bab i pendahuluan

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang
memiliki jumlah penduduk yang besar. Berdasarkan data World Bank, pada
tahun 2014 jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 254,4 juta jiwa.
Jumlah penduduk yang tinggi ini dapat dilihat sebagai suatu potensi dan beban
bagi pembangunan. Apabila di telaah, semua upaya pembangunan selalu
diarahkan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan
penduduk,
mengurangi
ketimpangan sosial dan ekonomi, menurunkan angka kemiskinan, dan
menurunkan angka pengangguran di masyarakat. Sementara itu, dilihat dari
sisi ekonomi, kesejahteraan penduduk ditentukan oleh kondisi distribusi
sumber daya seperti modal, lahan, kesempatan kerja, dan yang tidak kalah
pentingnya adalah kualitas sumber daya manusianya sendiri. Sumber daya
manusia dapat dikatakan sebagai salah satu faktor kunci dalam reformasi
ekonomi, dimana suatu negara harus mampu menciptakan sumber daya
manusia yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing
tinggi dalam persaingan global agar dapat menciptakan pembangunan yang
berhasil.
Sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilihat dari
produktivitas ketika telah menjadi tenaga kerja. Menurut UU No. 13 tahun
2003 Bab I pasal 1 ayat 2, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk
2
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Banyaknya jumlah
tenaga kerja yang bekerja merupakan salah satu tujuan utama dari tiap negara,
karena dapat menekan angka jumlah pengangguran.
Angka pengangguran yang cukup tinggi dapat mempengaruhi
buruknya kondisi finansial di dalam suatu negara. Menurut Habib dan Sarwar
(2013) jumlah tenaga kerja yang terserap memiliki hubungan negatif dengan
kemiskinan sehingga berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Dengan
demikian, semakin banyak tenaga kerja yang terserap, maka pengangguran
semakin sedikit dan kemiskinan dapat ditekan. Masalah pengangguran yang
tinggi sering dialami oleh negara berkembang maupun negara maju, dan
hingga kini terus dicari solusi-solusi kebijakan untuk mengatasinya secara
tepat.
Permasalahan ketenagakerjaan yang dialami Indonesia adalah
adanya ketimpangan antara kesempatan kerja dengan angkatan kerja, dan
tingkat pendidikan angkatan kerja yang masih relatif rendah (Damanhuri,
2006). Dari kedua permasalahan tersebut, penelitian memiliki kaitan dengan
permasalahan ketimpangan jumlah angkatan kerja dengan kesempatan kerja.
Meningkatnya jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan
kesempatan kerja yang sebanding akan memberikan beban perekonomian
kepada Indonesia. Tidak tertampungnya angkatan kerja akan dapat
menyebabkan pengangguran, padahal pemerintah berharap dengan semakin
banyaknya angkatan kerja dapat mendorong pembangunan ekonomi
Indonesia.
3
Sumber: BPS
Gambar 1.1 merupakan grafik yang menggambarkan jumlah
pencari kerja, lowongan kerja terdaftar, dan penempatan tenaga kerja di
Indonesia dari tahun 2005 hingga 2014. Grafik di atas mengalami fluktuasi
yang mencolok dimana pada tahun 2008 jumlah pencari kerja mencapai 2,97
juta jiwa, yang pada tahun sebelumnya hanya sebesar 375.162 jiwa. Puncak
kenaikan pencari kerja terjadi pada tahun 2009 hingga mencapai 4,7 juta jiwa.
Hal ini disebabkan oleh krisis global di Amerika yang kemudian berimbas
pada beberapa negara di dunia. Contohnya Malaysia yang mengurangi tenaga
kerja dari luar dan memulangkan sebagian TKI guna memprioritaskan tenaga
kerja lokal. Pemerintah berusaha mengimbangi dampak krisis tersebut melalui
berbagai macam kebijakan, sehingga lowongan kerja meningkat pada tahun
2009 mencapai 3,1 juta lowongan dengan jumlah tenaga kerja diterima hanya
1,9 juta. Meskipun setelah tahun 2010 sudah kembali stabil, selisih pencari
4
kerja dengan yang diterima kerja masih cukup besar karena memang
kesempatan kerja belum mencukupi. Apabila hal ini terus berlanjut maka akan
memperbesar angka pengangguran Indonesia, sehingga pada akhirnya akan
menyebabkan buruknya kondisi perekonomian di Indonesia.
Sumber: BPS
Selanjutnya,
Gambar
1.2
merupakan
diagram
yang
menggambarkan penduduk angkatan kerja, orang bekerja, dan pengangguran
di Indonesia. Apabila dicermati, tren orang yang bekerja meningkat dari tahun
ke tahun, namun jumlah angkatan kerja yang ada juga meningkat, sehingga
selisih jumlah orang yang bekerja dengan angkatan kerja menimbulkan
pengangguran. Pengangguran terbesar terdapat pada tahun 2005 dengan
jumlah 11,90 juta orang. Akan tetapi, bukan berarti pemerintah gagal, karena
setelah melewati tahun 2005 tren dari pengangguran terus menurun hingga di
tahun 2013 menjadi sebanyak 7,24 juta orang. Penurunan ini tidak lepas dari
kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah dalam hal investasi.
5
Istilah investasi maupun penanaman modal merupakan istilah yang
dikenal oleh masyarakat. Investasi digunakan sebagai istilah populer dalam
dunia usaha, sedangkan penanaman modal digunakan dalam istilah
perundang-undangan. Di kalangan masyarakat luas, investasi memiliki
pengertian lebih luas karena mencakup investasi langsung (direct investment)
dan investasi tak langsung (portofolio investment). Penanaman modal menurut
Pasal 1 UU No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dapat diartikan
sebagai segala bentuk kegiatan menanam modal baik oleh penanam modal
dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di
wilayah Indonesia.
Bila dilihat dari studi mengenai penanaman modal asing, sebagian
besar menunjukkan bahwa motif suatu perusahaan menanamkan modalnya di
suatu negara adalah mencari keuntungan. Keuntungan tersebut diperoleh dari
berbagai bentuk, seperti upah buruh yang lebih murah, dekat dengan sumber
bahan mentah, luasnya pasar yang baru, menjual teknologi (merek, paten,
rahasia dagang, desain industri), menjual bahan baku untuk dijadikan bahan
jadi, insentif untuk investor dan status khusus negara tertentu dalam
perdagangan Internasional. Sementara bagi negara penerima modal, berharap
ada partisipasi
penanam
modal atau
investor dalam pembangunan
nasionalnya.
Modal asing yang masuk tentu tersebar ke berbagai penjuru
wilayah yang ada, Tabel 1.1 merupakan data persebaran modal asing ke tiap
wilayah Indonesia. Tabel tersebut mencakup tahun 2013 dan 2014 yang
6
bersumber dari data BKPM. Angka tersebut merupakan kalkulasi dari tiap-tiap
daerah yang ada di wilayah tersebut. Di dalam tabel terdapat tanda P dan tanda
I, dimana tanda P adalah banyaknya proyek, sedangkan tanda I merupakan
nilai investasi-nya.
Tabel 1.1 Perkembangan Realisasi Investasi PMA Berdasarkan Laporan
Kegiatan Penanaman Modal Menurut Lokasi ( USD juta)
NO.
2013
P
I
II
III
IV
V
VI
VII
2014
LOKASI / Location
I
P
I
SUMATERA / Sumatera
1.181
3.395,30
884
3.844,60
JAWA / Java
6.059
17.326,40
6.202
15.436,70
BALI & NUSA TENGGARA / Bali & Nusa
Tenggara
932
888,9
806
993,4
KALIMANTAN / Kalimantan
849
2.773,40
571
4.673,60
SULAWESI / Sulawesi
343
1.498,20
282
2.055,70
94
321,2
56
111,8
154
2.414,20
84
1.414,00
9.621
28.617,50
8.885
28.529,70
MALUKU / Maluku
PAPUA / Papua
Jumlah / Total
Sumber: BKPM (diolah)
Pada tahun 2013, proyek dan investasi terbanyak berada di wilayah
Jawa dengan total proyek sebanyak 6.059 dan nilai investasi sebesar USD
17,3 milyar. Menurut BKPM, daerah di Indonesia dengan proyek terbanyak
adalah kota DKI Jakarta dengan 3.028 proyek, sedangkan nilai investasi
terbesar berada di daerah Jawa Barat senilai USD 7,1 milyar. Di sisi lain,
proyek dan investasi paling sedikit adalah Maluku yaitu sebesar USD 321,2
juta dengan 94 proyek.
Selanjutnya, pada tahun 2014 data investasi asing yang masuk ke
Indonesia tidak mengalami perubahan yang berarti dimana Wilayah Jawa tetap
menjadi tujuan terbesar investasi dengan proyek yang meningkat menjadi
7
6.202, namun nilai investasi menurun menjadi USD 15,4 milyar. Menurut
BKPM, daerah dengan proyek terbanyak tetap DKI Jakarta yang meningkat
menjadi 3.053 proyek dan Jawa Barat tetap memiliki nilai investasi terbesar
meskipun mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi USD 6,56
milyar, sedangkan nilai investasi dan proyek paling rendah tetap berada di
Maluku dengan nilai investasi USD 111,8 juta dengan 56 proyek.
Wilayah Jawa memiliki nilai investasi yang tinggi karena faktor
pendukung untuk berinvestasi lebih memadai, seperti keamanan yang lebih
terjamin dan perkembangan infrastrukturnya lebih cepat. Hal ini tentu berbeda
dengan wilayah lain seperti Maluku yang infrastruktur dan jaminan keamanan
investasi tidak sebaik di daerah Jawa, sehingga minat investor masih sedikit.
Sehingga dari tabel di atas dapat disimpulakn bahwa pesebaran investasi di
Indonesia memang belum merata.
Sesuai penjelasan yang telah dipaparkan, penelitian ini akan
berfokus pada Penanaman Modal Asing langsung (Foreign Direct Investment)
karena terdapat dua jenis investasi yang berbeda. Ketika perusahaan
membangun atau membeli barang modal di negara lain disebut sebagai
Penanaman Modal Asing langsung atau Foreign Direct Investment, sedangkan
ketika investor membeli saham atau obligasi di negara lain disebut sebagai
investasi portofolio.
Penanaman Modal Asing langsung atau Foreign Direct Investment
(FDI) dapat berperan dalam perkembangan ekonomi suatu negara. FDI
sebagai elemen kunci globalisasi dan ekonomi dunia dapat menggerakkan
8
tenaga kerja, kemajuan teknologi, peningkatan produktivitas, dan terutama
pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini telah ditandai sejak abad ke-19 dan ke-20
dimana terjadi asosiasi antara kemajuan ekonomi dengan kebebasan politik
sehingga menjadi awal terjadinya globalisasi. Dalam kasus negara
berkembang, FDI memiliki peranan yang vital dalam perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Kondisi ini dapat dilihat dalam
beberapa dekade terakhir dimana perdagangan bebas memicu pertumbuhan
FDI dan memberikan dampak positif untuk pertumbuhan ekonomi negara
berkembang. Oleh sebab itu, penanaman modal asing langsung ini sering
dipercaya dapat menyelesaikan permasalahan ekonomi dan sosial. Sebagai
contoh, biasanya FDI sering memberikan dampak positif yang kuat dalam
pasar tenaga kerja dimana memberikan keuntungan pada penurunan angka
pengangguran di negara bersangkutan. Berdasarkan hasil positif tersebut,
proses dan keputusan politik sering mendukung rencana penanaman modal
asing yang diberikan oleh para investor internasional sebagai salah satu cara
mendukung kondisi finansial negara.
Appleyard et al. (2008) berpendapat bahwa terdapat potensi
keuntungan dari FDI yang diantaranya adalah dengan adanya aliran FDI yang
masuk, maka diharapkan jumlah pengangguran di dalam negeri dapat terserap
oleh lahan pekerjaan baru yang tercipta dari adanya FDI tersebut. Akan tetapi,
mereka juga menjelaskan bahwa proses FDI tetap harus diawasi oleh
pemerintah karena terdapat suatu risiko yang justru dapat meningkatkan angka
pengangguran. Pendapat tersebut didasarkan pada kondisi negara berkembang
9
ketika suatu perusahaan asing yang masuk menggunakan teknik produksi
bersifat capital-intensive, sehingga kurang sesuai apabila digunakan di negara
berkembang, yang mayoritas memiliki jumlah tenaga kerja melimpah.
Berbeda dengan penelitian Rizvi dan Nishat (2009) yang menemukan bahwa
FDI tidak memberikan dampak terhadap penyerapan tenaga kerja. Dari tiga
negara yang di teliti, yaitu Cina, India, dan Pakistan, hanya negara Cina yang
menunjukkan FDI berdampak terhadap jumlah tenaga kerja yang terserap.
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa FDI tidak dapat diharapkan untuk
menciptakan lapangan pekerjaan di suatu negara, sehingga diperlukan ukuranukuran lain untuk merangsang terciptanya suatu lapangan pekerjaan.
Sumber: World Bank (data diolah)
Sesuai dengan Gambar 1.3, kondisi FDI di Indonesia dapat
dikatakan meningkat. Sebelumnya Indonesia pernah memiliki kondisi
perekonomian yang yang menjanjikan pada tahun 1981 hingga 1996, sebelum
mengalami penurunan di tahun berikutnya. Pada masa itu, strategi Indonesia
10
adalah menarik investasi asing terutama yang bersifat langsung karena jenis
investasi yang bersifat langsung dapat memberikan pengaruh besar dalam
pertumbuhan ekonomi. Sesuai dengan grafik di atas, pertumbuhan FDI sempat
mengalami penurunan mulai dari tahun 1998 hingga 2001 dan sempat kembali
negatif pada tahun 2003. FDI Indonesia menjadi negatif dalam beberapa tahun
sebagai akibat dari krisis moneter tahun 1998 yang menyebabkan para
investor tidak ingin menanamkan modalnya di Indonesia. Puncak angka
negatif terbesar mencapai USD 4,5 milyar pada tahun 2000. Kemudian setelah
periode krisis moneter, FDI mengalami angka yang berfluktuasi hingga 2011,
khususnya pada tahun 2008 sebagai akibat dari krisis global yang
menyebabkan sentimen negatif para investor. Barulah mulai dari tahun 2012
hingga 2014 angkanya terus mengalami peningkatan hingga mencapai angka
tertinggi pada tahun 2014 sebesar USD 26 milyar.
Indonesia
adalah
negara
berkembang
yang
sedang
ingin
membangun negaranya, sehingga demi tujuan tersebut mereka membuka diri
terhadap bangsa lain untuk menunjang ekonomi nasionalnya. Walaupun pada
kenyataan sesungguhnya investasi asing langsung masih cukup sulit karena
timbulnya keengganan dari pemilik modal yang disebabkan oleh beberapa
faktor seperti jaminan keamanan, stabilitas politik, dan kepastian hukum.
Modal asing langsung juga diharapkan nantinya dapat merangsang terciptanya
lapangan pekerjaan dan menggairahkan kehidupan dunia usaha sehingga dapat
mempercepat proses pembangunan ekonomi Indonesia. Oleh karena-nya,
pencapaian pada tahun 2014 merupakan hasil dari komitmen pemerintah
11
untuk memperbaiki iklim investasi Indonesia dengan melakukan perbaikan
pada 7 dari 10 kemudahan berinvestasi di Indonesia. Ketujuh kemudahan
tersebut antara lain adalah kemudahan memulai usaha, kemudahan perizinan
terkait mendirikan bangunan, pendaftaran properti, penyambungan listrik,
pembayaran pajak, penegakan kontrak, dan penyelesaian perkara kepailitan.
Selain itu pemerintah juga bekerja sama dengan kepolisian untuk menjamin
keamanan investasi di Indonesia.
Berdasarkan apa yang telah dijelaskan pada pembahasan di atas,
terlihat bahwa Indonesia sedang mengalami perkembangan investasi yang
cukup baik dari tahun ke tahun. Pengaruh dari Penanaman Modal Asing
langsung nantinya akan dikaitkan dengan kondisi tenaga kerja di Indonesia,
mengingat keduanya merupakan faktor elemen kunci untuk menciptakan
keberhasilan pembangunan. Apabila Penanaman Modal Asing Langsung
mendorong semakin banyak tenaga kerja yang terserap karena menciptakan
kesempatan kerja, tentu pemerintah harus semakin berusaha meningkatkan
daya tarik terhadap para investor agar mau menanamkan modalnya di
Indonesia. Namun, apabila Penanaman Modal Asing langsung tidak
memberikan dampak atau malah memberikan dampak yang negatif terhadap
penyerapan tenaga kerja, maka diperlukan suatu kebijakan dengan
menggunakan ukuran lain guna merangsang terciptanya kesempatan kerja.
Selain Penanaman Modal Asing langsung, variabel seperti exchange rate dan
suku bunga pinjaman akan diteliti apakah berdampak pada jumlah tenaga
kerja di Indonesia.
12
1.2 Rumusan Masalah
Penanaman Modal Asing langsung memiliki pengaruh yang luas
terhadap perekonomian suatu negara terutama untuk negara yang sedang
berkembang dan membutuhkan modal untuk pembangunan. Salah satu
manfaat positif yang dimiliki oleh PMA langsung adalah dapat menciptakan
lapangan pekerjaan baru pada negara penerima modal, mengingat di Indonesia
mengalami ketimpangan jumlah pencari kerja dengan kesempatan kerja,
sehingga menyebabkan angka pengangguran yang cukup tinggi. Oleh sebab
itu, penelitian ini berusaha menganalisis hubungan dan pengaruh antara
Penanaman Modal Asing langsung beserta variabel bebas lainnya seperti
exchange rate dan suku bunga pinjaman terhadap penyerapan tenaga kerja di
Indonesia.
Dari rumusan masalah di atas, dapat diperoleh beberapa pertanyaan
penelitian yang diantaranya adalah sebagai berikut:
 Apakah Penanaman Modal Asing langsung dan variabel bebas lain
(exchange rate dan suku bunga pinjaman) memiliki hubungan jangka
panjang dengan penyerapan tenaga kerja Indonesia?
 Bagaimana pengaruh antara Penanaman Modal Asing langsung dan
variabel bebas lain (exchange rate dan suku bunga pinjaman) terhadap
penyerapan tenaga kerja di Indonesia?
13
1.3 Tujuan Penelitian
 Mengetahui ada tidaknya hubungan jangka panjang antara Penanaman
Modal Asing langsung dan variabel bebas lain (exchange rate dan suku
bunga pinjaman) terhadap penyerapan tenaga kerja Indonesia.
 Menganalisis pengaruh antara Penanaman Modal Asing langsung dan
variabel bebas lain (exchange rate dan suku bunga pinjaman) terhadap
penyerapan tenaga kerja di Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Hasil analisis pada penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi instansi terkait dalam menentukan kebijakan lebih
lanjut untuk penanganan masalah tenaga kerja di indonesia.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan atau bahan acuan
bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
3. Menambah wawasan keilmuan dalam bidang ekonomi terutama dalam
bidang yang berkaitan dengan ketenagakerjaan.
1.5 Hipotesis
Terdapat beberapa hipotesis yang berkaitan dengan penelitian ini,
dan diantaranya adalah:
1. Penanaman Modal Asing langsung memiliki hubungan jangka panjang
terhadap jumlah tenaga kerja di Indonesia.
2. Penanaman Modal Asing langsung memberikan pengaruh positif
terhadap jumlah tenaga kerja di Indonesia.
14
1.6 Metodologi Penelitian
1.6.1
Model Penelitian
Model yang digunakan untuk mengestimasi pengaruh Penanaman
Modal Asing langsung terhadap penyerapan tenaga kerja di Indonesia
dimodifikasi dari model Matthew Okora H. Dan Atan A. Johnson (2014)
dalam mengestimasi pengaruh Foreign Direct Investment terhadap
penciptaan lapangan kerja di Nigeria, dan model yang terbentuk dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
EMP = β0 + β1 FDI + β2 EXR + β3 INT + u ..................... (1.1)
Model penelitian ini menganalisis hubungan dan pengaruh antara
Penanaman Modal Asing langsung dan variabel lain yang berkaitan
terhadap penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Variabel EMP atau tenaga
kerja sebagai variabel dependen, sedangkan Penanaman Modal Asing
langsung bersih / net FDI (FDI), nilai tukar (EXR), dan suku bunga
pinjaman (INT) sebagai variabel independennya
Keterangan:
EMP = jumlah tenaga kerja terserap di Indonesia
FDI = Penanaman Modal Asing langsung bersih atau Net Foreign Direct
Investment
EXR = rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar US
INT = suku bunga pinjaman
15
1.6.2 Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data time
series dari tahun 1986 hingga 2014 (29 tahun). Data tersebut merupakan
data sekunder yang terdiri dari data jumlah tenaga kerja di Indonesia, data
Penanaman Modal Asing langsung bersih atau Net Foreign Direct
Investment Indonesia, data nilai tukar rupiah terhadap dolar US di
Indonesia, dan suku bunga pinjaman Indonesia.
Data Penanaman Modal Asing langsung atau FDI, nilai tukar, dan
suku bunga pinjaman Indonesia diperoleh dari situs data World Bank.
Sedangkan data tenaga kerja di peroleh dari situs data CEIC
Macroeconomic Dashboard FEB UGM.
1.6.3 Alat Analisis
Pengolahan data yang diterapkan dalam penelitian ini merupakan
metode analisis kuantitatif, yaitu dengan metode ekonometri yang
menggunakan data time series untuk menganalisis hubungan antara
Penanaman Modal Asing langsung dan variabel-variabel pendukung lain
terhadap
tingkat
penyerapan
tenaga
kerja
di
Indonesia
dengan
menggunakan alat bantu eviews versi 6.0.
Unit Root Test
Dickey dan Fuller (1981) mengembangkan suatu pendekatan untuk
menguji keberadaan unit root dalam time series. Tujuan dari penerapan uji
Augmented Dickey-Fuller unit root test (ADF) ini untuk membuktikan
16
series individual yang masuk kedalam model regresi bersifat stasioner atau
tidak, dan untuk menunjukkan derajat integrasinya.
Cointegration Test
Langkah berikutnya setelah mengetahui derajat integrasinya
berdasarkan unit root test adalah melakukan uji kointegrasi. Pengujian ini
dilakukan untuk menganalisis hubungan jangka panjang dari keempat
variabel yang diteliti. Alat analisis yang dipilih pada pengujian ini adalah
Johansen Cointegration Test. Menurut Gujarati (1995), jika dua variabel
memiliki kointegrasi, maka regresi yang dihasilkan tidak akan spurious
dan hasil dari uji t dan uji F akan valid.
Ordinary Least Square (OLS)
Metode Ordinary Least Square (OLS) akan digunakan sebagai
pengujian untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap
dependennya. OLS merupakan metode yang sederhana dan cocok untuk
pengujian garis lurus sampel observasi XY. Tujuan utama pengujian ini
adalah mencari tahu mengenai peranan FDI terhadap tenaga kerja di
Indonesia. Variabel yang lain merupakan variabel yang diduga dapat
mempengaruhi tenaga kerja Indonesia dan digunakan untuk melengkapi
dan membandingan dampaknya.
Uji Asumsi Klasik
Dalam penggunaan regresi OLS, harus dilandasi oleh asumsiasumsi tertentu agar tidak bias atau menghasilkan regresi yang kurang
tepat. Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah hasil regresi OLS
17
memenuhi syarat BLUE (Best, Linear, Unbiased, Estimator). Uji asumsi
klasik
pada
penelitian
terdiri
dari
uji
multikolineritas,
uji
heteroskedastisitas, uji autokorelasi, dan uji normalitas.
1.7 Sistematika Penulisan
Penulisan pada penelitian ini akan mengikuti format sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan.
Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis penelitian,
metodologi penelitian, dan sistematika penulisan laporan penelitian.
BAB II Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka.
Bab ini menguraikan berbagai teori yang menjadi dasar penelitian,
teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, dan penjelasan tentang
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini.
BAB III Metodologi Penelitian.
Bab ini akan menjelaskan secara lebih rinci mengenai metodologi,
deskripsi data yang digunakan, dan alat analisis yang digunakan dalam
penelitian.
BAB IV Hasil dan Pembahasan
Pada bab ini akan menjelaskan analisis hasil penelitian secara rinci
dan mendalam.
18
BAB V Penutup.
Bab ini akan menyimpulkan hasil dari penelitian guna menjawab hipotesis
yang telah diajukan sebelumnya, beserta dengan saran yang diajukan
berdasarkan hasil penelitian.
Daftar Pustaka
Lampiran
Download