Pekerja dan Serikat Buruh

advertisement
Pekerja dan Serikat Buruh
Written by sijori
Selasa, 21 May 2013 00:00 -
Suriadji, S.Si, Sekretaris KSPI Kepri
Peringatan May Day 2013 lalu dirayakan oleh sebagian besar Buruh di seluruh Indonesia.
Hampir setiap tahun peringatan tersebut dilakukan oleh pekerja tidak hanya di Indonesia tapi
juga di dunia. Ada satu hal yang cukup menarik disimak soal Buruh saat ini yakni tentang
kepesertaan Buruh dalam organisasi Buruh/Pekerja. Sampai kini ada penilaian belum banyak
informasi tentang kepesertaan Buruh dalam organisasi Buruh/Pekerja sebagaimana telah diatur
dalam UU no. 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh.
UU tersebut berdasarkan pelaksanaan dari pasal 5 ayat (1), pasal 20 ayat (2), pasal 27, dan
pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Pertama
Tahun 1999. Disamping itu Indonesia menjadi anggota ILO sejak tahun 1950 dan Indonesia
juga telah merativikasi 8 Konvensi Inti ILO (Core ILO Convention) yang merupakan hak-hak
mendasar pekerja. 8 Konvensi Inti ILO tersebut adalah Konvensi ILO No. 29 Tentang
Penghapusan Kerja Paksa, Konvensi ILO No. 87 Tentang Kebebasan Berserikat dan
Perlindungan Hak Untuk Berorganisas, Konvensi ILO No. 98 Tentang Hak Berorganisasi dan
Melakukan Perundingan Bersama, Konvensi ILO No. 100 Tentang Pemberian Upah Yang
Sama Bagi Para Pekerja Pria dan Wanita, Konvensi ILO No. 105 Tentang Penghapusan
Semua Bentuk Kerja Paksa, Konvensi ILO No. 111 Tentang Diskriminasi Dalam Pekerjaan dan
Jabatan, Konvensi ILO No. 138 Tentang Usia Minimum Untuk Diperbolehkan Bekerja, dan
Konvensi ILO No. 182 Tentang Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-Bentuk
Pekerjaan Terburuk mUntuk Anak.
Data Perusahaan Berbanding dengan Jumlah SP/SB
Sampai saat ini jumlah Serikat Pekerja/Serikat Buruh (SP/SB) belum begitu banyak. Pernah
ada yang menghitung sekitar 5,8% saja di seluruh Indonesia di tahun 2002-an. Sedangkan di
Batam saat ini jumlah SP/SB tidak lebih dari sekitar 10%. Jadi kalau ada 4000-an PT, maka
SP/SB tidak sampai 400-an. Belum lagi yang punya Perjanjian Bersama, mungkin lebih sedikit
lagi.
Indonesia adalah negara yang paling banyak meratifikasi konvensi ILO, bila dibandingakan
dengan negara maju lainnya. UU Kebebasan berserikat No. 21 tahun 2000 sudah berlaku
selama 12 tahun dan juga turunan-turunannya sudah dibuat, tetapi pelaksanaannya masih jauh
dari yang diharapkan. Pemerintah sebagai penyelenggara Negara belum efektif dan terkesan
lemah dalam Law Enforcement.
Sarana Meningkatkan Kesejahteraan Buruh
Dalam bagian umum penjelasan atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000, tentang Serikat
Pekerja/Serikat Buruh, menyatakan bahwa pekerja/buruh merupakan mitra kerja pengusaha
yang sangat penting dalam proses produksi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
Pekerja/Buruh dan keluarganya, menjamin kelangsungan perusahaan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya, sehubungan dengan hal itu, Serikat
Pekerja/Serikat Buruh merupakan sarana untuk memperjuangkan kepentingan Pekerja/Buruh
1/3
Pekerja dan Serikat Buruh
Written by sijori
Selasa, 21 May 2013 00:00 -
dalam menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan.
Serikat Pekerja/Serikat Buruh merupakan bentuk pelaksanaan dari hak seseorang untuk
berserikat dan berkumpul. Adanya serikat Pekerja/Buruh sangat penting bagi kelangsungan
hubungan industrial. Serikat Pekerja diharapkan dapat melaksanakan fungsinya secara
maksimal dalam rangka meningkatkan hubungan industrial di tingkat perusahaan. Pekerja/Buruh bukan saja sebagai mitra produksi tetapi juga sebagai mitra dalam menjalankan
hubungan Industrial dan mitra dalam profit.
Buruh dipandang sebagai obyek. Buruh dianggap sebagai faktor ekternal yang berkedudukan
sama dengan pelanggan pemasok atau pelanggan pembeli yang berfungsi menunjang
kelangsungan perusahaan dan bukan faktor internal sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
perusahaan. Posisi pekerja yang lemah dapat diantisipasi dengan dibentuknya Serikat
Pekerja/Serikat Buruh yang ada di perusahaan. Diharapkan dengan adanya Serikat di
perusahaan dapat mewakili dan menyalurkan aspirasi Pekerja/Buruh, sehingga dapat dilakukan
upaya peningkatan kesejahteraan Pekerja/Buruh. Dengan kata lain Serikat Pekerja/Serikat
Buruh diharapkan dapat sebagai wadah Pekerja/Buruh dalam memperjuangkan haknya.
Secara sosiologis kedudukan Pekerja/Buruh adalah tidak bebas. Sebagai orang yang tidak
mempunyai bekal hidup lain daripada itu, ia terpaksa bekerja pada orang lain. Dan majikan
inilah yang pada dasarnya menentukan syarat-syarat kerja. Mengingat kedudukan
Pekerja/Buruh yang lebih rendah daripada majikan maka perlu adanya campur tangan
pemerintah untuk memberikan perlindungan hukumnya.
Penyebab Rendahnya Buruh Berserikat
Dari banyak persoalan yang menjadikan buruh atau pekerja malas untuk berserikat adalah,
pertama, adanya stigma negatif di masa lalu. Serikat pekerja di masa lalu dianggap
(dipersepsikan) sebagai gerakan kekiri-kirian, atau kalau ditingkat Perusahaan dianggap
barisan sakit hati kepada managemen dan berisi anggota Pekerja/Buruh yang bandel-bandel.
Tetapi saat ini persepsi demikian mulai ditinggalkan dan sudah banyak SP/SB yang dikelolah
dengan profesional.
Kedua, lemahnya kinerja dinas terkait. Pengaruh Otonomi daerah ternyata cukup efektif
membuat oknum pegawai tidak berkutik ketika ada pengusaha (pendukung pimpinan
daerahnya) komplain atas permasalahan Pekerja/Buruh di PT-nya. Seringkali pengusaha
dimenangkan/diprioritaskan. Disamping itu juga jumlah dan kualitas pegawai yang sangat
rendah dibandingkan dengan jumlah PT dan permasalahan yang ada, belum lagi ada yang
main mata untuk mempersulit proses pencatatan SP/SB, sosialisasi UU Ketenagakerjaan pun
sangat jarang.
Budaya pragmatisme Pekerja/Buruh dan takut menanggung resiko. Banyak aktivis mahasiswa
yang semangat berjuang untuk kepentingan masyarakat/negara saat masih kuliah tetapi ketika
bekerja dan menjadi Pekerja/Buruh langsung “loyo”. Sepertinya terjadi perubahan orientasi,
rendahnya pembinaan dan pengkaderan di dalam organisasi sehingga membuat gerakan
SP/SB cenderung temporari dan sporadis.
2/3
Pekerja dan Serikat Buruh
Written by sijori
Selasa, 21 May 2013 00:00 -
Penutup
Salah satu tujuan penegakan hukum adalah terjaminnya hak-hak asasi manusia (HAM).
Manusia mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum. Manusia adalah obyek dan
subyek dalam rangka penegakan hukum tersebut. Hak asasi manusia memang menyangkut
masalah di dalam kehidupan manusia, baik yang menyangkut hak asasi manusia individu
maupun hak asasi manusia kolektif. Hak asasi manusia individu merupakan hak yang
menyangkut kepentingan perorangan dan hak asasi manusia kolektif menyangkut kepentingan
bangsa dan negara.
Bidang Ketenagakerjaan adalah salah satu masalah prioritas yang harus diemban oleh
Pemerintah Kota Batam, akankah Pemerintah tutup mata dengan banyaknya kasus-kasus
Ketenagakerjaan di kota industri ini. Semoga saja Pekerja/Buruh Batam mampu memilih siapa
yang akan mewakili di pemerintahan nanti.
3/3
Download