PEMANFAATAN INFRASTRUKTUR SDA UNTUK PLTA PERLU DITINGKATKAN PEMANFAATAN INFRASTRUKTUR SDA UNTUK PLTA PERLU DITINGKATKAN Kebutuhan tenaga listrik nasional diperkirakan akan meningkat hingga 8 kali lipat dalam 25 tahun, dari 124 TWh pada tahun 2005 sampai dengan 970 TWh di tahun 2030. Kondisi ini didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang pesat serta peningkatan pemasangan tenaga listrik di pedesaan. Oleh karena itu, pemanfaatan infrastruktur bidang Sumber Daya Air (SDA) untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) menjadi semakin vital dan perlu dikelola secara baik. Demikian disampaikan Direktur Jenderal (Dirjen) SDA Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Mochammad Amron dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Panitia Kerja (Panja) Sektor Hulu Listrik Komisi VII DPR RI, Kamis (17/2), di Jakarta. Selain dihadiri oleh Dirjen SDA Kementerian PU, RDP juga dihadiri oleh Direktur Energi Primer PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN), Direktur Utama PT Pembangkit Jawa Bali (PJB) dan Direktur Utama PT Indonesia Power. Berdasarkan data tahun 2005, Amron menjelaskan, kebutuhan tenaga listrik nasional sebagian besar dipasok dari pembangkit listrik berbahan baku batubara kurang lebih 45% dan sumber lainnya dipasok dari pembangkit tenaga listrik berbahan bakar fosil lainnya, panas bumi, dan PLTA. Kondisi tersebut, diproyeksikan akan meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan listrik. Sedangkan pada tahun 2030, diperkirakan pemakaian batubara untuk memasok tenaga listrik akan mencapai 645 TWh, atau 66% dari total kebutuhan pada tahun tersebut atau sekitar 720 TWh. Padahal, berdasarkan sumber dari Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI), kondisi tersebut membawa dampak pada peningkatan emisi gas rumah kaca mencapai 7 kali lipat yakni 110 MtCO2e pada tahun 2005 menjadi 810 MtCO2e pada tahun 2030. Dengan demikian, pemanfaatan infrastruktur SDA untuk PLTA sebagai salah satu alternatif sumber penyediaan listrik perlu lebih dimaksimalkan lagi. Dirjen SDA mengemukakan, berdasarkan studi mikrohidro Ditjen SDA Kementerian PU, terungkap bahwa untuk potensi tenaga air mikrohidro khususnya pada jaringan irigasi yang merupakan kewenangan pusatdi10 provinsi yang telah diidentifikasi, terdapat 53 lokasi yang layak dikembangkan lebih lanjut. Sedangkan di luar prasarana SDA, terdapat potensi mikrohidro sebanyak 168 lokasi yang layak dikembangkan lebih lanjut. page 1 / 2 Amron menjelaskan, dalam pelaksanaan pembangunan PLTA, terdapat beberapa persyaratan yang wajib dipenuhi. Pertama, mendapatkan izin penggunaan SDA dan pelaksanaan konstruksi dari instansi yang berwenang, dengan mempertimbangkan rekomendasi teknis dari pengelola SDA yang bersangkutan. Apabila prasarana yang akan dibangun adalah berupa waduk atau bendungan, maka diwajibkan pula untuk dilengkapi dengan dokumen sertifikasi desain yang telah dikeluarkan oleh BalaiKeamanan Bendungan. Kedua, apabila pelaksanaan konstruksi waduk atau bendungan selesai, diharapkan pelaksana atau pengelola waduk perlu untuk memenuhi persyaratan sertifikasi dari Balai Keamanan Bendungan, yang mencakup sertifikasi pengisian waduk dan sertifikasi operasi. Ketiga, pada saat tahap operasi, pola operasi waduk yang digunakan perlu mengakomodasi kebutuhan air di hilir, dan tidak semata-mata mengejar target capaian produksi listrik atau keuntungan. Adapun pola kerja sama antara Kementerian PU dengan PT. PLN beserta anak perusahaannya adalah dengan melakukan pembangunan bendungan secara multiguna. Pelaksanaan pembangunan bendungan menjadi tugas Kementerian PU dalam hal ini Ditjen SDA, sementara PLTA menjadi tugas PT. PLN atau perusahaan yang ditunjuk.(eny/eci) Pusat Komunikasi Publik 180211 page 2 / 2 Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)