universitas muhammadiyah metro november 2016

advertisement
Kode/NamaRumpun Ilmu : 571 / Manajemen
LAPORAN TAHUNAN
PENELITIAN HIBAH BERSAING
JUDUL
Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun
PENGEMBANGAN MODEL LOYALITAS PELANGGAN
MENGGUNAKAN CUSTOMER RELATIONSHIP
MANAGEMENT (CRM) PADA NASABAH BANK
DI PROVINSI LAMPUNG
TIM PELAKSANA :
Dr. Suharto,MM. NIDN 0228035801 ( Ketua)
Jawoto Nusantoro,M.Si. NIDN 0202125701 (Anggota)
DIBIAYAI OLEH :
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat
Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementrian Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Program
Penelitian Nomor : 002/SP2H/LDRPM/II/2016, Tanggal 17 Februari 2016
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
NOVEMBER 2016
DAFTAR ISI
Hal.
Halaman Sampul ............................................................................................. i
Halaman Pengesahan ...................................................................................... ii
Daftar Isi .......................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan ........................................................................................ 1
Latar Belakang ................................................................................................ 1
Tujuan Khusus ................................................................................................ 2
Urgensi (Keutamaan) Penelitian ..................................................................... 2
BAB II Tinjauan Pustaka .............................................................................. 4
2.1 Konsep Customer Relationship Management .......................... 4
2.2 Keuntungan Penggunaan CRM ................................................ 4
2.3 Pemasaran dan Pemenuhan Pesanan pada CRM ...................... 5
2.4 Aktivitas Utama dari Konsep CRM ......................................... 5
2.5 Penerapan Strategi CRM .......................................................... 7
2.6 Strategi Customer Relationship Management .......................... 8
BAB III Metode Penelitian ............................................................................ 11
3.1 Desain Penelitian ...................................................................... 11
3.2 Metode Penelitian ..................................................................... 11
3.3 Bagan Alir Penelitian ............................................................... 12
3.4 Diagram Fishbone .................................................................... 13
3.5 Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ......................... 15
3.6 Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 15
3.7 Luaran Penelitian ...................................................................... 16
BAB IV Hasil Yang Sudah Dicapai ................................................................ 18
5.1 Kube, IRT dan UMKM ............................................................ 18
5.2 Industri ..................................................................................... 21
5.3 UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) ......................... 26
5.4 Jenis-Jenis Kredit Bank Pemerintah Daerah ............................ 28
5.5 Program Manajemen Bank Pemerintah Daerah ....................... 30
BAB V Rencana Tahapan Berikutnya ............................................................ 31
6.1 Deskripsi Model Profil ................................................................ 31
6.2 Konfirmasi dan Validitas Data ..................................................... 31
6.3 Finishing Deskripsi Model Profil ............................................. 31
BAB VI Kesimpulan dan Saran ...................................................................... 32
7.1 Kesimpulan ............................................................................... 32
7.2 Saran ......................................................................................... 32
Daftar Pustaka ................................................................................................. 33
RINGKASAN
Permasalahan persaingan bank milik pemerintah daerah menghadapi bankbank swasta yang cukup kompleks memerlukan intervensi berbagai pihak agar dapat
berkembang dengan baik. Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa perkembangan
bank-bank milik swasta itu begitu cepat mendahului perkembangan bank-bank milik
pemerintah daerah, baik dari segi teknologi, maupun pelayanan. Model-model
penyelesaian permasalahan yang selama ini digunakan oleh bank milik pemerintah
daerah juga berbeda-beda, sehingga menimbulkan berbagai penafsiran yang tidak
sama, menghasilkan keluaran yang tidak sama disertai dengan kelebihan dan
kelemahan masing-masing. Kondisi seperti ini tentu dapat dimanfaatkan oleh
manajemen bank milik swasta untuk memenangkan persaingan. Penelitian ini
bertujuan untuk menemukan prototype loyalitas pelanggan berbasis customer
relationship management yang tepat pada bank milik pemerintah melalui
pemberdayaan masyarakat miskin menggunakan lembaga keekonomian IRT, KUBE,
dan UMKM daerah Provinsi Lampung.
Penelitian ini menggunakan metode survey pada tahun pertama dan
menggunakan data yang bersumber dari pelanggan terpilih sebagai sampel, serta
wawancara mendalam dengan berbagai sumber agar dapat mengidentifikasi model
(tahun 2016). Pada tahun kedua (Tahun Anggaran 2017) adalah tahap identifikasi
model menggunakan metode deskriptif kualitatif, dan kuantitatif. Hasil yang ingin di
capai dalam penelitian ini adalah teridentifikasinya faktor-faktor dalam customer
relationship management yang dapat mempengaruhi loyalitas pelanggan kelompok
IRT, KUBE, dan UMKM bank milik pemerintah daerah Provinsi Lampung, dan 2)
tahun kedua adalah memperoleh model loyalitas pelanggan menggunakan costomer
relationship management melalui pemberdayaan masyarakat miskin berbasis potensi
produk lokal.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak strategi yang dilaksanakan perbankan untuk mengikat pelanggan agar
tetap loyal. Mulai dari konsep kovensional seperti melakukan promosi penjualan
(sales promotion), periklanan (advertising), hingga penjualan pribadi (personal
selling) yang mengutamakan pertemuan antar individu, yakni antara utusan dari pihak
manajemen bank, dengan pemilik modal atau sasaran yang menjadi target bank
secara intensif.
Berbagai upaya banyak dilakukan untuk memenangkan persaingan antar bank
yang ada di provinsi Lampung. Persaingan antar bank itu ditengarai oleh tumbuhnya
bank-bank swasta yang menjanjikan keuntungan yang lebih menarik, bunga yang
bersaing, dan segala bentuk daya tarik lainnya yang sangat memanjakan pelanggan.
Namun kesemuanya itu, apabila dilihat dari keberadaan dan kepemilikan bank,
sesungguhnya hanya bank pemerintahlah, terutama bank milik pemerintah daerah,
yang tidak sepenuhnya mengutamakan keuntungan (profit oriented) dalam
memasarkan produknya dibandingkan dengan bank sejenis.
Salah satu strategi bank yang dapat meningkatkan loyalitas pelanggan
(customer loyalty) dengan tidak semata-mata mementingkan keuntungan dan melalui
pemberdayaan masyarakat miskin melalui program-program pemberdayaan sekaligus
meningkatkan pendapatan asli daerah adalah melalui strategi manajemen kerelasian
pelanggan (customer relationship management).
Banyak para ahli dan praktisi yang mengemukakan berbagai definisi tentang
customer relationship management. Kamakura dan Mela (2005) mengemukakan,
customer relationship management melibatkan pelacakan perilaku pelanggan
individu dari waktu ke waktu, dan menggunakan pengetahuan untuk menemukan
solusi secara tepat disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan. Sun, Boahong (2006)
menyatakan bahwa, customer relationship management melibatkan pelacakan
perilaku pelanggan individu dari waktu ke waktu, dan menggunakan pengetahuan
untuk menemukan solusi tepat disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan dan
kebutuhan penjual. Secara ideal, hal ini diikuti perkembangan tiap individu pelanggan
dan menggembangkan gabungan dari multisegment, multi tahap, dan multi saluran.
Keputusan customer relationship management adalah untuk memaksimalkan jumlah
keuntungan pelanggan seumur hidup.
1.2 Tujuan khusus
1. Menghimpun dan mengidentifikasi model loyalitas pelanggan menggunakan
customer relationship management pada bank milik pemerintah di Provinsi
Lampung.
2. Pengembangan Model partisipasi masyarakat dalam keekonomian lokal yang
menggunakan customer relationship management untuk meningkatkan
loyalitas pelanggan pada bank milik pemerintah di Provinsi Lampung.
1.3 Urgensi (Keutamaan) Penelitian
Meskipun memperoleh keuntungan dari berbagai program pemerintah dalam
memperlancar arus kas, bank milik pemerintah daerah tidak dapat menghindarkan diri
dari persaingan dalam penguasaan pasar. Persaingan antar bank itu dilakukan dengan
berbagai strategi masing-masing bank, baik dalam menghimpun maupun penyaluran
dana. Berdasarkan data Statistik 2014, jumlah asset terbesar seluruh bank yang ada di
Provinsi Lampung diduduki oleh bank swasta. Padahal disisi lain, pertumbuhan bank
swasta dan lembaga-lembaga ekonomi non bank tumbuh pesat sesuai dengan regulasi
dan kemudahan yang diberikan oleh pemerintah.
Kondisi persaingan dalam memperebutkan pasar seperti itu, tentu saja
mengundang perhatian bersama untuk meningkatkan kinerja bank milik pemerintah
daerah melalui program-program pemberdayaan yang menguntungkan dan sekaligus
meningkatkan pendapatan asli daerah adalah melalui strategi manajemen kerelasian
pelanggan customer relationship management (CRM).
Pendapat para ahli yang memberikan definisi customer relationship
management customer relationship management diantaranya Jon dan Natalie (2002)
yang mengatakan bahwa customer relationship management melibatkan pelacakan
perilaku pelanggan individu dari waktu ke waktu, sepanjang daur hidup produk dan
menggunakan pengetahuan untuk menemukan solusi secara tepat disesuaikan dengan
kebutuhan pelanggan. Kandampully dan Dwi (2005) menyatakan bahwa, customer
relationship management melibatkan penekusuran pelacakan perilaku pelanggan
individu dari waktu ke waktu yang dilakukan oleh manajemen melalui riset
pemasaran, dan menggunakan pengetahuan untuk menemukan pemecahan masalah
yang tepat dan disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan.
Perkembangan setiap individu pelanggan dan evaluasi simultan setiap strategi
manajemen dilakukan secara terus-menerus melalui evaluasi kinerja pesaing.
Keputusan customer relationship management itu dilaksanakan dalam rangka
memaksimalkan keuntungan terhadap keberadaan pelanggan seumur hidup.
Sedangkan Payne, A. (2005) mengatakan bahwa, program customer relationship
management pada saat ini sedang mendapatkan prioritas untuk dilaksanakan di dalam
sebuah perusahaan. Sebuah program CRM adalah beberapa mekanisme normatif
yang
diperkenalkan
oleh
manajemen
perusahaan
dengan
tujuan
untuk
memaksimalkan hak pelanggan.
Temuan atau luaran riil yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.
Tahun pertama (2016) target yang akan dicapai adalah mendeskripsikan model
loyalitas pelanggan menggunakan customer relationship management pada
segmen KUBE, IRT dan UMKM di Provinsi Lampung.
2.
Tahun kedua (2017) target yang akan dicapai adalah menerapkan partisipasi
masyarakat pada segmen KUBE, IRT dan UKM dalam customer relationship
management untuk meningkatkan loyalitas pelanggan pada bank milik
pemerintah daerah Provinsi Lampung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Custumer Relationship Management
Customer relationship management atau CRM merupakan sebagai satu
kesatuan penjualan, pemasaran dan strategi pelayanan yang mencegah terjadinya
aktivitas pekerjaan yang tidak terkoordinasi antar bagian dengan baik dan itu
tergantung pada aksi-aksi perusahaan yang terkoordinasi, Kalakota dan Maria
(2001). CRM berkonsentrasi pada apa yang dinilai oleh pelanggan, bukan pada apa
yang perusahaan ingin jual. Pelanggan tidak menginginkan diperlakukan secara sama.
Akan tetapi mereka ingin diperlakukan secara individual. Namun, pada dasarnya
CRM merupakan suatu cara untuk menganalisa perilaku pelanggan yang dimiliki
perusahaan, dimana melalui hasil analisa tersebut, perusahaan dapat menentukan cara
bagaimana agar dapat melayani para pelanggannya secara lebih personal, sehingga
menimbulkan loyalitas pelanggan terhadap perusahaan. Sasaran utama CRM bukan
terletak pada kepuasan pelanggan, tetapi lebih mengarah pada loyalitas pelanggan.
Maksudnya adalah agar pelanggan tidak hanya puas saat memakai produk
perusahaan, melainkan meningkatkan loyalitas pelanggan pada perusahaan. (Yahya,
2011).
2.2 Keuntungan Penggunaan CRM
Keuntungan penggunaan CRM adalah servis yang lebih cepat, mengurangi
harga, memperbesar keuntungan, mempunyai rasa memiliki, meningkatkan
koordinasi tim, kepuasan pelanggan menjadi lebih tinggi, meningkatkan loyalitas
pelanggan, Toni Wijaya (2011).
Potensi manfaat bisnis dari manajemen hubungan pelanggan sangat banyak.
Contohnya, CRM memungkinkan sebuah perusahaan untuk mengidentifikasi serta
berfokus pada para pelanggan terbaik mereka, yaitu mereka yang paling
menguntungkan bagi perusahaan, agar mereka dapat dipertahankan sebagi pelanggan
seumur hidup untuk layanan yang lebih besar dan menguntungkan. Manajemen
hubungan pelanggan memungkinkan penyesuaian dan personalisasi real-time atas
berbagai produk dan jasa berdasarkan pada keinginan, kebutuhan, kebiasaan membeli
serta siklus hidup pelanggan.
2.3 Pemasaran dan Pemenuhan Pesanan pada CRM
Sistem CRM membantu para praktisi pemasaran menyelesaikan kampanye
pemasaran langsung dengan mengotomatisasi tugas-tugas seperti pengkualifikasian
pemasaran pada sasaran, dan penjadwalan serta penelusuran pengiriman surat
pemasaran langsung. Kemudian, software CRM akan membantu para praktisi
pemasaran untuk menangkap dan mengelola data respons pelanggn dan calon
pelanggan di data base CRM, serta menganalisis nilai pelanggan dan nilai bisnis dari
kampanye pemasaran langsung perusahaan. CRM juga membantu dalam pemenuhan
respons calon pelanggan serta pelanggan dengan secara tepat menjadwalkan kontak
penjualan serta memberi informasi yang tepat atas produk dan jasa bagi mereka,
sementara sambil menangkap informasi yang relevan untuk disimpan ke dalam data
base CRM. O’Brien (2005).
2.4 Aktivitas Utama dari Konsep CRM
Aktivitas CRM pada dasarnya betujuan agar perusahaan dapat mengenali
pelanggan secara lebih detail dan melayani mereka sesuai kebutuhannya. Secara
umum, beberapa aktifitas utama dari konsep CRM adalah sebagai berikut:
a. Membangun database pelanggan yang kuat
Database pelanggan yang kuat merupakan kunci utama pelaksanaan CRM.
Ada banyak alasan mengapa perusahaan perlu membangun database pelanggan yang
kuat. Pertama, database pelaggan adalah salah satu aset utama perusahaan, yang juga
dapat dihitung performanya sebagaimana performa finansial yang lain. Kedua,
database pelanggan dapat dijadikan ukuran tentang nilai perusahaan sekarang dan
kemungkinan performanya di masa mendatang.
Untuk perusahaan yang menangani pelanggan corporate mungkin akan lebih
mudah karena jumlah pelaggannya terbatas. Tetapi bagi perusahaan yang menangani
pelanggan retail tentu saja dibutuhkan sistem dan prosedur pengumpulan database
yang lebih kompleks. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengumpulkan
database pelanggan. Misalnya melalui pengambilan kartu garansi yang datanya harus
diisi dengan lengkap oleh pelanggan, melalui form aplikasi untuk pengajuan kredit
ataupun permintaan suatu layanan dan yang paling populer tentu saja adalah dengan
menerbitkan katu keanggotaan.
Salah satu faktor penting agar pelanggan memberikan data-datanya kepada
perusahaan adalah dengan memberikan penawaran benefit untuk pelanggan.
Kebanyakan ritel memberikan reward point dan juga diskon jika mereka manjadi
anggota contohnya Telkomsel memberikan keuntungan kepada pelanggan Simpati
jika kartu mereka hilang dan pelanggan masih dapat memakai nomor yang sama
dengan hanya membayar 50% dari harga perdana.
b. Membuat profil dari setiap pelanggan
Ada 2 hal yang dapat menjadi parameter perusahaan dalam menentukan
profiling pelanggan adalah usage dan uses. Usage menyangkut seberapa banyak
mereka menggunakan produk atau layanan perusahaan, kapan menggunakannya dan
produk atau layanan apa saja yang digunakan. Sedangkan uses menyangkut
bagaimana pelanggan memakai produk atau jasa perusahaan. Digabungkan dengan
data-data demografis, psikografis dan berbagai data pendukung lain, profilling
semacam ini akan memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kebutuhan
dan keinginan pelanggan. Profil inilah yang kemudian dapat dipakai oleh perusahaan
untuk menentukan aktifitas marketing seperti apa yang cocok diaplikasikan kepada
pelanggan
c. Analisis profitabilitas dari setiap pelanggan
Dalam analisis profitabilitas ada 2 hal yang dinilai dari masing-masing
pelanggan. Pertama adalah penerimaan (revenue) yang dihasilkan dari masing-masing
pelanggan dan kedua adalah biaya (cost) yang harus dikeluarkan untuk melayani
masing-masing pelanggan. Sedangkan dari aspek biaya, yang perlu dihitung adalah
mulai dari biaya akuisisi (acquisition cost) hingga biaya untuk mempertahankan
mereka (retention cost). Satu lagi biaya yang perlu diperhitungkan adalah opportunity
cost, biaya dari kesempatan yang hilang karena melayani pelanggan tersebut. Dengan
menghitung dan membandingkan antara aspek penerimaan dan biaya yang harus
dikeluarkan, perusahaan dapat mulai memilih pelanggan mana yang memberikan
keuntungan yang lebih banyak dan mana yang tidak terlalu memberikan keuntungan
yang besar. Pemilihan ini menjadi alat yang penting agar perusahaan dapat
memberikan layanan yang sesuai dengan tingkat profitabilitas dari setiap pelanggan.
d. Interaksi dengan pelanggan yang lebih targeted dan customized
Dengan profil yang lebih jelas, perusahaan akan lebih mudah untuk melihat
kebutuhan yang berbeda-beda dari setiap pelanggan. Informasi ini tentu saja akan
memudahkan perusahaan untuk memberikan penawaran tentang produk dan layanan
yang disesuaikan kebutuhan mereka.
Program customer relation inilah yang menjadi salah inti utama dari aktifitas
customer relationship management (CRM). Paradigma dan cara berpikir perusahaan
tidak lagi didominasi pada bagaimana mendapatkan pelanggan baru, tetapi lebih ke
bagaimana mempertahankan pelanggan lama. Karena menurut survey, biaya untuk
mempertahankan pelanggan lama jauh lebih murah dari biaya untuk mendapatkan
pelanggan baru Apalagi pelanggan lama memiliki potensi yang besar bukan hanya
dalam pengunaan produk atau layanan perusahaanyang mereka pakai sekarang, tetapi
juga produk dan layanan perusahaan yang lain. Asal pelanggan puas, perusahaan
punya potensi untuk melakukan penjualan produk atau layanan yang berbeda melalui
cross selling ataupun up selling.
2.5 Penerapan Strategi CRM
Tujuan dari strategi CRM adalah untuk membentuk interaksi antara
perusahaan dan pelanggannya dengan cara memaksimalkan nilai hidup pelanggan
untuk perusahaan. Hal ini juga mencerminkan filosofi bahwa tidak semua pelanggan
diciptakan sama.
Gambar: Komponen Strategi CRM
2.6 Strategi Customer Relationship Management
Salah satu pendekatan yang dilakukan oleh manajemen bisnis adalah
pendekatan perilaku konsumen. Pengkajian tentang perilaku konsumen ini
melibatkan banyak pelanggan, sehingga berbagai keputusan yang diambil oleh
manajemen, focus dan banyak berorientasi kepada palanggan. Manajemen yang
mempelajari perilaku konsumen itulah yang nantinya digunakan sebagai dasar dalam
menerapkan konsep konsep pemasarang seperti oleh Zeithaml (2009), bahwa promosi
penjualan (sales promotion), periklanan (advertising), hingga penjualan pribadi
(personal selling) yang menekankan pertemuan antara individu pemasar pelanggan.
Pihak manajemen bank, dengan pemilik modal atau sasaran yang menjadi
target bank secara intensif merupakan bagian dari strategi manajemen. Manajemen
kerelasian pelanggan, atau yang dikenal dengan customer relationship management
merupakan strategi pemasar yang dituangkan dalam konsep dan operasional
manajemen pemasaran.
Strategi manajemen kerelasian pelanggan meliputi bagaimana menciptakan
keuntungan dalam jangka panjang bagi pelanggan. Transaki terhadap pelanggan tidak
hanya dilakukan dalam satu kali pembelian, akan tetapi pemeliharaan hubungan
seumur hidup terhadap pelanggan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari strategi manajemen kerelasian pelanggan.
Manajemen kerelasian pelanggan yang baik, tidak hanya menciptakan
kepuasan bagi pelanggan, akan tetapi dalam jangka panjnag, dapat melahirkan
loyalitas pelanggan. Pelanggan yang loyal, atau unit-unit usaha yang loyal, seperti
para pelaku usaha Industri Rumah Tangga, Usaha Mikro, Kecil dan Menengha,
maupun Kelompok Usaha Bersama, akan memudahkan bank milik pemerintah daerah
menyalurkan kredit dalam bentuk kredir-kredit usaha rakyat.
Manajemen kerelasian pelanggan dapat dilakukan untuk mengantisipasi
persaingan antar bank. Strategi ini dapat meninimalisir celah persaingan antar bank
yang ada di provinsi Lampung, sebagai akibat dari tumbuhnya bank-bank swasta dan
lembaga-lembaga ekonomi non bank yang menjanjikan, bunga yang bersaing, dan
daya tarik lain yang memanjakan pelanggan. Masyarakat harus mengetahui bahwa
bank milik pemerintah daerah, dioperasikan tidak semata-mata mementingkan
keuntungan (profit oriented) dalam memasarkan produknya.
Loyalitas pelanggan (customer loyalty) dapat ditingkatkan menggunakan
customer relationship management yang diarahkan bersamaan dengan pemberdayaan
masyarakat melalui program pemberdayaan sekaligus meningkatkan pendapatan asli
daerah. Sebagaimana dikatakan oleh Fullerton, Gordon (2004), bahwa program
keputusan customer relationship management adalah untuk memaksimalkan value
pelanggan seumur hidup, karena diperkenalkan perusahaan dengan tujuan
meningkatkan hak dan pemberdayaan pelanggan.
Manajemen dapat mengambil program ini karena percaya bahwa mereka
memfasilitasi perkembangan dan peningkatan hubungan dengan pelanggan adalah
sangat penting. Brown, Stanley (2008), menyatakan bahwa strategi adalah saluran
pemasaran, dan segmentasi yang meliputi segmen para pelaku usaha yang ada di
dalam masyarakat.
Roadmap Peneliti
Tahun
2004
Analisis
Dam
pak
Prog
ram
Sapi
Poto
ng
Pola
IFA
D
dan
PIR
Terh
adap
Perk
emb
angan
Prod
uksi
Penelitian pada
Dagi
tahun 2004, fokus
ng
pada kajian analisis
Sapi
pemasaran dengan
diversifikasi di
Prov
program
insi
Lam
pung
.
(200
4).
Tahun
2010
Analisis
Perila
ku
Kons
umen
Terha
dap
Perba
nkkan
Milik
Daera
h di
Kota
Metro
,
Lamp
ung.
(2010
)
Penelitian pada
tahun 2010, fokus
pada kajian analisis
perilaku
konsumen terhadap
produk (jasa)
tabungan bank
Tahun
2012
Pemodelan
Kepua
san
Pelang
gan
Meng
gunak
an
Kualit
as
Pelaya
nan
pada
Trans
portasi
Sriwij
aya
(2012)
Penelitian pada
tahun 2012, fokus
pada kajian
analisis strategi
pemasaran
dengan
rekonstruksi
pengukuran
kepuasan
pelanggan
Tahun
2013
Pengaruh
Pelaya
nan
Admini
nstrasi
Perizin
an
Terpad
u
(PAPT
) Kota
Metro
Terhad
ap
Pendap
atan
Asli
Daerah
Kota
Metro.
Penelitian
(2013) pada tahun
2013, fokus pada
kajian analisis
pelayanan perizinan
pada PEMDA dengan
pemodelan path
analysis
Tahun
2014
Survey
pada
Nas
aba
h
Tab
ung
an
PT.
BP
R
Ban
k
Eka
Bu
mi
Arth
a di
Pro
vins
i
Lam
Penelitian pada
tahun 2014,pun
fokus padag.
(201
kajian perilaku
pelanggan 4)
berdasarkan
corporate
image dan
customer
relation
management
(CRM)
menggunakan
Path Analysis
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survey dengan menggunakan pendekatan
kualitatif untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara teliti dan mendalam
tanpa menggunakan hipotesis dan intervensi. Ruang lingkup penelitian ini meliputi
segi kewilayahan, yakni wilayah sampel terpilih yang menggunakan purposive
random sampling yang diambil dari populasi 12 Kabupaten/Kota yang ada di provinsi
Lampung.
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian, Lexy J., (2010), ini yaitu: (1)
Action Research, (2) Tehnik Participatory Rural Apraisal dan (3) Triangulasi.
Dalam penelitian tahun I bertujuan untuk:
1. Menghasilkan gambaran tentang kondisi sosial, ekonomi, dan budaya UMKM di
Provinsi Lampung .
2. Data yang digunakan untuk menjawab tujuan pertama adalah data primer yang
terdiri aspek sosial, ekonomi UMKM. Sedangkan
metode pengumpulan data
dilakukan dengan teknik wawancara secara terstruktur menggunakan daftar
pertanyaan.
Penggunaan teknik PRA (Participatory Rural
Appraisal
)
dimaksudakan untuk memperdalam dan memperjelas informasi yang telah
diperoleh. Wawancara dilakukan dengan memperhatikan heterogenitas dan strata
sosial masyarakat dan melihat jarak tempat tinggal dari sumber dampak.
Disamping wawancara juga digunakan kuesioner terstruktur yang terkait dengan
aspek-aspek yang akan diteliti. Responden dalam penelitian ini terdiri dari UMKM
yang berada pada obyek penelitian dengan sistem stratified sampling.
Metode Penelitian Tahun II
Dalam penelitian tahun ke-2
bertujuan untuk: Menerapkan model
CRM pada Bank di Provinsi Lampung.
3.3 Bagan Alir Penelitian
Dalam penelitian ini digambarkan proses kegiatan
selama penelitian
dilakukan. Berikut bagan alir Tahun 1 penelitian sebagai berikut:
Mulai
Studi
Lap
ang
an
Identifikasi dan
Perumusan
masalah
Studi Pustaka
Hasil Kegiatan Penelitian
tahun 1
Pengumpulan data
Pengolahan Data
Kajian UMKM di Provinsi
Lampung
3.1 Gambar Bagan Alir Penelitian Tahun 1
Sedangkan pada tahun ke-2 penelitian menggunakan dengan pendekatan fish bone
akan diperoleh permasalahan yang muncul pada tahun pertama serta
bagaimana mencari solusi yang tepat sasaran.
Berikut bagan alir tahun ke-2 pada penelitian sebagai berikut:
Mulai
Analisa menggunakan
diagram pareto
Analisa menggunakan
diagram pareto
Analisa menggunakan
diagram pareto
Analisis dengan
pendekatan
Fishbon
Model CRM di Bank
pemerintah
Implementasi
Terhadap UMKM
Implementasi
Terhadap UMKM
3.4 Diagram Fishbone
Fishbone
sering
pula
disebut
sebagai
Ishikawa
Diagram,
diperkenalkan oleh Prof. Kaoru Ishikawa. Gasversz, Vincent (1997)
mengungkapkan bahwa ”Diagram sebab akibat ini merupakan pendekatan
terstruktur yang memberi peluang untuk menganalisis secara rinci untuk
mencari akar-akar penyebab masalah, ketidaksesuaian, dan kesenjangan
antara harapan dan kenyataan. Dalam situasi tertentu, diagram ini dapat
digunakan, terutama situasi dalam: 1)
diskusi dan pertemuan dengan
menggunakan brain storming untuk mengidentifikasi mengapa suatu masalah
dapat terjadi, 2) memerlukan analisis yang lebih terperinci terhadap suatu
masalah, dan 3) adanya kesulitan dalam memisahkan penyebab dan akibat.
Langkah-langkah penggunaan diagram Fishbone adalah sebagai berikut:
1) Identifikasikan
seluruh
peluang
penyebab
terjadinya
masalah
dengan
menggunakan teknik brainstorming, yakni terbentuknya tim yang terdiri dari
anggota yang memiliki ide-ide berkenaan dengan masalah yang sedang dihadapi.
2) Menempatkan pertanyaan masalah pada sisi kanan dan kategori utama seperti:
material, metode, manusia, pengukuran dan lingkungan yang ditempatkan pada
cabang-cabang utama (membentuk tulang-tulang besar dari ikan). Sesuai dengan
temuan kebutuhan yang ada di lapangan.
3) Setiap penyebab dalam kategori utama ditempatkan dengan menempatkannya
pada cabang-cabang yang sesuai.
4) Setiap penyebab terjadinya masalah, tanyakan ”mengapa?” agar diemukan
peluang akar penyebab, kemudian daftarkan akar penyebab masalah itu pada
cabang-cabang yang relevan dengan kategori utama. Untuk menemukan akar
penyebab, pergunakan teknik bertanya sebanyak lima kali (Five Why).
5) Diagram sebab akibat itu di interpretasikan dengan melihat penyebab timbulnya
permasalahan yang timbul secara berulang, kemudian dapatkan kesepakatan
melalui konsensus tentang penyebab terjadinya masalah itu. Selanjutnya fokus
pada penyebab munculnya permasalahan yang dipilih melalui konsensus itu.
6) Mengembangkan tindakan korektif, serta memantau hasil-hasil untuk menjamin
bahwa tindakan korektif yang dilakukan itu efektif karena telah menghilangkan
akar penyebab masalah yang ada. Gambaran umum penelitian ini dengan
menggunakan model tulang ikan adalah sebagai berikut:
Manusia
Metode
-Tidak ada metode pembinaan
-Tidak ada peran serta Pemerintah
- Tidak ada
Pembinaan
- SDM Rendah
Problem
Belum ada
pemb
inaan
Material
-Waktu Terbatas
-Tempat yang terbatas
Sarana dan Prasarana
Gambar 3.3 Model Akar Masalah Penelitian
3.5 Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan jenis data primer dan data skunder. Teknik
Pengumpulan data menggunakan teknik yang bervariasi, disesuaikan dengan jenis
data dan sumber data. Data Skunder diperoleh melalui literatur-literatur yang relevan
dengan penelitian ini. Pemerintah kabupaten/Kota, Dinas perindustrian, Tokoh
Masyarakat, Kelompok Usaha Bersama, Industri Rumah Tangga, Buku, Jurnal, dan
Situs Internet.
Untuk data primer penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari
wawancara langsung dengan pelaku usaha UMKM yang ada di bawah naungan Dinas
Perindustrian, yakni IRT, KUBE, Usaha Mikro, dan Bank Lampung yang ada di
Kabupaten/Kota terpilih.
3.6 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang dikumpulkan melalui wawancara langsung secara mendalam
dengan sumber-sumber yang terkait diidentifikasi sesuai dengan peringkat dan
kelompoknya masing-masing. Hasil pengolahan data, diolah dengan menggunakan
alat analisis deskriptif kualitatif, yakni dengan menggunakan analisis Strenghts,
Weakness, Opportunities, Threats (SWOT). SWOT adalah akronim untuk kekuatan
(Strenghts), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats)
dari lingkungan eksternal perusahaan. SWOT digunakan untuk menilai kekuatankekuatan dan kelemahan-kelemahan dari sumber-sumber daya yang dimiliki
perusahaan dan kesempatan-kesempatan eksternal dan tantangan-tantangan yang
dihadapi.
Menurut David, Fred R. (2011), Semua organisasi memiliki kekuatan dan
kelemahan dalam area fungsional bisnis. Tidak ada perusahaan yang sama kuatnya
atau lemahnya dalam semua area bisnis. Kekuatan/kelemahan internal, digabungkan
dengan peluang/ancaman dari eksternal dan pernyataan misi yang jelas, menjadi dasar
untuk penetapan tujuan dan strategi.Tujuan dan strategi ditetapkan dengan maksud
memanfaatkan kekuatan internal dan mengatasi kelemahan.
Berikut ini merupakan penjelasan dari SWOT yaitu:
1. Kekuatan (Strenghts)
Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keungulan-keungulan lain
yang berhubungan dengan para pesaing perusahaan dan kebutuhan pasar yang dapat
dilayani oleh perusahaan yang diharapkan dapat dilayani. Kekuatan adalah kompetisi
khusus yang memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan di pasar
2. Kelemahan (Weakness)
Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya,
keterampilan, dan kapabilitas yang secara efektif menghambat kinerja perusahaan.
Keterbatasan tersebut dapat berupa fasilitas, sumber daya keuangan, kemampuan
manajemen dan keterampilan pemasaran sebagai sumber dari kelemahan perusahaan.
3. Peluang (Opportunities)
Peluang adalah situasi penting yang mengguntungkan dalam lingkungan
perusahaan. Kecenderungan-kecenderungan penting merupakan salah satu sumber
peluang, seperti perubahaan teknologi dan meningkatnya hubungan antara perusahaan
dengan pembeli atau pemasok merupakan gambaran peluang bagi perusahaan.
4. Ancaman (Threats)
Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungan dalam lingkungan
perusahaan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau yang
diinginkan perusahaan. Adanya peraturan-peraturan pemerintah yang baru atau yang
direvisi dapat merupakan ancaman bagi kesuksesan perusahaan.
Menurut Rangkuti, Freddy. (2004), Matriks SWOT dapat menggambarkan
secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan
dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini
dapat menghasilkan empat set kemungkinan altenatif strategis.
3.7 Luaran Penelitian
Adapun luaran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Jurnal tidak terakreditasi
b. Seminar Nasional
BAB V
HASIL YANG SUDAH DICAPAI
5.1 KUBE, IRT, DAN UMKM
A. KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE)
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah merupakan kelompok warga atau
keluarga binaan sosial yang dibentuk oleh warga atau keluarga binaan sosial yang
telah dibina melalui proses kegiatan Program Kesejahteraan Sosial (PROKESOS).
Kelompok ini untuk melaksanakan kegiatan kesejahteraan sosial dan usaha ekonomi
yang memegang teguh semangat kebersamaan sebagai sarana untuk meningkatkan
taraf kesejahteraan sosial dilingkungan masyarakat dalam suatu desa atau kelurahan..
KUBE ini dapat juga dikatakan sebagai salah satu metode pendekatan yang
dilaksanakan oleh pemerintah yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan serta
terintegrasi secara keseluruhan dalam proses Program Kesejahteraan Sosial
(PROKESOS). KUBE tidak dimaksudkan untuk menggantikan keseluruhan prosedur
baku PROKESOS kecuali untuk Program Bantuan Kesejahteraan Sosial Fakir Miskin
yang mencakup keseluruhan proses. Pembentukan KUBE dimulai dengan proses
pembentukan kelompok sebagai hasil bimbingan sosial, pelatihan ketrampilan
berusaha, serta bantuan stimulans dan pendampingan.
B. TUJUAN DAN SASARAN
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) memiliki tujuan dan diarahkan
kepada upaya mempercepat penghapusan kemiskinan melalui:
1. Peningkatan kemampuan berusaha para anggota KUBE secara bersama di
dalam kelompok
2. Pengembangan skala usaha
3. Peningkatan kepedulian dan kesetiakawanan social, baik antar sesame anggota
KUBE maupun terhadap masyarakat sekitar.
Di dalam kaitan dengan kebijakan PMKS yang hidup di bawah garis
kemiskinan dengan rincian sebagai berikut:
1. Keluarga Fakir Miskin yang dibina melalui Program Bantuan Kesejahteraan
Sosial Fakir miskin
2. Kelompok Masyarakat Terasing yang dibina melalui Program Pembinaan
Kesejahteraan Sosial Masyarakat Terasing.
3. Para Penyandang Cacat yang dibina melalui Program Pelayanan dan
Rehabilitas Sosial Penyandang Cacat.
4. Para Penyandang Cacat yang dibina melalui Program Pelayanan dan
Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat.
5. Lanjut Usia yang dibina melalui Program Pembinaan Kesejahteraan Sosial
Lanjut Usia
6. Anak Terlantar yang dibina melalui Program Pembinaan Kesejahteraan Sosial
Anak Terlantar
7. Wanita Rawan Sosial Ekonomi yang dibina melalui Program Peningkatan
Peranan Wanita di Bidang Kesejahteraan Sosial
8. Keluarga Muda Mandiri yang dibina melalui Program Pembinaan Keluarga
Muda Mandiri
9. Remaja dan Pemuda yang dibina melalui Program Pembinaan Karang Taruna
10. Keluarga Miskin di Daerah Kumuh yang dibina melalui Program
Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (RSDK).
C. PROSES PEMBENTUKAN KUBE
KUBE yang ditumbuhkembangkan melalui Program Bantuan Kesejahteraan
Fakir Miskin, langkah / kegiatan pokok pembentukan KUBE untuk sasaran
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lainnya adalah:
1. Pelatihan
ketrampilan
berusaha,
dimaksudkan
untuk
meningkatkan
kemampuan praktis berusaha yang disesuaikan dengan minat dan ketrampilan
PMKS serta kondisi wilayah, termasuk kemungkinan pemasaran dan
pengembangan basil usahanya. Nilai tambah lain dari pelatihan adalah
tumbuhnya rasa percaya diri dan harga diri PMKS untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapi dan memperbaiki kondisi kehidupannya
2. Pemberian bantuan stimulan sebagai modal kerja atau berusaha yang
disesuaikan dengan ketrampilan PMKS dan kondisi setempat. Bantuan ini
merupakan hibah (bukan pinjaman atau kredit) akan tetapi diaharapkan bagi
PMKS penerima bantuan untuk mengembangkan dan menggulirkan kepada
warga masyarakat lain yang perlu dibantu
3. Pendampingan, mempunyai peran sangat penting bagi berhasil dan
berkembangnya KUBE, mengingat sebagian besar PMKS merupakan
kelompok yang paling miskin dan penduduk miskin. Secara fungsional
pendampingan dilaksanakan oleh PSK yang dibantu oleh infrastruktur
kesejahteraan sosial di daerah seperti Karang Taruna (KT), Pekerja Sosial
Masyarakat (PSM), Organisasi Sosial (ORSOS) dan Panita Pemimpin Usaha
Kesejahteraan Sosial (WPUKS).
D. ORGANISASI DAN MANAJEMEN
1.
Kepengurusan KUBE
a. Pada hakekatnya KUBE dibentuk dari, oleh dan untuk anggota kelompok
b. Pengurus KUBE dipilih dari anggota kelompok yang mau dan mampu
mendukung pengembangan KUBE, memiliki kualitas seperti kesediaan
mengabdi,
rasa
keterpanggilan,
mampu
mengorganisasikan
dan
mengkoordinasikan kegiatan anggotanya, mempunyai keuletan, pengetahuan
dan pengalaman yang cukup serta yang penting adalah merupakan hasil
pilihan dari anggotanya
2.
Keanggotaan KUBE
a. Anggota KUBE adalab PMKS sebagai sasaran program yang telah disiapkan.
Jumlah anggota untuk setiap KUBE berkisar antara 5 sampai 10 orang / KK
sesuai dengan jenis PMKS
b. Khusus untuk Pembinaan Masyarakat Terasing dan Rehabilitasi Sosial Daerah
Kumuh pembentukan KUBE berdasarkan unit pemukiman sosial, artinya
suatu unit pemukiman sosial adalah satu KUBE
3.
Administrasi KUBE
a. Untuk dapat berjalan dan berkembangnya KUBE dengan baik, maka pengurus
maupun pengelola KUBE perlu memiliki catatan atau administrasi yang baik,
yang mengatur keanggotaan, organisasi, kegiatan, keuangan, pembukuan dan
lain sebagainya
b. Catatan dan administrasi KUBE meliputi antara lain buku anggota, buku
peraturan KUBE, pembukuan keuangan / pengelolaan hasil, daftar pengurus
dan sebagainya
E. PEMBINAAN, MONITORING DAN EVALUASI
a. Pembinaan dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan dayaguna dan
hasilguna penumbuhan dan pengembangan KUBE, disamping meningkatkan
motivasi dan kemampuan pelaksanaan dilapangan serta kapasitas manajemen
pengelola KUBE. Pembinaan dilaksanakan oleh petugas sosial wilayah mulai
dan tingkat propinsi, kabupaten / kodya, kecamatan dan desa / kelurahan
secara berjenjang
b. Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan KUBE
dan permasalahan yang merupakan hambatan serta upaya pemecahannya,
sehingga upaya penumbuhan dan pengembangan KUBE berjalan sesuai
dengan rencana
c. Kegiatan monitoring dan evaluasi beserta pelaporannya dilaksanakan melalui
mekanisme secara berjenjang mulai dan tingkat desa, kecamatan, kabupaten /
kodya, propinsi dan tingkat pusat dalam koordinasi Kelompok Kerja
Operasional (POKJANAL) PROKESRA yang dilakukan secara bertahap dan
berjenjang.
5.2 INDUSTRI
A. Definisi dan pengertian industry
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau
barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah
untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga
reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang,
tetapi juga dalam bentuk jasa.
B. Jenis / macam-macam industri berdasarkan tempat bahan baku
1. Industri ekstraktif
Industri ekstraktif adalah industri yang bahan baku diambil langsung dari alam
sekitar.
- Contoh: pertanian,
perkebunan,
perhutanan,
perikanan, peternakan,
pertambangan, dan lain lain.
2. Industri nonekstaktif
Industri nonekstaktif adalah industri yang bahan baku didapat dari tempat lain selain
alam sekitar.
3. Industri fasilitatif
Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah berbentuk jasa yang
dijual kepada para konsumennya.
- Contoh: Asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi, dan lain sebagainya.
C. Golongan / macam industri berdasarkan besar kecil modal
1. Industri padat modal
adalah industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan
operasional maupun pembangunannya
2. Industri padat karya
adalah industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah besar tenaga kerja atau
pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.
D. Jenis-jenis / macam industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya.
1. Industri kimia dasar
Contohnya seperti industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk, dsb.
2. Industri mesin dan logam dasar
Misalnya seperti industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil, dll
3. Industri kecil
Contoh seperti industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak
goreng curah, dll.
4. Aneka industry
misal seperti industri pakaian, industri makanan dan minuman, dan lain-lain.
E. Jenis-jenis / macam industri berdasarkan jumlah tenaga kerja
1. Industri rumah tangga
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 1-4
orang.
2. Industri kecil
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 5-19
orang.
3. Industri sedang atau industri menengah
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 20-99
orang.
4. Industri besar
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 100
orang atau lebih.
F. Pembagian / penggolongan industri berdasakan pemilihan lokasi
1. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar (market oriented
industry)
Adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen.
Industri jenis ini akan mendekati kantong-kantong di mana konsumen
potensial berada. Semakin dekat ke pasar akan semakin menjadi lebih baik.
2. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja / labor (man
power oriented industry)
Adalah industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman penduduk
karena bisanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja / pegawai
untuk lebih efektif dan efisien.
3. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan baku (supply
oriented industry)
Adalah jenis industri yang mendekati lokasi di mana bahan baku berada untuk
memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar.
G. Macam-macam / jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan
1. Industri primer
Adalah industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan langsung
atau tanpa diolah terlebih dahulu.
Contohnya adalah hasil produksi pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan
sebagainya.
2. Industri sekunder
Industri sekunder adalah industri yang bahan mentah diolah sehingga
menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali.
Misalnya adalah pemintalan benang sutra, komponen elektronik, dan
sebagainya.
3. Industri tersier
Adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa.
Contoh seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan masih
banyak lagi yang lainnya.
H. Pengertian Home Industry
1. Pengertian “Home Industry”
Home berarti rumah, tempat tinggal, ataupun kampung halaman. Sedang
Industry, dapat diartikan sebagai kerajinan, usaha produk barang dan ataupun
perusahaan. Singkatnya, Home Industry (atau biasanya ditulis/dieja dengan
“Home Industri”) adalah rumah usaha produk barang atau juga perusahaan kecil.
Dikatakan sebagai perusahaan kecil karena jenis kegiatan ekonomi ini dipusatkan
di rumah. Pengertian usaha kecil menyebutkan bahwa usaha kecil adalah usaha
dengan kekayaan bersih paling banyak Rp200 juta (tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha) dengan hasil penjualan tahunan paling banyak
Rp1.000.000.000.
Kriteria lainnya adalah: milik WNI, berdiri sendiri, berafiliasi langsung
atau tidak langsung dengan usaha menengah atau besar dan berbentuk badan
usaha perorangan, baik berbadan hukum maupun tidak. Home Industri juga dapat
berarti industri rumah tangga, karena termasuk dalam kategori usaha kecil yang
dikelola keluarga.
2. Pelaku Home Industri
Pada umumnya, pelaku kegiatan ekonomi yang berbasis di rumah ini
adalah keluarga itu sendiri ataupun salah satu dari anggota keluarga yang
berdomisili di tempat tinggalnya itu dengan mengajak beberapa orang di
sekitarnya sebagai karyawannya. Meskipun dalam skala yang tidak terlalu besar,
namun kegiatan ekonomi ini secara tidak langsung membuka lapangan pekerjaan
untuk sanak saudara ataupun tetangga di kampung halamannya. Dengan begitu,
usaha perusahaan kecil ini otomatis dapat membantu program pemerintah dalam
upaya mengurangi angka pengangguran. Lagi, jumlah penduduk miskinpun akan
berangsur menurun.
3. Pusat Kegiatan Home Industri
Sebagaimana nama kegiatan ekonomi ini, Home Industri pada umumnya
memusatkan kegiatan di sebuah rumah keluarga tertentu dan biasanya para
karyawan berdomisili di tempat yang tak jauh dari rumah produksi tersebut.
Karena secara geografis dan psikologis hubungan mereka sangat dekat (pemilik
usaha dan karyawan), memungkinkan untuk menjalin komunikasi sangat mudah.
Dari kemudahan dalam berkomunikasi ini diharapkan dapat memicu etos kerja
yang tinggi. Karena masing-masing merasa bahwa kegiatan ekonomi ini adalah
milik keluarga, kerabat dan juga warga sekitar. Merupakan tanggung jawab
bersama dalam upaya meningkatkan perusahaan mereka.
4. Home Industri sebagai Alternatif Penghasilan bagi Keluarga
Bertambahnya jumlah keluarga tentu saja akan menambah jumlah
kebutuhan dalam memenuhi keperluan anggota keluarga itu sendiri semakin
meningkat. Kebutuhan keluarga ini akan terasa ringan terpenuhi jika ada usaha
yang mendatangkan income atau penghasilan keluarga untuk menutupi
kebutuhan tersebut. Home Industri yang pada umumnya berawal dari usaha
keluarga yang turun menurun dan pada akhirnya meluas ini secara otomatis dapat
bermanfaat menjadi mata pencaharian penduduk kampung di sekitarnya.
Kegiatan ekonomi ini biasanya tidak begitu menyita waktu, sehingga
memungkinkan pelaku usaha membagi waktunya untuk keluarga dan pekerjaan
tetap yang diembannya.
5.3 UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah)
Program Bantuan UMKM Berdasakan Jenis Usaha
1. Usaha Menengah Kecil dan Mikro adalah usaha produktif milik orang
perorangan dan / atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha
Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha
besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
4. Usaha Mikro merupakan kegiatan usaha yang dapat memperluas lapangan
pekerjaan serta memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada
masyarakat dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan
pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, serta berperan
mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu, usaha mikro adalah salah satu pilar
utama ekonomi nasional yang medapatkan kesempatan utama, dukungan,
perlindungan serta pengembangan yang secara luas sebagai wujud pihak yang
tegas kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa harus mengabaikan
peranan usaha besar dan badan usaha milik pemerintah, serta memiliki kurang
dari 5 orang tenaga kerja.
Program Bantuan UMKM Berdasakan Kriteria
1. Tujuan Usaha Mikro
Usaha
Mikro,
Kecil
dan
Menengah
bertujuan
menumbuhkan
dan
mengembangkan usahanya dalam rangka perekonomian nasional berdasarkan
ekonomi yang berkeadilan.
Pemberdayaan dan pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) merupakan upaya yang ditempuh pemerintah untuk mengatasi
masalah pengangguran dan kemiskinan. Usaha Mikro adalah usaha yang
dimiliki dan dijalankan oleh penduduk miskin atau mendekati miskin. Usaha
mikro sering disebut dengan usaha rumah tangga. Besarnya kredit yang dapat
diterima oleh usaha adalah Rp 50 juta. Usaha mikro adalah usaha produktif
secara individu atau tergabung dalam koperasi dengan hasil penjualan Rp 100
juta.
2. Kriteria Usaha Mikro
Kriteria Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau
badan usaha perorangan yang memiliki kriteria sebagai berikut :
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50 juta tidak temasuk tanah
dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300 juta.
3. Ciri-ciri Usaha Mikro, yaitu:
a. Jenis barang usahanya tidak tetap, dapat berganti pada periode tertentu;
b. Tempat usahanya tidak selalu menetap. Dapat berubah sewaktu-waktu;
c. Laksanakan administrasi keuangan yang sederhana dan tidak memisahkan
antara keuangan keluarga dengan keuangan usaha. Sumber daya manusia
(pengusaha) belum meiliki jiwa entrepreneur yang memadai;
d. Tingkat pendidikan rata-rata relative rendah;
e. Pada umumnya belum akses ke perbankan, namun sebagian dari mereka
sudah akses ke lembaga keuangan non bank;
f. Umumnya tidak mempunyai izin usaha atau prasyaratan legalitas lainnya
termasuk Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
5.4 JENIS-JENIS KREDIT BANK PEMERINTAH DAERAH
a. PANTAS
PANTAS (Program Pinjaman Anda Aman Terbatas), adalah program pinjaman yang
dilaksanakan oleh bank Pemerintah Daerah Provinsi Lampung dengan
sararan para pegawai negeri. Program Kredit ini dilaksanakan dalam jangka
pendek maupun jangka panjang.
b. TENTRAM
TENTRAM (Tempat Perlindungan dan Rasa Aman). Program pinjaman ini
dilaksanakan oleh Bank Pemerintah Daerah Provinsi Lampung dengan
sararanmasyrakat umum maupun pegawai gegeri/swasta dalam bentuk Kredit
Perumahan (KPR).
c. PIKUL
PIKUL (Pinjaman Kelompok Usaha Kecil), program pinjaman ini
dilaksanakan oleh Bank Pemerintah Daerah Provinsi Lampung dengan
sararan para pedagang kecil, Kelompok Usaha Bersama (KUBE), Industri
Rumah Tangga (IRT), dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
dalam bentuk Kredit Aneka guna dan Kredit Multi Guna.
d. KUR
KUR (Kredit Usaha Rakyat), program ini dilaksanakan oleh Bank Pemerintah
Daerah Provinsi Lampung dengan sararan para pedagang kecil, dalam bentuk
Kredit Aneka Guna, dan Kredit Multi Guna.
e. PUNDI
PUNDI (Pinjaman Usaha Mandiri), adalah program pinjaman yang
dilaksanakan oleh Bank Pemerintah Daerah Provinsi Lampung dengan
sararan para pedagang kecil dan menengah dalam bentuk Kredit KPKMPNM, KKP.
f. PUGAR
Pugar (Pinjaman Untuk Golongan Kontraktor), adalah program pinjaman
yang dilaksanakan oleh Bank Pemerintah Daerah Provinsi Lampung dengan
sararan para kontraktor dan kronstruktor dalam bentuk Pinjaman Untuk
Golongan Kontraktor dan Kredit Konstruksi.
g. PILAR
PILAR (Pinjaman Investasi & Modal Kerja), adalah program pinjaman yang
dilaksanakan oleh Bank Pemerintah Daerah Provinsi Lampung dengan
sararan para pedagang dan umum dalam bentuk Kredit Investasi & Kredit
Modal Kerja lainnya.
h. PINTAS
PINTAS (Pinjaman Investasi Terbatas), adalah program pinjaman yang
dilaksanakan oleh Bank Pemerintah Daerah Provinsi Lampung dengan
sararan para pedagang dan masyarakat umum dalam bentuk Pinjaman
Investasi Terbatas dan Kredit Perorangan.
i. PEPADUN
PEPADUN (Peduli Pembangunan Daerah Lampung), program pinjaman ini
dilaksanakan oleh bank Pemerintah Daerah Provinsi Lampung yang
dilaksanakan berdasarkan kebutuhan Pemerintah Daerah Provinsi Lampung.
5.5 PROGRAM MANAJEMEN BANK PEMERINTAH DAERAH
1. Strategi Konsolidasi
a. Meningkatkan Profesionalisme, Kompetensi Sumber Daya Manusia
melakukan
serta
kaderisasi melalui training dan penerapan corporate values,
performance` culture, sales & risk culture
b. Memperbaiki
image
perusahaan,
membangun
service
excellent
dan
meningkatkan penerapan GCG untuk memperkuat kapabilitas organisasi
c. Melanjutkan pengembangan bisnis dengan perluasan jaringan cabang / mikro
(Branchless Banking) dan Syariah
d. Meningkatkan efisiensi
&
operasional melalui
modernisasi
IT dan
perbaikan / penyempurnaan MIS
2. Tema Strategis
a. Menjadi bank Terkemuka dan Terpercaya
b. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan jasa perbankan, tersedianya sumber
daya manusia yang berkualitas dengan memiliki kompetensi tinggi, memiliki
struktur permodalan yang kuat, dan Pengembangan insfrastruktur informasi
teknologi
c. Meningkatkan kualitas pelayanan dan corporate image, Melakukan kerjasama
strategis antar bank dan lembaga lainnya
BAB VI
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Penelitian yang dilakukan pada tahun pertama tentang Pengembangan Model
Loyalitas Pelanggan Menggunakan Customer Relationship Management (CRM) pada
nasabah KUBE, IRT dan UMKM bank Pemerintah Daerah ini, kurang lebih sudah
mencapai tahap penyelesaian 70%. Data-data yang berkaitan dengan penyelesaian
laporan dan hasil sudah terkumpul dengan baik. Rencana tahapan berikutnya adalah
meliputi:
6.1 Deskripsi Model Profil.
Tahap deskripsi model profil ini dilakukan dengan cara menampilkan
keseluruhan objek yang akan digunakan dalam analisis berikutnya. Program
Kredit Bank Pemerintah Daerah yang diberikan dalam rangka mempercepat
pertumbuhan kredit, dan program Kelompok Usaha Bersama, Industri Rumah
Tangga, dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sebagai sasaran Kredit Usaha
Rakyat (KUR) yang dikucurkan oleh Bank Pemerintah Daerah berupa Produk
Kredit Aneka Guna dan Kredit Multi Guna.
6.2 Konfirmasi dan Validitas Data
Data yang sudah terkumpul dilakukan klarifikasi dengan cara wawancara secara
mendalam terhadap pelaku KUBE, IRT, maupun UMKM secara perorangan
maupun focus group. Klarifikasi ini dilakukan dengan tujuan untuk melengkapi
instrumen yang sudah terisi dan melengkapinya apabila ditemukan data-data
isian yang belum lengkap, maupun memvalidasi data-data yang sudah lengkap.
6.3 Finishing Deskripsi Model Profil
Tahapan ini meliputi pembuatan model profil sesuai dengan data yang sudah
divalidasi dan dikonfirmasi kebenarannya dan disajikan secara deskriptif,
sehingga dapat digunakan sebagai dasar pijakan dalam penelitian tahap akhir
tahun berikutnya.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Tahap penelitian untuk tahun pertama meliputi Pengembangan Model
Loyalitas Pelanggan Menggunakan Customer Relationship Management (CRM)
pada nasabah KUBE, IRT dan UMKM sebagai mitra Bank Pemerintah Daerah
dalam pemberdayaan masyarakat miskin kota di Provinsi Lampung. Sebagian
besar produk kredit Bank Pemerintah Daerah yang diberikan dalam bentuk
Produk Kredit Usaha Rakyat, disalurkan dalam program yang bersifat konsumtif
dan produktif, akan tetapi belum sepenuhnya menggunakan indikator Loyalitas
Pelanggan dengan pendekatan Customer Relationship Management, serta masih
lemah dari kontek pendampingannya.
7.2 Saran
Berdasarkan temuan-temuan
dalam pencacahan data dan wawancara
terhadap masing-masing pelaku usaha KUBE, IRT dan UMKM, diperlukan
diskusi mendalam tentang akar permasalahan yang dihadapi oleh Bank Milik
Pemerintah Daerah dalam meluncurkan Kredit Usaha Rakyat. Karena
optimalisasi peluncuran KUR itu, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, tidak
hanya semata ditentukan oleh sikap bagaimana para penerima Kredit Usaha
Rakyat, akan tetapi juga ditentukan oleh model program yang diciptakan oleh
manajemen Bank Milik Pemerintah Daerah, dan dapat mengurangi jumlah
penduduk miskin yang ada di Provinsi Lampung.
DAFTAR PUSTAKA
BPS (Badan Pusat Statistik) 2014. Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta
No.04/01/31/Th.XVI, 2 Januari
Brown, Stanley A. 2008. Customer Relationship Management: A Strategic Imperative
in the World of e-Business. Canada: Jhon Wiley & Sons Canada Inc.
David, Fred R. 2011. Manajemen Strategis. Edisi Sepuluh, Jakarta: Penerbit Salemba
Empat.
Fullerton, Gordon. 2004. “The Impact of Brand Commitment on Satisfaction and
Loyalty”. International Journal, Vol.7, No. 4.
Gaspersz, Vincent. 1997. Manajemen Kualitas Penerapan Konsep-Konsep Kualitas
Dalam Manajemen Bisnis Total. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jon, Anton., dan Natalie L. 2002. Petouhoff. Customer Relationship Management :
The Bottom Line to Optimizing Your ROI. New Jersey: Prentice Hall.
Kalakota, Ravi & Maria Robinson. 2001. E-Business 2.0 : Roadmap for Success.
Addison Wesley, Longman Inc., USA.
Kamakura, Wagner dan Mela, F. Carl. 2005. Choice Models and Customer
Relationship Management, Marketing Letters 16.
Kandampully, Jay., dan Dwi Suhartanto. 2005. “Customer loyalty in the hotel
industry: The Role of Customer Satisfaction and Image.” International
Journal of Contemporary Hospitality Management. Vol. 17 (11).
Lexy J., Moleong. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
O’Brien, James. A. 2005. Pengantar Sistem Informasi Perseptif Bisnis dan
Manajerial. Salemba.
Payne, A. 2005. Hand Book of CRM : Achieving Excellence in Customer
Management, Oxfore: Buterworth-Heinemann. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Rangkuti, Freddy. 2004. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta.
Sun, Boahong. 2006, Investigating Interrelationship among Customer Value,
Customer Satisfaction, Switching Cost, Loyalty. Singapore: Nanyang
Technology Univ. Singapore.
Tony Wijaya, 2011. Manajemen Kualitas Jasa, Cetakan ke-1, Kembangan-Jakarta
Barat : PT. Indeks.
Yahya, Yohannes. 2011. “Pengaruh Customer Relationship Management dalam
Meningkatkan
Loyalitas
Pelanggan”.
Universitas
Budi
Luhur,
http://fe.budiluhur.ac.id/wp-content/uploads/2011/05 (diakses, 13 Desember
2015).
Zeithaml, Valarie A., Mary Jo Bitner, and Dwayne D. Gremler. 2009. Service
Marketing. New York: McGraw-Hill Education,
Scarvada, A.J., Tatiana Bouzdine-Chameeva, Susan Meyer Goldstein, Julie M.
Hays, Arthur V. Hill. 2004. A Review of the Causal Mapping Practice and
Research Literature. Second World Conference on POM and 15th Annual
POM Conference, Cancun, Cancun, Mexico, April 30 – May 3, 2004.
Download