu/kelompok yang berbeda. Model regresi yang baik merupakan regresi yang
bebas dari autokorelasi. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tau
tidaknya autokorelasi manurut Ghozali (2006) yaitu dengan uji Run Test. Run test
sebagian dari statistik non-parametrik dapat pula digunakan untuk menguji apakah
antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika residual tidak terdapat hubungan
korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run test
digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak
(sistematis).
H0
: residual (res_1) random (acak)
HA
: residual (res_1) tidak random
46
4.
Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan yang lain. Jika variance dari
residual suatu pengamatan ke pengamatan lan tetap, maka disebut homoskedastisitas
dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Kebanyakan data crossection
mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang
mewakili berbagai ukuran (Ghozali, 2006).
Salah satu cara untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas yaitu dengan
melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik Scatter Plot antara SRESID
dengan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X
adalah residual (Y diprediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studentized. Dasar
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut (Ghozali, 2006) :
a.
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu (bergelombang dan melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
3.5.2 Analisis Regresi Linier Berganda
Hubungan fungsional antara variabel dependen dengn lebih dari satu variabel
independen dapat digunakan teknik regresi berganda dengan bantuan SPSS 17.
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka teoritis yang disajikan sebelumnya,
maka model yang digunakan adalah sebagai berikut:
47
Y = a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 e
dimana :
Y
= Harga Saham
a
=Konstanta
β
= Kofisien regresi
X1
= ROA
X2
= ROE
X3
= NPM
X4
= EPS
e
=variabel residual
3.5.3 Uji Hipotesis
Selanjutnya untuk menguji tingkat signifikansi atau keeratan hubungan
variabel bebas terhadap variabel terikat maka digunakan berbagai uji statistik
diantaranya :
1.
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Menurut Ghozali (2006) Uji statistik t padadasarnya menunjukan sejauh mana
pengaruh satu variabel penjelasan/independen secara individual dalam menerangkan
variasi dependen. Berdasarkan uji yang akan dilakukan dengan uji statistik t maka
hipotesis yang akan diajukan yaitu:
H0
=Tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel
independen terhadap variabel dependen.
HA
=Ada pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabe independen
terhadap variabel dependen.
48
Dasar analisisnya yaitu:
a. HA diterima jika signifikansi < α maka H0 ditolak.
b. HA ditolak jika signifikansi > α maka H0 diterima.
2.
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji F menurut Ghozali (2006) menunjukan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersamasama terhadap variabel dependen. Maka hipotesis yang diajukan adalah:
H0
=Tidak ada pengaruh yang signifikan secara simultan dari variabel
independen terhadap variabel dependen.
HA
=Ada pengaruh yang signifikan secara simultan dari variabe
independen terhadap variabel dependen.
a. HA diterima jika signifikansi < α maka H0 ditolak.
b. HA ditolak jika signifikansi > α maka H0 diterima.
3.
Koefisien Determinasi (Uji statistik R2)
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefesien determinasi adalah antara
nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjelaskan variansi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati
satu berarti variabel-variabel independen memberika hampir semua informasi yang
digunakan untuk memprediksi varinsi variabel dependen. Secara umum koefisien
determinasi untuk data silang relatif rendah karene adanya variasi yang besar antar
masing-masing pengamat, sedangkan untuk data runtun waktu biasanya mempunya
koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali, 2006).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian
4.1.1
1.
Gambaran Umum Objek Penelitian
Sejarah Bursa Efek Indonesia
Sejarah Bursa Efek Indonesia tidak lepas dari kondisi politik dan sosial, hal
ini karena setiap kejadian politik memiliki sistem pemerintahan dan kebijakan yang
berbeda. Sejarah bursa efek atau pasar modal di Indonesia memulai dari masa
kolonial Belanda, masa orde lama dan masa orde baru.
a. Perkembangan Bursa Indonesia pada Masa Kolonial
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia
merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial
Belanda dan tempatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal pada waktu
itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah
kolonial atau VOC. Pada awalnya jenis efek yang diperdagangkan dalam
bursa efek tersebut, terutama berupa saham dan obligasi perusahaan serta
perkebunan Belanda yang berada di Indonesia. Disamping itu juga
diperdagangkan dalam bursa tersebut, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh
pemerintah Hindia Belanda. Perkembangan pasar modal di Batavia ini diakui
dengan dibukanya Bursa Efek Surabaya dan Semarang tahun 1925.
Namun perkembangan itu tidak berlangsung lama karena terjadi perang
dunia II, sebagai akibatnya pada awal tahun 1939 bursa efek di surabaya dan
Semarang ditutup. Kemudian diikuti oleh bursa efek di Jakarta pada tanggal
49
50
10 Mei 1940, dengan ditutupnya ketiga bursa efek tersebut maka kegiatan
bursa praktis berhenti sama sekali
b. Perkembangan Bursa Efek Indonsia pada masa Orde Lama
Dengan berhentinya ketiga bursa efek tersebut maka mendorong
pemerintah untuk mengaktifkan kembali Bursa Efek Indonesia. Hal ini
dinyatakan dalam UU No.15/1952 tentang bursa dan keputusan Menteri
Keuangan nomor 28973/UU tanggal 1 November 1951. Bedasarkan undangundang dan keputusan Bursa Efek Indonesia dibuka kembali setelah berhenti
beberapa waktu lamanya. Penyelenggaraan diserahkan kepada Perserikatan
Perdagangan Uang dan Efek (PPUE) yang terdiri dari tiga bang negara.
Beberapa perantara efek dan Bank Indonesia sebagai penasehat. Walaupun
sempat mengalami perkembangan yang cukup pesat pada tahun-tahun awal,
memburuknya perekonomian dan masalah-masalah politik sejak tahun 1960
menyebabkan kinerja BEI mengalami stagnasi.
c. Perkembangan Bursa Efek pada masa Orde Baru
Pada masa pemerintah orde baru, keadaan perekonomian di Indonesia
mulai menuju kearah perbaikan dengan ditandai adanya perencanaan
pembangunan lima tahun. Hal ini turut mendorong kembali perkembangan
pasar modal Indonesia setelah mengalami stagnasi. Hal ini dimulai dengn
persiapan pembentukan pasar modal yang baru. Usaha pemerintah tersebut
ditandai dengan pembentukan badan pembina pasar uang dan modal pada
tahun 1972, badan ini bertugas antara lain untuk mempersiapkan
pembentukan suatu lembaga pasar uang dan modal serta melakukan
pembinaan pasar uang dan modal secara bertahap. Setelah diadakan
51
persiapan-persiapan dengan melibatkan lembaga-lembaga
yang telah
dibentuk sebelumnya maka pemerintah mengeluarkan seperangkat peraturan
yang isi pokoknya Keputusan Presiden No. 52 tahun 1976 tentang
pembentukan Badan Pembina Pasar Modal dan Badan Pelaksana Pasar Modal
(BAPPEPAM) dan peraturan perdagangan di pasar modal. Setelah melaui
langkah persiapan dan pembinaan yang dilakukan sebelumnya oleh
pemerintah maka pasar modal Indonesia siap dibentuk dan diresmikan pada
tanggal 10 Agustus 1977.
2.
Perusahaan yang menjadi Objek Penelitian
Objek penelitia ini adalah perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2008 sampai 2012 yang mengeluarkan data keuangan.
Jumlah perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2008 sampai 2012 adalah sebanyak 16 perusahaan. Pengambilan sampel
dengan metode pendekatan non probability sampling yaitu metode pengambilan
sampel yang tidak semua anggota populasi diberikan kesempatan untuk dipilih
menjadi sampel penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel dari target spesifik yang akan
mempu menyediakan informasi yang diinginkan karena mereka adalah satu-satunya
yang bisa memberi informasi yang dibutuhkan karena mereka sesuai dengan kriteria
tertentu yang ditetapkan peneliti (Uma Sekaran, 2003:235). Maka diperoleh sampel
sebanyak 12 perusahaan dengan 60 data penelitian. Adapun proses sampling yang
dilakukan beserta kriteria yang ditetapkann adalah sebagai berikut.
52
Tabel 4.1
Proses Pengambilan Sampel
Keterangan
Sampel Awal
Tidak menyajikan laporan keuangan tahun
2008-2012
Sampel yang memenuhi kriteria
Perusahaan
16
(4)
Data
80
(20)
12
60
Berdasarkan Tabel 4.1 sampel yang dapat diteliti pada penelitian ini sebanyak
60 data penelitian dari 12 perusahaan Food and Beverages. Berikut daftar ke 12
perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 20082012 :
a.
PT Mayora Indah Tbk
PT Mayora Indah Tbk atau Mayora Group adalah salah satu kelompok
bisnis produk konsumen di Indonesia yang didirikan pada tanggal 17 Februari
1977. Perusahaan ini tercatat di Bursa Efek Jakarta sejak tanggal 4 Juli 1990.
PT Mayora didirikan dengan akta No. 204 tanggal 17 Februari 1977 dari
Poppy Savitri Parmanto, S.H., pengganti dari Ridwan Suselo SH., notaris di
Jakarta. Akta pendirian disahkan oleh Mentri Kehakiman Republik Indonesia
dalam surat keputusan No. Y.A.5/5/14 tanggal 3 Januari 1978, diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia No.39 tanggal 15 Mei 1990.
b.
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
PT Indofood Sukses Makmur Tbk didirikan pertama kali dengan nama
PT Panganjaya Intikusuma pada tanggal 14 Agustus 1990 berdasarkan akta
No. 249 tanggal 15-11- 1990 dan diubah kembali dengan akta No. 171
tanggal 20-6-1991, dibuat dihadapan Beny Kristanto, SH., dan mendapat
53
persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat
Keputusan No. C2-2915 HT.01.01Th.91 tanggal 12-7-1991, serta telah
didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dibawah No.579,580 dan
581 tanggal 5-8-1991, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia No.12 tanggal 11-2-1992. Tambahan No.611 Perseroan mengubah
namanya yang semula PT Panganjaya Intikusuma menjadi PT Indofood
Sukses Makmur, berdasarkan Keputusan Rapat Umum Luar Biasa para
Pemegang Saham yang dituangkan dalam akta Risalah Rapat No.51 tanggal
5-2-1994 yang dibuat Benny Kristanto, SH, Notaris di Jakarta.
c.
PT Ultra Jaya Industri Tbk
PT Ultra Jaya Tbk selanjutnya disebut sebagai perusahaan susu dan
perusahaan dagang, didirikan oleh akte notaris nomor 8 tertanggal 2
November 1971 kemudian berubah pada No. 71 tanggal 29 Desember 1997.
Keduanya (akte) tersebut dicatat oleh Komar Andasasmita, SH., di Bandung.
Akte nomor 34 tanggal 27 April dan dipublikasikan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia No. 131. Pabrik perusahaan dan domisili di Jalan Raya
Cimarene No. 131 Pedlarang 40552, Bandung Regency.
d.
PT Delta Djakarta Tbk
PT Delta Djakarta Tbk adalah perusahaan bir terbesar Indonesia. PT
Delta Djakarta adalah produsen dan distributior beberapa merek bir terbaik di
dunia dibawah merek dagang Anker, Carlsberg, San Miguel dan Kuda Putih.
Perusahaan ini juga merupakan figur kunci dalam pasar minuman nonalkohol di Indonesia dengan mereknya Sodaku dan Ice. Sejak didirikan pada
tahun 1932 oleh perusahaan Jerman Archipel Brouwerij NV, kepemimpinan
54
PT Delta Djakarta telah berpindah tangan beberapakali . pada perang Dunia
II, kendali perusahaan diserahkan kepada perusahaan Belanda sebelum
diturunkan ke sebuah perusahaan Jepang pada tahun 1942. Tiga tahun
kemudian, Belanda menguasai perusahaan ini kembali. Pada tahun 1984, PT
Delta Djakarta menjadi begian dari generasi pertama dari perusahaan di
Indonesia yang go public dan menjual saham di Bursa Efek Jakarta dan
Surabaya.
e.
PT Sekar Laut Tbk
PT Sekar Laut Tbk didirikan 19 Juli 1976 dan mulai beroperasi secara
komersial pada tahun 1976. Perusahaan ini tercatat di Bursa Efek Indonesia
sejak tanggal 4 Juli 1990. PT Sekar Laut Tbk didirikan berdasarkan Akte
Notaris No. 120 tanggal 19 Juli 1976 dari Soetjipto, SH, Notaris di Surabaya.
Akte pendirian perusahaan ini telah disetujui oleh Menteri Kehakiman
Republik Indonesia dalam surat keputusannya No. Y.A.5/56/1 tanggal 1
Maret No.87, tambahan No. 984 tanggal 30 Oktober 1987. Kantor pusat
SKLT berlokasi di Wisma Nugra Santana, Lt. 7, Suite 707, Jln. Jend.
Sudirman Kav. 7-8, Jakarta 10220 dan Kantor cabang berlokasi di Jalan Raya
Darmo No. 23-25, Surabaya, serta Pabrik berlokasi di Jalan Jenggolo II/17
Sidoarjo. SKLT tergabung dalam Sekar Grup.
f.
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk yang dahulunya bernama PT Asia
Intiselera Tbk didirikan dalam rangka Undang-undang Penanaman Modal
Dalam Negeri No. 6 tahun 1966, undang-undang No. 12 tahun 1972
berdasarkan akta No. 143 tanggal 26 Januari 1990 dari Winanto
55
Wiryomatani, S.H, Notaris di Jakarata. Akta pendiri disahkan oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusannya No. C21827.HT.01.01 tahun 1991. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar
Perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan terutama meliputi bidang
usaha mie dan mie instan. Perusahaan mulai beroprasi secara komersil pada
tahun 1990. Hasil produksi dipasarkan didalam negri dan diluar negeri.
g.
PT Siantar Top Tbk
PT Siantar Top Tbk didirikan berdasarkan akta No. 45 tanggal 12 Mei
1987 dari Ny. Endang Widjajanti, SH, notaris dan akta perubahannya No. 64
tanggal 24 Maret 1988 dari notaris yang sama. Akta pendirian dan perubahan
tersebut telah sisahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam
surat keputusan No. C2-5873.HT.01.01.Th.88 tanggal 11 Juli 1988 serta
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 104 tanggal 28
Desember 1993, tambahan No. 5226. Anggaran Dasar Perseroan telah
beberapa kali mengalami perubahan, terakhir dengan akta 31 tanggal 6
Agustus 2001 dari Dyah Ambarwaty Setyoso, SH, notaris di Surabaya.
h.
PT Fast Food Indonesia Tbk
PT Fast Food Indonesia Tbk adalah pemilik tunggal waralaba KFC di
Indonesia, didirikan oleh Gelael Group pada tahun 1978 sebagai pihak
pertama yang memperoleh waralaba KFC untk Indonesia. Perseroan
mengawali operasi restoran pertamanya pada bulan Oktober 1979 di jalan
Melawai, Jakarta dan sukses outlet ini kemudian diikuti outlet-outlet lainnya
di Jakarta dan di berbagai kota-kota besar lain di Indonesia seperti Bandung,
Semarang, Surabaya, Medan, Makkasar dan Manado. Keberhasilan dalam
56
mengembangkan pasar menjadi KFC sebagai bisnis waralaba cepat saji yang
dikenal luas dan dominan di seluruh Indonesia. Bergabungnya Salim Group
sebagai pemegang saham utama telah meningkatkan pengembangan
perseroan pada tahun 1990, dan tahun 1993 terdaftar sebagai emitem Bursa
Efek Jakart sebagai langkah untuk mendorong pertumbuhannya.
i.
PT Multi Bintang Indonesia Tbk
PT Multi Bintang Indonesia Tbk merupakan perusahaan multinasional
yang memproduksi minuman yang bermarkas di jakarta. Perusahaan ini
didirikan pada tahun 1931 dibawah nama NV Nederlancsh Indische
Bierbrouwerijen. Pada tahun 1936 perusahaan ini berada dibawah
pengawasan Belanda yaitu Heineken Internasional Beheer BV. Produk yang
dihasilkan adalah bir dengan merk Bir Bintang dan Guiness. Bir Bintang
enguasai lebih dari 60% begian dari pasar bir. Perusahaan sudah bekerjasama
dengan Heikenan Technische Beheer dan Guinness Overseas Ltd.
j.
PT. Tunas Baru Lampung Tbk
PT Tunas Baru Lampung Tbk didirikan berdasarkan akta No.23 tanggal
27 Desember 1973 dari halim Kurniawan, SH, Notaris di Teluk Betung. Akta
pendiri ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam
Surat Keputusan No.Y.A.5/233/25 tanggal 10 Juli 1975 serta diumumkan
dalam Berita Republik Indonesia No. 44 tanggal 1 Juni 1999, tambahan
No.3194 Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali
perubahan, terakhir dengan akta No. 20 tanggal 13 Agustus 1999 dari Ny.
Machrani Moertolo S, S.H, notaris Jakarta, antaralain mengenai perubahan
nilai nominal saham serta peningkatan modal dasar. Perubahan ini telah
57
disahkan oleh Direktur Jendral Hukum dan Perundang-undangan Departemen
Kehakiman dengan surat No. C-15025/HT.01.04.TH.99 tanggal 18 Agustus
1999 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 91
tanggal 12 November 1999 tambahan No. 316.
k.
PT Cahaya Kalbar Tbk
PT Cahaya Kalbar Tbk didirikan di Pontianak pada tanggal 3 Februari
1968 berdasarkan akta no.1 yang dibuat dihadapan Mohammad Damiri,
Notaris di Pontianak. Badan hukum Perseroan berubah menjadi Perseroan
Terbatas berdasarkan akta no. 49 tanggal 9 Desember 1980. Anggaran dasar
Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan dihadapan Notaris
Tommy Tjoa Keng Liet, SH., dan Notaris Mohammad Damri, keduanya
notaris Pontianak. Akta-akta tersebut telah mendapat persetujuan dari Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-1390
HT.01.01 TH 88 tanggal 17 Februari 1988.
l. PT Sinar Mas Agro Resources And Technology Tbk
PT Sinar Mas Agro Resources And Technology Tbk didirikan tahun
1962, PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk ( “SMART” atau
“Perseroan” ) saat ini adalah salah satu perusahaan publik produk konsumen
berbasis kelapa sawit terintegrasi yang terbesar di Indonesia. PT. SMART,
Tbk. merupakan perusahaan yang termasuk dalam SINAR MAS GROUP.
Nama perusahaan PT. SMART, Tbk. merupakan singkatan dari PT. Sinar
Mas Agro Resources and Technology, Tbk. Di dalam melaksanakan
operasional usahanya, PT. SMART, Tbk. mempunyai pabrik beserta
kelengkapan fasilitas produksi utama dan pendukung yang berada di kawasan
58
Belawan, Medan, Sumatera Utara dengan status hak milik yang dikeluarkan
oleh pejabat pembuat Akta Tanah Kota Medan Nomor 65 dan oleh kantor
Agraria Kota Medan Nomor A 1424361 dan A 1424362, dengan total luas
lahan 64.970 m2 dengan dukungan instalasi Tangki Timbun (Bulking
Installation) yang berada di Jalan Balmerah Baru III, Belawan II, Kecamatan
Medan Belawan, Medan
4.2
Analisis Data
4.2.1 Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif untuk penelitian ini yaitu dengan mengambil data periode
2008 sampai 2012 yaitu sebanyak 60 data pengamatan. Deskripsi variabel dalam
statistik deskriptif yang digunakan meliputi nilai minimum, maksimum, rata-rata,
dan standar deviasi variabel dependen (harga saham) dengan variabel independen
(ROA,ROE,NPM dan EPS). Distribusi statistik deskriptif masing-masing variabel
terdapat pada Tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2
Descriptive Statistics
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
ROA
60
1.69
41.56
9.4805
9.25554
ROE
60
-11.28
323.19
23.5682
44.51544
NPM
60
.01
.34
.0973
.07433
EPS
60
6.00
969.00
204.3735
217.07316
Harga Saham
60
1.05
950.00
234.9853
283.65587
Valid N (listwise)
60
59
Sumber : Data sekunder yang diolah
Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa rata-rata masing-masing variabel berada pada
angka positif, variabel Return On Assets (ROA) yang merupakan perbandingan
antara laba bersih dengan aktiva untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh
dari pengguna aktiva, yang menunjukan nilai rata-rata 9,480 dengan standar deviasi
9,255. Hasil perhitungan diatas tampak bahwa nilai ROA tertinggi sebesar 41,56
yang terdapat pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk pada tahun 2011 dan nilai ROA
terendah sebesar 1,69 yang terdapat pada perusahaan PT Sinar Mas Agro Resources
Technology Tbk.
Variabel Return on Equity (ROE) yang merupakan perbandingan antara laba
bersih setelah bunga dan pajak dengan modal sendiri. Berdasarkan Tabel 4.2 dapat
dilihat bahwa nilai rata-rata sebesar 23,568 dengan standar deviasi 44,515. Hasil
perhitungan diatas tampak bahwa nilai ROE tertinggi sebesar 323,19 yang terdapat
pada perusahaan PT Multi Bintang Indonesia Tbk pada tahun 2009 dan nilai ROE
terendah sebesar -11.28 yang terdapat pada perusahaan PT Sekar Laut Tbk pada
tahun 2009.
Variabel Net Profit Margin (NPM) yang merupakan perbandingan antara laba
bersih setelah pajak dengan penjualan. Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa
nilai rata-rata sebesar 0,0973 dengan standar deviasi 0,0743. Hasil perhitungan diatas
tampak bahwa nilai NPM tertinggi sebesar 0,34 yang terdapat pada perusahaan PT
Multi Bintang Indonesia Tbk pada tahun 2010 dan nilai NPM terendah sebesar 0,01
yang terdapat pada perusahaan PT Sekar Laut Tbk dan PT Cahaya Kalbar Tbk pada
tahun 2008.
60
Variabel Earning Per Share (EPS) yang merupakan perbandingan antara
pendapatan yang dihasilkan (laba bersih) dan jumlah saham yang beredar.
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata 204,373 dengan standar
deviasi 217,073. Hasil perhitungan diatas tampak bahwa nilai EPS tertinggi sebesar
969,00 yang terdapat pada perusahaan PT. Mayora Indah Tbk pada tahun 2010 dan
nilai EPS terendah sebesar 6 yang terdapat pada perusahaan PT Sekar Laut Tbk pada
tahun 2008.
4.2.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan
yang diperlukan untuk mendapatkan model regresi yang baik yang memenuhi
kriteria Best, Linear, Unbiased dan Efecient Estimator (BLUE), sehingga layak
dipakai untuk memprediksi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
1.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal ataukah
mendekati normal. Normalitas pada umumnya dideteksi dengan melihat penyebaran
data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik normal P-P Plot. Dasar pengambilan
keputusan adalah sebagai berikut :
a. Jika data menyebar sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis
diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
61
Analisis ini menggunakan analisis regresi linier dengan syarat model regresi
yang baik adalah distribusi data masing-masing variabel yang normal atau mendekati
normal. Pengujian normalitas dengan menggunakan Uji Kolmogorov – Smirnov
yang dilakukan terhadap nilai residual (Ghozali, 2006). Hasil pengujian terhadap
data awal diperoleh sebagai berikut :
Gambar 4.1: Uji Normalitas
Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa data menyebar disekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
Tabel 4.3
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual
N
Normal Parameters
60
a,,b
Mean
Std. Deviation
.0000000
2.42116055E2
62
Most Extreme
Absolute
.108
Differences
Positive
.108
Negative
-.090
Kolmogorov-Smirnov Z
.838
Asymp. Sig. (2-tailed)
.484
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data sekunder yang diolah
Hasil pengujian normalitas terhadap 60 data penelitian menunjukan bahwa
data sudah berdistribusi normal yang ditunjukan dengan nilai signifikansi pada
pengujian Kolmogorov – Smirnov diatas lebih besar dari 0,05 yaitu 0,484.
2.
Uji Heterokedastisitas
Pengujian heterokedastisitas digunakan untuk melihat apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan
yang
lain.
Model
regresi
yang
baik
adalah
tidak
terjadi
heterokedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan Scatter Plot.
Salah satu cara untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas yaitu dengan
melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik Scatter Plot antara SRESID
dengan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X
adalah residual (Y diprediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studentized. Dasar
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut (Ghozali, 2006) :
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu (bergelombang dan melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas.
63
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
Gambar 4.2 Uji Heterokedastisitas
Sumber : Data sekunder yang diolah
Dari Gambar 4.2 Scatter Plot terlihat bahwam titik-titik menyebar secara
acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapet
disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga
model regresi layak dipakai untuk memprediksi Harga Saham berdasarkan masukan
variabel independen ROA, ROE, NPM dan EPS.
3.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode (t) dengan kesalahan
pada periode sebelumnya (t-1). Uji autokorelasi dilakukan untuk mengidentifikasi
apakah terdapat autokorelasi antara error yang terjadi antar periode yang diujikan
64
dalam model regresi. Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi dilihat nilai
uji run test.
Tabel 4.4
Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Value
a
-60.62708
Cases < Test Value
30
Cases >= Test Value
30
Total Cases
60
Number of Runs
29
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
-.521
.602
a. Median
Sumber : Data sekunder yang diolah
Hasil pengujian autokorelasi terhadap 60 data penelitian menunjukan bahwa
tidak terjadi gangguan autokorelasi pada model penelitian yang ditunjukan dengan
nilai signifikansi pada uji run test diatas lebih besar dari 0,05 yaitu 0,605.
4.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya
korelasi antar variabel independen dalam suatu model regresi. Untuk mengetahui
apakah terjadi multikolinearitas atau tidak dalam model regresi adalah dengan
melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai yang umum
digunakan untuk menunjukan adanya multikolineartias adalah nilai tolerance > 0,10
atau sama dengan nilai VIF < 10 (Ghozali, 2006). Nilai tolerance dan Variance
65
Inflation Factor (VIF) yang terdapat pada masing-masing variabel terlihat pada Tabel
4.5 berikut:
Tabel 4.5
Uji Multikolinearitas dengan VIF
Coefficients
a
Correlations
Model
Zero-order
Partial
Collinearity Statistics
Part
Tolerance
VIF
1 (Constant)
ROA
-.042
-.184
-.160
.253
3.947
ROE
.003
-.012
-.010
.468
2.136
NPM
.102
.274
.243
.388
2.579
EPS
-.459
-.480
-.467
.963
1.038
a. Dependent Variable: Harga Saham
Sumber : Data sekunder yang diolah
Suatu model regresi dinyatakan bebas dari multikolinearitas jika memiliki
nilai Tolerance diatas 0,10, dari tabel diatas nilai tolerance dari semua variabel
independen tidak terdapat nilai diatas 0,10. Dari Tabel 4.5 diperoleh bahwa semua
variabel bebas memiliki nilai VIF berada dibawah angka 10. Dengan demikian maka
dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas antar variabel indepeden dalam
model regresi.
4.2.3 Analisis Regresi Linear Berganda
Penelitian ini menggunakan analisis linear berganda untuk menguji hipotesis,
yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel independen Return On Assets (ROA),
Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM) dan Earning Per Share (EPS).
66
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17. Hasil
pengolahan data yang diperoleh selanjutnya akan diuji mengenai makna model
tersebut secara parsial dan secara simultan. Koefisien regresi dilihat dari nilai
unstandarized coefficient karena semua variabel independen maupun dependen
memiliki skala pengukuran yang sama yaitu rasio.
Tabel 4.6
Hasil Regresi Linear Berganda
Coefficients
a
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
311.735
60.418
ROA
-9.744
7.008
ROE
-.094
NPM
EPS
Coefficients
Beta
t
Sig.
5.160
.000
-.318
-1.391
.170
1.072
-.015
-.087
.931
1489.867
705.348
.390
2.112
.039
-.622
.153
-.476
-4.060
.000
a. Dependent Variable: Harga Saham
Sumber : Data sekunder yang diolah
Hasil pengujian persamaan regresi pada Tabel 4.6 dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Harga Saham = 311,735 - 9,744 ROA - 0,94 ROE + 1489,867 NPM – 0,622 EPS
Persamaan regresi diatas memiliki makna :
1.
Kostanta sebesar 311,735 menyatakan bahwa jika variabel bebas ROA, ROE,
NPM dan EPS dianggap 0, maka harga saham adalah 311,735.
2.
Return On Asset (ROA) mempunyai koefisien regresi dengan arah negatif
sebesar -9,744. Jika diasumsikan variabel independen lain konstan, maka
67
setiap kenaikan Return On Asset (ROA) 1% pada Harga Saham akan
mengalami penurunan sebesar 9,744%.
3.
Return on Equity (ROE) mempunyai koefisien regresi dengan arah negatif
sebesar -0,94. Hal ini menunjukan bahwa kenaikan sebesar 1% pada variabel
Return on Equity (ROE) maka Harga Saham akan mengalami penurunan
sebesar 0,94%.
4.
Net Profit Margin (NPM) mempunyai koefisien regresi dengan arah positif
sebesar 1489,867. Hal ini menunjukan bahwa kenaikan sebesar 1% pada
variabel Net Profit Margin (NPM) maka Harga Saham akan mengalami
kenikan sebesar 1489,867%.
5.
Earning Per Share (EPS) mempunyai koefisien regresi dengan arah negatif
sebesar –0,622. Hal ini menunjukan bahwa kenaikan sebesar 1% pada
variabel Earning Per Share (EPS) maka Harga Saham akan mengalami
penurunan sebesar 0,622%.
4.2.4 Uji Hipotesis
Setelah mendapatkan model regresi yang baik dengan tidak adanya
penyimpangan terhadap asumsi klasik maka langkah selanjutnya adalah menganalisis
hasil regresi dengan pengujian hipotesis.
1.
Koefisien Determinasi
Koefesien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefesien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 kecil berarti kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
68
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali,
2006). Hasil nilai adjusted R-square dari regresi digunakan untuk mengetahui Harga
Saham yang dipengaruhi oleh variabel-variabel independennya.
Tabel 4.7
Koefisien Determinasi
Model Summary
b
Change Statistics
Std. Error
Mod
el
R
1
.521
a
R
Adjusted R
of the
R Square
F
Square
Square
Estimate
Change
Change
.271
.218 250.76577
.271
5.123
Sig. F
df1
df2
4
55
Change
.001
a. Predictors: (Constant), EPS, ROA, ROE, NPM
b. Dependent Variable: Harga Saham
Sumber : Data sekunder yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukan bahwa koefisien determinasi yang
ditunjukan dari nilai adjusted R-square sebesar 0,218. Hal ini berarti bahwa 21,8%
variabel dependen yaitu Harga Saham
dapat dijelaskan oleh empat variabel
independen yaitu ROA, ROE, NPM dan EPS. Sedangkan sisanya 78,2% dijelaskan
oleh variabel atau sebab-sebab lainnya diluar model.
2.
Uji F
Uji F bertujuan untuk menguji pengaruh antara variabel independen terhadap
variabel dependen secara bersama-sama. Apabila probabilitas (signifikansi) lebih
besar dari α (0,05) maka variabel independen secara bersama-sama tidak
berpengaruh terhadap variabel Harga Saham, tetapi jika probabilitas (signifikansi)
69
lebih kecil dari α (0,05) maka variabel independen secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel Harga Saham.
Pengujian hipotesis uji F digunakan untuk melihat apakah secara keseluruhan
variabel independen mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap variabel
dependen. Dari hasil pengujian secara simultan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.8
Hasil Uji F
b
ANOVA
Model
Sum of Squares
1
Df
Mean Square
Regression
1288587.652
4
322146.913
Residual
3458590.856
55
62883.470
Total
4747178.507
59
F
5.123
Sig.
a
.001
a. Predictors: (Constant), EPS, ROA, ROE, NPM
b. Dependent Variable: Harga Saham
Sumber : Data sekunder yang diolah
Berdasarkan pada Tabel 4.8 diperoleh bahwa model persamaan ini memiliki
Fhitung sebesar 5,123 dengan tingkat signifikansi 0,001 menunjukan bahwa Harga
Saham dapat dijelaskan oleh ROA, ROE, NPM dan EPS. Hasil analisis dalam
penelitian ini menunjukan bahwa secara bersama-sama (simultan) berpengaruh
terhadap variabel dependen yaitu Harga Saham.
3.
Uji t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh variabel
independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji
70
statistik t digunakan untuk menguji hipotesis pertama sampai dengan hipotesis
keempat. Dari hasil pengujian analisis regresi sebagaimana pada lampiran diketahui
nilai t hitung sebagai berikut :
Tabel 4.9
Hasil Uji t
Coefficients
a
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
B
Std. Error
1 (Constant)
311.735
60.418
ROA
-9.744
7.008
ROE
-.094
NPM
EPS
Coefficients
Beta
t
Sig.
5.160
.000
-.318
-1.391
.170
1.072
-.015
-.087
.931
1489.867
705.348
.390
2.112
.039
-.622
.153
-.476
-4.060
.000
Sumber : Data sekunder yang diolah
1.
Pengujian Hipotesis Pertama
H1 : Return On Asset (ROA) memiliki pengaruh negatif terhadap Harga Saham
Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh hasil estimasi variabel Return On Asset
(ROA) sebesar nilai thitung= 1,391 dengan probabilitas sebesar 0,170. Nilai
signifikansi diatas 0,05 menunjukan bahwa variabel Return On Asset (ROA) tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Harga Saham. Dengan demikian maka
H1 ditolak.
2.
Pengujian Hipotesis Kedua
H2 : Return on Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap Harga Saham
71
Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh hasil estimasi variabel Return on Equity
(ROE) sebesar nilai thitung = 0,87 dengan probabilitas sebesar 0,931. Nilai signifikansi
diatas 0,05 menunjukan bahwa variabel Return on Equity (ROE) memiliki pengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap Harga Saham. Dengan demikian H2 ditolak.
3.
Pengujian Hipotesis Ketiga.
H3 : Net Profit Margin (NPM) berpengaruh positif signifikan terhadap Harga Saham
Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh hasil estimasi variabel Net Profit Margin
(NPM) sebesar nilai thitung = 2,112 dengan probabilitas sebesar 0,039. Nilai
signifikansi dibawah 0,05 menunjukan bahwa variabel Net Profit Margin (NPM)
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham. Dengan demikian
H3 diterima.
4.
Pengujian Hipotesis Keempat
H4 : Earning Per Share (EPS) berpengaruh negatif terhadap Harga Saham
Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh hasil estimasi variabel Earning Per Share
(EPS) sebesar nilai thitung = 4,060 dengan probabilitas sebesar 0,000. Nilai
signifikansi dibawah 0,05 menunjukan bahwa variabel Earning Per Share (EPS)
memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Harga Saham. Dengan demikian
H4 ditolak.
4.3
Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa harga saham dapat dijelasakan oleh
variabel Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin
(NPM) dan Earning Per Share (EPS) yang secara bersama-sama (simultan)
berpengaruh secara signifikan. Secara parsial ketiga variabel independen Return On
72
Assets (ROA), Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) memiliki
koefesian negatif sedangkan variabel independen Net Profit Margin (NPM) memiliki
koefesien positif. Tetapi dalam penelitian ini Return On Assets (ROA) dan Return On
Equity (ROE) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham, artinya
peningkatan maupun penurunan harga saham tidak akan mempengaruhi Return On
Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE). Sedangkan peningkatan Net Profit
Margin (NPM) dan Earning Per Share (EPS) akan cenderung memiliki harga saham
yang tinggi.
4.3.1
Pengaruh Harga Saham terhadap Return On Assets (ROA)
Return On Asset mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih
berdasarkan tingkat asset yang tertentu (Mamduh dan Halim 2009:84). Semakin
besar rasio ini semakin baik. Semakin tinggi tingkat rentabilitas keuangan
perusahaan maka semakin kuat kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, dan
semakin tinggi juga tingkat kepercayaan investor yang berpengaruh terhadap
tingginya permintaan saham perusahaan tersebut di pasar modal yang secara
langsung berpengaruh terhadap tingginya harga saham .
Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukan bahwa Return On Assets
memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif tehadap harga saham. Terlihat pada
rata-rata ROA tiap tahunnya berfluktuatif naik turun tetapi harga saham terus
mengalami
peningkatan. Kondisi
ini, menggambarkan bahwa
kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba dan untuk mengendalikan seluruh biaya-biaya
operasional maupun non oprasional sangat rendah. Karena perusahaan lebih banyak
memiliki total aktiva dibandingkan dengan laba bersih, kemungkinan banyak aktiva
73
yang menganggur akibatnya hanya sebagian investor yang melirik dari segi profit
assets. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam berinvestasi investor tidak
memperhatikan ROA sebagai salah satu pertimbangan dalam mengambil keputusan
investasinya.
Koefesien regresi beta untuk ROA 9,744 dengan arah negatif, artinya jika
ROA naik maka harga saham turun. Jadi besar kecilnya ROA tidak serta merta
mempengaruhi tinggi rendahnya harga saham. Artinya perusahaan kurang maksimal
dalam pengelolaan asset untuk menghasilkan laba, semakin tinggi ROA tidak
mempengaruhi tingkat harga saham yang ditentukan, begitu juga sebaliknya.
Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Achmad Husaini (2012) yang
berjudul “ Pengaruh Variabel Return On Assets, Return On Equity, Net Profit
Margin dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and
Beverages tahun 2007-2009”. Yang secara parsial ROA berpengaruh signifikan
terhadap harga saham. Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan E.
Amalia Itabilah (2013) “Pengaruh CR, QR, NPM, ROA, EPS, ROE, DER Dan PBV
Terhadap Harga Saham Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdafta Di BEI”
yang menyatakan bahwa secara parsial ROA tidak berpengaruh secara signifikan dan
negatif terhadap harga saham. Dan didukung oleh penelitian yang dilakukan Deasy
Rachmasari Hasanah (2010) “Pengaruh ROA, ROE dan EPS Terhadap Harga Pasar
Saham Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Go Public Di Bursa Efek
Indonesia (BEI)”, mendapat hasil ROA tidak berpengaruh terhadap harga saham.
74
4.3.2 Pengaruh Harga Saham terhadap Return On Equity (ROE)
Menurut Syafri (2004:305) mengatakan bahwa rasio ini menunjukan berapa
persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Menurut Nurani (2009)
bahwa Semakin tinggi ROE, maka semakin efisien dan efektif manajemen
perusahaan atau dengan kata lain baiknya kinerja perusahaan tersebut sehingga
mempengaruhi
minat
investor
dalam
berinvestasi
pada
perusahaan
yang
mengakibatkan tingginya penawaran dan tingginya harga saham.
Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukan bahwa Return On Equity
memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham. Koefesien
regresi beta untuk ROE 0,94 dengan arah negatif, artinya jika ROE naik maka akan
menurunkan harga saham. Kenaikan rasio ini berarti akan menurunkan laba bersih
dari perusahaan yang bersangkutan. Jadi semakin menurun tingkat efektif dan efesien
manajemen perusahaan, atau dengan kata lain kinerja manajeman perusahaan dalam
mengelola sumber dana pembiayaan oprasional tidak maksimal dalam menghasilkan
laba bersih. Sehingga
mempengaruhi minat investor dalam berinvestasi pada
perusahaan.
Return On Equity tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap
harga saham. Dapat dilihat dari data rata-rata ROE tiap tahunnya berfluktuatif naik
turun tetapi harga saham terus mengalami peningkatan, berarti dapat disimpulkan
bahwa turunnya ROE belum tentu akan menurunkan harga saham justru akan
meningkat. Hal ini disebabkan karena rata-rata ROE menunjukan nilai yang rendah
yaitu cenderung mengarah pada nilai kurang 1 %. Karena jika tingkat keuntungan
modal sendiri yang digunakan dalam oprasi perusahaan semakin rendah sehingga
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih juga semakin kecil. Yang
75
berarti dari total modal yang ada pada manajemen tidak dapat menghasilkan
keuntungan dengan kemampuan modal sendiri. Bisa juga dikarenakan modal
pinjaman lebih besar daripada modal sendiri sehingga perusahaan menjadi tidak
sehat dan mudah bangkrut.
Hasil ini sesuai dengan Penelitian yang dilakukan Achmad Huasaini (2012)
yang berjudul “Pengaruh Variabel Return On Assets, Return On Equity, Net Profit
Margin dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Food and
Beverages tahun 2007-2009”. Secara parsial ROE tidak berpengaruh signifikan
terhadap harga saham. Hasil ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Dwi
Murtiningsih (2012) dengan judul “Pengaruh ROA, ROE, NPM, EPS Dan DER
Terhadap Tingkat Harga Saham (Pada Perusahaan Food and Baverages Di BEI
Tahun 2008-2010)”. Yang menyatakan ROE tidak berpengaruh terhadap harga
saham.
4.3.3 Pengaruh Harga Saham terhadap Net Profit Margin (NPM)
Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukan bahwa Net Profit Margin
(NPM) memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham. Hal tersebut
terlihat dari rata-rata NPM yang tiap tahunnya meningkat diimbangi dengan
kenaikan harga saham. Karena NPM memiliki pengaruh yang paling tinggi terhadap
harga saham sehingga kemampuan perusahaan untuk mendapat laba juga tinggi.
Semakin tinggi tingkat penjualan maka semakin produktif perusahaan tersebut.
Koefesien regresi beta untuk NPM 1489,867 dengan arah positif, artinya jika
NPM naik maka harga saham akan naik. Net Profit Margin yang tinggi menandakan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan
76
tertentu. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006:299) Net Profit Margin adalah
perbandingan antara laba bersih dengan penjualan bersih. Semakin besar NPM
menunjukan kinerja perusahaan yang produktif untuk memperoleh laba yang tinggi
melalui tingkat penjualan tertentu serta kemampuan perusahaan yang baik dalam
menekan biaya-biaya oprasionalnya. Hal ini meningkatkan kepercayaan investor
untuk menginvestasikan modalnya pada perusahaan tersebut sehingga permintaan
akan saham perusahaan meningkat yang otomatis akan diikuti peningkatan harga
saham tersebut. Teori tersebut semakin memperkuat hasil penelitian ini yaitu terdapat
Net Profit Margin berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham Food
and Beverages yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012.
Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Achmad Husaini
(2012) yang berjudul “Pengaruh variabel Return On Assets, Return On Equity, Net
Profit Margin Dan Erning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Food And
Beverages Tahun 2007-2009”. Secara parsial NPM tidak berpengaruh terhadap harga
saham. Tetapi Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakuan E. Amalia
Itabillah (2013) yang meneliti CR, QR, NPM, ROA, EPS, ROE, DER da PBV
terhadap harga saham perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI,
yang menghasilkan NPM berpengaruh secara signifikan dan positif.
4.3.4 Pengaruh Harga Saham terhadap Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share (Laba per lembar saham) merupakan indikator yang
secara ringkas menyajikan kinerja perusahaan yang dinyatakan dengan laba. Menurut
Tendelilin (2001:241) Informasi EPS suatu perusahaan menunjukan laba bersih
perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Semakin
77
tinggi EPS, semakin tinggi pula keuntungan para pemegang saham per lembar
sahamnya, yang akan berpengaruh pada minat investor untuk membeli saham dan
secara tidak langsung memberikan pengaruh juga terhadap harga saham akibat
banyaknya penawaran dari investor.
Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukan bahwa Earning Per Share
(EPS) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Earning
Per Share mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Menurut (Saleh,
2009:64): “Earning Per Share (EPS) merupakan rasio pasar modal yang mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar
saham biasa yang beredar. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
meraih laba bersih yang diperuntukkan bagi pemegang saham atas dasar lembar
saham yang diinvestasikan”. Menurut Tandelilin (2010:365): “Perbandingan antara
jumlah earning (dalam hal ini laba bersih yang siap dibagikan bagi pemegang
saham) dengan jumlah lembar saham perusahaan akan diperoleh komponen earning
per share (EPS). Bagi para investor, informasi EPS merupakan informasi yang
dianggap paling mendasar dan berguna, karena bisa menggambarkan prospek
earning perusahaan di masa depan”.
Koefisien regresi beta untuk EPS 0,622 dengan arah negatif artinya jika EPS naik
maka harga saham akan turun. Faktor yang mempengaruhi EPS adalah penggunaan
hutang. Dalam menentukan sumber dana untuk menjalankan perusahaan, manajemen
dituntut untuk mempertimbangkan kemungkinan perubahan dalam struktur modal
yang mampu memaksimumkan harga saham perusahaannya. Menurut Brigham dan
Houston
(2001:19)
bahwa:
“Perubahan
dalam
penggunaan
hutang
akan
mengakibatkan perubahan laba per lembar saham (EPS) dan karena itu, juga
78
mengakibatkan perubahan harga saham”. Dengan demikian terlihat bahwa perubahan
penggunaan hutang, merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat EPS. Jika suatu
perusahaan kurang baik dalam pengelolaan penggunaa hutang maka akan berdampak
pada penurunan laba perlembar saham yang dibagikan kepada investor, walaupun
harga sahamnya tinggi. Sehingga investor akan mempertimbangkan untuk
menginvestasikan modalnya di perusahaan tersebut. Selain itu pengaruh EPS
terhadap harga saham dalam analisis ini berpengaruh secara negatif, hal ini
menandakan bahwa kondisi perusahaan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal.
Faktor-faktor lain juga mempengaruhi tingkat EPS seperti kondisi perekonomian
secara makro yaitu nilai tukar (kurs). Bagi perusahaan-perusahaan yang melakukan
kegiatan ekspor dan impor kestabilan nilai kurs mata uang dollar terhadap rupiah
menjadi hal yang sangat penting. Sebab ketika nilai rupiah terdepresiasi dengan
dollar, hal ini akan mengakibatkan barang-barang impor menjadi mahal. Apabila
sebagian besar bahan baku perusahaan menggunakan bahan baku impor, secara
otomatis akan mengakibatkan kenaikan biaya produksi yang tentunya akan
mengurangi tingkat keuntungan perusahaan. Penurunan tingkat keuntungan pada
perusahaan secara langsung akan menurunkan laba per lembar saham. Pada tahun
2012 nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dollar sebesar Rp. 9595,73 meningkat dari
tahun sebelumnya yaitu tahun 2011 sebesar Rp.8873,25 yang mengakibatkan
beberapa perusahaan food and beverages mengalami penurunan EPS tetapi tingkat
harga saham justru naik. Seperti perusahaan pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk,
PT Delta Djakarta Tbk, PT Fast Food Tbk, PT Tunas Baru Lampung Tbk dan PT
Cahaya Kalbar Tbk. Kelima perusahaan tersebut pada tahun 2012 mengalami
penurunan EPS tetapi harga saham justru naik. Perusahaan yang terkena dampak
79
paling signifikan akibat melemahnya nilai tukar rupiah yaitu PT Delta Djakarta Tbk
dan PT Cahaya Kalbar.
Hasil ini tidak sesuai dengan Penelitian yang dilakukan Achmad Huasaini
(2012). Secara parsial EPS berpengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham.
Berbeda dengan penelitin yang dilakukan Meythi, dkk (2011) yang berjudul
“Pengaruh Likuiditas dan Profitabilitas Terhadap Harga Saham Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” yang menyatakan bahwa EPS
berpengaruh negatif terhadap harga saham. Hasil tersebut juga di dukung oleh
penelitian Romi Batu Ginta (2010) yang berjudul “Analisis Pengaruh Rasio
Profitabilitas terhadap Harga Saham Perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa
Efek Indonesia” yang menyatakan bahwa EPS berpengaruh negatif dan signifikan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh Return On Assets (ROA),
Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM) dan Earning Per Share (EPS)
terhadap harga saham pada perusahaan Food dan Beverages yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2012.
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
telah
dilakukan
melalui
tahap
pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan intrepetasi, hasil analisis
mengenai pengaruh Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit
Margin (NPM) dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham pada perusahaan
Food dan Beverages, dengan menggunakan data yang terdistribusi normal, tidak
terdapat multikolinearitas, bebas autokorelasi dan tidak adanya heterokedastisitas,
maka dihasilkan kesimpulan sebagai berikut :
1.
Dari hasil analisis data secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel Return
On Assets (ROA) tidak memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif
terhadap harga saham. Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikansi Return
On Assets (ROA) 0,170 yang berarti bahwa lebih besar dari 0,05. Jadi
hipotesis yang menyatakan bahwa Return On Assets memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap harga saham, di tolak dan tidak terbukti.
2.
Dari hasil analisis data secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel Return
On Equity (ROE) tidak memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif
80
81
3.
terhadap harga saham. Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikansi Return
On Equity (ROE) yaitu sebesar 0,931 yang berarti bahwa lebih besar dari
0,05. Jadi hipotesis yang meyatakan Return On Equity (ROE) memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham adalah di tolak dan
tidak terbukti.
4.
Dari hasil analisis data secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel Net
Profit Margin (NPM) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
harga saham. Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikansi Net Profit Margin
(NPM) yaitu sebesar 0,039 yang berarti bahwa lebih kecil dari 0,05. Jadi
hipotesis yang menyatakan Net Profit Margin (NPM) memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap haraga saham adalah diterima dan terbukti.
5.
Dari hasil analisis data secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel Earning
Per Share (EPS) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap harga
saham. Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikansi Earning Per Share (EPS)
yaitu sebesar 0,000 yang berarti bahwa lebih kecil dari 0,05. Jadi hipotesis
yang menyatakan Earning Per Share (EPS) memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap harga saham adalah di tolak dan tidak terbukti.
6.
Dari hasil analisis data secara simultan diperoleh bahwa variabel Return On
Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM) dan
Earning Per Share (EPS) dalam penelitian ini disimpulkan bahwa variabel
independen tersebut secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
dependen yaitu harga perusahaan. Hal ini didasarkan pada nilai Fhitung
sebesar 5,123 dengan tingkat signifikansi 0,001 yang berarti memiliki
signifikansi lebih kecil dari 0,05.
82
7.
Kofisien determinasi adjusted R-square adalah sebesar 0,218. Hal ini berarti
21,8% variabel dependen yaitu harga saham dapat dijelaskan oleh keempat
variabel independen yaitu ROA, ROE, NPM dan EPS. Sedangkan sisanya
78,2% dijelaskan oleh variabel atau sebab-sebab lainnya diluar model.
5.2
1.
Saran
Bagi pihak investor
Setiap investor yang akan membeli saham sebaiknya mempertimbangkan
terlebih dahulu mengenai informasi-informasi perusahaan. Selain itu melihat kembali
laporan keuangan perusahaan dari tahun ke tahun yang telah di publikasikan oleh
perusahaan melalui Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk dijadikan bahan dasar
pertimbangan sebelum melakukan pembelian saham atau berinvestasi. Dalam hal ini
yang harus diperhatikan oleh calon ivestor adalah kinerja perusahaan yang dapat
dilihat melalui laporan keuangan khususnya pada penjualan saham perlembar
kaitanya dengan NPM dari tahun ketahun berdasarkan pada hasil penelitian ini, yang
beranggapan bahwa tingginya penjualan per lembar saham akan mempengaruhi
kinerja perusahaan dan kualitas perusahaan dibandingkan dengan faktor-faktor yang
juga memiliki pengaruh sehingga dapat diperoleh keyakinan bahwa perusahaan
tersebut memiliki kinerja yang baik sehingga memiliki prospek yang lebih baik untuk
membeli saham dan berinvestasi.
2.
Bagi pihak perusahaan
Bagi perusahaan/emiten sebagai penyediaan informasi keuangan yang
lengkap dan jelas agar mengurangi informasi asimetri dan sebagai sumber informasi
83
mengenai kondisi keuangan perusahaan oleh pihak eksternal pengguna laporan
keuangan perusahaan atau investor perlu dilakukan bagi perusahaan. Selain itu
perusahaan sebaiknya mempertimbangkan kelima variabel yang secara simultan
berpengaruh terhadap harga saham, yaitu Return On Asset, Return On Equity, Net
Profit Margin dan Earning Per Share
untuk digunakan sebagai dasar dalam
perbaikan kinerja perusahaan. Hal ini dikarenakan dari keempat variabel tersebut
sangat diperhatikan oleh investor dalam keputusan membeli saham perusahaan.
Dengan saham yang banyak diminati oleh investor maka akan membuat nilai jual
perusahaan atau harga saham meningkat. Seiring meningkatnya nilai perusahaan
maka para investor tertarik untuk melakukan investasi pada perusahaan yang
bersangkutan.
3.
Bagi penelitian selanjutnya
Menambah variabel lain diluar variabel penelitian ini seperti Debt Equity
ratio, Total Asset, Dividend Per Share, Turn Over Ratio dan lain-lain yang berkaitan
dengan harga saham untuk mengetahui lebih banyak dan jelas mengenai faktorfaktor apa saja yang memiliki pengaruh terhadap harga saham. Selain itu perlu
dilakukan penelitian kembali dengan objek penelitian selain perusahaan Food dan
Beverages serta periode penelitian yang lebih lama.
84
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra dan Suhardjono. 2006. Akuntansi Perbankan. Edisi 1. Jakarta:
Salemba Empat.
Bringham, Eugene F dan Joel F Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi
Kedelapan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dedy Trisno dan Fransisca Soejono, 2008. “Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap
Harga Saham Perusahaan Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal
Keuangan dan Bisnis Vol 6 (Maret 2008). No.1.
Darmadji, Tjiptono dan Hendi M. Fakhruddin. 2001. Pasar Modal Di Indonesia:
Pedekatan Tanya Jawab. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.
Fahmi, I, 2012. Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Jawab. Bandung:
CV. Alfabeta
Fred, Weston, J. dan Thomas E. Copeland. 1999. Manajemen Keuangan. Edisi 8.
Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: BP Universitas Diponegoro.
Ginta, Romi Batu. 2010. Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga
Saham Perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia. Skripsi.
Universitas Sumatra Utara.
Halim, Abdul. 2009. Analisis Investasi. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
Hanafi, Mamduh M. 2008. Manajemen Keuangan. Edisi 1. Yogyakarta: BPFE.
Harahap, Sofyan Syafri. 2007. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT
Raja Grasindo Persada.
Haryamani. 2007. “Pengaruh Rasio – Rasio Keuangan dan Tingkat Inflasi Terhadap
Harga Saham Perusahaan Industri yang Go Publik di PT. Bursa Efek Jakarta”.
Jurnal Aplikasi Manajemen Vol 5 (Desember). No.3.Fakultas Ekonomi UPN
“Veteran”, Surabaya
Hasanah, Deasy. 2010. Pengaruh ROA, ROE dan EPS Terhadap Harga Pasar
Saham PadaPerusahaan Food And Beverages Yang Go Public Di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Undergraduate thesis, UPN "Veteran" Jatim. Jurnal Ekonomi
danManajemen. UPN Jatim.
Husaini, Achmad. 2012. Pengaruh Variabel Return On Assets, Return On Equity,
Net Profit Margin dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan
85
Food and Beverages tahun 2007-2009. Jurnal Profit, Volume 6, Nomor 1, Juni
2012. Jurusan Administrasi Bisnis FIA UB
Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 1998. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan
Analisis Sekuritas. Edisi 2. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Indra Bastian dan Suhardjono.(2006). Akuntansi Perbankan. Edisi 1. Jakarta:
Salemba Empat.
Lestari, Maharani Ika dan Toto Sugiharto. 2007. Kinerja Bank Devisa Dan Bank Non
Devisa Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Proceeding PESAT
(Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil). 21-22 Agustus, Vol.2. Fakultas
Ekonomi, Universitas Gunadarma.
Munawir, S. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat, Liberty, Yogyakarta.
Mukhtaruddin dan Deesmoon. 2007, “Pengaruh Return On Assets (ROA), Return On
Equity (ROE), Return On Investment (ROI), Debt To Equity Ratio (DER) dan
Book Value (BV) Per Share Terhadap Harga Saham Properti di BEJ”. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Riset Akuntansi. Vol 1 (Januari) No.1.
Ratna Nurani. 2009. “Pengaruh Faktor –Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham
Pada Industri Perbankan DiBursa Efek Jakarta”. Jurnal Tepak Manajemen
Bisnis. Vol 2 (Mei) No.2
Rinati, Ina. 2008. Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA) dan
Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham pad Perusahaan yang
Tercantum Indeks LQ45. Jurnal Ekonomi dan Manajemen. Universitas
Gunadarma.
Riyadi, Selamet. 2006. Banking Assets And Liability Management. Edisi 3. Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Riyanto, Bambang. 1998. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:
BPFE.
Saleh, Salma. 2009. Pengaruh return on asset, return on equity, dan earning per share
terhadap harga saham pada perusahaan industri pertambangan di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Vol. 1, No. 1, Januari 2009,
Hlm. 62 – 74.
Sekaran, Uma. 2003. Research Methods For Business. Edisi:4. Buku: I.
Jakarta:Salemba Empat
Sugiyono. (2005). Statistika Untuk Penelitian.Bandung: Alfabeta.
86
Syamsuddin, Lukman. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi
dalam Perencanaan, Pengawasan, dan pengambilan Keputusan (Edisi Baru).
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio.
Yogyakarta : BPFE
..................................... 2010. Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Kanisius.
htt//idx.co.id
http//yahoofinance.com
87
LAMPIRAN A
DAFTAR PERUSAHAAN DAN PROFIL
PERUSAHAAN SAMPEL
88
Lampiran A.1
Daftar Sampel Perusahaan Sektor Food dan Beverages
Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
No
Kode Perusahaan
Nama Perusahaan
1
MYOR
2
INDF
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
3
ULTJ
PT Ultrajaya Milk Industri & Trading company Tbk
4
DLTA
PT Delta Djakarta Tbk
5
SKLT
PT Sekar Laut Tbk
6
AISA
PT Tiga Pilar Sejah Tera Food Tbk
7
STTP
PT Siantar Top Tbk
8
FAST
PT Fast Food Tbk
9
MLBI
PT Multi Bintang Indonesia Tbk
10
TBLA
PT Tunas Baru lampung Tbk
11
CEKA
PT Cahaya Kalbar Tbk
12
SMART
PT Mayora Indah Tbk
PT Sinar Mas Agro Resources Technology Tbk
89
Lampiran A.2
1.
PT Mayora Indah Tbk
PT Mayora Indah Tbk atau Mayora Group adalah salah satu kelompok bisnis
produk konsumen di Indonesia yang didirikan pada tanggal 17 Februari 1977.
Perusahaan ini telah tercatat di Bursa Efek Jakarta sejak tanggal 4 Juli 1990.Saat ini
mayoritas kepemilikan sahamnya dimiliki oleh PT Unita Branindo sebanyak 32,93%.
PT Mayora didirikan dengan Akta No. 204 tanggal 17 Februari 1977 dari Poppy
Savitri Parmanto, S.H., pengganti dari Ridwan Suselo, S.H., notaris di Jakarta. Akta
pendirian disahkan oleh Mentri Kehakiman Repubik Indonesia dalam surat
keputusan No. Y.A.5/5/14 tanggal 3 Januari 1978 serta diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia No.39 tanggal 15 Mei 1990, Tambahan No. 1716.
Anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir
dengan Akta No. 25 tanggal 30 Juni 2008 dari Saifudin Arief, S.H., notaris di
Tangerang. Mengeni perubahan Anggaran Dasar Perusahaan sesuai dengan Undangundang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Sesuai
dengan pasal 3 Anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan
adalah
menjalankan
usaha
dalam
bidang
industri,
perdagangan
serta
agen/perwakilan. Saat ini perusahaan menjalankan bidang usaha industri makanan,
kembang gula dan biskuit serta menjual produknya di pasar lokal dan luar negeri. PT
Mayora Indah Tbk beroperasi secara komersial pada bulan Mei 1978. Kantor pusat
MYOR berlokasi di Gedung Mayora, Jl.Tomang Raya No. 21-23, Jakarta, sedangkan
pabrik terletak di Tangerang dan Bekasi.
90
2.
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
PT Indofood Sukses Makmur Tbk didirikan pertamakali dengan nama PT.
Panganjaya Intikusuma pada tanggal 14 Agustus 1990 berdasarkan Akta No. 249
tanggal 15-11-1990 dan diubah kembali dengan Akta No.171 tanggal 20-6-1991,
dibuat dihadapan Benny Kristanto, SH., dan mendapat persetujuan dari Menteri
Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan NO. C2-2915
HT.01.01Th.91 tanggal 12-7-1991, serta telah didaftarkan di Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan dibawah No.579,580 dan 581 tanggal 5-8-1991, dan diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia No.12 tanggal 11-2-1992. Tambahan
No.611 Perseroan mengubah namanya yang semula PT. Panganjaya Intikusuma
menjadi PT. Indofood Sukses Makmur, berdasarkan Keputusan Rapat Umum Luar
Biasa Para Pemegang Saham yang dituangkan dalam akta Risalah Rapat No.51
tanggal 5-2-1994 yang dibuat oleh Benny Kristianto, SH, Notaris di Jakarta. PT
Produsen Indofood Sukses Makmur merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
makanan dan minuman khususnya mie instan yang meliputi pembuatan mi dan
pembuatan bumbu mi instan serta pengolahan gandum menjadi tepung. Fasilitas
produksi untuk produk mi instan terdiri dari 14 pabrik yang tersebar di Pulau Jawa,
Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi, sedangkan untuk bumbu mi instan terdiri dari 3
pabrik di Pulau Jawa dan untuk pengolahan gandum terdiri dari 2 pabrik di Jakarta
dan Surabaya yang dìdukung oleh 1 pabrik kemasan karung tepung di Citereup.
3.
PT Ultra Jaya Industri Tbk
PT Ultra Jaya Tbk selanjutnya disebut sebagai perusahaan susu dan
perusahaan dagang didirikan oleh Akte Notaris nomor 8 tertanggal 2 November 1971
kemudian berubah pada No.71 tanggal 29 Desember 1997. Keduanya (Akte) tersebut
91
dicatat oleh Komar Andasasmita, SH,. Notaris di Bandung. Akta telah disetujui oleh
Menteri Kehakiman Republik Indonesia pada putusan nomor 34 tanggal 27 April dan
dipublikasikan dalam lembaran Negara Republik Indonesia No.131. pabrik
perusahaan dan domisili di Jalan Raya Cimarene No. 131 Pedalarang 40552,
Bandung Regency.
Perusahaan dalam proses pengolahan makanan dan minuman utamanya
minuman mineral (bebas hama) menggunakan teknik UHT (Ultra Hight
Temperatur), seperti susu, jus, minuman kesehatan dan tradisional dan juga
memproduksi mentega, sari teh, sari buah tropis, susu bubuk dab pemanis susu.
Perusahaan bertindak sebagai distributor dari keju (kraf) yang diproduksi PT Kraf
Ultrajaya Indonesia sebagai salah satu hubungan kelompok atau perusahaan.
Perusahaan memiliki penggunaan dengan beberapa perusahaan multinasional seperti
Nestle, Morigana dan lainnya. Perusahaan menjual produk ke toko atau warung,
swalayan, grosir, hotel-hotel, institusi, bakery dan konsumen lainnya sampai keluar
Indonesia dan beberapa negara lainnya.
4.
PT Delta Djakarta Tbk
PT Delta Djakarta Tbk adalah perusahaan bir terbesar di Indonesia. PT Delta
Djakarta adalah produsen dan distributor beberapa merek bir terbaik di dunia di
bawah merek dagang Anker, Carlsberg, San Miguel, dan Kuda Putih. Perusahaan ini
juga merupakan figur kunci dalam pasar minuman non-alkohol di Indonesia dengan
mereknya Sodaku dan Soda Ice. Sejak didirikan pada tahun 1932 oleh perusahaan
Jerman Archipel Brouwerij NV, kepemimpinan PT Delta Djakarta telah berpindah
tangan berkali-kali. Pada Perang Dunia II, kendali perusahaan diserahkan kepada
sebuah perusahaan Belanda sebelum diturunkan ke sebuah perusahaan Jepang pada
92
tahun 1942. Tiga tahun kemudian, Belanda menguasai perusahaan ini kembali. Pada
tahun 1970, perusahaan mengambil nama PT Delta Djakarta dan pada tahun 1984
menjadi bagian dari generasi pertama dari perusahaan di Indonesia yang go public
dan menjual saham di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya. Pada tahun 1984, DLTA
memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran
Umum Perdana Saham (IPO) Perusahaan kepada masyarakat sebanyak 347.400
dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp2.950,- per
saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tanggal 27 Februari 1984. Sampai saat ini, pemegang saham utama PT Delta
Djakarta adalah Pemerintah Kota Jakarta dan San Miguel Malaysia (L) Private
Limited. Pabrik berlokasi di Jalan Inspeksi Tarum Barat, Bekasi Timur dan Jawa
Barat.
5.
PT Sekar Laut Tbk
PT Sekar Laut Tbk didirikan 19 Juli 1976 dan mulai beroperasi secara
komersial pada tahun 1976. Perusahaan ini tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak
tanggal 4 Juli 1990.
PT Sekar Laut Tbk didirikan berdasarkan Akte Notaris No.
120 tanggal 19 Juli 1976 dari Soetjipto, SH, Notaris di Surabaya. Akte pendirian
perusahaan ini telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam
surat keputusannya No. Y.A.5/56/1 tanggal 1 Maret No.87, tambahan No. 984
tanggal 30 Oktober 1987. Kantor pusat SKLT berlokasi di Wisma Nugra Santana, Lt.
7, Suite 707, Jln. Jend. Sudirman Kav. 7-8, Jakarta 10220 dan Kantor cabang
berlokasi di Jalan Raya Darmo No. 23-25, Surabaya, serta Pabrik berlokasi di Jalan
Jenggolo II/17 Sidoarjo. SKLT tergabung dalam Sekar Grup.
93
Anggaran dasar perusahaan telah mengalami bebrapa kali perubahan dan
perubahan terakhir dengan Akte No. 94 tanggal 9 Juli 1997 oleh Buntario Trigis
Darmawa NG,SH mengenai kenaikan modal dasar perusahaan dan penyesuaian
anggaran dasar perusahaan dan penyesuaian anggaran dasar undang-undang No. 1
tahun 1995 tentang perseroan terbatas. Perusahaan bergerak dalam industri
pembuatan krupuk, saos tomat, sambal dan bumbu masak serta menjual produknya
didalam maupun luar negeri.
6.
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk yang dahulunya bernama PT. Asia
Intiselera Tbk didirikan dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Dalam
Negeri No. 6 tahun 1966 Jo. Undang-undang N0 12 tahun 1976 brdasarkan Akta No.
143 tanggal 26 Januari 1990 dari Winanto Wiryomatani, S.H., Notaris di Jakarta.
Akta pendirian disahkan oleh Mentri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat
keputusannya No. C2-1827.HT.01.01. tahun 1991. Sesuai dengan pasal 3 Aggaran
Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan terutama meliputi bidang
usaha mie dan perdagangan mie khususnya mie kering dan mie instan. Perusahaan
mulai beroprasi secara komersil pada tahun 1990. Hasil produksi dipasarkan di
dalam negeri dan di luar negeri. Kantor pusat peruahaan beralamatkan di Wisma
Alun Graha, Jalan Prof. Dr. Soepomo No. 233 Jakarta.
7.
PT Siantar Top Tbk
PT Siantar Top Tbk didirikan berdasarkan akta No. 45 tanggal 12 Mei 1987
dari Ny. Endang Widjajanti, SH, notaris dan akta perubahannya No. 64 tanggal 24
Maret 1988 dari notaris yang sama. Akta pendirian dan perubahan tersebut telah
disyahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusannya
94
No. C2-5873.HT.01.01.Th.88 tanggal 11 Juli 1988 serta diumumkan dalam berita
negara Republik Indonesia No. 104 tanggal 28 Desember 1993, tambahan No. 5226.
Anggaran Dasar perseroan telah beberapa kali mengalami perubahan, terakhir
dengan akta 31 tanggal 6 Agustus 2001dari Dyah Ambarwaty Setyoso, SH notaris di
Surabaya.
Perseroan berdomisili di Sidoarjo, Jawa Timur dengan pabrik berlokasi di
Sidoarjo (Jawa Timur), Medan (Sumatera Utara), dan Bekasi (Jawa Barat). Kantor
pusat perseroan beralamat di Jl. Tambak Sawah No. 21-23 Waru, Sidoarjo. Sesuai
dengan pasal 3 anggaran dasar perseroan, ruang lingkup kegiatan perseroan terutama
bergerak dalam bidang industri makanan ringan, yaitu mie (snack noodle), kerupuk
(crackers) dan kembang gula (candy). Persroan mulai beroperasi secara komersil
pada bulan September 1989. Hasil produksi perseroan dipasarkan di dalam negeri
maupun luar negeri. Jumlah karyawan perseroan rata-rata 6.200 karyawan untuk
tahun 2004 dan 5.900 karyawan pada tahun 2003.
8.
PT Fast Food Indonesia Tbk
PT Fast Food Indonesia Tbk adalah pemilik tunggal waralaba KFC di
Indonesia, didirikan oleh Gelael Group pada tahun 1978 sebagai pihak pertama yang
memperoleh waralaba KFC untuk Indonesia. Perseroan mengawali operasi restoran
pertamanya pada bulan Oktober 1979 di jalan Melawai, Jakarta dan sukses outlet ini
kemudian diikuti dengan outlet-outlet lainnya di Jakarta dan di berbagai kota-kota
besar lain di Indonesia seperti Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makkasar dan
Manado. Keberhasilan dalam mengembangkan pasar menjadikan KFC sebagai bisnis
waralaba cepat saji yang dikenal luas dan dominan di seluruh Indonesia.
Bergabungnya Salim Group sebagai pemegang saham utama telah meningkatkan
95
pengembangan perseroan pada tahun 1990, dan pada tahun 1993 terdaftar sebagai
emitem Bursa Efek Jakarta sebagai langkah untuk semakin mendorong
pertumbuhannya. Kepemilikan saham mayoritas pada saat ini adalah 79,6% dengan
pendistribusian 43,8% kepada PT Gelael Pratama dari Gelael Group dan 35,8%
kepada Megah Eraraharja dari Salim Group sementara saham minoritas 20,4%
didistribusikan pada publik dan koprasi.
9.
PT Multi Bintang Indonesia Tbk
PT Multi Bintang Indonesia Tbk merupakan perusahaan multinasional yang
memproduksi minuman yang bermarkas di Jakarta. Perusahaan ini menghasilkan
minuman seperti Bir Bintang. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1931 di bawah nama
NV Nederlandcsh Indische Bierbrouwerijen. Sajak tahun 1936, perusahaan ini
berada di bawah pengawasan perusahaan Belanda yaitu Heineken International
Beheer BV. Produk yang dihasilkan adalah bir dengan merk Bir Bintang dan
Guiness. Bir Bintang menguasai lebih dari 60% bagian dari pasar bir. Perusahaan
sudah berkerjasama dengan Heikenen Technische Beheer dan Guinness Overseas
Ltd. Setelah melakukan penjualan minuman di Medan pada bulan April 1994,
perusahaan memiliki tempat untuk memproduksi bir di Mojosari, Jawa Timur dan
Tangerang, Jawa Barat. Diakhir tahun 1994 perusahaan berkantor pusat di Tangerang
dan sekarang berkantor di Jl. Daan Mogot Km 19 Bag 3264 Jakarta dan memiliki
pabrik di Ngagel, Surabaya dan Sampangagung, Mojokerto untuk menaikan
kapasitas produksi dari 300.000 menjadi 800.000 hekto liter. Dengan total produksi
60 Juta liter per tahun akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 150.000.000.000
pada tanggal 13 Oktober, perusahaan mulai mengekspor bir ke Jepang dan Australia
Utara.
96
10. PT Tunas Baru Lampung Tbk
PT Tunas Baru Lampung Tbk didirikan berdasarkan akta No. 23 tanggal 27
Desember 1973 dari Halim Kurniawan, S.H Notaris di Teluk Betung. Akta pendirian
ini disahkan oleh Mentri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.
Y.A.5/233/25 tanggal 10 Juli 1975 sert diumumkan dalam Berita Republik Indonesia
No. 44 tanggal 1 Juni 1999, tambahan No. 3194 anggaran dasar Perusahaan telah
mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta No. 20 tanggal 13 Agustus
1999 dari Ny. Machrani Moertolo S. S.H, notaris Jakarta, antaralain mengenai
perubahan nilai nominal saham serta peningkatan modal dasar. Modal ditempatkan
dan disetor. Perubahan ini telah disahkan oleh Direktur Jendral Hukum dan
Perundang-undangan Departemen Kehakiman dengan surat No. C15025/HT.01.04
TH.99 tanggal 18 Agustus 1999 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia no. 91 tanggal 12 November 1999 tambahan No. 316.
Perusahaan berdomisili di Jakarta, dengan perkebunn seluas kurang lebih 5
hektar terletak di Lampung Tengah, terbagi besar dan Pabrik berlokasi di Lampung,
Surabaya, Tangerang, Palembang dan Kuala Elnok. Kantor Pusat Perusahaan terletak
di Wisma Budi. Jl. H. R Rasuna Said kav. C-6 Jakarta. Sesuai pasal 3 Anggaran
Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan terutama meliputi bidang
perkebunan, pertanian dan perindustrian, termasuk bertindak sebagai pedagang
eksportir dan importir. Saat ini perusahaan terutama bergerak sebagai bidang
produksi minyak goreng sawit, minyak goreng kelapa, minyak kelapa, minyak sawit
dan sabun. Erta bidang perkebunan kelapa sawit dan hibrida. Perusahaan memulai
menjalankan kegiatan produksi CPO pada bulan September 1995 dan minyak goreng
pada bulan Oktober 1996. Hasil produksi dipasarkan di dalam dan ke luar negeri.
97
11. PT Cahaya Kalbar Tbk
PT Cahaya Kalbar Tbk didirikan di Pontianak pada tanggal 3 Februari 1968
berdasarkan Akta No.1 yang dibuat dihadapan Mohammad Damiri, Notaris di
Pontianak. Badan hukum Perseroan berubah menjadi Perseroan Terbatas berdasarkan
Akta No. 49 tanggal 9 Desember 1980. Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami
beberapa kali perubahan dihadapan Notaris Tommy Tjoa keng Liet, S.H., dan
Notaris Mohammad Damiri, keduanya Notaris Pontianak. Akta-akta tersebut telah
mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat
keputusan No. C2-1390 HT.01.01 TH 88 tanggal 17 Februari 1988.
12. PT Sinar Mas Agro Resources And Technology Tbk
PT Sinar Mas Agro Resources And Technology Tbk didirikan tahun 1962,
PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk ( “SMART” atau “Perseroan” )
saat ini adalah salah satu perusahaan publik produk konsumen berbasis kelapa sawit
terintegrasi yang terbesar di Indonesia. PT. SMART, Tbk. merupakan perusahaan
yang termasuk dalam SINAR MAS GROUP. Nama perusahaan PT. SMART, Tbk.
merupakan singkatan dari PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk. di
dalam melaksanakan operasional usahanya, PT. SMART, Tbk. mempunyai pabrik
beserta kelengkapan fasilitas produksi utama dan pendukung yang berada di kawasan
Belawan, Medan, Sumatera Utara dengan status hak milik yang dikeluarkan oleh
pejabat pembuat Akta Tanah Kota Medan Nomor 65 dan oleh kantor Agraria Kota
Medan Nomor A 1424361 dan A 1424362, dengan total luas lahan 64.970 m2
dengan dukungan instalasi Tangki Timbun (Bulking Installation) yang berada di
Jalan Balmerah Baru III, Belawan II, Kecamatan Medan Belawan, Medan.
98
PT. SMART, Tbk. dikenal dengan nama PT. Ivo Mas Tunggal yang berdiri
pada tahun 1984 dengan pengolahan utama produk menggunakan bahan baku Crude
Palm Oil (CPO) menjadi produk minyak goreng dan stearin. Pada lokasi yang sama,
tahun 1986 PT. SMART Corporation didirikan dengan pengolan Palm Kernel (PK)
menjadi Crude Palm Kernel Oil (CPKO) dan Palm Kernel Expeler (PKE). Sejalan
dengan perkembangan usaha, maka sejak tahun 2000, kedua perusahaan disatukan
menjadi satu perusahaan dengan menggunakan nama perusahaan PT. SMART, Tbk.
Pada tanggal 20 November 1992, perusahaan mencatatkan saham di Bursa Efek
Jakarta dan Surabaya yang sekarang bergabung menjadi Bursa Efek Indonesia
dengan menggunakan kode SMAR. Modal dasar perusahaan dalam bentuk saham
dengan jumlah 5.000.000.000 saham yang ditempatkan dan disetor penuh sebesar
2.872.193.366 saham dengan nilai nominal saham Rp 200 per saham. Persentase
kepemilikan saham perusahaan adalah sebesar 95,21% dengan pemegang saham PT.
Purimas Sasmita dan 4,79% dengan pemegang saham adalah publik. PT. SMART,
Tbk. Medan bergerak dalam bidang pengolahan Crude Palm Oil (CPO) sebagai
bahan baku utama yang diperoleh dari pabrik -pabrik pengolahan kelapa sawit, baik
yang ada di Sumatera Utara maupun di luar Sumatera Utara.
99
LAMPIRAN B
DATA KEUANGAN PERUSAHAAN SAMPEL
(HARGA SAHAM, RETURN ON ASSETS (ROA), RETURN ON
EQUITY (ROE), NET PROFIT MARGIN (NPM) DAN ERNING PER
SHARE (EPS))
100
Lampiran B.1
Harga Saham Perusahaan Food & Beferages tahun 2008-2012
No
Perusahaan
2008
1,14
Harga Saham
2009
2010
4,5
10,75
2011
14,25
2012
25,3
1
PT Mayora Indah Tbk
2
3
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
PT Ultrajaya Milk Industri & Trading
company Tbk
930
800
3,55
580
4,875
1,21
4,6
1,08
4,85
1,05
4
5
6
PT Delta Djakarta Tbk
PT Sekar Laut Tbk
PT Tiga Pilar Sejah Tera Food Tbk
20
90
425
62
150
360
120
140
780
111,5
140
495
190
140
610
7
8
9
10
PT Siantar Top Tbk
PT Fast Food Tbk
PT Multi Bintang Indonesia Tbk
PT Tunas Baru lampung Tbk
150
3,1
49,5
190
250
5,2
177
340
385
9,2
274,95
410
690
9,95
359
590
840
14
690
520
700
255
1,49
1,1
950
2,225
1,5
1,8
4,275
4,175
11 PT Cahaya Kalbar Tbk
12 PT Sinar Mas Agro Resources
Technology Tbk
101
Lampiran B.2
Perkembangan ROA tahun 2008-2012
No
ROA
Nama Perusahaan
2008
2009
2010
2011
2012
11,4
8,5
7,33
9,36
4,37
1
PT. Mayora Indah Tbk
6,71
2
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
2,61
11,86
6,75
2,22
3,53
5,34
4,65
4,1
11,99
2,12
16,64
6,53
20,61
2,42
21,79
2,79
14,87
2,16
2,82
2,41
4,13
4,18
3,43
4,47
4
5
PT Ultrajaya Milk Industri &
Trading company Tbk
PT Delta Djakarta Tbk
PT Sekar Laut Tbk
6
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
7
8
PT Siantar Top Tbk
PT Fast Food Tbk
3,01
15,96
7,49
17,48
6,57
16,15
4,57
14,8
4,25
4,64
9
PT Multi Bintang Indonesia Tbk
23,61
34,27
38,96
41,56
35
10
PT Tunas Baru lampung Tbk
9,93
9,01
6,8
9,93
4,23
11
PT Cahaya Kalbar Tbk
PT Sinar Mas Agro Resources
Technology Tbk
4,61
1,69
8,7
3,55
3,48
5,06
11,7
4,21
3,7
1,82
3
12
ROA
140
120
100
80
ROA
60
40
20
0
2008
2009
2010
2011
2012
102
Lampiran B.3
Perkembangan ROE tahun 2008-2012
No
Nama Perusahaan
1
2
PT. Mayora Indah Tbk
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
3
PT Ultrajaya Milk Industri &
Trading company Tbk
4
5
PT Delta Djakarta Tbk
PT Sekar Laut Tbk
PT Tiga Pilar Sejah Tera Food
Tbk
PT Siantar Top Tbk
PT Fast Food Tbk
PT Multi Bintang Indonesia Tbk
PT Tunas Baru lampung Tbk
PT Cahaya Kalbar Tbk
PT Sinarmas Multiarta Tbk
6
7
8
9
10
11
12
2008
15,76
12,17
2009
23,73
17,59
ROE
2010
24,6
16,16
3,65
5,12
8,23
8,48
6,28
16,11
-4,25
21,1
-11,28
24,62
-4,09
25,3
-4,86
22,04
3,98
7,34
5,79
13,25
8,18
7,5
4,35
25,96
64,59
26,24
11,29
9,89
10,15
28,48
323,19
27,74
16,42
19,46
9,53
24,9
93,99
19,99
9,57
26,8
8,71
27,57
95,68
26,24
23,78
12,98
8,73
7,2
94,21
10,32
8,38
8,4
2011
19,95
15,87
2012
13,11
7,92
ROE
500
450
400
350
300
250
ROE
200
150
100
50
0
2008
2009
2010
2011
2012
103
Lampiran B.4
Perkembangan NPM tahun 2008-2012
No
Nama Perusahaan
1
2
PT. Mayora Indah Tbk
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
3
PT Ultrajaya Milk Industri &
Trading company Tbk
4
5
PT Delta Djakarta Tbk
PT Sekar Laut Tbk
PT Tiga Pilar Sejah Tera Food
Tbk
PT Siantar Top Tbk
PT Fast Food Tbk
PT Multi Bintang Indonesia Tbk
PT Tunas Baru lampung Tbk
PT Cahaya Kalbar Tbk
PT Sinar Mas Agro Resources
Technology Tbk
6
7
8
9
10
11
12
2008
0,05
0,11
NPM
2009
2010
0,08
0,07
0,07
0,1
2011
0,05
0,11
2012
0,1
0,1
0,03
0,04
0,06
0,05
0,06
0,12
0,01
0,17
0,05
0,27
0,02
0,27
0,02
0,3
0,02
0,06
0,07
0,11
0,09
0,09
0,03
0,06
0,17
0,11
0,01
0,03
0,07
0,07
0,21
0,09
0,04
0,06
0,06
0,07
0,25
0,08
0,04
0,1
0,17
0,07
0,27
0,11
0,08
0,1
0,07
0,07
0,34
0,09
0,06
0,11
NPM
1.4
1.2
1
0.8
NPM
0.6
0.4
0.2
0
2008
2009
2010
2011
2012
104
Lampiran B.5
Perkembangan EPS tahun 2008-2012
No
Nama Perusahaan
1
2
PT. Mayora Indah Tbk
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
3
PT Ultrajaya Milk Industri & Trading
company Tbk
4
5
6
7
8
9
10
11
12
PT Delta Djakarta Tbk
PT Sekar Laut Tbk
PT Tiga Pilar Sejah Tera Food Tbk
PT Siantar Top Tbk
PT Fast Food Tbk
PT Multi Bintang Indonesia Tbk
PT Tunas Baru lampung Tbk
PT Cahaya Kalbar Tbk
PT Sinar Mas Agro Resources
Technology Tbk
2008
256
118
10
2009
502
310
21
EPS
2010
655
457
37
281
6
17,22
408
19
22,68
31
408
16,158
60
166
113
447
7
48,05
33
447
21,028
52
99
227
277
281
24,081
85
93
45
2011
631
571
35
2012
969
555
122
497
9
53,92
33
497
24,081
85
324
305
220
9.474
87
57
448
29.72
49
196
355
EPS
2008
2009
2010
2011
2012
105
LAMPIRAN C
HASIL OUTPUT SPSS
106
Lampiran C.1
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
ROA
60
1.69
41.56
9.4805
9.25554
ROE
60
-11.28
323.19
23.5682
44.51544
NPM
60
.01
.34
.0973
.07433
EPS
60
6.00
969.00
204.3735
217.07316
Harga Saham
60
1.05
950.00
234.9853
283.65587
Valid N (listwise)
60
107
Lampiran C.2
UJI ASUMSI KLASIK
1. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal Parameters
60
a,,b
Mean
Std. Deviation
.0000000
2.42116055E2
Most Extreme
Absolute
.108
Differences
Positive
.108
Negative
-.090
Kolmogorov-Smirnov Z
.838
Asymp. Sig. (2-tailed)
.484
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Charts
108
2. Uji Multikolinieritas
Coefficients
a
Correlations
Model
1
Zero-order
Partial
Collinearity Statistics
Part
Tolerance
(Constant)
ROA
-.042
-.184
-.160
.253
3.947
ROE
.003
-.012
-.010
.468
2.136
NPM
.102
.274
.243
.388
2.579
EPS
-.459
-.480
-.467
.963
1.038
3. Uji Heteroskedastisitas
Scatterplot
Dependent Variable: Harga Saham
4
Regression Studentized
Residual
VIF
2
0
-2
-3
-2
-1
0
1
2
Regression Standardized Predicted Value
109
4. Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Value
a
-60.62708
Cases < Test Value
30
Cases >= Test Value
30
Total Cases
60
Number of Runs
29
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Median
-.521
.602
110
Lampiran C.3
Uji Regresi Linier Berganda
Coefficients
a
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
B
Std. Error
1 (Constant)
311.735
60.418
ROA
-9.744
7.008
ROE
-.094
NPM
EPS
Coefficients
Beta
T
Sig.
5.160
.000
-.318
-1.391
.170
1.072
-.015
-.087
.931
1489.867
705.348
.390
2.112
.039
-.622
.153
-.476
-4.060
.000
111
Lampiran C.4
Uji Hipotesis
1.
Koefesien Determinasi
Model Summary
b
Change Statistics
Std. Error
Model
R
R
Adjusted R
of the
R Square
F
Square
Square
Estimate
Change
Change
a
1
.521
.271
.218 250.76577
.271
Sig. F
df1
5.123
df2
4
Change
55
.001
a. Predictors: (Constant), EPS, ROA, ROE, NPM
b. Dependent Variable: Harga Saham
2.
Uji F
b
ANOVA
Model
Sum of Squares
1
df
Mean Square
Regression
1288587.652
4
322146.913
Residual
3458590.856
55
62883.470
Total
4747178.507
59
F
Sig.
a
5.123
.001
a. Predictors: (Constant), EPS, ROA, ROE, NPM
b. Dependent Variable: Harga Saham
3.
Uji t
Coefficients
a
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
311.735
60.418
ROA
-9.744
7.008
ROE
-.094
NPM
1489.867
Coefficients
Beta
t
Sig.
5.160
.000
-.318
-1.391
.170
1.072
-.015
-.087
.931
705.348
.390
2.112
.039
112
EPS
-.622
.153
-.476
-4.060
.000
Download