BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma yang digunakan di dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap sosial meaningful action melalui pengamatan langsung terhadap pelaku sosial dalam setting yang alamiah untuk memahami dan menafsirkan bagaimana para pelaku sosial itu menciptakan dan memelihara dunia sosial mereka. 48 konstruktivisme menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri, oleh karenanya pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas). Pengetahuan bukanlah gambaran dari kenyataan yang ada Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. 49 Paradigma konstruktivis dipengaruhi oleh perspektif interaksi simbolis dan strukturan fungsional. Perspektif simbolis ini mengatakan bahwa manusia secara aktif dan kreatif mengembangkan respons terhadap stimulus dalam dunia kognitifnya. 48 Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013. hal. 285 49 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi. Jakarta: Mitra Kencana Media, 2013. hal. 198 digilib.mercubuana.ac.id Paradigma konstruktivis berusaha merefleksikan suatu realitas sosial sesuai dengan penghayatan-penghayatan subyek-subyek terkait dengan realitas tersebut. 50 Induvidu melakukan interpretasi dan bertindak menurut berbagai katagori, konseptual yang ada dalam pikirannya. Realitas tidak menggambarkan diri induvidu namun harus disaring melalui cara pandang orang terhadap realitas tersebut. 51 Konstruktivis mengenali bahwa gagasan memiliki asal mula sosial dan dipelajari melalui interaksi dengan orang lain. Paradigma ini menyatakan bahwa: 1. Dasar untuk menjelaskan kehidupan peristiwa sosial dan manusia bukan ilmu dalam kerangka positivistik, tetapi justru dalam arti common sense. Pengetahuan dan pemikiran berisikan arti atau makna yang diberikan induvidu terhadap pengalaman kehidupannya sehari-hari. 2. Pendekatan yang digunakan adalah induktif, berjalan dari yang spesifik menuju yang umum, dari yang konkrit menuju yang abstrak. 3. Ilmu bersifat idiografis bukan nomotetis, karena ilmu mengungkap bahwa realitas tertampilkan dalam simbol-simbol melalui bentuk-bentuk deskriptif 4. Pengetahuan tidak hanya diperoleh melalui indera karena pemahaman mengenai makna dan interpretasi adalah jauh lebih penting. 50 51 Ibid. hal. 286 Morissan, Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia, 2013. hal. 107 digilib.mercubuana.ac.id 5. Ilmu tidak bebas nilai. kondisi bebas nilai tidak menjadi sesuatu yang dianggap penting dan tidak pula mungkin dicapai. 52 Peneliti menggunakan paradigma konstruktivis karena peneliti ingin mendapatkan pengembangan pemahaman yang membantu proses interpretasi suatu peristiwa. 3.2 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang hanya memaparkan situasi atau sebuah peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. 53 Penelitian ini bertujuan untuk menjawab apa, siapa, diamana, kapan, dan bagaimana suatu gejala terjadi. Bedasarkan sifat penelitian deskriptif, data yang di kumpulkan berupa kata-kata dan gambar bukan angka-angka. Penelitian deskriptif ditujukan untuk : 1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melakukan gejala yang ada. 2. Mengindentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktekpraktek yang berlaku. 52 Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Depok: LPSP3, 2007. hal. 22-23 53 Jalalludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005. hal. 24 digilib.mercubuana.ac.id 3. Membuat perbandingan atau evaluasi. 4. Menentukan apa yang dilakukan oleh orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. 54 Pada penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan memaparkan tentang pesan-pesan yang bermakna Ambisius dalam meraih mimpi, yang disampaikan oleh tokoh dalam film Merry Riana: Mimpi Sejuta Dolar. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya; perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. 55 3.3 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah analisis semiotika Charles Sanders Pierce. Metode semiotika Charles Sanders Pierce memperhatikan tiga elemen utama pembentuk tanda, yaitu representamen (sesuatu yang merepresentasikan sesuatu yang lain), obyek (sesuatu yang direpresentasikan) dan intrepretant (intrepetasi seseorang tentang tanda). 54 55 Ibid. hal. 25 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006. hal. 6 digilib.mercubuana.ac.id Pierce mengistilahkan representamen sebagai benda atau objek yang berfungsi sebagai tanda. Tanda atau representamen adalah bagian tanda yang merujuk pada sesuatu menurut cara atau berdasarkan kapasitas tertentu. 56 Semiotika berhubungan dengan komunikasi dan pemaknaan akan pesan yang dilakukan lewat proses komunikasi. Salah satu media pendukung dari komunikasi adalah media massa (film). Film juga berkaitan dengan lingkup semiotika. Pada tingkat petanda, film merupakan cermin kehidupan metaforis. Jelas bahwa topik dari film sangat pokok dalam semiotika. 57 3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer Data primer adalah data langsung yang diperlukan dari obyek penelitian. Peneliti mendapatkan data primer dari hasil pengamatan atau observasi isi film Merry Riana: Mimpi Sejuta Dolar. 3.3.1. Data Sekunder Peneliti juga memperoleh data penelitian melalui kepustakaan untuk melengkapi dan memperlancar proses penelitian, serta mendapatkan informasi dan literatur-literatur yang berhubungan dengan judul, dokumen-dokumen terkait berupa buku. 56 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011. hal. 139 57 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra, 2010. hal, 134 digilib.mercubuana.ac.id 3.5 Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mengatur urutan data berupa kata-kata, kalimat-kalimat atau narasi-narasi yang dikumpulkan, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola kategori-kategori tertentu. Setelah diklasifikasikan, peneliti melakukan pemaknaan terhadap data. 58 Peneliti pada penelitian kualitatif bekerja sebagai perencana, penafsir dan akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya. Dari rumusan di atas dapatlah kita menarik garis bahwa analisis data bermaksud mengorganisasikan data. Data-data yang ada dalam peneltian ini akan menggunakan proses semiotika segitiga makna Charles Sanders Pierce, yaitu representamen, objek (object), interpretant (penafsiran) yang kemudian peneliti membagi tanda-tanda yang ada ke dalam klasifikasi tanda oleh Pierce atas dasar teori segitiga makna (triangle meaning). Kemudian diolah secara kualitatif untuk kemudian dimaknai. Untuk menganalisis menggunakan metode Charles Sanders Pierce, analisa data yang dilakukan ialah: 1. Melakukan pengamatan atau observasi isi film, yaitu dengan menonton secara keseluruhan film Merry Riana: Mimpi Sejuta Dolar 58 Rachmat Kriyantono, Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada media group, 2010. hal. 196-197 digilib.mercubuana.ac.id 2. Melakukan pendefisian terhadap film Merry Riana: Mimpi Sejuta Dolar kemudian dioperasionalkan melalui katagori pemaknaan pesan ambisius perempuan yang terdapat dalam adegan pada film. 3. Analisis dan penafsiran tanda-tanda komunikasi, sebagai upaya mengetahui gambaran makna tentang pesan ambisius perempuan yang terdapat dalam adegan pada film Merry Riana: Mimpi Sejuta Dolar. digilib.mercubuana.ac.id