δ E L T ∆ ( J I P M ) | 109 Pengaruh Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematika terhadap Hasil Belajar Siswa dengan Pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) Oleh : Noviana Kusumawati Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pekalongan Abstract The objectives of this research are to investigate: whether the communication and problem solving skills have a positive influence on student learning outcomes, especially in solving math problems and if there is how much of influence. The variables of this research are communication skills (X1), problem solving skills (X2) and student learning outcomes (Y). The research process was conducted in 3 stages, first to investigate the influence of communication and problem solving skills againts on student learning outcomes, both to investigate the influence of communication skills on learning outcomes and three to investigate the influence of problem-solving skills of students’ learning outcomes. The results of this research are as follows: from the calculation of data obtained regression equations are , dual correlation coefficients X1 and X2 of Y is 0,567 with a coefficient of determination 0,322. Parsil correlation coefficient between Y and X1 with regard X2 to the rates fixed are 0,324 with a coefficient of determination 0,104 and parsil correlation coefficient between Y and X1 with regard X2 to the rates fixed are 0,166 with a coefficient of determination 0,028. Conclusions is that there are influence of communication and problem solving skills simultaneously against student learning outcomes is equal to 32.2%, while the influence of the communication skills of student learning outcomes are 10,4% and the influence of problem-solving skiils of the student learning outcomes at 2,8%. Therefore, in learning mathematics material fractions, teachers are advised to use RME learning to improve students’ activeness in solving math problems so can improve communication and problem-solving skills, which in turn can improve student learning outcomes. Key words: Communication and Problem Solving Skills, RME Learning, Learning Outcomes, Fraction. Berhitung, PENDAHULUAN atau tepatnya aritmetika Selama ini masih banyak orang yang dengan keempat operasi dasarnya (yakni menganggap bahwa matematika tidaklah penjumlahan, pengurangan, perkalian dan lebih dari sekadar berhitung dan bermain pembagian), memang lazim diajarkan dengan kepada siswa di sekolah dasar sebelum rumus dan angka-angka. δ E L T ∆ ( J I P M ) | 110 mereka mempelajari matematika lebih matematika tidak disukai para siswa jauh di sekolah menengah dan perguruan sehingga tinggi kelak. Namun, sebagaimana halnya matematika. Menurut Yansen Marpaung musik (anggota bukan sekadar bernyanyi, mereka tim malas Pendidikan belajar Matematika matematika bukan sekadar berhitung atau Realistik Indonesia atau PMRI), sekolah berkutat dengan rumus-rumus dan angka- masih menerapkan metode dan strategi angka. Matematika kemampuan berfikir menuntut pula pengajaran matematika yang tradisional. eksploratif dan Siswa lebih banyak pasif dan tidak pernah kreatif. belajar menyelesaikan soal terbuka Pada dasarnya, matematika adalah sehingga mereka hanya bisa mengungkap pemecahan masalah (problem solving). apa yang mereka terima dari guru. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran Kelemahan pembelajaran matematika di matematika hendaknya dimulai dengan sekolah terlihat dari banyaknya siswa yang pengenalan masalah yang sesuai dengan kesulitan mengerjakan soal berbentuk situasi di sekitar kita (contextual problem). cerita. Mereka tidak dapat menerjemahkan Dengan mengajukan masalah kontekstual, soal cerita ke dalam bentuk model siswa secara bertahap dibimbing untuk matematika dan menggunakan rumus yang menguasai tentu selama ini telah dipelajari. Siswa dituntut dan mengaitkan beberapa hal yang membuat pengalaman yang mungkin dimiliki oleh logika berjalan ketika mengerjakan soal siswa. cerita. dengan konsep matematika, memperhatikan Adanya mengakibatkan usia Tidak jarang tuntutan kurikulum menganggap bahwa pelajaran matematika matematika sebagai dari mata mereka pelajaran momok yang masih terfokus pada teori sehingga siswa menakutkan, sehingga perlu adanya suatu menjadi kurang kreatif, terlalu formal dan pembelajaran masih terpaku dengan rumusan baku. merangsang siswa agar dapat termotivasi Berdasarkan hasil observasi di SMP N 15 dan lebih kreatif dalam belajar matematika Semarang khususnya pada kelas VII, seperti diperoleh Mathematic kesimpulan bahwa siswa yang halnya relevan untuk pembelajaran Realistic Education (RME). Pada cenderung kesulitan dalam mengerjakan pembelajaran ini, siswa dituntut agar lebih soal terbuka berbentuk cerita. Mereka juga aktif dan kreatif dalam menyelesaikan soal tidak matematika terutama soal yang berbentuk terbiasa mempresentasikan penyelesaian soal matematika di depan kelas. Hal tersebut mengakibatkan cerita. δ E L T ∆ ( J I P M ) | 111 Salah satu kemampuan yang hanya mendengarkan dan mencatat seperti dibutuhkan untuk menyelesaikan soal yang lazim terdapat di sekolah-sekolah berbentuk cerita adalah komunikasi dan saat ini, namun aktivitas yang dapat pemecahan masalah, karena untuk dapat menghasilkan menyelesaikan soal cerita tersebut siswa tingkah harus mampu mengkomunikasikan dan pembelajaran. Aktivitas belajar mencakup mengubah aktivitas yang bersifat ide ke dalam model matematika. Disamping itu, tujuan utama perubahan laku siswa sikap dalam atau proses fisik maupun mental. dalam belajar matematika adalah untuk Selain aktivitas siswa, mengembangkan kemampuan pemecahan pembelajaran masalah matematika yang kompleks dan awal (kemampuan awal) luas sehingga kemampuan pemecahan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam masalah mempunyai arti penting dalam pembelajaran. Karena materi matematika studi matematika untuk menghasilkan pada umumnya tersusun secara hirarkis, hasil belajar yang lebih baik. materi yang satu merupakan prasyarat Kemampuan komunikasi pemecahan masalah merupakan kompetensi dan matematika pengetahuan siswa juga untuk materi berikutnya. Apabila siswa tidak menguasai materi prasyarat belajar (pengetahuan awal) maka siswa akan matematika yang dituntut oleh kurikulum mengalami kesulitan dalam menguasai 2006. materi yang memerlukan materi tersebut. Kedua merupakan hasil matematika dalam kemampuan bagian dari tersebut kemampuan Kemampuan awal siswa merupakan berfikir matematika tingkat tinggi. Agar prestasi kemampuan berfikir matematika tingkat sebelumnya, sehingga dalam satu kelas tinggi berkembang, maka pembelajaran siswa dapat dikelompokkan menjadi tiga harus menjadi lingkungan dimana siswa kelompok dapat terlibat langsung secara aktif dalam awalnya yaitu kelompok atas, tengah dan banyak yang bawah. Dengan demikian siswa dengan bermanfaat. Guru dituntut untuk memberi kemampuan awal berada di kelompok atas kesempatan pada siswa agar mereka tidak mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang memahami dipelajari melakukan pemecahan soal cerita, jika kegiatan melalui matematika aktivitas-aktivitas, belajar siswa pada berdasarkan mengalami materi kemampuan kesulitan yang dengan materi ada siswa dalam dan antara lain melalui kegiatan pemecahan dibandingkan yang masalah soal cerita tersebut. Dalam proses berkemampuan awal berada di kelompok pembelajaran aktivitas siswa tidak cukup lain (tengah dan bawah). δ E L T ∆ ( J I P M ) | 112 Kondisi tersebut akan dapat METODE PENELITIAN diminimalisasi jika model pembelajaran Penelitian ini dilaksanakan di SMP yang digunakan dapat mendorong siswa N 15 Semarang. Populasi yang digunakan baik dari kelompok atas, tengah maupun dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII bawah untuk belajar lebih giat dalam yang terdiri dari 8 kelas yaitu kelas menguasai materi yang diberikan sehingga VII(A), VII(B), VII(C), VII(D), VII(E), harapan agar siswa dapat menyelesaikan VII(F), VII(G), VII(H). Sampel dalam soal cerita dengan baik dan benar dapat penelitian ini adalah siswa kelas VII (C) terwujud. Dengan demikian pembelajaran yang ditentukan dengan teknik simple dengan bentuk diskusi kelompok menjadi random sampling. alternatif yang cukup memadai. Salah satu adalah kemampuan pembelajaran yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah matematika siswa menyelesaikan adalah dalam pembelajaran RME yang masing- Mathematic masing sebagai X1 dan X2. Pengukurannya pembelajaran soal cerita Realistic Variabel komunikasi berdasarkan dipilih karena kegiatan pokoknya adalah komunikasi memecahkan soal matematika berbentuk matematika siswa. Sedangkan variabel cerita melalui rangkaian kegiatan bersama terikatnya adalah hasil belajar siswa yaitu atau kelompok, sehingga siswa dapat dengan melihat hasil tes evaluasi pada terlibat langsung secara aktif dalam proses akhir pembelajaran. Realistic Mathematic Education (RME) kelompok, siswa aktivitas seperti berbagai informasi kegiatan dapat diskusi melakukan menginventarisasi yang mengkomunikasikan diperlukan, dan tes dan Education (RME). Pembelajaran tersebut Pada skor bebasnya kemampuan pemecahan pembelajaran. masalah Pembelajaran sebagai variabel perantaranya. Penelitian ini dilaksanakan dalam 4 tahap, pertama perencanaan awal, pendapat, merancang kelas yang akan dijadikan pendapat sampel dan membuat instrumen yang akan mengambil digunakan untuk penelitian. Tahap kedua kesimpulan atau saran. Semakin tinggi yaitu implementasi tindakan, dilaksanakan aktivitas yang dilakukan siswa terkait proses dengan suatu materi, diharapkan dapat selanjutnya mempertinggi tingkat penguasaan siswa interpretasi melalui pengamatan terhadap terhadap materi tersebut dan melakukan tingkat aktivitas siswa selama mengikuti pemecahan proses pembelajaran di kelas. Tahap yang menimbang orang lain atau menerima serta dapat masalah masalah yang diajukan. terhadap setiap pembelajaran yaitu RME. observasi Tahap dan terakhir adalah analisis dan refleksi, pada δ E L T ∆ ( J I P M ) | 113 tahap ini dilaksanakan kegiatan siswa menggunakan uji chi-kuadrat menganalisis dan mengolah data yang dengan rumusan hipotesis H0 adalah data diperoleh dari hasil penelitian. Data yang berdistribusi normal dan H1 adalah data diperoleh dikumpulkan kemudian tidak berdistribusi normal dengan kriteria bagaimana pengaruh tolak H0 jika χ2hitung ≥ χ2tabel, diperoleh kemampuan komunikasi dan pemecahan χ2hitung = 3,7493 sedangkan χ2tabel = 7,81. masalah siswa dalam menyelesaikan soal Jadi χ2hitung < χ2tabel, maka H0 diterima cerita matematika dengan pembelajaran artinya RME terhadap hasil belajar siswa. Skor tes berdistribusi normal. kemampuan komunikasi dan pemecahan Analisis disimpulkan data hasil regresi belajar siswa yang dilakukan masalah yang diregresikan dengan skor tes dalam penelitian ini terbagi dalam 6 tahap. hasil yang Tahap pertama dilakukan perhitungan diperoleh dari rata-rata jumlah skor tes untuk mencari persamaan regresi dari data kemampuan komunikasi dan pemecahan tersebut sehingga diperoleh persamaan belajar adalah skor tes masalah dari masing-masing siswa. . Setelah Metode pengumpulan data dalam persamaan regresi diperoleh maka langkah penelitian ini yaitu metode tes, angket dan selanjutnya adalah menguji keberartian dokumentasi. Teknik analisis datanya regresi linier ganda, yaitu menguji apakah menggunakan regresi ganda dengan 2 model linear yang telah diambil benar- variabel independen. Besarnya pengaruh benar cocok dengan keadaan atau tidak. antara variabel bebas dengan variabel Rumusan hipotesis untuk uji keberartian terikat dengan ini adalah H0 : regresi tidak berarti dan H1 koefisien : regresi berarti dengan kriteria H1 dapat determinasi. ditunjukkan Besarnya ≥ F(k,(n–k–1)). determinasi dirumuskan sebagai harga dari diterima koefisien R2 adalah koefisien determinasi Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan yang menunjukkan pengaruh variabel X1 diperoleh Fhitung = 8,773 dan Ftabel = 4,105, dan X2 terhadap Y. maka Fhitung > Ftabel sehingga H1 diterima artinya jika regresi Fhitung berarti. Jadi HASIL DAN PEMBAHASAN berarti dapat Sebelum melakukan analisis regresi dengan dua variabel atau lebih, terlebih dahulu data yang diperoleh regresi diuji digunakan untuk memprediksi rata-rata Y jika X1 dan X2 diketahui. Tahap berikutnya adalah normalitasnya. Berdasarkan uji normalitas menghitung koefisien korelasi ganda dan yang telah dilakukan terhadap hasil belajar determinasi ganda untuk mengetahui δ E L T ∆ ( J I P M ) | 114 besarnya pengaruh antara variabel X1 dan 0 menunjukkan tidak adanya hubungan X2 terhadap variabel Y. Dari hasil (nol = tidak ada pengaruh) dan H1 : ρ ≠ 0 perhitungan diperoleh koefisien korelasi menunjukkan ada hubungan (tidak sama ganda X1 dan X2 terhadap Y adalah 0,567 dengan nol, mungkin lebih besar dari 0 dan koefisien determinasi sebesar 0,322. atau lebih kecil 0 yang berarti ada Setelah diketahui koefisien korelasi ganda pengaruh) dengan kriteria H0 ditolak jika dan kemudian Fhitung ≥ F(k,(n–k–1)) dan hasil perhitungan menghitung koefisien korelasi parsil dan diperoleh Fhitung = 8,7861 sedangkan Ftabel determinasi untuk mengetahui besarnya = F(2,37) = 4,105. determinasi pengaruh ganda masing-masing X1 Berdasarkan data hasil penelitian terhadap variabel Y dan variabel X2 yang telah dilakukan, diperoleh rata-rata terhadap variabel Y. Hasil perhitungan hasil pencapaian skor tes kemampuan koefisien korelasi parsil antara Y dengan komunikasi dan pemecahan masalah dari X1 dengan menganggap X2 tetap adalah masing-masing 0,324 dengan harga koefisien determinasi adalah 65 dan 59, ini menunjukkan bahwa 0,104 dan koefisien korelasi parsil antara kemampuan komunikasi dan pemecahan Y dengan X2 dengan menganggap X1 tetap masalah matematika siswa belum optimal adalah 0,166 dengan harga koefisien dan masih perlu bimbingan dari guru agar determinasi dapat 0,028. variabel Setelah diperoleh siswa mencapai hasil individu belajar yang regresi yang koefisien korelasi parsil kemudian diuji maksimal. keberartiannya, dengan rumusan hipotesis menyatakan hubungan pengaruh antara H0 adalah koefisien korelasi tidak berarti kemampuan komunikasi dan pemecahan dan H1 adalah koefisien korelasi berarti. masalah terhadap hasil belajar siswa, Kriteria yaitu: yang digunakan adalah H1 Persamaan secara (1), diterima jika thitung ≥ t(n–k–1). Berdasarkan dengan ketentuan X1 dan X2 adalah perhitungan diperoleh t 1 = 2,083 dan t 2 = bilangan bulat positif karena kemampuan 1,024, sedangkan ttabel = t37 = 1,686. komunikasi dan pemecahan masalah yang Tahap terakhir adalah menguji dimiliki oleh siswa tidak mungkin bernilai hipotesis penelitian untuk mengetahui ada negatif. ̂ pada persamaan diatas adalah tidaknya pengaruh antara 2 variabel atau variabel hasil belajar, X1 adalah variabel lebih, dalam hal ini adalah pengaruh kemampuan komunikasi dan X2 adalah kemampuan komunikasi dan pemecahan variabel kemampuan pemecahan masalah. masalah terhadap hasil belajar siswa. Harga 42,095 merupakan nilai konstanta Hipotesis yang digunakan adalah H0 : ρ = δ E L T ∆ ( J I P M ) | 115 yang menunjukkan bahwa jika seorang siswa tidak komunikasi mempunyai dan kemampuan pemecahan masalah, Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa kemampuan komunikasi dalam pembelajaran maka hasil belajarnya bernilai 42,095. matematika RME berpengaruh positif Sedangkan merupakan terhadap hasil belajar siswa. Besarnya menunjukkan pengaruh atau kontribusi kemampuan bahwa setiap kenaikan skor kemampuan komunikasi terhadap hasil belajar siswa komunikasi sebesar 1, maka akan diiringi sebesar 0,104 atau 10,4%, sedangkan kenaikan skor hasil belajar sebesar 1 hubungan pengaruh antara kemampuan dengan menganggap skor kemampuan komunikasi pemecahan terhadap hasil belajar siswa dinyatakan koefisien harga regresi 0,316 yang masalah adalah tetap. dan pemecahan Demikian juga halnya dengan harga 0,107 oleh persamaan regresi: merupakan (2). koefisien regresi yang Persamaan tersebut masalah merupakan menunjukkan bahwa setiap kenaikan skor persamaan regresi parsil dari persamaan kemampuan pemecahan masalah sebesar regresi (1) dengan menganggap X2 tetap 1, maka akan diiringi kenaikan skor hasil dengan ̂ adalah variabel hasil belajar dan belajar sebesar 1 dengan menganggap skor X1 kemampuan komunikasi adalah tetap. komunikasi. Harga 42,095 merupakan adalah variabel kemampuan Hubungan dua variabel atau lebih nilai konstanta yang menunjukkan bahwa dinyatakan positif, bila nilai salah satu jika seorang siswa tidak mempunyai variabel kemampuan ditingkatkan, maka akan komunikasi, maka hasil meningkatkan variabel yang lain, dan belajarnya bernilai 42,095. Sedangkan sebaliknya bila nilai salah satu variabel harga 0,316 merupakan koefisien regresi diturunkan, menurunkan yang menunjukkan bahwa setiap kenaikan variabel yang lain (Sugiyono, 1999:194). skor kemampuan komunikasi sebesar 1, Dari keterangan tersebut dapat diketahui maka akan diiringi kenaikan skor hasil bahwa belajar sebesar 1. maka akan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah dalam pembelajaran Berdasarkan analisis yang telah matematika RME berpengaruh positif dilakukan, diketahui bahwa kemampuan terhadap hasil belajar siswa dan besarnya pemecahan masalah dalam pembelajaran pengaruh atau kontribusi kemampuan matematika RME berpengaruh positif komunikasi masalah meskipun tidak begitu besar terhadap hasil terhadap hasil belajar siswa sebesar 0,322 belajar siswa. Besarnya pengaruh atau atau 32,2%. dan pemecahan δ E L T ∆ ( J I P M ) | 116 kontribusi kemampuan pemecahan masalah terhadap hasil belajar siswa sebesar 0,028 atau 2,8%, sedangkan hasil belajar yang didapatpun akan siswa dikatakan telah semakin tinggi. Seorang hubungan pengaruh antara kemampuan memiliki kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah terhadap hasil belajar pemecahan masalah yang tinggi apabila ia siswa dinyatakan oleh persamaan regresi: dapat memenuhi indikator-indikator yang (3). Persamaan tersebut mewakili kemampuan komunikasi merupakan persamaan regresi parsil dari maupun pemecahan masalah. Melalui persamaan regresi (1) dengan menganggap pembelajaran X1 tetap dengan ̂ adalah variabel hasil mengembangkan kemampuan komunikasi belajar dan X2 adalah variabel kemampuan dan pemecahan masalah yang dimilikinya, pemecahan 42,095 karena dalam pembelajaran RME siswa yang dituntut agar dapat berperan aktif dalam menunjukkan bahwa jika seorang siswa diskusi kelompok dan secara kreatif tidak mempunyai kemampuan pemecahan menemukan solusi dari permasalahan yang masalah, maka hasil belajarnya bernilai diajukan, saling berinteraksi dengan teman 42,095. 0,107 maupun guru dan saling bertukar pikiran yang sehingga wawasan dan daya pikir mereka masalah. merupakan nilai Harga konstanta Sedangkan merupakan koefisien harga regresi RME, berkembang. kemampuan komunikasi sebesar 1, maka membantu siswa dalam meningkatkan akan diiringi kenaikan skor hasil belajar kemampuan komunikasi dan pemecahan sebesar 1. masalah, menunjukkan bahwa kemampuan sehingga akan ketika banyak mereka dihadapkan dengan suatu pertanyaan yang menuntut komunikasi dan pemecahan masalah siswa melakukan khususnya dalam masalah menyelesaikan soal ini dapat menunjukkan bahwa setiap kenaikan skor Diperolehnya keempat hal di atas Hal siswa pemecahan, mereka keterampilan dan dapat memecahkan mengembangkan cerita matematika berpengaruh positif tanggapannya, tidak hanya dengan cara terhadap hasil belajar siswa, kemampuan menghafal komunikasi memperluas pemikirannya. dan pemecahan masalah tersebut berbanding lurus dengan hasil tanpa memperdalam dan Dalam pembelajaran RME, siswa tinggi juga tidak hanya sekedar mendengarkan kemampuan komunikasi dan pemecahan dan menerima secara pasif informasi yang masalah yang dimiliki oleh siswa, maka ditransfer oleh guru, namun siswa juga belajar siswa. Jadi semakin berperan aktif dalam menggali informasi δ E L T ∆ ( J I P M ) | 117 yang dibutuhkan sesuai dengan indikator di depan, maka dapat disimpulkan hal-hal kemampuan komunikasi dan pemecahan sebagai berikut. masalah. Aktivitas-aktivitas siswa yang 1. Ada pengaruh kemampuan muncul selama berlangsungnya proses komunikasi dan pemecahan masalah pembelajaran dalam memberikan kontribusi pembelajaran matematika positif pada meningkatnya kemampuan Realistic komunikasi dan pemecahan masalah siswa (RME) terhadap hasil belajar siswa yang pada akhirnya juga meningkatkan pada materi pokok pecahan dengan hasil belajar mereka. besarnya pengaruh adalah 0,322 atau Di sisi lain pembelajaran dengan adanya ini dapat RME Mathematic Education 32,2%. 2. Ada pengaruh kemampuan meningkatkan minat siswa dan membantu komunikasi dalam pembelajaran siswa dalam pemahaman materi, hal ini matematika Realistic Mathematic dapat dilihat dari hasil pengisian angket Education yang menunjukkan bahwa sebagian besar belajar siswa pada materi pokok siswa merasa senang dengan pembelajaran pecahan dengan besarnya pengaruh yang dilakukan praktikan karena dapat adalah 0,104 atau 10,4%. melatih mereka bekerjasama dan berani 3. Ada (RME) terhadap pengaruh hasil kemampuan mengungkapkan pendapat. Respon dan pemecahan minat pembelajaran matematika Realistic siswa yang positif terhadap masalah pembelajaran secara keseluruhan, akan Mathematic banyak terhadap hasil belajar siswa pada membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya. materi pokok Education dalam pecahan (RME) dengan besarnya pengaruh adalah 0,028 atau 2,8%. SIMPULAN dan SARAN Berdasarkan landasan teori dan didukung adanya analisis serta mengacu pada perumusan masalah yang diuraikan δ E L T ∆ ( J I P M ) | 118 DAFTAR PUSTAKA Anni, Catharina T. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasardasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara As’ari, AR. 2001. Representasi: Pentingnya dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal MIPA, FMIPA, Universitas Negeri Malang Depdiknas. 2003. Draft Kurikulum 2004. Jakarta: Balitbang Depdiknas Helmaheri. 2005. Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SLTP melalui Belajar dalam Kelompok Kecil dengan Strategi Think-Talk-Write. http://pagesyourfavorite.com/ppsupi/abstr akmat2005.html Negoro, ST. 2004. Ensiklopedia Matematika. PT. Ghalia Indonesia Rochmad. 2004. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masalah Matematika. Makalah disajikan dalam seminar Nasional Kontribusi Matematika dalam Pengembangan Potensi daerah: Pendidikan, Industri dan Sistem di Universitas Jenderal Soedirman Tanggal 6 Maret 2004. Purwokerto: Universitas Soedirman Jenderal Shadiq, Fajar. 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunakasi. http://p3gmatyo.go.id Sugandi, Achmad. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UNNES PRESS Sugiyono. 1999. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Sutawidjaja, Akbar dkk. 1993. Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Tim Instruktur Matematika. 2002. Mengenal Model Pembelajaran Kooperatif. Semarang: Depdiknas Tim Penyusun Kamus. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka