Document

advertisement
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN MEDIS
1.
KEHAMILAN
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah bertemunya sel spermatozoa dan ovum yang akan
dilanjutkan dengan proses nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat
fertilisasi sampai dengan lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu (Prawirohardjo, 2010;h. 213). Masa
kehamilan
dimulai
dari
konsepsi
sampai
lahirnya
janin
(Manuaba,2012;h.89).
Masa kehamilan yaitu masa yang dimulai dari konsepsi sampai
lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9
bulan
10
hari)
dihitung
dari
hari
pertama
haid
terakhir
(Saifudin,2009;h.89).
Kehamilan adalah bertemunya sel spermatozoa dan ovum yang akan
dilanjutkan dengan proses nidasi atau implantasi sampai lahirnya janin
yang akan berlangsung pada kehamilan normal yaitu 40 minggu.
b. Menurut Manuaba (2010; h.75) Peristiwa terjadinya kehamilan di
antaranya yaitu:
1) Ovulasi
Pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem hormonal yang
kompleks. Proses pertumbuhan ovum (oogenesis) asalnya epitel
germinal→ oogonium→ folikel primer→ proses pematangan pertama
kemudian menjadi folikel de graaf. Dengan pengaruh LH yang makin
12
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
13
besar dan fluktuasi yang mendadak, terjadi pelepasan ovum yang
disebut dengan ovulasi.Ovum yang terlepas kemudian ditangkap oleh
fimbriae tuba terus berjalan mengikuti tuba menuju uterus, dalam
bentuk pematangan pertama, artinya ovum siap untuk dibuahi.
2) Spermatozoa
Proses pembentukan spermatozoa dimulai dari spermatogonium yang
berasal dari sel primitive tubulus, menjadi sel spermatosit pertama,
menjadi spermatosit kedua, menjadi spermatid, akhirnya menjadi
spermatozoa.
3) Konsepsi
Pertemuan antara inti ovum dan inti spermatozoa disebut konsepsi
atau fertilisasi dan membentuk zigot. Konsepsi terjadi di pada pars
ampularis tuba, tempat yang paling luas yang dindingnya penuh jonjot
dan tertutup sel yang mempunyai silia.
4) Nidasi atau Implantasi
Pertemuan kedua inti ovum dan inti spermatozoa, terbentuk zigot yang
dalam beberapa jam telah mampu membelah dirinya menjadi dua dan
seterusnya. Terjadi pada bagian fundus uteri dinding depan atau
belakang.
5) Pembentukan plasenta
Pada blastula, penyebaran sel trofoblas yang tumbuh tidak rata,
sehingga bagian blastula dengan inner cell mass akan tertanam
kedalam endometrium. Sel trofoblas menghancurkan endometrium
sampai terjadi pembentukan plasenta yang berasal dari primer vili
korealis.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
14
c. Perubahan Anatomi dan Fisiologis Kehamilan
Menurut Mochtar (2012) Perubahan Anatomi dan adaptasi fisiologis pada
kehamilan terdiri dari:
1) Perubahan pada payudara dan sistem reproduksi
a) Payudara (mammae)
Selama kehamilan payudara akan bertambah besar, tegang, dan
berat. Dapat teraba nodul-nodul akibat hipertrofi kelenjar alveoli;
bayangan vena lebih membiru. Hiperpigmentasi terjadi pada puting
susu dan aerola payudara. Jika diperiksa akan keluar kolostrum.
b) Uterus
Pada bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk uterus seperti buah
alpukat, pada kehamilan 4 bulan uterus berbentuk bulat dan pada
akhir kehamilan seperti bujur telur. Uterus wanita yang tidak hamil
kira- kira sebesar telur ayam, pada kehamilan 2 bulan sebesar telur
bebek, dan pada kehamilan 3 bulan sebesar telurangsa. Pada
minggu pertama, isthimus uterus mengadakan hipertrofi dan
bertambah panjang sehingga jika diraba terasa lebih lunak (tanda
hegar).Pada kehamilan 5 bulan, uterus teraba seperti berisi cairan
ketuban, dinding rahim teraba tipis, oleh karena itu bagian- bagian
janin dapat diraba melalui dinding perut dan dinding uterus. Berat
uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram menjadi 1000 gram
pada akhir kehamilan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
15
c) Ovarium
(1) Ovulasi terhenti
(2) Masih terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya
uri
yang
mengambil
alih
pengeluaran
estrogen
dan
progesteron.
d) Vagina dan vulva
Karena pengaruh ekstrogen, terjadi perubahan pada vagina dan
vulva.Akibatnya hipervaskularisasi pada vagina dan vulva terlihat
lebih merah atau kebiruan.
e) Dinding perut (Abdominal wall)
Pembesaran
dinding
rahim
menimbulkan
peregangan
dan
menyebabkan robekya serabut elastik di bawah kulit sehingga
timbul striae gravidarum.Jika terjadi peregangan yang hebat
misalnya pada hidramnion dan kehamilan ganda, dapat terjadi
dilastasi rekti, bahkan hernia. Kulit perut pada linea alba bertambah
pigmentasinya dan disebut linea nigra.
2) Perubahan pada organ dan sistem reproduksi lainnya
a) Sistem kardiovaskuler
Adaptasi kardiovaskuler melindungi fungsi fisilogis normal wanita,
dan menyediakan perkembangan dan pertumbuhan janin.
b) Sistem pernafasan
Terjadinya sesak nafas pada wanita hamil disebabkan karena usus
yang tertekan kearah diafragma akibat pembesaran uterus.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
16
c) Saluran pencernaan
Salivasi
meningkat
pada
trimester
pertama,
yang
akan
menimbulkan mual dan muntah. Tonus otot- otot pencernaan
melemah sehingga motilitas dan makanan akan lebih lama dalam
saluran pencernaan. Resorpsi baik namun akan terjadi obstipasi.
d) Tulang dan gigi
Apabiila pemberian makanan tidak dapat memenuhi kebutuhan
kalsium janin, maka kalsium pada tulang ibu akan diambil untuk
memenuhi kebutuhan kalsium janin. Dan jika asupan kalsium cukup
maka gigi tidak akan kekurangan kalsium.
e) Kulit
Kulit akan terjadi hiperpigmentasi yaitu pada muka, payudara, perut
dan vulva.
f) Kelenjar endrokin
(1) Kelenjar tiroid: dapat membesar sedikit.
(2) Kelenjar hipofisis: dapat membesar terutama lobus anterior.
(3) Kelenjar adrenal: tidak begitu terpengaruh
d. Tanda – tanda Kehamilan
Menurut Mochtar (2012; h.35-36) tanda-tanda kehamilan dibagi menjdai 3
yaitu:
1) Tanda-tanda presumtif
a) Amenora ( tidak mendapat haid)
Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terakhir
(HPHT) supaya dapat ditaksir untuk kehamilan dan taksiran tanggal
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
17
persalinan (TTP), yang dihitung dengan menggunakan rumus dari
Neagle:
TTP=(hari HT+7) dan (bulan HT-3) dan (tahun HT +1)
b) Mual dan muntah (nausea and vomiting)
Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir
triwulan pertama.Apabila timbul mual dan muntah berlebihan karena
kehamilan, disebut hiperemesis gravidarum.
c) Mengidam (ingin makanan khusus).
Ibu hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu terutama
pada bulan-bulan triwulan pertama.
d) Pingsan
Jika berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat,
seorang wanita yang sedang hamil dapat pingsan.
e) Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri, disebabkan
pengaruhestrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan
alveoli payudara, kelenjar montgomery terlihat lebih membesar.
f) Sering miksi, karena kandung kemih tertekan oleh rahim tertekan
oleh rahim yang membesar. Gejala itu akan hilang pada triwulan
kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala tersebut muncul
kembali karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin.
g) Konstipasi/obstipasi karena tonus otot-otot usus menurun oleh
pengaruh hormon steroid.
h) Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormon kortikosteroid plasenta,
dijumpai di muka (chloasma gravidarum), aerola payudara, leher,
dan dinding perut (linea nigra)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
18
2) Tanda-tanda kemungkinan hamil
a) Perut membesar
b) Uterus membesar : terjadi perubahan dalam bentuk,besar dan
konsistensi rahim.
c) Tanda Hegar: ditemukannya serviks dan isthmus uteri yang lunka
pada pemeriksaan bimanual saat usia kehamilan 4 sampai 6
minggu.
d) Tanda Chadwick: perubahan warna menjadi kebiruan yang terlihat
di porsio, vagina dan labia. Tanda tersebut timbul akibat pelebaran
vena karena peningkatan kadar estrogen.
3) Tanda pasti (tanda positif)
a) Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga
bagian-bagian janin.
b) Denyut jantung janin
(1) Didengar dengan stetoskop-monoaural Laennec,
(2) Dicatat dan didengar dengan alat Doppler,
(3) Dicatat dengan feto-elektrokardiogram,
(4) Dilihat pada ultrasonografi
c) Terihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen
e. Perubahan psikologis dalam kehamilan
Menurut Varney (2007)Semua emosi yang dirasakan oleh wanita hamil
cukup labil dan kerap berubah lebih cepatmengenai kehidupan. Dapat
menjadi sangat sensitif dan cenderung bereaksi berlebihan, merasa
sangat takut akan kematian baik pada dirinya sendiri dan pada bayinya,
tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri dan cenderung menuntut.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
19
Trimester pertama adalah waktu dimana terjadi penurunan libido tapi tidak
menentukan bahwa wanita hamil tirmester pertama tidak ada hasrat
hubungan seksual.
Trimester kedua dikenal sebagai periode kesehatan yang baik, merasa
nyaman
dan
bebas
dari
segala
ketidaknyamanan.Lebih
banyak
bersosialisasi dengan wanita hamil lainnya, sudah dapat menerima
kehamilan, mempersiapkan peran baru.Mengalami kemajuan untuk
berhubungan seksual.Hilang rasa menuntut kasih sayang namun mencari
kasih sayang dari orang terdekatnya.
Trimester ketiga disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan.
Wanita mulai menyadari bayi sebagai makhluk terpisah sehingga ia tidak
sabar menanti kehadiran sang bayi. Fokusnya hanya tentang kelahiran
dan bayinya dengan rasa waspada.Merasakan ketidaknyamanan fisik.
f.
Pemeriksaan fisik ibu hamil
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara menyeluruh karena telah terjadi
perubahan
akibat
kehamilan,
yang
bersumber
dari
perubahan
hormonal.Perubahan sistem hormonal ini dapat memperberat penyakit ibu
yang
diderita
sebelumnya
sehingga
saling
memengaruhi
antara
kehamilan dan penyakitnya. Selain itu, dasar keadaan umum sebelum
hamil merupakan bagian penting karena akan memengaruhi tumbuh
kembangnya janin (Manuaba,2012;h.180).
Menurut Manuaba 2012, Pemeriksaan fisik ibu hamil dapat dibagi menjadi
dua, yaitu :
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
20
1) Pemeriksaan fisik umum
Tujuan pemeriksaan fisik umum adalah :
a) Menilai kedaan umum yang dapat mendukung kehamilan atau
sebaliknya sehingga dapat dilakukan upaya perbaikan.
b) Mencari tanda-tanda perubahan fisik ibu hamil yang dapat
mendukung diagnosis kehamilan.
c) Mencari kemungkinan penyakit yang telah dideritanya atau
terselubung
sehingga
dapat
ditegakkan
diagnosis
dini
dan
pengobatan.
d) Melakukan pemeriksaan penunjang khususnya laboratorium untuk
menilai kesehatan umum ibu hamil atau untuk menegakkan
diagnosis penyakit yang diderita.
2) Pemeriksaan fisik khusus kehamilan
Tujuan pemeriksaan fisik khusus adalah :
a) Untuk memastikan telah terjadi kehamilan
b) Untuk memastikan apakah kehamilannya intauterin
c) Untuk memastikan apakah kehamilannya tunggal atau ganda
d) Untuk memastikan apakah kehamilannya tergolong beresiko
rendah, meragukan atau beresiko tinggi
e) Bagaimana sikap masing-masing untuk menghadapi itu
f) Untuk menentukan keadaan ibu dan janin saat ini
g) Untuk menentukan apakah perlu diberikan pengobatan terhadap
penyakit yang diderita ibu
h) Untuk menentukan apakah saat ini diperlukan intervensi medis
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
21
i) Jika perlu dilakukan intervensi medis, perlu ditetapkan bagaimana
bentuknya, tempat dilakukan sehingga jika mungkin tercapai well
born baby dan well health mother.
Konsep pemeriksaan ibu hamil adalah :
(1) Inspeksi
(2) Palpasi
(3) Auskultasi
(4) Pemeriksaan dalam
(5) Pemeriksaan tambahan :
(a) Minimal dilakukan ultrasonografi
(b) Pemeriksaan
penunjang
lain
seperti
pemeriksaan
laboratorium.
g. Palpasi Abdomen – Manuver Leopold
Pemeriksaan abdomen dapat dilakukan secara sistematis dengan
menggunakan empat maneuver yang diperkenalkan oleh Leopold pada
tahun 1894. Ibu berada pada posisi supinasi dan dalam posisi yang
nyaman serta bagian perut terbuka. Maneuver ini sulit atau bahkan tidak
dapat dilakukan dan diinterpretasikan jika pasien obesitas, jika cairan
amnion berlebihan, atau jika plasenta terletak di bagian anterior.
1) Manuver pertama memungkinkan identifikasi polus janin, yaitu sefalik
atau podalik yang menempati fundus uterus. Bokong memberikan
sensasi massa besar nodular, sedangkan kepala terasa keras dan
bulat serta lebih mudah bergerak dan dapat diayun.
2) Manuver kedua dilakukan setelah penentuan letak janin, dengan
meletakkan telapak tangan di slah satu sisi abdomen ibu, dengan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
22
lengan memberikan tekanan lembut tetapi dlaam. Pada satu sisi,
dirassakan struktur yang keras dan resisten – punggung. Pada sisi
lain, dirasakan bagian kecil irregular yang mudah digerakkan –
ekstremitas janin. Dengan memperhatikan apakah punggung terarah
ke anterior, atau posterior, dapat ditentukan orientasi janin.
3) Maneuver ketiga dilakukan dengan cara ibu jari dan jari-jari satu
tangan menggenggam bagian terbawah abdomen ibu, tepat di atas
simfisis pubis. Jika bagian terendah janin tedak engaged, akan terasa
massa yang dapat digerakkan, biasanya kepala. Perbedaan antara
kepala dan bokong ditentukan seperti pada maneuver pertama.
Namun, jika bagian terendah janin telah masuk jalan lahir (engaged),
hasil manuver ini hanya menunjukkan bahwa bagian terendah polus
janin berada di dalam pelvis, dan rinciannya ditentukan melalui
maneuver keempat.
4) Untuk melakukan manuver keempat, pemeriksa menghadap kearah
kaki ibu dan, dengan uhung tiga jari pertama masing-masing tangan,
memberikan tekanan yang dalam searah aksis aperture pelvis
superior. Pada berbagai keadaan, ketika kepala telah berjalan turun ke
dalam pelvis, bagian anterior bahu mudah dibedakan melalui
maneuver ketiga.
h. Pembesaran uterus pada tinggi fundus uteri
Tabel 2.1 Pembesaran uterus pada tinggi fundus uteri
Tinggi fundus uteri
Umur kehamilan
1/3 diatas simfisis atau 3 jari diatas simfisis
12 minggu
½ simfisis-pusat
16 minggu
2/3 diatas simfisis atau 3 jari dibawah pusat
20 minggu
Setinggi pusat
24 minggu
1/3 diatas pusat atau 3 jari diatas pusat
28 minggu
½ pusat-procesus xipoideus
32 minggu
Setinggi procesus xipoideus
36 minggu
Sumber : Spiegelberg dalam Rustam (2012; h.41).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
23
Table 2.2 Perbedaan antara primipara dan multipara
Pembeda
Perut
Primigravida
Tegang
Pusat
Rahim
Payudara
Labia mayora
Hymen
Menonjol
Tegang
Tegang, tegak
Bersatu
Robek dibeberapa
tempat
Sempitdengan
rugae utuh
Licin,
lunak,
tertutup
Vagina
Serviks
i.
Pembukaan
serviks
Mendatar dulu lalu
diikuti pembukaan
Perineum
Masih utuh
Antenatal Care
Multigravida
Longgar, terdapat
striae
Dapat datar
Agak lunak
Terdapat striae
Agak terbuka
Kurunkula
himenalis
Lebar,rugae
kurang
Sedikit
terbuka,
teraba
bekas
robekan
persalinan
Membuka
bersamaan
dengan mendatar
Bekas
luka
episiotomy
Asuhan antenatal atau antenatal care adalah upaya preventif program
pelayanan kesehatan obstetric untuk optimalisasi luaran maternal dan
neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama
kehamilan (Prawirohardjo,2010;h.278). Menurut Mochtar (2012) tujuan
pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil yaitu :
1) Tujuan umum adalah menyampaikan seoptimal mungkin fisik dan
mental ibu dan anak selama dalam masa kehamilan, persalinan, dan
nifas; dengan demikian, didapatkan ibu dan anak yang sehat.
2) Tujuan khusus adalah :
a) Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai
dalam kehamilan, persalinan, dan nifas.
b) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita
sedini mungkin.
c) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak, dan
d) Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan
keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas, dan laktasi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
24
Bila kehamilan termasuk resiko tinggi perhatian dan jadual kunjungan
harus lebih ketat.Namun, bila kehamilan normal, jadual asuhan cukup 4
kali. Dalam bahas program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal
diberi kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan.
Pemeriksan antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3, dan K4. Hal ini
berarti, minimal dilakukan sekali saat kunjungan antenatal hingga usia
kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama kehamilan 2836 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada usia
kehamilan diatas 36 minggu (Prawirohardjo,2010;279).
Tabel 2.3 Jadwal kunjungan antenatal care
Kunjungan keI
Umur kehamilan
16 minggu
II dan III
24-28 minggu dan 32
minggu
IV
36 minggu sampai
lahir
Sumber :Prawirohardjo(2009).
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
Tujuan
Penapisan dan pengobatan anemia
Perencanaan persalinan
Pengenalan
komplikasi
akibat
kehamilan dan penangobatannya
Pengenalan
komplikasi
akibat
kehamilan dan penangobatannya
Penapisan
preeklamsia, gemelli,
infeksi alat reproduksi dan saluran
perkemihan
Mengulang perencanaan persalinan
kegiatan yang dilakukan sama
dengan kunjungan II dan III
mengenali adanya kelainan letak dan
presentasi
memantapkan rencana persalinan
mengenali tanda-tanda persalinan
Pada Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014 dijelaskan bahwa pelayanan
antenatal yang dilakukan diupayakan memenuhi standar kualitas, yaitu:
1) Penimbanganberat badan dan pengukuran tinggi badan
2) Pengukuran Tekanan darah
3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)
5) Penentuan status imunisasi tetanus dan toksoid sesuai status
imunisasi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
25
6) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan
7) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
8) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling, termasuk keluarga berencana)
9) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah
(Hb), pemeriksaan protein urine dan pemeriksaan golongan darah (bila
belum pernah dilaksanakan sebelumnya)
10) Tatalaksana kasus.
Tabel 2.4 Jadwal Pemberian Imunisasi TT
Antigen
Interval
TT1
Pada kunjungan antenatal
pertama
4 minggu setelaah TT1
6 bulan setelah TT2
1 tahun setelah TT3
1 tahun setelah TT4
TT2
TT3
TT4
TT5
Lama
Perlindungan
-
% perlindungan
3 tahun
5 tahun
10 tahun
25
tahun/seumur
hidup
80
95
99
99
-
Sumber: Prawirohardjo, 2009.
j.
Menurut DepKes RI (2013) komplikasi dalam Kehamilan sebagai berikut;
1)
Hiperemesis Gravidarum (HEG)
2)
Abortus
3)
Mola hidatidosa
4)
Kehamilan ektopik terganggu (KET)
5)
Plasenta previa
6)
Solusio plasenta
7)
Hipertensi dalam kehamilan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
26
B. PERSALINAN
a. Definisi persalinan
Menurut varney persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir
dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan
kontraksi persalinan sejati, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta.
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan
lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
sendiri). (Manuaba, 2010; h.164).
Persalinan adalah prosses pengeluaran hasil konsepsi yang telah
cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau
jalan lain yang dimulai dengan kontraksi dan diakhiri dengan pengeluaran
plasenta dengan bantuan atau tanpa bantuan.
b. Menurut Manuaba Manuaba (2010) macam – macam persalinan
a) Persalinan spontan.
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri
b) Persalinan buatan.
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar
c) Persalinan anjuran (partus presipitatus)
c. Etiologi persalinan
Menurut Mochtar (2011; h.69-70) Sebab-sebab yang menimbulkan
persalinan yaitu:
a) Teori penurunan hormon
1-2 minggu sebelum partus, mulai terjadi penurunan hormon estrogen
dan progesteron.Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
27
polos rahim. Karena itu, akan terjadi kejangan pembuluh darah yang
menimbulkan his jika kadar progesteron turun.
b) Teori plasenta menjadi tua
Penuaan plasenta akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesteron sehingga terjadi kekejangan pembuluh darah. Hal tersebut
akan menimbulkan kontraksi rahim.
c) Teori distensi rahim
Rahim menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot
rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenta.
d) Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks, terletak ganglion servikale(pleksus frankenhauser).
Apabila ganglion tersebut digeser dan ditekan misalnya oleh kepala
janin, akan timbul kontraksi uterus.
e) Induksi partus
Partus dapat pula ditimbulkan dengan:
(1) Gagang laminaria: beberapa laminaria dimasukan kedalam kanalis
servisis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser
(2) Amniotomi: pemecahan ketuban
(3) Tetesan oksitosin: pemberian oksitosin melalui tetesan per infus
d. Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan
Menurut Mochtar(2011; h.70) faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
adalah:
1) Kekuatan mendorong janin keluar (power)
a) His (kontraksi uterus )
b) Kontraksi otot-otot dinding perut
c) Kontraksi diafragma
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
28
2) Faktor jalan lahir (Passage)
Faktor jalan lahir di bagi atas:
a) Bagian keras tulang – tulang panggul (rangka panggul)
b) Bagian lunak: otot-otot, jaringan – jaringan dan ligamen – ligamen.
3) Faktor janin (Passenger)
Faktor janin di bagi atas:
a) Kepala janin
Bagian yang paling besar dan keras pada janin adalah kepala
janin.Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalannya
persalinan.
b) Postur janin dalam rahim
Postur janin sangat mempengaruhi dalam proses persalinan
diantaranya:
(1) Sikap yaitu menunjukan hubungan bagian – bagian janin
dengan sumbu janin, biasanya terhadap tulang punggungnya.
Janin umumnya berada dalam sikap fleksi, yaitu kepala, tulang
punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, serta lengan
bersilang di dada.
(2) Letak janin adalah bagimana posisi sumbu janin terhadap
sumbu ibu. Sebagai contoh, pada letak lintang, sumbu janin
tegak lurus terhadap sumbu ibu; dan pada letak membujur,
sumbu janin sejajar dengan sumbu ibu. Pada letak membujur,
terdapat dua kemungkinan, yaitu bagian terbawah janin adalah
kepala, atau mungkin juga letak sungsang.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
29
(3) Presentsi digunakan untuk menentukan bagian janin yang
terdapat di bagian bawah rahim.
(4) Posisi merupakan indikator untuk menyatakan arah bagian
terbawah janin: apakah sebelah kanan, kiri, depan, atau
belakang terhadapsumbu ibu (maternal-pelvis). Misalnya Letak
Belakang Kepala (LBK), Ubun – ubun Kecil (UUK) kiri depan,
uuk kanan belakng.
e. Menurut Mochtar (2012; h.70) tanda – tanda persalinan yaitu:
1) Tanda –tanda permulaan persalinan yaitu:
a) Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki
pintu atas panggul, terutama pada primigravida. Pada multipara hal
tersebut tidak begitu jelas.
b) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
c) Sering buang air kecil atau sulit berkemih ( polakisuria) karna
kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
d) Perasaan nyeri diperut dan di pinggang oleh adanya kontraksikontraksi lemah uterus, kadang-kadang disebut “false labor pains”.
e) Serviks
menjadi
lembek,
mulai
mendatar,
dan
sekresinya
bertambah, mungkin bercampur darah ( bloody show).
2) tanda – tanda inpartu yaitu;
a) Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan
teratur.
b) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekanrobekan kecil pada serviks
c) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
30
d) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada
pembukaan
f. Mekanisme persalinan
Terdapat tiga faktor penting dalam persalinan yaitu kekuatan-kekuatan
yang ada pada ibu seperti kekuatan his dan kekuatan mengejan, keadaan
jalan lahir, dan janinnya sendiri.
Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam keadaan
sinklintismus, ialah bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang
pintu atas panggul. Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak
simetris, dengan sumbu lebih mendekati suboksiput, maka tahanan
jaringan di bawahnya terhadap kepala yang akan menurun, menyebabkan
kepala mengadakan fleksi di dalam rongga panggul. Kepala yang sedang
turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas kebawah
depan. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra
uterin disebabkan oleh his yang berulang-ulang, maka kepala mengadakan
rotasi yang disebut putaran paksi dalam.dengan suboksiput sebagai
hipomoklion,
kepala
mengadakan
gerakan
defleksi
untuk
dapat
dilahirkan.Pada setiap his vulva lebih membuka dan kepala janin semakin
terlihat.perinium menjadi semakin lebar dan tipis, anus membuka dinding
rektum.Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan mengejan,
berturut-turut
tampak
bregma,
dahi,
muka,
dan
akhirnya
dagu
terlahir.Setelah kepala lahir maka kepala melakukan rotasi yang disebut
putaran paksi luar untuk menyesuaikankedudukan kepala dan punggung
bayi (Prawirohardjo, 2010; h.310).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
31
g. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal
Menurut Prawirohardjo (2010; h.341), ada 60 langkah persalinan normal,
yaitu:
Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua
1. Mengamati tanda dan gejala kala dua
a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan/atau
vaginanya.
c. Perineum menonjol.
d. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
Menyiapkan pertolongan persalinan
2. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap
digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan
tabung suntik steril sekali pakai dalam partus set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemek yang bersih.
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci
kedua tangan dengan sabun dan air bersih ang mengalir dan
mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang
bersih.
5. Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan
dalam.
6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai
sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan
kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa
mengontaminasi tabung suntik.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
32
Memastikan Pembukaan Lengkap dengan Janin Baik
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah
dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau
anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan
seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang
kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar.
Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung
tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi, langkah
#9).
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput
ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan
amniotomi.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%
dan
kemudian
melepaskannya
dalam
keadaan
terbalik
serta
merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci
kedua tangan (seperti diatas).
10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir
untuk memasyikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180
kali/menit)
a. Mengambil tindakan yang sesuai apabila DJJ tidak normal
b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan
semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
33
Menyiapkan Ibu dan keluarga untuk Membantu Proses Pimpinan
Meneran
11. Memberi tahu ibu pembukaan sedah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu
ibu
dalam
posisi
yang
nyaman
sesuai
dengan
keinginannya.
a. Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta
janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan temuan-temuan.
b. Menjelaskan kepada naggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai
meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran.(pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengan duduk
dan pastikan ia merasa nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran :
a. Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan
untuk meneran.
b. Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
c. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan
pilihannya (tidak meminta ibu untuk berbaring terlentang).
d. Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat
pada ibu.
f. Menganjurkan asupan cairan per oral.
g. Menilai DJJ setiap 5 menit.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
34
h. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum terjadi segera dalam
waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk primipara atau 60 menit (1
jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak ada
keinginan untuk meneran.
i. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil
posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit,
anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi
tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.
j. Jika bai belum lahir atau kelahiran bai belum akan terjadi segera
setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
Persiapan Pertolongan kelahiran Bayi
14. Jika kepala bayi telak membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
16. Membuka partus set
17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Meolong Kleahiran Bayi
Lahirnya kepala
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan sat tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan
yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak
menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahanlahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas
cepat saat kepala lahir.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
35
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain
atau kassa yang bersih. (Langkah ini tidak harus dilakukan).
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran
bayi:
a. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher janin dengan erat, mengklemnya di dua
tempat dan memotongnya.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar.
Lahir bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangn
di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran
saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah
dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dank e arah luar
yntuk melahirkan bahu posterior.
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala
bayi yang berada di bagian bawah kea rah perineum, membiarkan
bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan
kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan
lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku
dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
36
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat
punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati
membantu kelahiran kaki.
Penanganan Bayi Baru Lahir
25. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi
di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari
tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi pada tempat
yang memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.
26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan
biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin /i.m.
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan
memasang klem ke dua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting
dan memotong btali pusat di antara dua klem tersebut.
29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti
bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi
bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami
kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk
bayinya
dan
memulai
pemberian
ASI
jika
ibu
menghendakinya.
Oksitosin
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen
untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
37
32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin
10 unit I.M. di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar,
setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
Penegangan tali pusat terkendali
34. Memindahkan klem pada tali pusat.
35. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di
atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan
palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan
klem dengan tangan yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan
kea rah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang
berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan
uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati
untuk membantu mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta
tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga kontraksi berikut mulai.
a. Jika uterus tidak berkontraksi meminta ibu atau seorang anggota
keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.
Mengeluarkan plasenta
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik
tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva
jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
38
b. Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat
selama 15 menit :
1)
Mengulangi pemberian oksitosen 10 unit I.M.
2)
Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung
kemih dengan menggunakan teknik aseptic bila perlu
3)
Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4)
Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya
5)
Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak
kalehiran bayi.
38. Jika plaseta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua
tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan sela[ut ketuban tersebut.
a)
Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat
tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan
seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forceps
disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput
yang tertinggal.
Pemijatan uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus menjadi keras).
Menilai perdarahan
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun
janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
39
selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam
kantung plastic atau tempat khusus.
a)
Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15
detik mengambil tindakan yang sesuai.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
Melakukan prosedur pascapersalinan
42. Menilai ulang kontraksi uterus dan memastikannya berkontraksi
dengan baik.
43. Menceluokan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5%; membilas kedua tangan yang masih bersarung
tangan
tersebut
dengan
air
disinfeksi
tingkat
tinggi
dan
mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau
mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling
tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45. Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan
dengan simpul mati yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin
0,5%.
47. Menyelimuti
kembali
bayi
dan
menutupi
bagian
kepalanya.
Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49. Melanjutkan
pemantauan
kontraksi
uterus
dan
perdarahan
pervaginam.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
40
a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.
b. Setiap 15 menit pada satu jam pertama pascapersalinan.
c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan
yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.
e. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anesthesia lokal dan menggunakan teknik yang
sesuai.
50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masae uterus
dan memeriksa kontaksi uterus.
51. Mengevaluasi kehilangan darah.
52. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap
15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan
a. Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam
pertama pascapersalinan.
b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
Kebersihan dan keamanan
53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi.
54. Membuang bahan-bahan yang telah terkontaminasi ke dalam tempat
sampah yang sesuai.
55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.
Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah. Membantu ibu
memakai pakaian yang bersih dan kering.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
41
56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan
yang diinginkan.
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan
larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,55 selama 10 menit.
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi
60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).
h. Tahapan persalinan
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu:
1) Kala I
Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur
darah (bloody show) karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan
mendatar (effecement).
Kala pembukaan di bagi atas 2 fase.
a) Fase laten: pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai
pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam.
b) Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan di bagi atas 3 subfase.
(1) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4
cm.
(2) Periode dilatasi maksimal ( steady) : selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
42
(3) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan menjadi lengkap 10 cm (lengkap).
(4) Kala II (kala pengeluaran janin)
Kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul sehingga
terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang melalui
lengkung refleks menimbulkan rasa mengedan.Karena tekanan
pada rektum, membuat ibu merasa seperti mau buang air
besar, dengan tanda anus terbuka, vulva membuka dan
perinium meregang. Dengan his dan mengedan yang terpimpin,
akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada
primi berlangsung selama 1 ½ - 2 jam, pada multi ½ - 1 jam(
Mochtar, 2011; h.71)
(5) Kala III ( Kala pengeluaran Uri)
Kala III berlangsung mulai dari bayi lahir sampai plasenta lahir
lengkap. Biasanya, plasenta akan lahir dalam 15-30 menit (
Mochtar, 2011; h.79)
(6) Kala IV
Kala IV yaitu kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan
plasenta lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama
terhadap bahaya perdarahan postpartum( Mochtar, 2011; h.73).
i.
Komplikasi dalam persalinan
Perdarahan post partum merupakan penyebab penting kematian maternal
khususnya
di
Negara
berkembang.
Faktor
yang
menyebabkan
pendarahan post partum adalah grandemultipara, jarak persalinan pendek
kurang dari 2 tahun, persalinan yang dilakukan dengan tindakan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
43
pertolongan persalinan dengan paksa, dan persalinan dengan narkosa.
(Manuaba,2012;h 395)
Kegawatdaruratan persalinan :
1) Retensio plasenta
Terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam (30 menit)
setelah persalinan bayi (Manuaba, 2012; h.399).
2) Persalinan lama
Persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam pada primigravida dan 18
jam pada multigravida (Manuaba, 2012; h.389).
3) Atonia uteri
Keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus
tidak mau menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi
plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Prawiroharjo, 2010; h. 524).
4) Inversio uteri
Keadaan ketika fundus uteri masuk kedalam kavum uteri, yang dpaat
terjadi secara mendadak atau perlahan (Manuaba,2012;h 406).
C. BAYI BARU LAHIR
a. Pengertian bayi baru lahir
Bayi Baru Lahir (BBL) merupakan bayi segera setelah lahir yang
berusaha untuk melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauteri ke
kehidupan ekstrauteri (Bobak,2004;h.362).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42
minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram (Sondakh, 2013 h:
150).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
44
Bayi Baru Lahir adalah bayi segera setelah lahir yang berusaha untuk
melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauteri ke kehidupan
ekstrauteri pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir antara
2500-4000 gram.
b. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Segera setelah dilahirkan, bayi diletakkan di dada atau perut atas ibu
selama paling sedikit satu jam untuk memberi kesempatan pada bayi
untuk mencari dan menemukan puting susu ibunya. Manfaat IMD bagi
bayi adalah membantu stabilisasi pernafasan, mengendalikan suhu tubuh
bayi lebih baik dibandingkan dengan inkubator, menajaga kolonisasi
kuman yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi nosokomial kadar
bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena pengeluaran mekonium lebih
cepat sehingga menurunkan insiden ikterus bayi baru lahir. kontak kulit
dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga didapat pola tidur
yang lebih baik. Dengan demikian, berat badan dapat optimal
mengeluarkan hormon oksitosin, prolaktin, dan secara psikologis dapat
menguatkan ikatan batin antara ibu dan bayi (Sarwono, 2010; h.369).
c. Adaptasi fisiologis bayi baru lahir
1) Menurut Sondak (2013; h.150-152) Setiap bayi baru lahir akan
mengalami periode transisi, yaitu:
a) Periode ini merupakan fase tidak stabil selama 6-8 jam pertama
kehidupan,
yang
akan
dilalui
oleh
seluruh
bayi
dengan
mengabaikan usia gestasi atau sifat persalinan atau melahirkan.
b) Pada periode pertama reaktivitas (segera setelah lahir), akan terjadi
pernapasan cepat (dapat mencapai 80 kali/menit) dan pernapasan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
45
cuping hidung yang berlangsung sementara, retraksi, serta suara
seperti mendengkur dapat terjadi. Denyut jantung dapat mencapai
180x/menit selama beberapa menit kehidupan.
c) Setelah respon awal ini, bayi baru lahir ini akan menjadi tenang,
relaks, dan jatuh tertidur. Tidur pertama ini (dikenal sebagai fase
tidur) terjadi dalam 2 jam setelah kelahiran dan berlangsung
beberapa menit sampai beberapa jam.
d) Periode kedua reaktivitas, dimulai ketika bayi bangun, ditandai
dengan respons berlebihan terhadap stimulus, perubahan warna
kulit dari merah mudan menjadi agak sianosis, dan denyut jantung
cepat.
e) Lendir mulut dapat menyebabkan masalah yang bermakna,
misalnya tersedak atau aspirasi, tercekik, dan batuk.
2) Adaptasi pernapasan
Pernapasan awal dipicu oleh faktor fisik, sensorik, dan kimia.
a) Faktor-faktor
fisik,
meliputi
usaha
yang
diperlukan
untuk
mengembangkan paru-paru dan mengisi alveolus yang kolaps
(misalnya perubahan dalam gradient tekanan).
b) Factor-faktor sensorik, meliputi suhu, bunyi, cahaya, suara, dan
penurunan suhu).
c) Faktor-faktor kimia, meliputi perubahan dalam darah (misalnya
penurunan kadar oksigen, peningkatan kadar karbon dioksida, dan
penurunan ph).
Bayi baru lahir lazimnya bernapas melalui hidung. Respons reflex
terhadap obstruksi nasal dan membuka mulut untuk mempertahankan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
46
jalan napas tidak ada pada sebagian besar bayi sampai 3 minggu
setelah kelahiran.
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik
sesudah kelahiran.Pernapasan timbul sebagai akibat aktivitas normal
system saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa
rangsangan lainnya.
3) Adaptasi kardiovaskuler
a) Sirkulasi perifer lambat, yang menyebabkan akrosianosis pada
tangan, kaki, dan sekitar mulut).
b) Denyut nadi berkisar 120-160 kali/menit saat bangun dan 100
kali/menit saat tidur.
c) Rata-rata tekanan darah adalah 80/46 mmhg dan bervariasi sesuai
dengan ukuran dan tingkat aktivitas bayi.
d) Nilai hematologi normal pada bayi.
Berkembangnya paru-paru pada alveoli akan terjadi peningkatan
tekanan
oksigen.
Sebaliknya,
tekanan
karbon
dioksida
akan
mengalami penurunan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan
resistansi pembuluh darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru
dan ductus arteriosus tertutup.Setelah tali pusat dipotong, aliran darah
dari plasenta terhenti dan foramen ovale tertutup.
4) Adapatasi neurologis
a) System neurologis bayi secara anatomic atau fisiologis belum
berkembang sempurna.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
47
b) Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak terkoordinasi,
pengaturan suhu yang labil, control otot yang buruk, mudah terkejut,
dan tremor pada ekstremitas.
c) Perkembangan neonatus terjadi cepat. Saat bayi tumbuh, perilaku
yang lebih kompleks (misalnya control kepala, tersenyum, dan
meraih dengan tujuan) akan berkembang.
d) Refleks bayi baru lahir merupakan indicator penting perkembangan
normal.
5) Adaptasi gastrointestinal
a) Enzim-enzim digestif aktif saat lahir dan dapat menyokong
kehidupan ekstrauterin pada kehamilan 36-38 minggu.
b) Perkembangan
otot-otot
dan
refleks
yang
penting
untuk
menghantarkan makanan sudah terbentuk saat lahir.
c) Pencernaan protein dan karbohidrat telah tercapai, pencernaan dan
absorpsi lemak kurang baik karena tidak adekuatnya enzim-enzim
pancreas dan lipase.
d) Kelenjar saliva imatur saat lahir, sedikit saliva diolah sampai bayi
berusia 3 bulan.
e) Pengeluaran mekonium, yaitu feses berwarna hitam kehijauan,
lengket, dan mengandung darah samar, diekskresikan dalam 24
jam pada 90% bayi baru lahir yang normal.
f) Beberapa bayi baru lahir menyusui segera bila diletakkan pada
payudara, sebagian lainnya memerlukan 48 jam untuk menyusu
secara efektif.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
48
6) Adaptasi ginjal
Laju filtrasi glomerulus relative rendah pada saat lahir disebabkan oleh
tidak adekuatnya area permukaan kapiler glomerulus.Meskipun
keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru lahir yang normal, tetapi
menghambat
kapasitas
bayi
untuk
berespon
terhadap
stressor.Penurunan kemampuan untuk mengekskresikan obat-obatan
dan kehilangan cairan yang berlebihan mengakibatkan asidosis dan
ketidakseimbangan cairan. Sebagian besar bayi baru lahir berkemih
dalam 24 jam pertama setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada hari 1-2
hari pertama, setelah itu akan berkemih 5-20 kali salam 24 jam.
7) Adaptasi hati
Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu setelah lahir, hati
terus membantu pembentukan darah.Selama periode neonatus, hati
memproduksi zat yang esensial untuk pembekuan darah.Penyimpanan
zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai 5 bulan kehidupan
ekstrauterin, pada saat ini bayi baru lahir menjadi rentan terhadap
defisiensi
zat
besi.Hati
juga
mengontrol
jumlah
bilirubin
tak
terkonjugasi yang bersirkulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan
dilepaskan bersamaan dengan pemecahan sel-sel darah merah.
Bilirubin tak terkonjugasi dapat meninggalkan system vascular dan
menembus jaringan ekstravaskular lainnya (misalnya kulit, sclera, dan
membrane mukosa oral) mengakibatkan warna kuning yang disebut
jaundice atau ikterus.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
49
8) Menurut Varney (2008; h.886) adaptasi imun pada BBL sebagai
berikut;
a) Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang dipintu
masuk.
b) Imaturitas jumlah system pelindung secara signifikan meningkatkan
resiko infeksi pada periode bayi baru lahir.
(a) Respons inflamasi berkurang, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
(b) Fagotosis lambat.
(c) Keasaman lambung dan produksi pepsin dan tripsin belum
berkembang sempurna sampai usia 3-4 minggu.
(d) Immunoglobulin akan hilang dari saluran pernapasan dan
perkemihan, kecuali jika bayi tersebut menyusu asi.
9) Menurut Varney (2008) Perubahan termoregulasi dan metabolik yaitu;
a) Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat celcius karena
lingkungan eksternal lebih dingin dan dari pada suhu pada rahim.
b) Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit
yang besar dibandingkan dengan berat badan, menyebabkan bayi
mudah untuk mengahantarkan panas pada lingkungan.
c) Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadu
melalui konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.
d) Trauma dingin (hipotermi) pada bayi baru lahir dalam hubungan
dengan asidosis metabik dapat bersifat mematikan, bahkan bayi
cukup bulan yang sehat.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
50
d. Tanda-tanda bayi baru lahir normal
Tanda-tanda bayi lahir normal menurut Sondakh. 2013. h: 150 , yakni:
a) Lahir aterm antara 37-42 minggu
b) Berat badan 2500 gram-4000 gram
c) Panjang badan 48-52 cm
d) Lingkar dada 30-38 cm
e) Lingkar kepala 33-35 cm
f) Lingkar lengan 11-12 cm
g) Frekuensi denyut jantung 120-160x/menit
h) Pernapasan 40-60 x/menit
i) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
j) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna
k) Kuku agak panjang dan lemas
l) Nilai apgar >7
m) Gerak aktif
n) Bayi lahir langsung menangis kuat
o) Genetalia: testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora
telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan).
p) Reflek isap, menelan, dan morro telah terbentuk
q) Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama.
Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
51
e. Reflek pada bayi normal
Table 2.5 Reflek pada bayi baru lahir (Sondakh, 2013;h.154)
Refleks
Rooting dan
Menghisap
Respons Normal
Bayi baru lahir menolehkan
kepala
ke
arah
stimulus,
membuka mulut, dan mulai
menghisap bila pipi,bibir, atau
sudut mulut bayi disentuh dengan
jari atau puting.
Bayi
baru
lahir
menelan
berkoordinasi dengan menghisap
bila cairan ditaruh
Bayi baru lahir menjulurkan lidah
keluar bila ujung lidah disentuh
dengan jari atau puting
Ekstensi simetris bilateral dan
abduksi
seluruh
ekstremitas,
dengan ibu jari dan jari telunjuk
membentuk huruf c diikuti dengan
abduksi esktremitas
Bayi akan melangkah dengan
satu kaki lainnya dengan gerakan
berjalan bila satu kaki disentuh
pada permukaan rata
Bayi akan berusaha merangkak
ke depan dengan kedua tangan
dan kaki bila diletakkan telungkup
pada permukaan datar
Ekstremitas pada satu sisi dimana
saat kepala ditolehkan akan
ekstensi, dan ekstremitas yang
brelawanan akan fleksi bila kepala
bayi ditolehkan ke satu sisi selagi
beristirahat
Bayi melakukan abduksi dan
fleksi seluruh ekstremitas dan
dapat mulai menangis bila
mendapat gerakan mendadak
atau suara keras
Bayi akan berkedip bila dilakukan
4 atau 5 ketuk pertama pada
batang hidung saat mata terbuka
Jari-jari
kaki
bayi
akan
hiperekstensi dan terpisah seperti
kipas
Menelan
Ekstrusi
Moro
Melangkah
Merangkak
Tonik
leher
atau fencing
Terkejut
Glabellar “blink”
Tanda Babinski
j.
Respons Abnormal
Respons yang lemah atau
tidak ada respons
Muntah, batuk
Menjulurkan lidah
berulang-ulang
yang
Respon asimetris terlihat
pada cedera saraf perifer
atau fraktur klavikula
Respon asimetris terlihat
pada cedera sistem saraf
pusat atu fraktur tulang
Respon asimetris terlihat
pada cedera saistem saraf
pusat
Respon menetap tampak
pada cedera sistem saraf
pusat
Tidak ada respon
Terus berkedip atau gagal
untuk berkedip
Tidak ada respon
Penilaian Awal Pada Bayi Baru Lahir
Mochtar
(2012)
mengemukakan,
penilaian
awal
bayi
baru
lahir
menggunakan
APGAR skor, klasifikasi klinik APGAR skor yaitu:
1) Nilai 7-10 bayi normal
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
52
2) Nilai 4-6 asfiksia ringan-sedang
3) Nilai 0-3 asfiksia berat
Tabel 2.6 APGAR Skor
Skor
A:
Appearance
(warna kulit)
0
Pucat
1
Badan merah,
ekstremitas biru
2
Seluruh tubuh merah
Tidak ada
Kurang dari 100 kali
per menit
Lebih dari 100 kali per
menit
Tidak ada
Sedikit gerakan
mimic
Menangis, batuk,
bersin
Lumpuh
Ekstremitas sedikit
lumpuh
Gerakan aktif
Tidak ada
Lemah, tidak teratur
Menangis kuat
P: Pulse
(heart rate)
(frekuensi
denyut
jantung)
G: Grimace
(reaksi
terhadap
rangsangan)
A: Activity
(tonus otot)
R:
Respiration
(usaha
bernapas)
Sumber: buku Sinopsis Obstetri 2012.
f.
Jumlah
Tanda bahaya pada bayi baru lahir
Menurut Sarwono Prawirohardjo, 2010 tanda-tanda bahaya bayi yang
harus diwaspadai pada bayi baru lahir, yaitu:
1) Pernafasan: sulit atau lebih dari 60 kali per menit
2) Kehangatan: terlalu panas (˃ 38 °C atau terlalu dingin < 36 °C)
3) Warna: kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat,
memar
4) Pemberian makan: hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak
muntah
5) Tali pusat: merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah
6) Infeksi: suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (nanah). Bau
busuk, pernafasan sulit
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
53
7) Tinja/kemih: tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau
tua, ada lendir atau darah pada tinja
8) Aktivitas: menggigi, atau tangis tidak bisa, sangat mudah tersinggung,
lemah, terlalu mengantuk, lunglai, kejang,kejang halus, tidak bisa
tenang, menangis terus menerus (Saifuddin,dkk, 2010;h.N-36).
g. Asuhan pada bayi
Menjaga kehangatan tubuh bayi dan mencegah hipotermia
1) Memberikan kontak dini dengan ibu (IMD)
2) Memberikan pendidikan kesehatan tentang ASI dan perawatan tali
pusat
3) Menunda memandikan bayi baru lahir sampai tubuh bayi stabil
4) Menghindari kehilangan panas pada bayi baru lahir.
h. Kunjungan neonatus
Tabel 2.7 Jadwal Kunjungan Neonatal
Kunjungan Ke-
Waktu
Tujuan
1
6-12 jam
2
3-6 hari
3
6 minggu
4
6 bulan
a) Napas
b) Kehangatan
c) Minum
d) Tali pusat
a) Minum
b) Infeksi
c) Tes urin
a) Berat badan
b) Pemberian minum
c) Imunisasi
Tumbuh kembang
Sumber: Prawirohardjo, 2010.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
54
D. NIFAS
a. Pengertian masa nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari
persalinan seelesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti prahamil
( Mochtar, 201; h.87).
Masa Nifas atau puerperium yaitu dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) (Prawirohardjo, 2010;h.356).
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil (Saifuddin,2009;h122).
Masa nifas adalah masa pemulihan kembali yang dimulai setelah kelahiran
plasenta sampai alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil.Masa nifas biasanya berlangsung selama 6 minggu (42 hari).
b. Tahapan masa nifas
Menurut Mochtar (2011) Tahapan masa nifas yang terjadi pada masa nifas
adalah sebagai berikut:
1) Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.Bidan
melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan
darah dan suhu.
2) Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,
tidak ada perdarahanlochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu
cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui
dengan baik.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
55
3) Periode late postpartum ( 1 minggu- 5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling KB.
c. Perubahan sistem reproduksi
1) Vagina dan Ostium Vagina
Pada masa awal masa nifas, vagina dan ostiumnya membentuk saluran
yang berdinding halus dan lebar yang ukurannya berkurang secara
perlahan namun jarang kembali ke ukuran saat nulipara (Cuningham, 20
; h.674)
2) Uterus
Uterus secara berangsur – angsur menjadi kecil ( berinvolusi ) hingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil ( Mochtar, 2011; h.87).
3) Bekas Implantasi Uri
Placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri
dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada
minggu keenam 2,4 cm, dan akhirnya pulih.
Tabel 2.8 Ukuran TFU
Involusi
Bayi lahir
Uri lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
Tinggi fundus uteri
Setinggi pusat
2 jari bawah pusat
Pertengahan pusat simfisis
Tidak teraba di atas sympisis
Bertambah kecil
Sebesar Normal
Berat Uterus
1000 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
4) Luka – luka
Pada jalan Lahir jika tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6- 7 hari.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
56
5) Rasa nyeri
yang disebut after pains, ( merian atau mulas – mulas ) disebabkan
kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2 – 4 hari pasca persalinan.
Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal tersebut dan jika
terlalu menganggu, dapat di berikan obat – obat anti nyeri dan anti
mulas.
6) Lokia
Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas.
a) Lokia rubra ( cruenta ): berisi darah segar dan sisa – sisa selaput
ketuban, sel – sel desdua, vernic caseosa, Lanugo, dan mekonium,
selama 2 hari pascapersalinan.
b) Lokia sanguinolenta: berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir,
hari ke 3 – 7 pascapersalinan.
c) Lokia Serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari
ke 7 – 14 pascapersalinan.
d) Lokia alba: cairan putih, setelah 2 minggu.
e) Lokia purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk.
f) Lokiostasis: Lokia tidak lancar keluarnya.
7) Serviks. Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti
corong, berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak,kadang –
kadang terdapat perlukaan – perlukaan kecil. Setelah bayi lahir., tangan
masih bisa dimasukan ke rongga rahim; setelah 2 jam, dapat dilalui oleh
2-3 jari, dan setelah 7 hari, hanya dapat dilalui 1 jari.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
57
8) Ligamen – ligamen. Ligamen, fasica, dan diafragma pelvis yang
meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur –
angsur menjadi ciut dan pulih kembali. Akibatnya, tidak jarang uterus
jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum
menjadi kendor.
Setelah
melahirkan,
wanita
indonesia memiliki
kebiasaan “berkusuk” atau “berurut”. Sewaktu dikusuk, tekanan
intraabdominal bertambah tinggi. Karena ligamentum, fascia, dari
jaringan penunjang menjadi kendor setelah melahirkan, jika dilakukan
kusuk/urut, banyak wanita akan mengeluh „‟ kandungannya turun „‟ atau
„‟terbalik‟‟. Untuk memulihkan kembali, sebaiknya dengan latihan –
latihan dan senam pascapersalinan.
d. Komplikasi masa nifas
Menurut Prawirohardjo, 2009; h.259 Infeksi masa nifas yaitu;
Infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan disebut infeksi
nifas.Infeksi nifas merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu pasca
bersalin.Drajat komplikasi bervariasi sangat tajam, mulai dari mastitis
hingga adanya koagulasi intravaskular diseminata. Beberapa faktor
predisposisi masa nifas yaitu kurang gizi atau malnutrisi, anemia, higiene,
kelelahan, proses persalinan yang bermasalah yaitu partus lama/macet,
karioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya proses pencegahan
infeksi, manipulasi yang berlebihan. Berikut macam – macam infeksi masa
nifas.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
58
a) Metritis
Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah
satu penyebab terbesar kematian ibu. Cara penanganannya yaitu
berikan tranfusi bila diperlukan, berikan antibiotika broadspektrum dalam
dosis yang tinggi yaitu ampisilin 2 g IV, kemudian 1 g setiap 6 jam
ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan IV dosis tunggal/hari dan
metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam. Lanjutkan antibiotika ini sampai
ibu tidak panas selama 24 jam, pertimbangkan pemberian antitetanus
profilaksis, bila dicurigai adanya sisa plasenta lakukan pengeluaran
(digital atau dengan kuret yang lebar).
b) Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada
payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Cara
menanganinya yaitu susukan sesering mungkin, kedua payudara
disusukan, kompres hangat payudara sebelum disusukan, bantu dengan
memijat payudara untuk permulaan menyusui, sangga payudara,
kompres dingin pada payudara diantara waktu menyusui, bila diperlukan
berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 4 jam, lakukan evaluasi
setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
c) Infeksi payudara sesudah persalinan
Mastitis
yaitu
payudara
tegang/indurasi
dan
kemerahan.
Penanganannya dengan memberikan klokasilin 500 mg setiap 6 jam
selama 10 hari. Bila diberikan sebelum terbentuk abses biasanya
keluhan akan berkurang, sangga payudara, kompres dingin, bila
diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 4 jam, ibu harus
didorong menyusui bayainya walau ada pus, ikuti perkembangan 3 hari
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
59
setelah pemberian pengobatan.Abses payudara yaitu terdapat masa
padat, mengeras di bawah kulit yang kemerahan.
d) Infeksi luka perineal dan luka abdominal
Disebabkan oleh keadaan yang kurang bersih dan tindakan pencegahan
infeksi yang kurang baik.
e) Tromboflebitis
Perluasan infeksi nifas yang paling ering ialah perluasan atau invasi
mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah di sepanjang vena
dan cabang – cabangnya sehingga terjadi tromboplebitis.
f) Pelviotromboflebitis
Nyeri, yang terdapat pada perut bagian bawah dan/ atau perut bagian
samping, timbul pada hari ke 2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
Penderita tampak sakit dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:
(1) menggigil berulang kali, menggigil inisial terjadi sangat berat (30-40
menit) dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadangkadang 3 hari. Pada waktu menggigil penderita hampir tidak panas.
(2) Suhu badan naik turun secara tajam (36°C menjadi 40°C), yang
diikuti dengan penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris
seperti pada endometritis)
(3) Penyakit dapat berlangsung selama 1-3 bulan.
(4) Cenderung terbentuk pus, yang menjalar ke mana-mana, terutama
ke paru-paru.
Penanganan Pelviotromboflebitis dengan rawat inap penderita tirah
baring untuk pemantauan gejala penyakitnya dan mencegah terjadinya
emboli pulmonum.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
60
g) Tromboflebitis femoralis
Penilaian kliniknya yaitu keadaan umum tetap baik, suhu badan
subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu mendadak naik kira-kira
pada hari ke 10-20, yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.
Pada salah satu kaki yang terkena biasanya kaki kiri, akan memberikan
tanda-tanda sebagai berikut:
(1) Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar
bergerak, lebih panas dibanding dengan kaki lainnya.
(2) Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan
keras pada paha bagian atas.
(3) Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha
(4) Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau setelah nyeri dan pada
umumnya terdapat pada paha bagian atas, tetapi lebih sering
dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki, kemudian mulas dari
bawah keatas.
(5) Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijit betis
atau dengan meregangkan tendo akhiles (tanda Homan).
e. Menurut Prawirohardjo (2009) Tujuan asuhan pada ibu masa nifas
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2) Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi
pada ibu maupun bayinya.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi
sehari-hari.
4) Memberikan pelayanan KB
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
61
f. Kunjungan pada masa nifas
Menurut ( Prawirohardjo, 2009) Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas
dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk
mencegah, mendeteksi dan menangani masalah – masalah yang terjadi
Tabel 2.9: Frekuensi kunjungan masa nifas
Kunjungan
1
Waktu
6 – 8 jam setelah
persalinan
2
6 hari setelah
persalinan
3
2 minggu setelah
persalinan
6 minggu setelah
persalinan
4
Tujuan
1. Mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri.
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan; rujuk jika perdarahan
berlanjut.
3. Memberikan konseling pada ibu atau
salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri.
4. Pemberian ASI awal.
5. Melakukan hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir.
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermia.
7. Jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan ibu
dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran, atau sampai ibu dan
bayi dalam keadaan stabil.
1. Memastikan involusi uterus berjalan
normal: uterus berkontraksi, fundus di
bawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
2. Menilai adanya tanda – tanda demam,
infeksi, atau perdarahan abnormal.
3. Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan, cairan dan istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tak memperlihatkan tanda – tanda
penyulit.
5. Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat
bayi sehari – hari.
1. Tujuannya sama seperti 6 hari setelah
persalinan.
1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit
– penyulit yang ia atau bayi alami.
2. Memberikan konseling untuk KB secara
dini
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
62
E. KELUARGA BERENCANA
1. Pengertian keluarga berencana
Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau
merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.
Kontrasepsi adalah cara, alat-alat atau obat-obatan untuk mencegah
terjadinya konsepsi. (Mochtar, 2012;h.195)
Menurut WHO, keluarga berencana merupakan tindakan yang membantu
individu untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang
tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval
di antara kehamilan, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk menghindari kehamilan
yang tidak di inginkan, menjarangkan atau merencanakan dan mengatur
jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi
2. Penapisan sebelum pemberian metode kontrasepsi
a. Penapisan sebelum pemberian metode kontrasepsi
1) Penapisan metode kontrasepsi hormonal (pil,suntik,implant)
Penapisan
yang
dilakukan
pada
calon
askeptor
baru
kontrasepsi hormonal yaitu dengan menanyakan kepada klien
apakah hari pertama haid terakhir 7 hari atau lebih, menyusui dan
kurang dari 6 minggu pasca bersalin, mengalami perdarahan bercak
antara haid setelah senggama, ikterus kulit atau sklera mata, nyeri
kepala hebat atau gangguan visual, nyeri hebat pada betis, paha
atau dada dan tungkak bengkak, tekanan darah diatas 160
mmHg(sistolik) atau 90 mmHg (diastolik),terdapat masa atau
benjolan pada payudara, sedang minum obat-obat epilepsi, jika
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
63
didapati salah satu dari hal tersebut maka penggunaan kontrasepsi
hormonal tidak dianjurkan atau tidak diperbolehkan.
2) Penapisan kontrasepsi AKDR
Penapisan yang dilakukan pada calon akseptor kontrasepsi
AKDR yaitu dengan menanyakan kepada klien apakah hari pertama
haid terakhir 7 hari atau lebih, klien maupun pasangan mempunyai
pasangan seks lain, menderita infeksi menular seksual IMS, penyakit
radang panggul atau kehamilan ektopik, mengalami haid banyak,
haid lama, dismenorea berat yang membutuhkan analgetik dan atau
istirahat baring, perdarahan bercak haid atau setelah senggama,
gejala penyakit jantung atau kongenital. Jika ditemukan salah satu
dari hal tersebut maka penggunaan kontrasepsi AKDR tidak
dianjurkan atau tidak diperbolehkan.
3) Penapisan metobe mantap
Tubektomi
Penapisan yang dilakukan yaitu apakah keadaan umum klien
baik, tidak ada tanda-tanda penyakit jantung, paru, ginjal,tekanan
darah <160/100 mmHg, berat badan 35-85 kg, riwayat SC (tanpa
perlekatan) riwayat radang panggul, kehamilan ektopik, apendiksitis
dalam batas normal, HB ≥8 gr% jika didapat tanda-tanda tersebut,
tubektomi dapat dilakukan dilakukan di fasiitas rawat jalan.
3. Tujuan keluarga berencana
Menurut Sulistyawati (2013; h.13), tujuan keluarga berencana yaitu:
1) Keluarga dengan anak ideal
2) Keluarga sehat
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
64
3) Keluarga berpendidikan
4) Keluarga sejahtera
5) Keluarga berketahanan
6) Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
7) Penduduk tumbuh seimbang
4. Menurut Affandi (2011; h.MK-1) macam-macam alat kontrasepsi sebagai
berikut;
1) Alat kontrasepsi non hormonal:
a) Metode amenorea laktasi (MAL)
(1) Pengertian
Metode amenorea laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian air susu ibu secara eksklusif, artinya
hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman
apapun lainnya.
(2) Keuntungan kontrasepsi
(a) Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pasca
persalinan)
(b) Segera efektif
(c) Tidak mengganggu senggama
(d) Tidak ada efek samping secara sistemik
(e) Tidak perlu pengawasan medis
(f) Tidak perlu obat atau alat
(g) Tanpa biaya
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
65
(3) Keuntungan non kontrasepsi
(a) Untuk bayi
(i) Mendapat
kekebalan
pasif
(mendapatkan
antibody
perlindungan lewat ASI
(ii) Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk
tumbuh kembang bayi yang optimal
(iii) Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air
susu atau formula, atau alat minum yang dipakai
(b) Untuk ibu
(i)
Mengurangi perdarahan pasca persalinan
(ii) Mengurangi resiko anemia
(iii) Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi.
(4) Keterbatasan
(a) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera
menyusui dalam 30 menit pasca persalinan
(b) Mungkin sulit dilksanakan karena kondisi social
(c) Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai
dengan 6 bulan
(d) Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis
B/HBV dan HIV/AIDS
b) Senggama terputus
(1) Definisi senggama terputus
Senggama
terputus
adalah
metode
keluarga
berencana
tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis)
dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
66
(2) Manfaat kontrasepsi
(a) Efektif bila dilaksanakan dengan benar
(b) Tidak mengganggu produksi ASI
(c) Dapat digunakan sebagai pendukung metode Kb lainnya
(d) Tidak ada efek samping
(e) Dapat digunakan setiap waktu
(f) Tidak membutuhkan biaya
(3) Manfaat non kontrasepsi
(a) Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana
(b) Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan
pengertian yang sangat dalam.
(4) Keterbatasan
(a) Efektivitas sangat bergantung pada kesediaan pasangan
untuk
melakukan
senggama
terputus
setiap
melaksanakannya (angka kegagalan 4-27 kehamilan per
100 perempuan per tahun).
(b) Efektivitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam
sejak ejakulasi masih melekat pada penis.
(c) Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual.
c) Kondom
(1) Definisi kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari
berbagai bahan di antaranya lateks (karet), plastic (vinil), atau
bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat
berhubungan seksual.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
67
(2) Manfaat kontrasepsi
(a) Efektif bila digunakan dengan benar
(b) Tidak mengganggu produksi ASI
(c) Tidak mengganggu kesehatan klien
(d) Tidak mempunyai pengaruh sistemik
(e) Murah dan dapat dibeli secara umum
(f) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
(g) Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya
harus ditunda.
(3) Manfaat nonkontrasepsi
(a) Member dorongan kepada suami untuk ikut ber-Kb
(b) Dapat mencegah penularan IMS
(c) Mencegah ejakulasi dini
(d) Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mmengurangi
iritasi bahan karsinogenik eksogen pada serviks)
(e) Saling berinteraksi sesama pasangan
(f) Mencegah imuno infertilitas
(4) Keterbatasan
(a) Efektivitas tidak terlalu tinggi
(b) Cara
penggunaan
sangat
mempengaruhi
keberhasilan
kontrasepsi
(c) Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan
langsung)
(d) Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk
mempertahankan ereksi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
68
(e) Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
(f) Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat umum
(g) Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah
dalam hal limbah.
2) Alat kontrasepsi hormonal
a) Pil kombinasi
(1) Manfaat pil kombinasi
(a) Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivitas
tubektomi), bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000
perempuan dalam tahun pertama penggunaan).
(b) Resiko terhadap kesehatan sangat kecil
(c) Tidak mengganggu hubungan seksual
(d) Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang
(mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid
(e) Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih
ingin menggunakannya untuk mecegah kehamilan.
(2) Keterbatasan
(a) Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya
setiap hari
(b) Mual, terutama pada 3 bulan pertama
(c) Pusing, nyeri payudara, berat badan naik sedikit
(d) Tidak mencegah IMS.
b) Suntikan kombinasi
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogesteron
Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi IM. Sebulan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
69
sekali (Cyclofem) dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol
Valerat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali.
(1) Keuntungan kontrasepsi
(a) Resiko terhadap kesehatan kecil
(b) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
(c) Jangka panjang
(d) Efek samping sangat kecil
(2) Keuntungan non kontrasepsi
(a) Mengurangi jumlah perdarahan
(b) Mengurangi nyeri saat haid
(c) Mencegah anemia
(d) Mencegah kehamilan ektopik
(3) Kerugian
(a) Terjadi perubahan pada pola haid
(b) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan
(c) Penambahan berat badan
(d) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan
c) Implant
Implant adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak
permanen dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga
hingga lima tahun.
d) AKDR dengan progestin
Jenis AKDR yang mengandung hormone steroid adalah prigestase
yang mengandung progesterone dari mirena yang mengandung
levonogestrel.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
70
(1) Keuntungan kontrasepsi
(a) Efektif dengan proteksi jangka panjang (satu tangan)
(b) Tidak mengganggu hubungan suami istri
(c) Tidak berpengaruh terhadap ASI
(d) Kesuburan segera kembali sesudah AKDR diangkat
(e) Efek sampingnya sangat kecil
(2) Keuntungan non kontrasepsi
(a) Mengurangi nyeri haid
(b) Dapat diberikan pada usia perimenopause
(c) Mengurangi jumlah darah haid
(d) Sebagai pengobatan alternative pengganti operasi pada
perdarahan uterus.
(3) Keterbatasan
(a) Diperlukan pemeriksaan dalam dan penyaringan infeksi
genetalia sebelum pemasangan AKDR
(b) Mahal
(c) Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi amenorea.
F. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
1. Pendokumentasian asuhan kebidanan dengan cara 7 langkah Varney
Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan
yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan lingkup
praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.
Manajemen asuhan kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang
digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan secara
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
71
sistematis,
menegakkan
mulai
dari
diagnosis
mengumpulkan
kebidanan,
data,
menyusun
menganalisis
rencana
data,
asuhan,
melaksanakan rencana asuhan, mengevaluasi keefektifan pelaksanaan
rencana asuhan, dan mendokumentasikan asuhan.
Langkah-langkah
manajemen
kebidanan
merupakan
suatu
proses
penyelesaian masalah yang menuntut bidan untuk lebih kritis di dalam
mengantipasi masalah. Menurut Mangkuji (2012; H.2-6) manajemen
kebidanan menurut varney ada 7 langkah, yaitu:
Langkah I: Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi klien
secara lengkap.data yang dikumpulkan antara lain:
a. Keluhan klien
b. Riwayat kesehatan klien
c. Pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai dengan kebutuhan
d. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
e. Meninjau data laboratorium. Pada langkah ini, dikumpulkan semua
informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Pada langkah ini, bidan mengumpulkan data dasar awal
secara lengkap.
Langkah II: Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasikan
semua data dasar yang telah dikumpulkan sehingga ditemkan diagnosis
atau masalah.Diagnosis yang dirumuskan adalah diagnosis dalam
lingkup praktik kebidanan yang tergolong pada nomenklatur standar
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
72
diagnosis, sedangkan perihal yang berkaitan dengan pengalaman klien
ditemuka dari hasil pengkajian.
Langkah III: Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial
Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial
lain berdasarkan rangkaian diagnosis dan masalah yang sudah
terindentifikasi. Berdasarkan temuan tersebut, bidan dapat melkukan
antisipasi agar diagnosis atau masalah tersenut tidak terjadi.Selain itu,
bidan harus bersiap-siap apabila diagnosis atau masalah tersebut
benar-benar terjadi.
Langkah IV: Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan
Segera
Pada langkah ini, yang dilakukan bidan adalah mengidentifikasi perlunya
tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan
kondisi klien. Ada kemungkinan, data yang kita peroleh memerlukan
tindakan yang harus segera dilakukan oleh bidan, sementara kondisi
yang lain masih bisa menunggu beberapa waktu lagi.
Langkah V: Perencanaan Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh yang
ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan
yang menyeluruh tidak hanya meliputi hal yang sudah teridentifikasi dari
kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi dilihat juga
dari apayang akan diperkirakan terjadi selanjutnya, apakah dibutuhkan
konseling dan apakah perlu merujuk klien. Setiap asuhan yang
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
73
direncanakan harus disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bidan dan
pasien.
Langkah VI: Pelaksanaan
Pada
langkah
keenam
ini,
kegiatan
yang
dilakukanadalah
melaksanakan rencana asuhan yang sudah dibuat pada langkah ke-5
secara aman dan efisien. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh bidan atau
anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri,
bidan
tetap
memikul
tanggung
jawab
untuk
mengarahkan
pelaksanaannya. Dalam situasi ini, bidan harus berkolaborasi dengan
tim kesehatan lain atau dokter. Dengan demikian, bidan harus
bertanggung
jawab
atas
terlaksananya
rencana
asuhan
yang
menyeluruh yang telah dibuat bersama tersebut.
Langkah VII: Evaluasi
Pada langkah terakhir ini, yang dilakukan oleh bidan adalah:
a. Melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, yang
mencakup pemenuhan kebutuhan, untuk menilai apakah sudah
benar-benar terlaksana atau penuhi sesuai dengan kebutuhan yang
telah teridentifikasi dalam masalah dan diagnosis.
b. Mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif untuk
mengetahui mengapa proses manajemen ini tidak efektif.
2. Pendokumentasian asuhan kebidanan dengan cara SOAP
Menurut Mangkuji Betty (2012. h: 8) Dokumentasi SOAP (Subjektif,
Objektif, Assessment, Planning) yaitu:
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
74
a. Pembuatan grafik metode SOAP merupakan pengelolaan informasi
yang sistematis yang mengatur penemuan dan konklusi kita menjadi
suatu rencana asuhan.
b. Metode ini merupakan inti sari dari proses penatalaksanaan kebidanan
guna menyusun dokumentasi asuhan.
c. SOAP merupakan urutan langkah yang dapat membantu kita mengatur
pola pikir kita dan memberikan asuhan yang menyeluruh.
SOAP
Subjektif
a. Pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis
b. Berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien (ekspresi
mengenai kekhawatiran dan keluhannya)
c. Pada orang yang bisu, dibelakang data diberi tanda “O” atau “X”
Objektif
a. Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,
b. Hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostic lain
c. Informasi dari keluarga atau orang
Assessment
a. Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan data)
data subjektif dan objektif
b. Diagnosis atau masalah
c. Diagnosis atau masalah potensial
d. Antisipasi diagnosis atau maslah potensial atau tindakan segera
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
75
Planning
Pendokumentasian tindakan (I) dan evaluasi (E), meliputi: asuhan
mandiri, kolaborasi, tes diagnostic atau laboratorium, konseling, dan
tindak lanjut (follow up).
G. LANDASAN HUKUM KEWENANGAN BIDAN DAN KOMPETENSI BIDAN
Standar
profesi
bidan
diatur
dalam
KepMenKes
RI
nomor
369/MENKES/III/2007 yang berisi tentang stadar profesi ini terdiri dari
standar Kompetensi bidan di Indonesia, Standar pendidikan, Standar
pelayanan kebidanan dan kode etik profesi.Standar profesi ini wajib dipatuhi
dan dilaksanakan oleh setiap bidan dalam mengamalkan amanat profesi
kebidanan.
1. Landasan hukum kewenangan bidan
Berdasarkan PemenKes RI nomor 1464/MENKES/PER/XI/2010 tentang
penyelenggaraan praktik bidan pada pasal 9 dijelaskan bahwa bidan
dalam menjalankan praktiknya, berwenang untuk memberikan pelayanan
yang meliputi pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak dan
pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
Sedangkan pasal 10 menjelaskan bahwa dalam memberikan pelayanan
kesehatan ibu meliputi konseling pada masa pra kehamilan, kehamilan
normal, Persalinan normal , ibu nifas normal, ibu menyusui dan konseling
pada masa antara dua kehamilan. Dalam pasal 11 dijelaskan bahwa
dalam memberikan pelayanan kesehatan anak, bidan berwenang untuk
memberikan asuhan bayi baru lahir normal, dan dalam memberikan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
76
penyuluhan dan koseling tentang kesehatan reproduksi perempuan dan
KB tercantum pada pasal 12.
2. Wewenang
bidan
Berdasarkan
146/MENKES/PER/XI/2010
tentang
PemenKes
penyelenggaraan
RI
praktik
nomor
bidan
menyebutkan bahwa dalam pasal 14 bidan yang menjalankan praktik di
daerah yang tidak memiliki dokter, dapat melakukan pelayanan kesehatan
di luar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 (KepMenKes
RI,2010;h.5-7).
3. Lingkup Praktik Bidan
Dalam menjalankan praktiknya, bidan mempunyai ruang lingkup yang
meliputi :
a. Memberikan layanan kebidanan. Target sasaran dalam pemberian
layanan kebidanan adalah ibu dan anak. Layanan kebidanan bagi ibu
diberikan pada masa pranikah, prahamil, masa kehamilan, masa
persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara atau masa
interval. Layanan kebidanan pada anak diberikan pada bayi baru lahir
(BBL), bayi, balita, dan anak pra-sekolah.
b. Memberikan layanan keluarga berencana (KB). Dalam hal ini bidan
memberikan layanan kepada pasangan usia subur, yang meliputi:
1) Memberikan alat dan obat kontasepsi jenis oral
2) Memberikan suntikan
3) Memasang alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
4) Memasang alat kontrasepsi bawah kulit
5) Memberikan kondom
6) Memberikan konseling/penyuluhan kontrasepsi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
77
7) Melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim
8) Melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit
c. Memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Dalam hal ini
bidan melakukan hal yang mencakup:
1) Pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan
anak
2) Pemantauan tumbuh kembang anak
3) Pelaksanaan layanan kebidanan komunitas
4) Upaya deteksi dini, pemberian pertolongan pertama, perujukan, dan
penyuluhan tentang infeksi menular seksual (IMS), penyalahgunaan
narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA), serta
penyakit lainnya.
d. Memberikan pertolongan pada kasus kegawatdaruratan. Dalam hal ini,
bidan melakukan tindakan pertolongan penyelamatan jiwa bagi pasien.
4. Hak dan kewajiban bidan
Dalam memberikan asuhan kebidanan pada kliennya, bidan berhak :
a. Mendapatkan perlindungan hukum
b. Bekerja sesuai standar profesi
c. Menolak keinginan pasien dan keluarga yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan dan kode etik profesi
d. Memiliki privasi dan menuntut apabila nama baiknya dicemarkan
e. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan
jabatan
f. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri melalui
pendidikan atau pelatihan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
78
g. Mendapat kompetensi kesejahteraan yang sesuai.
Disamping beberapa hak bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan
kepada kliennya, ada pula kewajiban yang harus dilakukannya, antara
lain:
a. Mematuhi peraturan RS atau tempat bekerja
b. Memberikan pelayanan sesuai standar profesi
c. Merujuk pasien dengan penyulit ke tingkat yang lebih tinggi
d. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk didampingi suami atau
keluarga
e. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadah
sesuai keyakinannya
f. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien.
5. Standar Kompetensi Bidan
Standar kompetensi bidan diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor:369/MENKES/SK/III/2007
Kompetensi ke 1
Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan
keterampilan dan ilmu-ilmu social, kesehatan
masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari
asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan
budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan
keluarganya.
Kompetensi ke 2
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap
budaya dan pelayanan menyeluruh dimasyarakat
dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan
keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan
kesiapan menjadi orang tua.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
79
Kompetensi ke 3
Bidan member asuhan antenatal bermutu tinggi
untuk
mengoptimalkan
kesehatan
selama
kehamilan yang meliputi: deteksi dini, pengobatan
atau rujukan dari komplikasi tertentu.
Kompetensi ke 4
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
tanggap terhadap kebudayaan setempat selama
persalinan, memimpin selama persalinan yang
bersih
dan
aman,
menangani
situasi
kegawatdaruratan tertentu untk mengoptimalkan
kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir.
Kompetensi ke 5
Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan
menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap
terhadap budaya setempat.
Kompetensi ke 6
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai
dengan 1 bulan.
Kompetensi ke 7
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
komprehensif pada bayi dan balita sehat (1
bulan–5 bulan).
Kompetensi ke 8
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi
dan komprehensif pada keluarga, kelompok dan
masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
Kompetensi ke 9
Melaksanakan
asuhan kebidanan pada wanita
atau
dengan
ibu
gangguan
sistem
reproduksi(KEPMENKES RI,2010;h.5).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nurika Lulu Akfini, Kebidanan DIII UMP, 2016
Download