δ ELT ∆ ( JIPM ) | 109 Pengaruh Kemampuan

advertisement
δ E L T ∆ ( J I P M ) | 109
Pengaruh Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematika terhadap
Hasil Belajar Siswa dengan Pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME)
Oleh :
Noviana Kusumawati
Pendidikan Matematika FKIP
Universitas Pekalongan
Abstract
The objectives of this research are to investigate: whether the communication and
problem solving skills have a positive influence on student learning outcomes,
especially in solving math problems and if there is how much of influence. The
variables of this research are communication skills (X1), problem solving skills
(X2) and student learning outcomes (Y). The research process was conducted in 3
stages, first to investigate the influence of communication and problem solving
skills againts on student learning outcomes, both to investigate the influence of
communication skills on learning outcomes and three to investigate the influence
of problem-solving skills of students’ learning outcomes. The results of this
research are as follows: from the calculation of data obtained regression equations
are
, dual correlation coefficients X1 and X2 of Y is
0,567 with a coefficient of determination 0,322. Parsil correlation coefficient
between Y and X1 with regard X2 to the rates fixed are 0,324 with a coefficient of
determination 0,104 and parsil correlation coefficient between Y and X1 with
regard X2 to the rates fixed are 0,166 with a coefficient of determination 0,028.
Conclusions is that there are influence of communication and problem solving
skills simultaneously against student learning outcomes is equal to 32.2%, while
the influence of the communication skills of student learning outcomes are 10,4%
and the influence of problem-solving skiils of the student learning outcomes at
2,8%. Therefore, in learning mathematics material fractions, teachers are advised
to use RME learning to improve students’ activeness in solving math problems so
can improve communication and problem-solving skills, which in turn can
improve student learning outcomes.
Key words: Communication and Problem Solving Skills, RME Learning,
Learning Outcomes, Fraction.
Berhitung,
PENDAHULUAN
atau
tepatnya
aritmetika
Selama ini masih banyak orang yang
dengan keempat operasi dasarnya (yakni
menganggap bahwa matematika tidaklah
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan
lebih dari sekadar berhitung dan bermain
pembagian), memang lazim diajarkan
dengan
kepada siswa di sekolah dasar sebelum
rumus
dan
angka-angka.
δ E L T ∆ ( J I P M ) | 110
mereka mempelajari matematika lebih
matematika tidak disukai para siswa
jauh di sekolah menengah dan perguruan
sehingga
tinggi kelak. Namun, sebagaimana halnya
matematika. Menurut Yansen Marpaung
musik
(anggota
bukan
sekadar
bernyanyi,
mereka
tim
malas
Pendidikan
belajar
Matematika
matematika bukan sekadar berhitung atau
Realistik Indonesia atau PMRI), sekolah
berkutat dengan rumus-rumus dan angka-
masih menerapkan metode dan strategi
angka.
Matematika
kemampuan
berfikir
menuntut
pula
pengajaran matematika yang tradisional.
eksploratif
dan
Siswa lebih banyak pasif dan tidak pernah
kreatif.
belajar
menyelesaikan
soal
terbuka
Pada dasarnya, matematika adalah
sehingga mereka hanya bisa mengungkap
pemecahan masalah (problem solving).
apa yang mereka terima dari guru.
Dalam setiap kesempatan, pembelajaran
Kelemahan pembelajaran matematika di
matematika hendaknya dimulai dengan
sekolah terlihat dari banyaknya siswa yang
pengenalan masalah yang sesuai dengan
kesulitan mengerjakan soal berbentuk
situasi di sekitar kita (contextual problem).
cerita. Mereka tidak dapat menerjemahkan
Dengan mengajukan masalah kontekstual,
soal cerita ke dalam bentuk model
siswa secara bertahap dibimbing untuk
matematika dan menggunakan rumus yang
menguasai
tentu
selama ini telah dipelajari. Siswa dituntut
dan
mengaitkan beberapa hal yang membuat
pengalaman yang mungkin dimiliki oleh
logika berjalan ketika mengerjakan soal
siswa.
cerita.
dengan
konsep
matematika,
memperhatikan
Adanya
mengakibatkan
usia
Tidak
jarang
tuntutan
kurikulum
menganggap
bahwa
pelajaran
matematika
matematika
sebagai
dari
mata
mereka
pelajaran
momok
yang
masih terfokus pada teori sehingga siswa
menakutkan, sehingga perlu adanya suatu
menjadi kurang kreatif, terlalu formal dan
pembelajaran
masih terpaku dengan rumusan baku.
merangsang siswa agar dapat termotivasi
Berdasarkan hasil observasi di SMP N 15
dan lebih kreatif dalam belajar matematika
Semarang khususnya pada kelas VII,
seperti
diperoleh
Mathematic
kesimpulan
bahwa
siswa
yang
halnya
relevan
untuk
pembelajaran Realistic
Education
(RME).
Pada
cenderung kesulitan dalam mengerjakan
pembelajaran ini, siswa dituntut agar lebih
soal terbuka berbentuk cerita. Mereka juga
aktif dan kreatif dalam menyelesaikan soal
tidak
matematika terutama soal yang berbentuk
terbiasa
mempresentasikan
penyelesaian soal matematika di depan
kelas.
Hal
tersebut
mengakibatkan
cerita.
δ E L T ∆ ( J I P M ) | 111
Salah
satu
kemampuan
yang
hanya mendengarkan dan mencatat seperti
dibutuhkan untuk menyelesaikan soal
yang lazim terdapat di sekolah-sekolah
berbentuk cerita adalah komunikasi dan
saat ini, namun aktivitas yang dapat
pemecahan masalah, karena untuk dapat
menghasilkan
menyelesaikan soal cerita tersebut siswa
tingkah
harus mampu mengkomunikasikan dan
pembelajaran. Aktivitas belajar mencakup
mengubah
aktivitas yang bersifat
ide
ke
dalam
model
matematika. Disamping itu, tujuan utama
perubahan
laku
siswa
sikap
dalam
atau
proses
fisik maupun
mental.
dalam belajar matematika adalah untuk
Selain
aktivitas
siswa,
mengembangkan kemampuan pemecahan
pembelajaran
masalah matematika yang kompleks dan
awal (kemampuan awal)
luas sehingga kemampuan pemecahan
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam
masalah mempunyai arti penting dalam
pembelajaran. Karena materi matematika
studi matematika untuk menghasilkan
pada umumnya tersusun secara hirarkis,
hasil belajar yang lebih baik.
materi yang satu merupakan prasyarat
Kemampuan
komunikasi
pemecahan
masalah
merupakan
kompetensi
dan
matematika
pengetahuan
siswa
juga
untuk materi berikutnya. Apabila siswa
tidak
menguasai
materi
prasyarat
belajar
(pengetahuan awal) maka siswa akan
matematika yang dituntut oleh kurikulum
mengalami kesulitan dalam menguasai
2006.
materi yang memerlukan materi tersebut.
Kedua
merupakan
hasil
matematika
dalam
kemampuan
bagian
dari
tersebut
kemampuan
Kemampuan awal siswa merupakan
berfikir matematika tingkat tinggi. Agar
prestasi
kemampuan berfikir matematika tingkat
sebelumnya, sehingga dalam satu kelas
tinggi berkembang, maka pembelajaran
siswa dapat dikelompokkan menjadi tiga
harus menjadi lingkungan dimana siswa
kelompok
dapat terlibat langsung secara aktif dalam
awalnya yaitu kelompok atas, tengah dan
banyak
yang
bawah. Dengan demikian siswa dengan
bermanfaat. Guru dituntut untuk memberi
kemampuan awal berada di kelompok atas
kesempatan pada siswa agar mereka
tidak
mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang
memahami
dipelajari
melakukan pemecahan soal cerita, jika
kegiatan
melalui
matematika
aktivitas-aktivitas,
belajar
siswa
pada
berdasarkan
mengalami
materi
kemampuan
kesulitan
yang
dengan
materi
ada
siswa
dalam
dan
antara lain melalui kegiatan pemecahan
dibandingkan
yang
masalah soal cerita tersebut. Dalam proses
berkemampuan awal berada di kelompok
pembelajaran aktivitas siswa tidak cukup
lain (tengah dan bawah).
δ E L T ∆ ( J I P M ) | 112
Kondisi
tersebut
akan
dapat
METODE PENELITIAN
diminimalisasi jika model pembelajaran
Penelitian ini dilaksanakan di SMP
yang digunakan dapat mendorong siswa
N 15 Semarang. Populasi yang digunakan
baik dari kelompok atas, tengah maupun
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII
bawah untuk belajar lebih giat dalam
yang terdiri dari 8 kelas yaitu kelas
menguasai materi yang diberikan sehingga
VII(A), VII(B), VII(C), VII(D), VII(E),
harapan agar siswa dapat menyelesaikan
VII(F), VII(G), VII(H). Sampel dalam
soal cerita dengan baik dan benar dapat
penelitian ini adalah siswa kelas VII (C)
terwujud. Dengan demikian pembelajaran
yang ditentukan dengan teknik simple
dengan bentuk diskusi kelompok menjadi
random
sampling.
alternatif yang cukup memadai. Salah satu
adalah
kemampuan
pembelajaran yang dapat digunakan untuk
pemecahan masalah matematika siswa
menyelesaikan
adalah
dalam pembelajaran RME yang masing-
Mathematic
masing sebagai X1 dan X2. Pengukurannya
pembelajaran
soal
cerita
Realistic
Variabel
komunikasi
berdasarkan
dipilih karena kegiatan pokoknya adalah
komunikasi
memecahkan soal matematika berbentuk
matematika siswa. Sedangkan variabel
cerita melalui rangkaian kegiatan bersama
terikatnya adalah hasil belajar siswa yaitu
atau kelompok, sehingga siswa dapat
dengan melihat hasil tes evaluasi pada
terlibat langsung secara aktif dalam proses
akhir
pembelajaran.
Realistic Mathematic Education (RME)
kelompok,
siswa
aktivitas
seperti
berbagai
informasi
kegiatan
dapat
diskusi
melakukan
menginventarisasi
yang
mengkomunikasikan
diperlukan,
dan
tes
dan
Education (RME). Pembelajaran tersebut
Pada
skor
bebasnya
kemampuan
pemecahan
pembelajaran.
masalah
Pembelajaran
sebagai variabel perantaranya.
Penelitian ini dilaksanakan dalam 4
tahap,
pertama
perencanaan
awal,
pendapat,
merancang kelas yang akan dijadikan
pendapat
sampel dan membuat instrumen yang akan
mengambil
digunakan untuk penelitian. Tahap kedua
kesimpulan atau saran. Semakin tinggi
yaitu implementasi tindakan, dilaksanakan
aktivitas yang dilakukan siswa terkait
proses
dengan suatu materi, diharapkan dapat
selanjutnya
mempertinggi tingkat penguasaan siswa
interpretasi melalui pengamatan terhadap
terhadap materi tersebut dan melakukan
tingkat aktivitas siswa selama mengikuti
pemecahan
proses pembelajaran di kelas. Tahap yang
menimbang
orang
lain
atau
menerima
serta
dapat
masalah
masalah yang diajukan.
terhadap
setiap
pembelajaran
yaitu
RME.
observasi
Tahap
dan
terakhir adalah analisis dan refleksi, pada
δ E L T ∆ ( J I P M ) | 113
tahap
ini
dilaksanakan
kegiatan
siswa
menggunakan
uji
chi-kuadrat
menganalisis dan mengolah data yang
dengan rumusan hipotesis H0 adalah data
diperoleh dari hasil penelitian. Data yang
berdistribusi normal dan H1 adalah data
diperoleh
dikumpulkan
kemudian
tidak berdistribusi normal dengan kriteria
bagaimana
pengaruh
tolak H0 jika χ2hitung ≥ χ2tabel, diperoleh
kemampuan komunikasi dan pemecahan
χ2hitung = 3,7493 sedangkan χ2tabel = 7,81.
masalah siswa dalam menyelesaikan soal
Jadi χ2hitung < χ2tabel, maka H0 diterima
cerita matematika dengan pembelajaran
artinya
RME terhadap hasil belajar siswa. Skor tes
berdistribusi normal.
kemampuan komunikasi dan pemecahan
Analisis
disimpulkan
data
hasil
regresi
belajar
siswa
yang dilakukan
masalah yang diregresikan dengan skor tes
dalam penelitian ini terbagi dalam 6 tahap.
hasil
yang
Tahap pertama dilakukan perhitungan
diperoleh dari rata-rata jumlah skor tes
untuk mencari persamaan regresi dari data
kemampuan komunikasi dan pemecahan
tersebut sehingga diperoleh persamaan
belajar
adalah
skor
tes
masalah dari masing-masing siswa.
.
Setelah
Metode pengumpulan data dalam
persamaan regresi diperoleh maka langkah
penelitian ini yaitu metode tes, angket dan
selanjutnya adalah menguji keberartian
dokumentasi. Teknik analisis datanya
regresi linier ganda, yaitu menguji apakah
menggunakan regresi ganda dengan 2
model linear yang telah diambil benar-
variabel independen. Besarnya pengaruh
benar cocok dengan keadaan atau tidak.
antara variabel bebas dengan variabel
Rumusan hipotesis untuk uji keberartian
terikat
dengan
ini adalah H0 : regresi tidak berarti dan H1
koefisien
: regresi berarti dengan kriteria H1
dapat
determinasi.
ditunjukkan
Besarnya
≥
F(k,(n–k–1)).
determinasi dirumuskan sebagai harga dari
diterima
koefisien R2 adalah koefisien determinasi
Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan
yang menunjukkan pengaruh variabel X1
diperoleh Fhitung = 8,773 dan Ftabel = 4,105,
dan X2 terhadap Y.
maka Fhitung > Ftabel sehingga H1 diterima
artinya
jika
regresi
Fhitung
berarti.
Jadi
HASIL DAN PEMBAHASAN
berarti dapat
Sebelum melakukan analisis regresi
dengan dua variabel atau lebih, terlebih
dahulu
data
yang
diperoleh
regresi
diuji
digunakan untuk memprediksi rata-rata Y
jika X1 dan X2 diketahui.
Tahap
berikutnya
adalah
normalitasnya. Berdasarkan uji normalitas
menghitung koefisien korelasi ganda dan
yang telah dilakukan terhadap hasil belajar
determinasi
ganda
untuk
mengetahui
δ E L T ∆ ( J I P M ) | 114
besarnya pengaruh antara variabel X1 dan
0 menunjukkan tidak adanya hubungan
X2 terhadap variabel Y. Dari hasil
(nol = tidak ada pengaruh) dan H1 : ρ ≠ 0
perhitungan diperoleh koefisien korelasi
menunjukkan ada hubungan (tidak sama
ganda X1 dan X2 terhadap Y adalah 0,567
dengan nol, mungkin lebih besar dari 0
dan koefisien determinasi sebesar 0,322.
atau lebih kecil 0 yang berarti ada
Setelah diketahui koefisien korelasi ganda
pengaruh) dengan kriteria H0 ditolak jika
dan
kemudian
Fhitung ≥ F(k,(n–k–1)) dan hasil perhitungan
menghitung koefisien korelasi parsil dan
diperoleh Fhitung = 8,7861 sedangkan Ftabel
determinasi untuk mengetahui besarnya
= F(2,37) = 4,105.
determinasi
pengaruh
ganda
masing-masing
X1
Berdasarkan data hasil penelitian
terhadap variabel Y dan variabel X2
yang telah dilakukan, diperoleh rata-rata
terhadap variabel Y. Hasil perhitungan
hasil pencapaian skor tes kemampuan
koefisien korelasi parsil antara Y dengan
komunikasi dan pemecahan masalah dari
X1 dengan menganggap X2 tetap adalah
masing-masing
0,324 dengan harga koefisien determinasi
adalah 65 dan 59, ini menunjukkan bahwa
0,104 dan koefisien korelasi parsil antara
kemampuan komunikasi dan pemecahan
Y dengan X2 dengan menganggap X1 tetap
masalah matematika siswa belum optimal
adalah 0,166 dengan harga koefisien
dan masih perlu bimbingan dari guru agar
determinasi
dapat
0,028.
variabel
Setelah
diperoleh
siswa
mencapai
hasil
individu
belajar
yang
regresi
yang
koefisien korelasi parsil kemudian diuji
maksimal.
keberartiannya, dengan rumusan hipotesis
menyatakan hubungan pengaruh antara
H0 adalah koefisien korelasi tidak berarti
kemampuan komunikasi dan pemecahan
dan H1 adalah koefisien korelasi berarti.
masalah terhadap hasil belajar siswa,
Kriteria
yaitu:
yang
digunakan
adalah
H1
Persamaan
secara
(1),
diterima jika thitung ≥ t(n–k–1). Berdasarkan
dengan ketentuan X1 dan X2 adalah
perhitungan diperoleh t 1 = 2,083 dan t 2 =
bilangan bulat positif karena kemampuan
1,024, sedangkan ttabel = t37 = 1,686.
komunikasi dan pemecahan masalah yang
Tahap
terakhir
adalah
menguji
dimiliki oleh siswa tidak mungkin bernilai
hipotesis penelitian untuk mengetahui ada
negatif. ̂ pada persamaan diatas adalah
tidaknya pengaruh antara 2 variabel atau
variabel hasil belajar, X1 adalah variabel
lebih, dalam hal ini adalah pengaruh
kemampuan komunikasi dan X2 adalah
kemampuan komunikasi dan pemecahan
variabel kemampuan pemecahan masalah.
masalah terhadap hasil belajar siswa.
Harga 42,095 merupakan nilai konstanta
Hipotesis yang digunakan adalah H0 : ρ =
δ E L T ∆ ( J I P M ) | 115
yang menunjukkan bahwa jika seorang
siswa
tidak
komunikasi
mempunyai
dan
kemampuan
pemecahan
masalah,
Berdasarkan analisis
yang telah
dilakukan, diketahui bahwa kemampuan
komunikasi
dalam
pembelajaran
maka hasil belajarnya bernilai 42,095.
matematika RME berpengaruh positif
Sedangkan
merupakan
terhadap hasil belajar siswa. Besarnya
menunjukkan
pengaruh atau kontribusi kemampuan
bahwa setiap kenaikan skor kemampuan
komunikasi terhadap hasil belajar siswa
komunikasi sebesar 1, maka akan diiringi
sebesar 0,104 atau 10,4%, sedangkan
kenaikan skor hasil belajar sebesar 1
hubungan pengaruh antara kemampuan
dengan menganggap skor kemampuan
komunikasi
pemecahan
terhadap hasil belajar siswa dinyatakan
koefisien
harga
regresi
0,316
yang
masalah
adalah
tetap.
dan
pemecahan
Demikian juga halnya dengan harga 0,107
oleh persamaan regresi:
merupakan
(2).
koefisien
regresi
yang
Persamaan
tersebut
masalah
merupakan
menunjukkan bahwa setiap kenaikan skor
persamaan regresi parsil dari persamaan
kemampuan pemecahan masalah sebesar
regresi (1) dengan menganggap X2 tetap
1, maka akan diiringi kenaikan skor hasil
dengan ̂ adalah variabel hasil belajar dan
belajar sebesar 1 dengan menganggap skor
X1
kemampuan komunikasi adalah tetap.
komunikasi. Harga 42,095 merupakan
adalah
variabel
kemampuan
Hubungan dua variabel atau lebih
nilai konstanta yang menunjukkan bahwa
dinyatakan positif, bila nilai salah satu
jika seorang siswa tidak mempunyai
variabel
kemampuan
ditingkatkan,
maka
akan
komunikasi,
maka
hasil
meningkatkan variabel yang lain, dan
belajarnya bernilai 42,095. Sedangkan
sebaliknya bila nilai salah satu variabel
harga 0,316 merupakan koefisien regresi
diturunkan,
menurunkan
yang menunjukkan bahwa setiap kenaikan
variabel yang lain (Sugiyono, 1999:194).
skor kemampuan komunikasi sebesar 1,
Dari keterangan tersebut dapat diketahui
maka akan diiringi kenaikan skor hasil
bahwa
belajar sebesar 1.
maka
akan
kemampuan
komunikasi
dan
pemecahan masalah dalam pembelajaran
Berdasarkan analisis
yang telah
matematika RME berpengaruh positif
dilakukan, diketahui bahwa kemampuan
terhadap hasil belajar siswa dan besarnya
pemecahan masalah dalam pembelajaran
pengaruh atau kontribusi kemampuan
matematika RME berpengaruh positif
komunikasi
masalah
meskipun tidak begitu besar terhadap hasil
terhadap hasil belajar siswa sebesar 0,322
belajar siswa. Besarnya pengaruh atau
atau 32,2%.
dan
pemecahan
δ E L T ∆ ( J I P M ) | 116
kontribusi
kemampuan
pemecahan
masalah terhadap hasil belajar siswa
sebesar 0,028 atau 2,8%, sedangkan
hasil
belajar
yang
didapatpun
akan
siswa
dikatakan
telah
semakin tinggi.
Seorang
hubungan pengaruh antara kemampuan
memiliki kemampuan komunikasi dan
pemecahan masalah terhadap hasil belajar
pemecahan masalah yang tinggi apabila ia
siswa dinyatakan oleh persamaan regresi:
dapat memenuhi indikator-indikator yang
(3). Persamaan tersebut
mewakili
kemampuan
komunikasi
merupakan persamaan regresi parsil dari
maupun pemecahan masalah. Melalui
persamaan regresi (1) dengan menganggap
pembelajaran
X1 tetap dengan ̂ adalah variabel hasil
mengembangkan kemampuan komunikasi
belajar dan X2 adalah variabel kemampuan
dan pemecahan masalah yang dimilikinya,
pemecahan
42,095
karena dalam pembelajaran RME siswa
yang
dituntut agar dapat berperan aktif dalam
menunjukkan bahwa jika seorang siswa
diskusi kelompok dan secara kreatif
tidak mempunyai kemampuan pemecahan
menemukan solusi dari permasalahan yang
masalah, maka hasil belajarnya bernilai
diajukan, saling berinteraksi dengan teman
42,095.
0,107
maupun guru dan saling bertukar pikiran
yang
sehingga wawasan dan daya pikir mereka
masalah.
merupakan
nilai
Harga
konstanta
Sedangkan
merupakan
koefisien
harga
regresi
RME,
berkembang.
kemampuan komunikasi sebesar 1, maka
membantu siswa dalam meningkatkan
akan diiringi kenaikan skor hasil belajar
kemampuan komunikasi dan pemecahan
sebesar 1.
masalah,
menunjukkan
bahwa
kemampuan
sehingga
akan
ketika
banyak
mereka
dihadapkan dengan suatu pertanyaan yang
menuntut
komunikasi dan pemecahan masalah siswa
melakukan
khususnya dalam
masalah
menyelesaikan soal
ini
dapat
menunjukkan bahwa setiap kenaikan skor
Diperolehnya keempat hal di atas
Hal
siswa
pemecahan,
mereka
keterampilan
dan
dapat
memecahkan
mengembangkan
cerita matematika berpengaruh positif
tanggapannya, tidak hanya dengan cara
terhadap hasil belajar siswa, kemampuan
menghafal
komunikasi
memperluas pemikirannya.
dan
pemecahan
masalah
tersebut berbanding lurus dengan hasil
tanpa
memperdalam
dan
Dalam pembelajaran RME, siswa
tinggi
juga tidak hanya sekedar mendengarkan
kemampuan komunikasi dan pemecahan
dan menerima secara pasif informasi yang
masalah yang dimiliki oleh siswa, maka
ditransfer oleh guru, namun siswa juga
belajar
siswa.
Jadi
semakin
berperan aktif dalam menggali informasi
δ E L T ∆ ( J I P M ) | 117
yang dibutuhkan sesuai dengan indikator
di depan, maka dapat disimpulkan hal-hal
kemampuan komunikasi dan pemecahan
sebagai berikut.
masalah. Aktivitas-aktivitas siswa yang
1.
Ada
pengaruh
kemampuan
muncul selama berlangsungnya proses
komunikasi dan pemecahan masalah
pembelajaran
dalam
memberikan
kontribusi
pembelajaran
matematika
positif pada meningkatnya kemampuan
Realistic
komunikasi dan pemecahan masalah siswa
(RME) terhadap hasil belajar siswa
yang pada akhirnya juga meningkatkan
pada materi pokok pecahan dengan
hasil belajar mereka.
besarnya pengaruh adalah 0,322 atau
Di
sisi
lain
pembelajaran
dengan
adanya
ini
dapat
RME
Mathematic
Education
32,2%.
2.
Ada
pengaruh
kemampuan
meningkatkan minat siswa dan membantu
komunikasi
dalam
pembelajaran
siswa dalam pemahaman materi, hal ini
matematika
Realistic
Mathematic
dapat dilihat dari hasil pengisian angket
Education
yang menunjukkan bahwa sebagian besar
belajar siswa pada materi pokok
siswa merasa senang dengan pembelajaran
pecahan dengan besarnya pengaruh
yang dilakukan praktikan karena dapat
adalah 0,104 atau 10,4%.
melatih mereka bekerjasama dan berani
3.
Ada
(RME)
terhadap
pengaruh
hasil
kemampuan
mengungkapkan pendapat. Respon dan
pemecahan
minat
pembelajaran matematika Realistic
siswa
yang
positif
terhadap
masalah
pembelajaran secara keseluruhan, akan
Mathematic
banyak
terhadap hasil belajar siswa pada
membantu
siswa
dalam
meningkatkan hasil belajarnya.
materi
pokok
Education
dalam
pecahan
(RME)
dengan
besarnya pengaruh adalah 0,028 atau
2,8%.
SIMPULAN dan SARAN
Berdasarkan
landasan
teori
dan
didukung adanya analisis serta mengacu
pada perumusan masalah yang diuraikan
δ E L T ∆ ( J I P M ) | 118
DAFTAR PUSTAKA
Anni, Catharina T. 2004. Psikologi
Belajar. Semarang: UPT
MKK UNNES
Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasardasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara
As’ari,
AR. 2001. Representasi:
Pentingnya
dalam
Pembelajaran Matematika.
Jurnal
MIPA,
FMIPA,
Universitas Negeri Malang
Depdiknas. 2003. Draft Kurikulum
2004. Jakarta: Balitbang
Depdiknas
Helmaheri. 2005. Mengembangkan
Kemampuan Komunikasi dan
Pemecahan
Masalah
Matematis
Siswa
SLTP
melalui
Belajar
dalam
Kelompok Kecil
dengan
Strategi
Think-Talk-Write.
http://pagesyourfavorite.com/ppsupi/abstr
akmat2005.html
Negoro, ST. 2004. Ensiklopedia
Matematika.
PT.
Ghalia
Indonesia
Rochmad. 2004. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi
Masalah
Matematika.
Makalah
disajikan dalam seminar
Nasional
Kontribusi
Matematika
dalam
Pengembangan
Potensi
daerah: Pendidikan, Industri
dan Sistem di Universitas
Jenderal Soedirman Tanggal
6 Maret 2004. Purwokerto:
Universitas
Soedirman
Jenderal
Shadiq, Fajar. 2004. Pemecahan
Masalah,
Penalaran
dan
Komunakasi.
http://p3gmatyo.go.id
Sugandi, Achmad. 2004. Teori
Pembelajaran.
Semarang:
UNNES PRESS
Sugiyono. 1999. Statistika untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sutawidjaja, Akbar dkk. 1993.
Pendidikan Matematika 3.
Jakarta:
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat
Jenderal
Pendidikan Tinggi Proyek
Pembinaan
Tenaga
Kependidikan
Tim Instruktur Matematika. 2002.
Mengenal
Model
Pembelajaran
Kooperatif.
Semarang: Depdiknas
Tim Penyusun Kamus. 2003. Kamus
Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Download