1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki jumlah penduduk yang besar. Berdasarkan data World Bank, pada tahun 2014 jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 254,4 juta jiwa. Jumlah penduduk yang tinggi ini dapat dilihat sebagai suatu potensi dan beban bagi pembangunan. Apabila di telaah, semua upaya pembangunan selalu diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk, mengurangi ketimpangan sosial dan ekonomi, menurunkan angka kemiskinan, dan menurunkan angka pengangguran di masyarakat. Sementara itu, dilihat dari sisi ekonomi, kesejahteraan penduduk ditentukan oleh kondisi distribusi sumber daya seperti modal, lahan, kesempatan kerja, dan yang tidak kalah pentingnya adalah kualitas sumber daya manusianya sendiri. Sumber daya manusia dapat dikatakan sebagai salah satu faktor kunci dalam reformasi ekonomi, dimana suatu negara harus mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global agar dapat menciptakan pembangunan yang berhasil. Sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilihat dari produktivitas ketika telah menjadi tenaga kerja. Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk 2 memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Banyaknya jumlah tenaga kerja yang bekerja merupakan salah satu tujuan utama dari tiap negara, karena dapat menekan angka jumlah pengangguran. Angka pengangguran yang cukup tinggi dapat mempengaruhi buruknya kondisi finansial di dalam suatu negara. Menurut Habib dan Sarwar (2013) jumlah tenaga kerja yang terserap memiliki hubungan negatif dengan kemiskinan sehingga berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, semakin banyak tenaga kerja yang terserap, maka pengangguran semakin sedikit dan kemiskinan dapat ditekan. Masalah pengangguran yang tinggi sering dialami oleh negara berkembang maupun negara maju, dan hingga kini terus dicari solusi-solusi kebijakan untuk mengatasinya secara tepat. Permasalahan ketenagakerjaan yang dialami Indonesia adalah adanya ketimpangan antara kesempatan kerja dengan angkatan kerja, dan tingkat pendidikan angkatan kerja yang masih relatif rendah (Damanhuri, 2006). Dari kedua permasalahan tersebut, penelitian memiliki kaitan dengan permasalahan ketimpangan jumlah angkatan kerja dengan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan kesempatan kerja yang sebanding akan memberikan beban perekonomian kepada Indonesia. Tidak tertampungnya angkatan kerja akan dapat menyebabkan pengangguran, padahal pemerintah berharap dengan semakin banyaknya angkatan kerja dapat mendorong pembangunan ekonomi Indonesia. 3 Sumber: BPS Gambar 1.1 merupakan grafik yang menggambarkan jumlah pencari kerja, lowongan kerja terdaftar, dan penempatan tenaga kerja di Indonesia dari tahun 2005 hingga 2014. Grafik di atas mengalami fluktuasi yang mencolok dimana pada tahun 2008 jumlah pencari kerja mencapai 2,97 juta jiwa, yang pada tahun sebelumnya hanya sebesar 375.162 jiwa. Puncak kenaikan pencari kerja terjadi pada tahun 2009 hingga mencapai 4,7 juta jiwa. Hal ini disebabkan oleh krisis global di Amerika yang kemudian berimbas pada beberapa negara di dunia. Contohnya Malaysia yang mengurangi tenaga kerja dari luar dan memulangkan sebagian TKI guna memprioritaskan tenaga kerja lokal. Pemerintah berusaha mengimbangi dampak krisis tersebut melalui berbagai macam kebijakan, sehingga lowongan kerja meningkat pada tahun 2009 mencapai 3,1 juta lowongan dengan jumlah tenaga kerja diterima hanya 1,9 juta. Meskipun setelah tahun 2010 sudah kembali stabil, selisih pencari 4 kerja dengan yang diterima kerja masih cukup besar karena memang kesempatan kerja belum mencukupi. Apabila hal ini terus berlanjut maka akan memperbesar angka pengangguran Indonesia, sehingga pada akhirnya akan menyebabkan buruknya kondisi perekonomian di Indonesia. Sumber: BPS Selanjutnya, Gambar 1.2 merupakan diagram yang menggambarkan penduduk angkatan kerja, orang bekerja, dan pengangguran di Indonesia. Apabila dicermati, tren orang yang bekerja meningkat dari tahun ke tahun, namun jumlah angkatan kerja yang ada juga meningkat, sehingga selisih jumlah orang yang bekerja dengan angkatan kerja menimbulkan pengangguran. Pengangguran terbesar terdapat pada tahun 2005 dengan jumlah 11,90 juta orang. Akan tetapi, bukan berarti pemerintah gagal, karena setelah melewati tahun 2005 tren dari pengangguran terus menurun hingga di tahun 2013 menjadi sebanyak 7,24 juta orang. Penurunan ini tidak lepas dari kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah dalam hal investasi. 5 Istilah investasi maupun penanaman modal merupakan istilah yang dikenal oleh masyarakat. Investasi digunakan sebagai istilah populer dalam dunia usaha, sedangkan penanaman modal digunakan dalam istilah perundang-undangan. Di kalangan masyarakat luas, investasi memiliki pengertian lebih luas karena mencakup investasi langsung (direct investment) dan investasi tak langsung (portofolio investment). Penanaman modal menurut Pasal 1 UU No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dapat diartikan sebagai segala bentuk kegiatan menanam modal baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Indonesia. Bila dilihat dari studi mengenai penanaman modal asing, sebagian besar menunjukkan bahwa motif suatu perusahaan menanamkan modalnya di suatu negara adalah mencari keuntungan. Keuntungan tersebut diperoleh dari berbagai bentuk, seperti upah buruh yang lebih murah, dekat dengan sumber bahan mentah, luasnya pasar yang baru, menjual teknologi (merek, paten, rahasia dagang, desain industri), menjual bahan baku untuk dijadikan bahan jadi, insentif untuk investor dan status khusus negara tertentu dalam perdagangan Internasional. Sementara bagi negara penerima modal, berharap ada partisipasi penanam modal atau investor dalam pembangunan nasionalnya. Modal asing yang masuk tentu tersebar ke berbagai penjuru wilayah yang ada, Tabel 1.1 merupakan data persebaran modal asing ke tiap wilayah Indonesia. Tabel tersebut mencakup tahun 2013 dan 2014 yang 6 bersumber dari data BKPM. Angka tersebut merupakan kalkulasi dari tiap-tiap daerah yang ada di wilayah tersebut. Di dalam tabel terdapat tanda P dan tanda I, dimana tanda P adalah banyaknya proyek, sedangkan tanda I merupakan nilai investasi-nya. Tabel 1.1 Perkembangan Realisasi Investasi PMA Berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal Menurut Lokasi ( USD juta) NO. 2013 P I II III IV V VI VII 2014 LOKASI / Location I P I SUMATERA / Sumatera 1.181 3.395,30 884 3.844,60 JAWA / Java 6.059 17.326,40 6.202 15.436,70 BALI & NUSA TENGGARA / Bali & Nusa Tenggara 932 888,9 806 993,4 KALIMANTAN / Kalimantan 849 2.773,40 571 4.673,60 SULAWESI / Sulawesi 343 1.498,20 282 2.055,70 94 321,2 56 111,8 154 2.414,20 84 1.414,00 9.621 28.617,50 8.885 28.529,70 MALUKU / Maluku PAPUA / Papua Jumlah / Total Sumber: BKPM (diolah) Pada tahun 2013, proyek dan investasi terbanyak berada di wilayah Jawa dengan total proyek sebanyak 6.059 dan nilai investasi sebesar USD 17,3 milyar. Menurut BKPM, daerah di Indonesia dengan proyek terbanyak adalah kota DKI Jakarta dengan 3.028 proyek, sedangkan nilai investasi terbesar berada di daerah Jawa Barat senilai USD 7,1 milyar. Di sisi lain, proyek dan investasi paling sedikit adalah Maluku yaitu sebesar USD 321,2 juta dengan 94 proyek. Selanjutnya, pada tahun 2014 data investasi asing yang masuk ke Indonesia tidak mengalami perubahan yang berarti dimana Wilayah Jawa tetap menjadi tujuan terbesar investasi dengan proyek yang meningkat menjadi 7 6.202, namun nilai investasi menurun menjadi USD 15,4 milyar. Menurut BKPM, daerah dengan proyek terbanyak tetap DKI Jakarta yang meningkat menjadi 3.053 proyek dan Jawa Barat tetap memiliki nilai investasi terbesar meskipun mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi USD 6,56 milyar, sedangkan nilai investasi dan proyek paling rendah tetap berada di Maluku dengan nilai investasi USD 111,8 juta dengan 56 proyek. Wilayah Jawa memiliki nilai investasi yang tinggi karena faktor pendukung untuk berinvestasi lebih memadai, seperti keamanan yang lebih terjamin dan perkembangan infrastrukturnya lebih cepat. Hal ini tentu berbeda dengan wilayah lain seperti Maluku yang infrastruktur dan jaminan keamanan investasi tidak sebaik di daerah Jawa, sehingga minat investor masih sedikit. Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulakn bahwa pesebaran investasi di Indonesia memang belum merata. Sesuai penjelasan yang telah dipaparkan, penelitian ini akan berfokus pada Penanaman Modal Asing langsung (Foreign Direct Investment) karena terdapat dua jenis investasi yang berbeda. Ketika perusahaan membangun atau membeli barang modal di negara lain disebut sebagai Penanaman Modal Asing langsung atau Foreign Direct Investment, sedangkan ketika investor membeli saham atau obligasi di negara lain disebut sebagai investasi portofolio. Penanaman Modal Asing langsung atau Foreign Direct Investment (FDI) dapat berperan dalam perkembangan ekonomi suatu negara. FDI sebagai elemen kunci globalisasi dan ekonomi dunia dapat menggerakkan 8 tenaga kerja, kemajuan teknologi, peningkatan produktivitas, dan terutama pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini telah ditandai sejak abad ke-19 dan ke-20 dimana terjadi asosiasi antara kemajuan ekonomi dengan kebebasan politik sehingga menjadi awal terjadinya globalisasi. Dalam kasus negara berkembang, FDI memiliki peranan yang vital dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Kondisi ini dapat dilihat dalam beberapa dekade terakhir dimana perdagangan bebas memicu pertumbuhan FDI dan memberikan dampak positif untuk pertumbuhan ekonomi negara berkembang. Oleh sebab itu, penanaman modal asing langsung ini sering dipercaya dapat menyelesaikan permasalahan ekonomi dan sosial. Sebagai contoh, biasanya FDI sering memberikan dampak positif yang kuat dalam pasar tenaga kerja dimana memberikan keuntungan pada penurunan angka pengangguran di negara bersangkutan. Berdasarkan hasil positif tersebut, proses dan keputusan politik sering mendukung rencana penanaman modal asing yang diberikan oleh para investor internasional sebagai salah satu cara mendukung kondisi finansial negara. Appleyard et al. (2008) berpendapat bahwa terdapat potensi keuntungan dari FDI yang diantaranya adalah dengan adanya aliran FDI yang masuk, maka diharapkan jumlah pengangguran di dalam negeri dapat terserap oleh lahan pekerjaan baru yang tercipta dari adanya FDI tersebut. Akan tetapi, mereka juga menjelaskan bahwa proses FDI tetap harus diawasi oleh pemerintah karena terdapat suatu risiko yang justru dapat meningkatkan angka pengangguran. Pendapat tersebut didasarkan pada kondisi negara berkembang 9 ketika suatu perusahaan asing yang masuk menggunakan teknik produksi bersifat capital-intensive, sehingga kurang sesuai apabila digunakan di negara berkembang, yang mayoritas memiliki jumlah tenaga kerja melimpah. Berbeda dengan penelitian Rizvi dan Nishat (2009) yang menemukan bahwa FDI tidak memberikan dampak terhadap penyerapan tenaga kerja. Dari tiga negara yang di teliti, yaitu Cina, India, dan Pakistan, hanya negara Cina yang menunjukkan FDI berdampak terhadap jumlah tenaga kerja yang terserap. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa FDI tidak dapat diharapkan untuk menciptakan lapangan pekerjaan di suatu negara, sehingga diperlukan ukuranukuran lain untuk merangsang terciptanya suatu lapangan pekerjaan. Sumber: World Bank (data diolah) Sesuai dengan Gambar 1.3, kondisi FDI di Indonesia dapat dikatakan meningkat. Sebelumnya Indonesia pernah memiliki kondisi perekonomian yang yang menjanjikan pada tahun 1981 hingga 1996, sebelum mengalami penurunan di tahun berikutnya. Pada masa itu, strategi Indonesia 10 adalah menarik investasi asing terutama yang bersifat langsung karena jenis investasi yang bersifat langsung dapat memberikan pengaruh besar dalam pertumbuhan ekonomi. Sesuai dengan grafik di atas, pertumbuhan FDI sempat mengalami penurunan mulai dari tahun 1998 hingga 2001 dan sempat kembali negatif pada tahun 2003. FDI Indonesia menjadi negatif dalam beberapa tahun sebagai akibat dari krisis moneter tahun 1998 yang menyebabkan para investor tidak ingin menanamkan modalnya di Indonesia. Puncak angka negatif terbesar mencapai USD 4,5 milyar pada tahun 2000. Kemudian setelah periode krisis moneter, FDI mengalami angka yang berfluktuasi hingga 2011, khususnya pada tahun 2008 sebagai akibat dari krisis global yang menyebabkan sentimen negatif para investor. Barulah mulai dari tahun 2012 hingga 2014 angkanya terus mengalami peningkatan hingga mencapai angka tertinggi pada tahun 2014 sebesar USD 26 milyar. Indonesia adalah negara berkembang yang sedang ingin membangun negaranya, sehingga demi tujuan tersebut mereka membuka diri terhadap bangsa lain untuk menunjang ekonomi nasionalnya. Walaupun pada kenyataan sesungguhnya investasi asing langsung masih cukup sulit karena timbulnya keengganan dari pemilik modal yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti jaminan keamanan, stabilitas politik, dan kepastian hukum. Modal asing langsung juga diharapkan nantinya dapat merangsang terciptanya lapangan pekerjaan dan menggairahkan kehidupan dunia usaha sehingga dapat mempercepat proses pembangunan ekonomi Indonesia. Oleh karena-nya, pencapaian pada tahun 2014 merupakan hasil dari komitmen pemerintah 11 untuk memperbaiki iklim investasi Indonesia dengan melakukan perbaikan pada 7 dari 10 kemudahan berinvestasi di Indonesia. Ketujuh kemudahan tersebut antara lain adalah kemudahan memulai usaha, kemudahan perizinan terkait mendirikan bangunan, pendaftaran properti, penyambungan listrik, pembayaran pajak, penegakan kontrak, dan penyelesaian perkara kepailitan. Selain itu pemerintah juga bekerja sama dengan kepolisian untuk menjamin keamanan investasi di Indonesia. Berdasarkan apa yang telah dijelaskan pada pembahasan di atas, terlihat bahwa Indonesia sedang mengalami perkembangan investasi yang cukup baik dari tahun ke tahun. Pengaruh dari Penanaman Modal Asing langsung nantinya akan dikaitkan dengan kondisi tenaga kerja di Indonesia, mengingat keduanya merupakan faktor elemen kunci untuk menciptakan keberhasilan pembangunan. Apabila Penanaman Modal Asing Langsung mendorong semakin banyak tenaga kerja yang terserap karena menciptakan kesempatan kerja, tentu pemerintah harus semakin berusaha meningkatkan daya tarik terhadap para investor agar mau menanamkan modalnya di Indonesia. Namun, apabila Penanaman Modal Asing langsung tidak memberikan dampak atau malah memberikan dampak yang negatif terhadap penyerapan tenaga kerja, maka diperlukan suatu kebijakan dengan menggunakan ukuran lain guna merangsang terciptanya kesempatan kerja. Selain Penanaman Modal Asing langsung, variabel seperti exchange rate dan suku bunga pinjaman akan diteliti apakah berdampak pada jumlah tenaga kerja di Indonesia. 12 1.2 Rumusan Masalah Penanaman Modal Asing langsung memiliki pengaruh yang luas terhadap perekonomian suatu negara terutama untuk negara yang sedang berkembang dan membutuhkan modal untuk pembangunan. Salah satu manfaat positif yang dimiliki oleh PMA langsung adalah dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru pada negara penerima modal, mengingat di Indonesia mengalami ketimpangan jumlah pencari kerja dengan kesempatan kerja, sehingga menyebabkan angka pengangguran yang cukup tinggi. Oleh sebab itu, penelitian ini berusaha menganalisis hubungan dan pengaruh antara Penanaman Modal Asing langsung beserta variabel bebas lainnya seperti exchange rate dan suku bunga pinjaman terhadap penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Dari rumusan masalah di atas, dapat diperoleh beberapa pertanyaan penelitian yang diantaranya adalah sebagai berikut: Apakah Penanaman Modal Asing langsung dan variabel bebas lain (exchange rate dan suku bunga pinjaman) memiliki hubungan jangka panjang dengan penyerapan tenaga kerja Indonesia? Bagaimana pengaruh antara Penanaman Modal Asing langsung dan variabel bebas lain (exchange rate dan suku bunga pinjaman) terhadap penyerapan tenaga kerja di Indonesia? 13 1.3 Tujuan Penelitian Mengetahui ada tidaknya hubungan jangka panjang antara Penanaman Modal Asing langsung dan variabel bebas lain (exchange rate dan suku bunga pinjaman) terhadap penyerapan tenaga kerja Indonesia. Menganalisis pengaruh antara Penanaman Modal Asing langsung dan variabel bebas lain (exchange rate dan suku bunga pinjaman) terhadap penyerapan tenaga kerja di Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Hasil analisis pada penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi instansi terkait dalam menentukan kebijakan lebih lanjut untuk penanganan masalah tenaga kerja di indonesia. 2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan atau bahan acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 3. Menambah wawasan keilmuan dalam bidang ekonomi terutama dalam bidang yang berkaitan dengan ketenagakerjaan. 1.5 Hipotesis Terdapat beberapa hipotesis yang berkaitan dengan penelitian ini, dan diantaranya adalah: 1. Penanaman Modal Asing langsung memiliki hubungan jangka panjang terhadap jumlah tenaga kerja di Indonesia. 2. Penanaman Modal Asing langsung memberikan pengaruh positif terhadap jumlah tenaga kerja di Indonesia. 14 1.6 Metodologi Penelitian 1.6.1 Model Penelitian Model yang digunakan untuk mengestimasi pengaruh Penanaman Modal Asing langsung terhadap penyerapan tenaga kerja di Indonesia dimodifikasi dari model Matthew Okora H. Dan Atan A. Johnson (2014) dalam mengestimasi pengaruh Foreign Direct Investment terhadap penciptaan lapangan kerja di Nigeria, dan model yang terbentuk dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: EMP = β0 + β1 FDI + β2 EXR + β3 INT + u ..................... (1.1) Model penelitian ini menganalisis hubungan dan pengaruh antara Penanaman Modal Asing langsung dan variabel lain yang berkaitan terhadap penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Variabel EMP atau tenaga kerja sebagai variabel dependen, sedangkan Penanaman Modal Asing langsung bersih / net FDI (FDI), nilai tukar (EXR), dan suku bunga pinjaman (INT) sebagai variabel independennya Keterangan: EMP = jumlah tenaga kerja terserap di Indonesia FDI = Penanaman Modal Asing langsung bersih atau Net Foreign Direct Investment EXR = rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar US INT = suku bunga pinjaman 15 1.6.2 Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data time series dari tahun 1986 hingga 2014 (29 tahun). Data tersebut merupakan data sekunder yang terdiri dari data jumlah tenaga kerja di Indonesia, data Penanaman Modal Asing langsung bersih atau Net Foreign Direct Investment Indonesia, data nilai tukar rupiah terhadap dolar US di Indonesia, dan suku bunga pinjaman Indonesia. Data Penanaman Modal Asing langsung atau FDI, nilai tukar, dan suku bunga pinjaman Indonesia diperoleh dari situs data World Bank. Sedangkan data tenaga kerja di peroleh dari situs data CEIC Macroeconomic Dashboard FEB UGM. 1.6.3 Alat Analisis Pengolahan data yang diterapkan dalam penelitian ini merupakan metode analisis kuantitatif, yaitu dengan metode ekonometri yang menggunakan data time series untuk menganalisis hubungan antara Penanaman Modal Asing langsung dan variabel-variabel pendukung lain terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja di Indonesia dengan menggunakan alat bantu eviews versi 6.0. Unit Root Test Dickey dan Fuller (1981) mengembangkan suatu pendekatan untuk menguji keberadaan unit root dalam time series. Tujuan dari penerapan uji Augmented Dickey-Fuller unit root test (ADF) ini untuk membuktikan 16 series individual yang masuk kedalam model regresi bersifat stasioner atau tidak, dan untuk menunjukkan derajat integrasinya. Cointegration Test Langkah berikutnya setelah mengetahui derajat integrasinya berdasarkan unit root test adalah melakukan uji kointegrasi. Pengujian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan jangka panjang dari keempat variabel yang diteliti. Alat analisis yang dipilih pada pengujian ini adalah Johansen Cointegration Test. Menurut Gujarati (1995), jika dua variabel memiliki kointegrasi, maka regresi yang dihasilkan tidak akan spurious dan hasil dari uji t dan uji F akan valid. Ordinary Least Square (OLS) Metode Ordinary Least Square (OLS) akan digunakan sebagai pengujian untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap dependennya. OLS merupakan metode yang sederhana dan cocok untuk pengujian garis lurus sampel observasi XY. Tujuan utama pengujian ini adalah mencari tahu mengenai peranan FDI terhadap tenaga kerja di Indonesia. Variabel yang lain merupakan variabel yang diduga dapat mempengaruhi tenaga kerja Indonesia dan digunakan untuk melengkapi dan membandingan dampaknya. Uji Asumsi Klasik Dalam penggunaan regresi OLS, harus dilandasi oleh asumsiasumsi tertentu agar tidak bias atau menghasilkan regresi yang kurang tepat. Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah hasil regresi OLS 17 memenuhi syarat BLUE (Best, Linear, Unbiased, Estimator). Uji asumsi klasik pada penelitian terdiri dari uji multikolineritas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi, dan uji normalitas. 1.7 Sistematika Penulisan Penulisan pada penelitian ini akan mengikuti format sebagai berikut: BAB I Pendahuluan. Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan laporan penelitian. BAB II Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka. Bab ini menguraikan berbagai teori yang menjadi dasar penelitian, teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, dan penjelasan tentang penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini. BAB III Metodologi Penelitian. Bab ini akan menjelaskan secara lebih rinci mengenai metodologi, deskripsi data yang digunakan, dan alat analisis yang digunakan dalam penelitian. BAB IV Hasil dan Pembahasan Pada bab ini akan menjelaskan analisis hasil penelitian secara rinci dan mendalam. 18 BAB V Penutup. Bab ini akan menyimpulkan hasil dari penelitian guna menjawab hipotesis yang telah diajukan sebelumnya, beserta dengan saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian. Daftar Pustaka Lampiran